Você está na página 1de 48

LAPORAN

PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

IbM KELOMPOK PEMBUDIDAYA LELE DI DESA SUBUK

OLEH:

Dr. I Made Kirna, M. Si (031126443)


I Nyoman Selamat, S. Si, M. Si (0008016802)
Kadek Lila Antara, (0031078301)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


DESEMBER 2013
i

ii

RINGKASAN

Kegiatan IbM mono tahun ini bertujuan untuk membantu pembudidaya lele untuk
mengatasi permasalahan dalam memelihara lele. Mitra adalah kelompok pembudidaya lele
Dharma Karya di Desa Subuk Kabupaten Buleleng. Dari sejumlah permasalahan yang
dihadapi oleh mitra fokus masalah yang disepakati untuk dipecahkan adalah (1) pembuatan
pakan lele alternatif dari bahan-bahan limbah pertanian secara fermentasi, (2) pembuatan
probiofish, suatu bahan yang dibutuhkan terait dengan pembuatana apakan fermentasi dan
juga untuk menjaga kualitas air kolam, (3) memberikan bantuan perlatan berupa mesin yang
diperlukan untuk pembuatan pakan fermentasi dan juga pembuatan produk olahan lele, (4)
membantu mitra mempromosikan produk olahan lele.
Untuk membantu memecahkan permasalahan mitra tersebut dilakukan beberapa
kegiatan, seperti pengadaan mesin-mesin yang dibutuhkan, penyiapan bahan-bahan untuk
pelatihan pembuatan probiofish dan pakan lele fermentasi, Pemberian wawasan dan
pelatihan pembuatan probiofish dan pakan alele fermentasi, mencermati efektiivitas produk
sebagai pakan lele dan penjaga kualitas air, dan pemberian bantuan rancangan merek
(branding) produk olahan dan promosinya.
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa mitra mudah memahami cara pembuatan
probiofish dan pakan lele fermentasi mengacu pada prosedur kerja yang diberikan. Uji
aktivitas probiofish yang dihasilkan menunjukan bahwa probiofish memiliki aktivitas yang
sama dengan starter (yang dijual dipasar). Probiofish ini dapat menjaga kualitas air kolam
dilihat dari kejernihan dan bau. Pakan lele fermentasi yang dibuat menggunakan limbah
pertanian dan probiofish yang dibuat memiliki kualitas yang cukup baik, walaupun
mengandung kandungan protein (nitrogen total) yang lebih rendah dari pakan ikan kualitas
II di pasaran. Walaupun demikian, pakan lele yang dibuat sudah cukup membantu petani
lele untuk memecahkan masalah pakannya. Pakan lele yang dibuat menggunakan limbah
eceng gondok juga bisa dimakan oleh lele. Pakanpakan alternatif yang dibuat ini memiliki
kandungan protein yang rendah yang hanya bisa digunakan sebagai makanan selingan
untuk lele dewasa. Kegiatan IbM ini juga telah membantu mitra untuk membuat brand Lele
organik berupa cetakan sablon pada plastik pembungkus olahan lele kering, seperti kerupuk,
keripik, dan abon.

iii

PRAKATA

Fuji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa atas segala berkatnya sehingga
kegiatan pengabdian masyarakat mono tahun IbM ini bisa dilakukan dengan baik. Kegiatan
ini bertujuan untuk membantu pembudidaya Lele Dharma Karya di Desa Subuk untuk
mengatasi permasalahan pakan. Semakin tingginya harga pakan lele di pasaran telah
menyebabkan pembudidaya Lele ini terancam tidak bisa produksi. Dinas Perikan di
Kabupaten Buleleng pun telah berusaha membantu kelompok pembudidaya ini agar tidak
berhenti produksi. Pencarian alternatif pakan lele yang sehat adalah tantangan di Bali
mengingat ada persaingan ternak lain yang juga memnggunakan alternatif pakan yang sama.
Kegiatan pengabdian ini berusaha membantu mencari kan alternatif pakan dari bahan
limbah dan juga bahan yang tidak terpakai sebagai pakan lele melalui teknik fermentasi.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada DP2M Dikti yang telah memberikan dana
untuk dapat membantu pembudidaya lele di Desa Subuk. Ucapan terimaksih juga
disampaikan kepada Penyuluh perikanan dari dinas Perikanan Kabupaten Buleleng yang
telah banyak membantu pelaksanaan kegiatan, dan anggota pembudidaya Lele Dharma
Karya di Desa Subuk. Semoga keterampilan yang telah diberikan dapat dilanjutkan dan
dapat memecahkan permasalahan pakan lele ini.

Ketua Pelaksana

iv

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN

ii

RINGKASAN
KATA PENGANTAR

iii
iv

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN

viii
1

1.1 Analisis Situasi

1.2 Identifikasi Masalah Mitra

1.3 Tujuan Kegiatan

BAB

II. TARGET DAN LUARAN

BAB

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tahapan kegiatan

3.2 Evaluasi Kegiatan

BAB

IV. KELAYAKAN ERGURUAN TINGGI

BAB

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

11

5.1 Hasil

11

5.2 Pembahasan
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

18
21
21
21
22
23

BAB

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Target Luaran Program Pengabdian Pada Masyarakat .................................... 7

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Temulawak, Jahe merah dan kunyit putih.................................................

11

Gambar 2. Mesin-mesin yang disumbangkan ke mitra .............................................

12

Gambar 3. Pengeringan bahan limbah pertanian untuk pakan lele............................

12

Gamba 4. Pembuatan Probiofish ..............................................................................

13

Gambar 5 Pembuatan Pakan Fermentasi dari Limah Pertanian ...............................

13

Gambar 6. Produk Pelatihan ........................................................................................

vii

13

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Prosedur Kerja Pembuatan Probiofis, dan Pakan fermentasi............ .......... 27
Lampiran 2. Personalia, Kualifikasi, dan Pembagian Tugas Tim Pelaksana
Lampiran 3. Artikel Untuk di Publikasi

viii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Kecamatan Busungbiu merupakan salah satu dari 9 kecamatan yang ada di
Kabupaten Buleleng yang wilayahnya tidak mempunyai pantai, dimana wilayahnya
sebagian besar terdiri dari dataran sedang sampai tinggi dengan berbagai potensi yang
dikembangkan seperti tanaman perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan dan juga
perikanan. Selain melakukan usaha budidaya tanaman pangan dan perkebunan, beberapa
tahun belakangan ini sudah banyak dikembangkan budidaya ikan air tawar. Hal ini
didukung adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya usaha peningkatan gizi masyarakat
melalui makan ikan, disatu sisi wilayah ini cukup jauh dari pantai sehingga harga jual
bahan pangan yang berasal dari ikan (laut) sangat susah diperoleh. Para pembudidaya ikan
yang ada di Kecamatan Busungbiu saat ini sudah tergabung kedalam kelompok besar yang
dikenal dengan sebutan Gabungan Kelompok Pembudidaya Ikan (GAPOKDAKAN)
dengan nama Eka Mina Santi yang berpusat di Desa Kedis., dimana Gapokdakan ini
membawahi beberapa kelompok pembudidaya ikan dan UPR yang ada di desa-desa se
Kecamatan Busungbiu. (Monografi PPL Busungbiu, 2012)
Untuk melaksanakan usaha budidaya ikan air tawar di Desa Subuk saat ini terdapat
3 (tiga) buah kelompok yaitu 2 (dua) Kelompok Pembudidaya Ikan yang bernama Dharma
Karya dan Widya Sari dengan jumlah anggota masing-masing 20 orang dan luas lahan
budidaya seluas 0,5 Ha

dan 1 (satu) Kelompok Wanita Pengolah yang diberi nama

Kelompok Wanita Pengolah Dharma Karya dengan jumlah anggota 10 orang. Untuk
melaksanakan usaha budidaya lele, kelompok ini masih bersifat tradisional dengan
pemanfaatan lahan yang sempit di sela-sela tanaman perkebunan yang ada dan jenis kolam
yang ada berupa kolam tanah, terpal dan juga

permanen dan sampai saat ini masih

mengandalkan pakan pabrik (pelet) F999, 7811, 781-2 dan 781-3 sebagai pakan utama dari
komoditi lele yang dipelihara dalam jangka waktu budidaya lele sekitar 3 - 4 bulan per
musim dengan produksi lele 2,5 ton/tahun (Monografi PPL Busungbiu, 2012) . Sebagian
besar para petani yang ada di Desa Subuk memiliki mata pencaharian yang sifatnya
polivalen (tani, ternak, kebun dan ikan). Dengan intensitas pemberian pakan buatan (pelet)
yang terus-menerus sepanjang masa pemeliharaan atau per orang dengan luas kolam 1 2
are dengan padat tebar 300 500 ekor/ m atau jumlah lele yang ditebar sebanyak 3.000
1

5.000 ekor per are, maka dalam 3 4 bulan seorang pembudidaya akan menghabiskan
pakan sebanyak 300 500 kg. Dengan harga pakan buatan yang cukup mahal dan harga
jual lele yang cukup murah maka keuntungan pembudidaya sangat minim. Mahanya biaya
pembelian pakan menjadi salah satu penyebab rendahnya pendapatan petani. Dari aspek
lain, dengan polivalennya mata pencaharian masyarakat maka tidak menutup kemungkinan
untuk menjadikan beberapa bahan yang ada untuk dijadikan pakan alternatif sehingga
mampu menekan pengeluaran biaya pakan.
Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Dharma Karya melakukan pemanenan
lele setiap 3 4 bulan setelah penebaran bibit atau setelah lele mencapai ukuran konsumsi
6-8 ekor/kg. Permasalahan yang muncul adalah disaat panen harga lele per kilogram
cenderung di bawah harga standar sehingga pembudidaya cendrung merugi. Pembudidaya
biasanya menjual lele konsumsinya kepada pedagang pengepul atau menjual langsung
kepada masyarakat di sekitarnya. Harga jual lele konsumsi sangat berfluktuasi, dimana
pada saat panen harga lele per 1 kg dibeli pedagang pengepul dengan harga Rp.10.000
sampai Rp.11.0000. Sedangkan di tingkat konsumen akhir harga jual lele konsumsi per 1 kg
dapat mencapai Rp.15.000 sampai Rp.17.000. Dengan harga jual yang relatif rendah
tampaknya kurang sebanding dengan biaya yang dihabiskan mulai dari pembelian bibit,
pembelian pakan, pemeliharaan, tenaga kerja dan penanganan pasca panen. Rendahnya
harga jual lele konsumsi mendorong tumbuhnya kelompok wanita pengolah yang mampu
mengolah hasil panen lele menjadi berbagai bahan pangan yang dapat dijual dengan harga
yang memadai.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini rencananya bermitra dengan dua orang
yaitu 1 orang (Mangku Ketut Pasek sebagai mitra 1) dari Kelompok Pembudidaya Ikan
Dharma Karya dan 1 orang (Ketut Juliani sebagai mitra 2) dari Kelompok Wanita
Pengolah Dharma Karya yang berlokasi di Dusun/Banjar Dinas Subuk Desa Subuk
Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Mitra 1 mempunyai usaha budidaya lele seluas
0,5 are (7 buah kolam permanen) dengan jumlah penebaran benih setiap musim rata-rata
200 -300 ekor/m disamping juga memelihara sapi sebanyak 2 ekor, babi 3 ekor dan juga
usaha pertanian lain seperti limbah buah cacao, tanaman talas, ubi kayu dan lain-lain yang
pula dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan pakan ikan alternatif.
Lingkup kegiatan kedua mitra secara garis besar dibagi menjadi 2 aspek kegiatan,
yaitu (1) kegiatan dalam aspek produksi dan (2) aspek manajeman hasil produksi. Kegiatan
aspek produksi dimulai dari budidaya lele yang meliputi persiapan kolam, penebaran benih,
2

pemberian pakan, pengendalian hama/penyakit, pengamatan kualitas air, pemanenan dan


sampai pada akhirnya panen dan penanganan pasca panen.

Persiapan kolam dimulai

dengan pengeringan dan pembersihan kolam dari endapan lumpur dan sisa pakan,
dilanjutkan dengan pengisian air kolam 30 50 cm dan diberi pupuk kotoran ayam/sapi.
Setelah 3 - 5 hari kolam dapat ditebari benih lele ukuran 3-5 cm dengan kepadatan 200
300 ekor/m. Pemberian pakan tambahan dilakukan sebanyak 2 3 kali sehari dengan
dosis 1 2% dari BB harian dan diberikan pada pagi, siang dan sore hari dengan jenis
pakan yang diberikan mulai dari F999, 781-1, 781 -2 dan 781-3 (disesuaikan dengan bukaan
mulut ikan). Pengamatan kualitas air dan pengendalian hama/penyakit kurang mendapat
perhatian pembudidaya, padahal kualitas air sangat menentukan kuantuitas produksi.
Disamping kegiatan rutin seperti pemberian pakan, dilakukan pula kegiatan penggredingan
(seleksi benih) yang dilakukan setiap 3 minggu sekali..
Panen lele dilakukan setelah masa pemeliharaan 3 4 bulan atau tergantung ukuran
benih lele yang ditebar dan hasil panen dijual dalam keadaan hidup (segar) dan juga diolah
menjadi keripik, abon dan olahan lainya seperti lawar, pepes, sate dan lain-lain. Produksi
olahan lele yang dilakukan oleh mitra terdiri dari 3 tahapan, yaitu pembersihan bahan baku,
penggilingan, pencampuran dengan tepung dan bumbu-bumbu, pemasakan, penirisan dan
pengemasan. Pembersihan bahan baku lele dilakukan secara manual dengan cara
membuang isi perut, memotong kepala dan juga sirip-siripnya lalu dicuci bersih.
Selanjutnya bahan baku tersebut digiling dengan menggunakan mesin penggiling dengan
kapasitas 5 kg.
Proses penggilingan bahan baku berlangsung selama 2 5 menit dan kalau daging
masih belum lembut digiling lagi untuk kedua kalinya sehingga daging lele benar-benar
lembut. Daging yang telah hancur tersebut dibuat adonan dengan dicampur tepung dan
bumbu-bumbu dan siap dibentuk sesuai keinginan. Untuk mempercepat proses produksi
abon dan keripik lele, mitra menggunakan alat penggiling daging, namun pemisah minyak
dilakukan secara ditiriskan saja sehingga kualitas abon masih kurang baik.
Produksi olahan lele dari kelompok Dharma Karya ini, seperti keripik, kerupuk, dan
abon diminati oleh konsumen. Sayangnya, kelompok ini belum isa produksi dalam jumlah
besar karena kendala Lele segar yang baik dan alat-alat produksi yang masih kurang.
Keripik lele dijual dengan harga Rp.35.000 50.000 per kg. Keripik yang diproduksi
dibungkus dengan kantung plastik dan biasanya per bungkus dijual seharga Rp. 500
3

1.000.- tergantung besar kecilnya bungkusan. Abon dijual Rp. 50.000 per kg. Disamping
menghasilkan produk olahan yang tahan lama seperti keripik, kerupuk dan abon, mitra juga
melakukan pengolahan lele menjadi lauk-pauk yang siap saji seperti lawar, pepes, sate, tum
dan lain-lain dimana produksinya dilakukan sewaktu-waktu sesuai permintaan konsumen
dan biasanya untuk kegiatan tiga bulanan, otonan dan pesta lainya yang dilakukan oleh
masyarakat di desa.
Kegiatan pada aspek manajemen meliputi pembelian benih, pakan dan pemasaran
produk olahan. Pembelian benih dilakukan secara berkelompok yang dibeli dari Balai Benih
Ikan (BBI), Usaha Pembenihan Rakyat (UPR) atau panti-panti benih yang ada di Seririt dan
sekitarnya dengan harga benih bervariasi mulai dari Rp. 250 500 per ekor. Pengadaan
pakan (pelet) di beli di toko pengecer saprodi pertanian/perikanan/peternakan yang ada di
Kecamatan Seririt dengan harga per sak (30 kg) untuk pelet 781-1 = Rp. 235.000, 781-2 =
Rp. 230.000, 781-3 = Rp. 220.000, dan harga pakan pelet F999 atau PF 1000 (per sak 10
kg) = Rp. 10.000 per kg. Harga-harga ini berkecendrungan meningkat.
Hasil wawancara yang dilakukan oleh tim pengusul dengan mitra terungkap
beberapa keluhan yang disampaikan, diantaranya: (a) pendapatan petani rendah karena
mahalnya biaya produksi akibat ketergantungan pada pemakaian pakan buatan (pelet) yang
harganya cenderung terus meningkat, (b) rendahnya harga jual lele konsumsi, dan (c)
rendahnya hasil panen karena lele bersifat kanibal sehingga mortalitas tinggi dan mitra
belum pernah menangani kualitas air ataupun melakukan pengukuran dan analisa kualitas
air. Beberapa hal yang menjadi harapan dari kedua mitra tersebut diantaranya: (1) mitra
berkeinginan untuk mengurangi ketergantungannya terhadap penggunaan pakan buatan; (2)
mitra berkeinginan dapat mengatasi permasalahan pemeliharaan lele untuk meningkatkan
produksinya; (3) mitra berkeinginan mampu mengolah lele

menjadi berbagai macam

olahan ( keripik,kerupuk, abon,bakso dll) yang lebih berkualitas.


1.2 Permasalahan Mitra
Permasalahan utama yang dihadapi mitra dan yang telah disepakati dengan tim
pengusul untuk dicarikan pemecahannya, diantaranya: (1) kurangnya pengetahuan tentang
teknologi pembuatan pakan alternatif yang berbasis limbah pertanian dan tanaman yang
tumbuh di sekitar lokasi sebagai langkah strategis untuk menggantikan pakan buatan, (2)
kurangnya pengetahuan tentang penanganan kualitas air kolam termasuk pengukuran dan
analisa kualitas air kolam menggunakan Pro-Biotik/Pro-Biofish, (3) kurangnya pengetahuan

tentang penanganan penyakit, dan (4) kurangnya promosi produk olahan lele (keripik,
kerupuk, bakso dan abon) yang khas.
1.3 Tujuan Kegiatan
Berdasarkan paparan permasalahan di atas, maka tujuan kegiatan ini adalah untuk
membantu pembudidaya lele mengatasi permasalahan tersebut. Secara lebih rinci , tujuan
kegiatan ini adalah (1) membantu petani untuk mampu membuat pakan lele alternatif dari
bahan limbah pertanian, (2) memberikan wawasan kepada pembudidaya tentang berbagai
pakan alternatif melalui cara fermentasi dari berbagai bahan yang ada di sekitar, (3)
memberikan keterampilan kepada pembudidaya untuk membuat probiofish yang sangat
diperlukan dalam pembudidayaan ikan, dan (4) memberikan keterampilan dalam menjaga
kualitas air kolam menggunakan probiofish.

BAB II
TARGET DAN LUARAN

Luaran yang ditargetkan adalah dalam bentuk metode, barang/produk, dan artikel
ilmiah. Secara garis besar luaran dari kegiatan pengabdian masyarakat IbM ini disajikan
pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Target Luaran Program Pengabdian Pada Masyarakat
No

Kegiatan

Target luaran

Kagiatan pada aspek


1

1. Bantuan mesin penepung, dan mesin

produksi
Pelatihan pembuatan pakan
alternatif dari bahan lokal

pencetak pelet
2. Mitra mampu membuat pakan alternatif

menggunakan limbah

berbahan dasar limbah pertanian dalam

pertanian dan bahan lain

bentuk pakan fermentasi.

yang ada di sekitar.

3. Pakan lele alternatif organik berupa


pelet dan pakan fermentasi yang telah
diketahui kandungan proteinnya.
4. Mitra

dapat

menggunakan

pakan

alternatif organik sebagai pengganti


pakan buatan (pelet) untuk pakan lele
2

Pelatihan pembuatan Pro-

5. Mitra mampu membuat Pro-Biofish dan

Biofish (suatu Probiotik)

menggunakannya

dari bahan lokal

menangani

menggunakan limbah

penanggulangan

pertanian dan bahan lain

yang dipelihara.

dalam

kualitas

upaya

air

hama/penyakit

dan
lele

yang ada di sekitar dan


pendampingan
penggunaanya dalam
memelihara lele.
2

Pelatihan

pembuatan 1. Mixer bakso dan mesin peniris abon

keripik, abon dan kerupuk 2. Keripik, abon dan kerupuk lele dengan
kaya cita rasa dan aroma
6

warna dan aroma khas dengan cita rasa

khas

dan aroma khas ikan segar.


3. Mitra mampu membuat keripik, abon
dan kerupuk yang berkualitas

Bantuan

pengemasan 1. Kemasan keripik, abon dan kerupuk

keripik, abon dan kerupuk


lele

yang menarik dan bercitra


2. Mitra mampu mengemas produk
dengan merek dan tampilan yang
menarik dan profesional

Pelatihan

tentang

cara 1. Mitra mempunyai pengetahuan tentang

memasarkan produk hasil

teknik pemasaran produk.

olahan (keripik, abon dan 2. Mitra mampu memasarkan produk


kerupuk).

olahannnya ke pangsa pasar yang lebih


luas dengan jumlah penjualan
sebelumnya hanya 3 5 kg per hari
menjadi 10 15 kg perhari

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Tahapan Pelaksanaan


Kegiatan Pengadian ini dilaksanakan sesuai dengan tahapan berikut.
1. Penyempurnaan Proposal sesuai dengan Anggaran yang diberikan
2. Melakukan eksplorasi tentang keberadaan bahan limbah yang bisa digunakan untuk
pakan lele fermentasi, serta bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan probiofish
3. Penyiapan Materi Pelatihan
4. Pembelian Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pakan lele alternatif dan pembuatan
probiofish
5. Pembelian dan penyerahan bantuan Mesin penepung bahan pakan, mesin pemelet
sekaligus pelumat daging ikan lele, dan mesin peniris Abon
6. Memberikan Informasi tentang pakan lele fermentasi dan probiofis dalam budidaya lele
serta cara membuatnya dari bahan-bahan alternatif.
7. Pelatihan kepada kelompok budidaya lele tentang cara pembuatan probiofish
8. Pelatihan cara membuat pakan lele dari limbah pertanian secara fermentasi menggunakan
microorganisme yang dibuat (probiofish)
9. Membantu pengemasan produk olahan Lele dan branding produk.

3.2 Evaluasi Kegiatan


Evaluasi kegiatan P2M ini dilihat dari dua aspek, yaitu (1) wawasan dan
keterampilan mitra dalam membuat pakan fermentasi dan probiofish dan (2) Kemampuan
mitra dalam membuat sendiri pakan fermentasi dan probiofish dari alat-alat yang telah
diberikan, (3) Produk yang dihasilkan efektif sebagai pakan lele dan dalam menjaga kualitas
air kolam sehingga pertumbuhan lele berlangsung dengan baik, (4) telah adanya merek
(branding) produk olahan lele yang menarik konsumen, baik dari aspek desain maupun citra
lele sebagai makanan sehat dan tidak kotor.

BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

Setiap perguruan tinggi memiliki kewajiban pokok yang tertuang dalam Tri Darma
Perguruan Tinggi. Kegiatan pengabdian pada masyarakat adalah salah satu dari tri darma
perguruan tinggi. Di Undiksha, kegiatan ini dikoordinasikan oleh suatu lembaga, yaitu
Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Undiksha. Melalui Surat Keputusan Rektor
Undiksha No. 281/H48/KP/2009 tentang Standar Akademik dan Kebijakan Undiksha
termuat kebijakan Pengabdian Kepada Masyarakat yang tertuang dalam visi dan misinya.
Misi dengan misi LPM Undiksha adalah: (1) meningkatkan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat yang dilandasi oleh tanggungjawab dan kepedulian terhadap masyarakat luas,
(2) melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat,

(3)

mensosialisasikan

dan

menerapkan

hasil-hasil

penelitian

untuk

menyelesaikan masalah-masalah aktual serta fakual yang ada di masyarakat.


LPM Undiksha memiliki komitmen yang tinggi untuk memberdayakan masyarakat,
khususnya di Bali. Selain pemberdayaan masyarakat pendidikan, LPM Undiksha juga
memberikan perhatian yang besar pada bidang yang lain, seperti petani, masalah sosial
kemasyarakatan, pengerajin, dan usaha kecil dalam rangka memperkokoh budaya lokal
ataupun menciptakan budaya baru terkait dengan kemajuan sains dan teknologi. Kepedulian
dan komitmen yang tinggi LPM Undiksha terhadap masyarakat sekitar telah menghasilkan
banyak kegiatan pengabdian dan produk-produk inovatif tepat guna yang sangat bermanfaat
bagi masyarakat sekitar. Pada lima tahun terakhir ini, jumlah judul yang diterima cenderung
mengalami peningkatan, yaitu 71 judul pada tahun 2008, 77 judul pada tahun 2009, dan 62
judul pada tahun 2010. Pada tahun 2011 Lembaga Pengabdian Masyarakat Undiksha
memenangkan hibah P2M Dikti mono tahun (IbM) sebanyak 10 buah judul kegiatan, multi
tahun sebanyak 6 judul yang terdiri dari IbW sebanyak 4 judul kegiatan , IbK sebanyak 1
judul kegiatan dan IbiKK1 judul kegiatan. Kegiatan tersebut telah terlaksana dengan baik
dan telah menghasilkan berbagai produk inovatif yang ramah lingkungan dan
mensejahterakan anggota masyarakat. Pada tahun 2012 ini, LPM Undiksha memenangkan
hibah P2M Dikti mono tahun sebanyak 5 judul, multi tahun sebanyak 8 judul; yang terdiri
IbW sebanyak 4 judul kegiatan, Ibk sebanyak 1 judul, dan IbiKK sebanyak 3 judul.
Pelaksana kegiatan P2M ini adalah suatu Tim lintas bidang yang bekerjasama
dengan praktisi dari dinas Perikanan Kabupaten Buleleng sebagai tenaga lapangan. Tim
9

pelaksana telah berpengalaman dalam melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat, baik


yang didanai DIPA maupun dari Dikti dalam bentuk hibah P2M Dikti mono tahun IBM.
Ketua tim, Dr. I Made Kirna, M.Si memiliki kepakaran dalam bidang Kimia Fisika dan
Teknologi Pembelajaran, khususnya multimedia. Ketua Pelaksana telah berpengalaman
melakukan kegiatan P2M, baik dalam bidang pendidikan dan bidang kimia. Ketua Tim juga
memiliki pengalaman sebagai anggota pelaksana kegiatan P2M hibah Dikti mono tahun,
yaitu IbM. Anggota peneliti, I Nyoman Selamat, S. Si, M. Si memiliki kepakaran di bidang
Kimia Analitik yang telah memiliki pengalaman melaksanakan kegiatan P2M. Anggota
pelaksana, I Made Lila Antara, S. Pi adalah dosen muda Jurusan Kimia Kelautan yang
memiliki kepakaran dalam budidaya perairan (perikanan). Tenaga lapangan, I Wayan
Darmayasa adalah lulusan D3 Perikanan yang berdinas di Dinas Perikanan Kabupaten
Buleleng yang telah berpengalaman sebagai tenaga penyuluh di bidang perikanan kepada
kelompok budidaya perikanan di kabupaten Buleleng. Dengan demikian, tim pelaksana
sudah memiliki kepakaran yang memadai untuk menunjang kesuksesan pelaksanaan IbM
ini.
Dari aspek sarana dan prasarana, kegiatan yang diusulkan ini sangat feasible untuk
dilaksanakan karena tidak dibutuhkan peralatan yang terjangkau dan bahan yang mudah
diperoleh dari lingkungan sekitar..

10

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
Anggota kelompok pembudidaya berpartisipasi aktif dalam mengikuti kegiatan ini.
Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh sesuai dengan acuan kerja yang diberikan.
Beberapa bahan dan peralatan disiapkan secara sukarela untuk kelancaran kegiatan. Esin
yang diberikan dimodifikasi sendiri oleh kelompok agar lebih efektif dan efisien. Sebelum
kegiatan pelatihan pembuatan probiofish dan pakan lele fermentasi, bahan-bahan yang
digunakan sudah disiapkan dan dikerjakan sehingga halhal teknis terkait dengan memotong,
menepung tidak dilakukan saat pelatihan. Dengan mekanisme seperti ini, pelatihan berjalan
dengan lancar. Koordinasi lewat telepon seluler sering dilakukan untuk berkoordinasi
terkait dengan pekerjaan yang dilakukan mengingat setiap tahapan pekerjaan memerlukan
waktu pendiaman yang cukup lama, seperti pembuatan probiofish perlu waktu minimal 1
bulan pemeraman dan untuk membuat pakan fermentasi perlu dilakukan pemeraman selama
minimal 6 hari.
Kegiatan pelatihan berjalan dengan lancar. Karena sesungguhnya membuat pakan
fermentasi dan probiofish sangat sederhana, tidak ada permasalahan dari anggota kelompok
untuk membuatnya. Semua anggota kelompok sudaha memeiliki keterampilan untuk
membuat probiofish dan pakan fermentasi dari bahan limbah pertanian.
Probiofish dibuat menggunakan bahan-bahan pokok, yaitu (1) rempah-rempah yang
terdiri dari Jahe merah, kunyit putih, dan temulawak, Vitamin C yang diperoleh dari nenas,
(3) gula yang berasal dari molase (tetes tebu), dan (4) dedak halus. Susu segar juga sangat
baik ditambahkan dalam campuran bahan tersebut. Sebagai mikroorganisme digunakan
Starter probiofish khusus Lele yang dibeli dari Kepanjen Malang. Probiofish yang
dihasilkan diuji coba aktivitasnya menggunakan air limbah yang bau. Dua limbah yang
sama dimasukkan ke dalam botol kemasan, botol kemasan yang 1 diisi dengan probiofish
starter dan botol kemasan 2 disi dengan probiofish produk IbM.
Hasil uji menunjukan bahwa probiofish yang dihasilkan memiliki aktivitas yang
sama dengan starter. Pada 3,5 jam setelah penambahan probiofish, air limbah menjadi lebih
jernih dimana kotorannya mengendap. Gelembung-gelembung gas sebagai hasil aktivitas
mikroba teramati dari dasar air limbah dan kotoran limbah ada yang bergerak naik dan turun

11

terbawa oleh gas. Adanya gelembung gas teramati sampai pada hari ke 25 dengan jumlah
gas yang semakin berkurang. Air limbah yang bau menjadi tidak berbau tajam lagi.
Pemanfaatan probiofish pada air kolam memperlihatkan hal yang sama dengan saat
uji coba. Walaupun tidak teramati adanya gelembung gas, tetapi kolam yang biasanya cepat
keruh dan bau menjadi tidak terlalu keruh dan bau lagi. Kotoran dalam air kolam
berkecendrungan mengendap, tidak melayang-layang lagi.
Pakan Lele alternatif dibuat dengan bahan-bahan limbah pertanian, seperti ampas
tahu, ampas tempe, dedak halus, polard, tepung jagung, bungkil kelapa memiliki bau khas
produk fermentasi. Pakan lele fermentasi yang dibuat memiliki bau yang berbeda dengan
yang dijual dipasar yang lebih berbau ikan kering. Produk yang dibuat juga lebih ringan
daripada pakan yang dijual. Produk yang dibuat juga disukai oleh lele. Uji kandungan
protein dilakukan dengan membandingkannya dengan pakan lele kelas II yang dijual di
pasar yang biasa digunakan oleh petani. Masing-masing 0,8 gram sampel didestruksi
menggunakan asam sulfat pekat, Natrium sulfat, dan natrium tiosulfat dengan katalis TiO2.
Hasil destruksi dinetralkan menggunakan Zn berlebih kemudian ditambahkan NaOH
berlebih dalam set alat destilasi. Destilat selanjutnya ditritrasi menggunakan HCl 0,1 M.
Hasil Titrasi 25 mL destilat dari larutan hasil destruksi pakan lele yang dibuat adalah 3,2
mL dan untuk pakan yang dijual dipasar adalah 6,5 mL. Dengan menggunakan faktor
konversi 6,25 diperoleh kandungan protein pakan lele yang dibuat adalah 1,40 mg/gram dan
pakan lele di pasaran adalah 2,84 mg/gram. Kandungan yang lebih rendah ini disebabkan
oleh bahan-bahan yang digunakan sebgaian besar dari bahan limbah yang banyak
mengandung karbohidrat dan lemak, sementara yang dijual dipasaran sepertinya dibuat dari
limbah ikan sehingga baunya seperti ikan kering.
Walapun kandungan proteinya rendah, pakan lele fermentasi ini cukup baik sebagai
makanan lele, mengingat tingginya harga pakan lele dipasaran. Pada kegiatan ini juga
dibuat pakan lele alternatif dari limbah eceng gondok. Pakan dari eceng gondok ini juga
bisa dimakan oleh Lele, namun bisa dipastikan kandung proteinnya rendah. Pakan-pakan
alternatif seperti eceng gondok fermentasi hanya bisa digunakan sebagai makan selingan
khusus untuk lele yang sudah dewasa atau dekat panen.
Kegiatan IbM juga membantu mitra pengolah makanan dari bahan lele. Mitra sudah
memiliki keterampilan yang baik tetang pengolahan makanan dari lele. Berbagai produk
olahan sudah dihasilkan dari olahan basah sampai olahan kering. Olahan basah, seperti
bakso, lawar, soto dari lele sudah terkenal di desa Subuk. Produk olahan basah biasanya
12

dibuat sesuai dengan pesanan, seperti hari raya, upacara adat ataupun pesanan-pesanan
terkait dengan resepsi. Produk olahan kering dibuat oleh mitra sesuai dengan kesediaan
bahan (lele segar). Produk olahan kering biasanya juga dibuat berbarengan dengan adanya
pesanan olahan basah. Sisa-sisa olahan basah, seperti kepala (tulang), dan kulit diolah
menjadi kerupuk ataupun keripik. Sementara abon dibuat khusus dari daging segarnya.
Permasalahan yang dihadapi oleh mitra terkait dengan olahan makanan kering adalah
membuat abon dengan kekeringan yang baik. Oleh sebab itu pada kegiatan IbM ini, mitra
diberikan mesin peniris abon, yang sebenarnya bisa juga digunakan untuk membuat santan
pada pembuatan olahan basah.
Karena produk olahan kering belum dikemas secara profesional, padahal kualitas
produknya sudah diakui sangat bagus, maka pada kegiatan IbM ini juga dilakukan
pembuatan branding untuk mempercantik kemasan olahan kering, seperti abon, kerupuk dan
keripik. Brand yang dbiuat lebih menekankan pada peningkatan citra makan dari lele, yaitu
dengan menonjolkan icon Lele Organik.

Foto-foto Kegiatan

Bahan-Bahan rempah Probiofish

Gambar 1 Temulawak, Jahe merah dan kunyit putih

Mesin-mesin yang diserahkan kepada kelompok pembudidaya

13

Mesin penepung

mesin penepung yang sudah dikombinasikan dengan


mesin pembuat pelet /pelumat daging

mesin peniris abon


Gambar 2. Mesin-mesin yang disumbangkan ke mitra

Pengeringan Bahan-bahan Pakan Lele

Gambar 3. Pengeringan bahan limbah pertanian untuk pakan lele


14

Kegiatan Pembuatan Probiofish

diperam 1 bulan
Gamba 4. Pembuatan Probiofish saat Pelatihan

Kegiatan Pelatihan Pembuatan Pakan Fermentasi

Gambar 5 Pembuatan Pakan Fermentasi dari Limah Pertanian

Uji Coba Aktivitas Probiofish

15

Setelah 3 jam

Gambar 6. UjiCoba Aktivitas Probiofish

Memperbanyak Produk Probiofish

Memperbanyak probiofish

menyaring probiofish

memasukkan ke wadah

Probiofish yang dihasilkan

Kegiatan Pembauatan Pakan Fermentasi dalam Jumlah Besar

16

Setelah 1 hari

Setelah diperam 6 hari

setelah dibuat pelet

Uji Protein Pakan lele fermentasi yang dibuat.

Pakan yang dibuat (kiri) dan pakan di pasar (kanan)

Sampel didestruksi

Destilasi

17

Brand produk olahan kering yang dibuat

5.2 Pembahasan
Karena mempertimbangkan aspek psikologis konsumen, maka pembuatan pakan
lele dari kotoran ternak tidak dianjurkan untuk dilakukan. Citra Lele di mata konsumen
masih negatif karena pakan-pakan yang diberikan saat ini. Disamping aspek citra, pakanpakan dari kotoran sangat beresiko terhadap kontaminasi E-Coli. Ini masih sulit dikontrol
oleh pembudidaya sendiri. Oleh sebab itu pakan alternatif yang disarankan untuk
dikembangkan adalah dari limbah pertanian, seperti ampas tahu, ampas kedelai, bungkil
kelapa, makanan ternak, seperti tepung jagung, dedak halus, dan polard. Tambahan tepung
ikan sangat bagus diberikan kalau memungkinkan. Tetapi, tepung ikan sendiri sekarang
sudah cukup langka.
Pembuatan probiofis dan pakan lele fermentasi sangat sederhana sehingga mudah
dipahami pembudidaya lele. Setelah pelatihan mereka sudah mampu membuatnya mengacu
pada cara-cara yang sudah dicopikan kepadanya. Sebagai bahan pakan lele fermentasi
sesungguhnya tidak mesti harus sama dengan komposisi bahan yang dicoba dalam
pelatihan. Berbagai bahan bisa digunakan yang penting sebelum digunakan difermentasi
terlebih dahulu agar mudah dicerna dan lebih meningkat kandungan proteinnya yang
berasal dari biomassa mikroba.
Biofish memegang peranan penting dalam pembudidaya ikan, termasuk lele. Biofish
disamping meningkatkan kualitas pakan ternak, juga memberikan dampat kepada
pemeliaharaan air kolam. Pemberian probiofish secara periodik ke dalam kolam dapat
18

menjaga kualitas air kolam tetap baik, tidak busuk. Memperbanyak jumlah biofish penting
dilakukan terus oleh pebudidaya lele. Probiofish yang dibuat dengan cara yang dilatihkan
memiliki kualitas yang baik. Probiofish ini bisa diperbanyak dengan cara sederhana, tanpa
melakukan cara yang sama dengan pelatihan yang sudah dilakukan. Bahan yang digunakan
untuk memperbanyak adalah molase, dedak padi, nenas dan starter probiofish. Bahan-bahan
ini dicampur dan difermentasi selama 2 minggu. Probiofish yang dibuat dengan cara ini
tentu memiliki kualitas yang kurang baik kalau digunakan untuk starter, tetapi sudah cukup
baik bila digunakan untuk membuat pakan fermentasi dan penjaga kualitas air kolam.
Pembuatan pakan dalam bentuk pelet masih mengalami masalah permasalahan
karena adonan pakan lele kurang lengket satu dengan yang lain. Jumlah kadar air sebelum
fermentasi sepertinya berpengaruh terhadap keberhasilan dari pembuatan pelet ini.
Walaupun demikian, setelah difermentasi, adonan menjadi lebih lengket sehingga pelet
yang terbentuk termasuk cukup baik setelah kering. Pakan fermentasi sebenarnya bisa saja
dberikan langsung pada lele, hanya saja pakan seperti kurang efisien. Pakan Lele
fermentasi yang dibuat ini dibuat dalam bentuk pelet secara sederhana karena dalam bentuk
pelet dengan ukuran tertentu, peberian pakan akan lebih efisien. Hanya saja ukuran pelet
masih termasuk besar karena lubang mesin pemelet ukurannya cukup besar.
Probiofish yang dihasilkan ternyata memiliki kualitas yang sama dengan starter yang
dijual di pasaran. Hasil uji aktivitas munjukkan bahwa probiofish yang dibuat efektif
digunakan untuk meningkatkan kualitas air limbah dilihat dari kejernihan dan bau. Aktivitas
mikroba di dalamnya berlangsung sampai 25 hari yang mengindikasikan bahwa probiofish
masih bekerja pada rentang waktu tersebut. Tentu aktivitas ini akan sangat tergantung pada
jenis air limbah. Percobaan menggunakan probiofish terhadap air kolam juga menegaskan
hal yang sama bahwa aktivitas mikroba dalam probiofish termasuk baik. Pengujian lebi
lanjut dari probiofish mesti dilakukan sambil memanfaatkanya sebagai tambahan dalam
pakan lele dan sebagai penjaga kualitas air kolam.
Lele sebenarnya termasuk ikan yang rakus seingga banyak alternatif bahan yang
bisa digunakan untuk pakannya. Pakan lele fermentasi yang dibuat disenangi lele tanpa
perlu pengadaptasian. Namun efek langsung dari pemberian pakan lele fermentasi ini
terhadap pertumbuahn lele belum dapat diamati. Pengukuran kandungan protein pakan yang
dibuat menunjukkan bahwa pakan yang dibuat memili9ki kandungan yang jauh lebih
rendah dari pakan pabrik type II (781-2). Walaupun demikian, pakan ini sangat membantu

19

petani terhadap permasalahan pakan terutama setelah lele cukup dewasa ataupun dekat
panen.
Penemuan bahan pakan lele yang murah di Bali sesungguhnya cukup sulit karena
bahan-bahan yang dibutuhkan sudah digunakan sebagai makanan ternak, utamanya babi dan
kambing. Pencarian alternatif bahan pakan yang lebih murah, di luar kotoran ternak,
merupakan tantangan untuk memecahkan permasalahan pembudidaya lele di Bali.
Alternatif yang lain yang bisa dilakukan adalah pembuatan pakan alternatif dari limbah
sayuran atau dari tanaman eceng gondok yang sementara ini belum dipakai untuk makanan
ternak sekalipun. Selain itu eksperimen-eksperimen kecil dari tanaman liar di musim hujan
seperti talas (informasi dari petani) yang banyak tumbuh di Subuk adalah alternatif yang
potensial. Survey tim pelaksana dengan teman dari dinas perikanan menunjukkan bahwa
eceng gondok bisa dimakan lele, utamanya lele yang sudah digrading setelah pembibitan.
Hasil eksplorasi tentang keberadaan eceng gondok memungkinkan untuk memanfaatkan
tanaman ini sebagai pakan lele secara fermentasi, ataupun eceng gondok dikombinasikan
dengan bahan-bahan lain yang mudah ditemukan petani, seperti ampas tahu dan tempe
karena di seririt cukup banyak industri rumah tangga yang membuat tahu dan tempe.
Bahan-bahan dari ampas tahu basah langsung bisa dicampur dengan talas atau eceng
gondok sebagai pakan fermentasi.
Kegiatan yang dilakukan pada kelompok pengolah makanan dari lele tidak banyak
dilakukan. Anggota kelompok ini adalah istri dari anggota kelompok budidaya lele sehingga
informasi tentang permasalahan pengolah makanan dari lele sudah bisa dieksplorasi dan
dicarikan solusinya bersama. Adanya mesin peniris abon sangat membantu kelompok ini
untuk meningkatkan kualitas abon yang sebelumnya masih mengandung banyak minyak.
Permasalahan branding kemasan dari olahan lele kering, kelompok menyatakan bahwa
mereka memerlukan kemasan dari plastik yang lebih permanen sifatnya. Sementara ini
mereka menggunakan merek kemasaan dari kertas yang dijepret ataupun dilem di plastik.
Oleh sebab itu, pada kegiatan ini tim juga mencoba membantu dengan membuat branding
Lele Organik yang langsung disablon pada kemasan plastik.

20

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KeSimpulan
Kegiatan IbM ini telah mampu meningkatkan wawasan dan kemampuan
pembudidaya lele dalam membuat probiofish dan pakan lele fermentasi dari bahan limbah
pertanian, seperti ampas tahu, ampas kedelai, bungkil kelapa, dedak halus, tepung jagung,
polard dan bahan-bahan alternatif lain, seperti tanaman liar, eceng gondok. Probiofish yang
dihasilkan memiliki kualitas yang baik, sama dengan starter. Pakan lele fermentasi yang
dihasilkan disukai oleh lele, namun memiliki kandungan protein yang lebih rendah dari
pakan lele kelas II yang dijual dipasaran. Pakan lele alternatif dari eceng gondok yang
difermentasi hanya cocok untuk pakan selingan untuk leledewsa yang sudah dewasa.
Produk makanan olehan dari lele yang dibuat mitra sudah termasuk berkualitas baik.
Produk-produk olahan ini sudah dikenal dengan baik di desa Subuk dan sekitarnya. Produk
olahan kering juga memiliki kualitas baik. Produk ini sudah bisa dikemas dengan kemasan
yang lebih baik menggunakan brand Lele Organik.

7.2 Saran
Dengan bekal wawasan dan keterampilan yang telah diberikan, diharapkan mitra
bisa terus mengembangkan pembuatan pakan alternatif ini dari bahan-bahan yang ada untuk
memecahkan permasalahan pakan lele. Mesin-mesin yang digunakan sudah cukup
membantu mitra untuk bisa berproduksi terus dan memperbesar kapasitas produksinya.
Produk-produk olahan kering dan basah perlu lebih dikenalkan lewat event-event yang
sifatnya promosi.

21

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2009. Bahan Seminar Penyuluh KP, Dirjen Perikanan Budidaya, Departemen
Kelautan dan Perikanan RI.
Anonymos, 2011 Formulasi Pakan Permentasi dan Teknik Pembuatan Pakan Alternatif
dengan Bahan Baku Utama Sludge (kotoran sapi), Makalah. Dinas Perikanan dan
Kelautan Propinsi Jawa Timur, Unit Pengelola Budidaya Air Tawar KepanjenMalang.
Anonymos, 2010. Pembuatan Abon Ikan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Buleleng. Singaraja.
Anonymous, 2012. Pembuatan Keripik dan Kerupuk Lele. Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Buleleng, Singaraja.
Prihartono, R. Eko,2000. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele. Penebar Swadaya,
Jakarta (53-69)
Setyono, 2010. Formulasi dan Teknik Pembuatan Pakan Ikan, Makalah. Dinas Perikanan
dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, Unit Pengelola Budidaya Air Tawar KepanjenMalang.
Sublandri. 2010. Pengenalan dan pengembangan Teknologi Probiotik: Pro-BioFish.
Makalah. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, Unit Pengelola
Budidaya Air Tawar Kepanjen-Malang.
Suyanto, R. 1993. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya, Jakarta

22

LAMPIRAN 1
INSTRUMEN
A. CARA PEMBUATAN PROBIOFISH

Bahan :

JAHE MERAH
[3 Kg]
KUNYIT PUTIH
[5 Kg]
TEMULAWAK
[5 Kg]
GULA MERAH
[5 Kg]
SUSU SEGAR
[5 Liter]
TETES
[5 Liter]
DEDAK HALUS
[2 Kg]
MARKISA / NANAS
[3 Kg]
AIR SAMPAI VOLUME 100 LITER

Cara Pembuatan:
1. Rempah rempah (jahe merah, kunyit putih, temulawak) di cuci dan di
potong-potong, lalu dihaluskan dengan diskmill
2. Rempah-rempah, gula merah, dedak, tetes di masak pada suhu 100OC
3. Buah Markisa / Belimbing / Nanas di haluskan dengan blender, lalu di
panaskan bersama susu pada suhu 60oC (agar Vitamin C tidak rusak
4. Seluruh bahan dimasukkan ke dalam wadah dalam kondisi masih panas
(sampai penuh)
5. di dinginkan selama 48 jam (sampai dingin, kondisi tertutup rapat)
6. Setelah 48 jam, dimasukkan starter probiotik 2 liter
7. Ditutup rapat (kedap udara), di fermentasi selama 1 bulan
8. Apabila ada tekanan berlebihan, gas dikeluarkan
9. Setelah 1 bulan, siap digunakan dan dikemas

23

Memperbanyak Probiofish
1 Liter Probiofish dicampur dengan 10 Liter molase ditambah air sampai 100 Liter.
Sangat baik ditambahkan 2 kg dedak halus dan 2 kg nanas/belimbing. Lalu
difermentasi 2 mingg Minggu. (Sublandri 2013, Kapanjen Malang)

24

B. CARA PEMBUATAN PAKAN LELE FERMENTASI

Bahan:

No.

Bahan

Prosentase

Dalam 100 kg
pakan

Ampas Tahu

25 %

25 kg

Tepung Ikan

5%

5 kg

Tepung jagung

10 %

10 kg

Bungkil kedelai

10 %

10 kg

Dedak Halus

15 %

15 kg

Bungkil kelapa

10 %

10 kg

Polard

15 %

15 kg

Bungkil kacang

10 %

10 kg

Komposisi /bahan-bahan bisa diganti dengan yang lain asalkan mengandung protein,
karbohidrat dan serat yang memadai, sesuai dengan persediaan

Cara Pembuatan:

100 kg bahan dicampur sesuai formulasi hingga homogen


Ditambah 1 liter Pro-BioFish
Ditambah tetes 3 liter + air 1 liter
Difermentasi selama 5 hari dalam kantong tertutup (kedap udara)
Di hindarkan dari sinar matahari langsung

C. PAKAN LELE FERMENTASI DARI SAYUR ATAU ECENG GONDOK

Bahan:

25

Sampah sayuran pasaran, produk pertanian(talas, rumput makanan babi, dll), eceng
gondok
Molase
probiofish

Cara Pembuatan:
100 kg sampah sayuran dipotong-potong dengan ukuran bisa ditelan lele.
Tambahkan 3 Liter tetes dan 1 liter air
Tambahkan 1 Liter probiofish
Difermentasi sekitar 5 hari dalam kantong plastik kedap dan disimpan ditempat tidak
kena sinar matahari langsung

26

MATERI POWER POINT

NOMOR KEP.02/MEN/2007 TENTANG


CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB)
Ditetapkan pada 5 JANUARI 2007

MASALAH
PENYAKIT &
LINGKUNGAN)

PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK

Probiotik

Pengaruh probiotik pada ikan

Apa sih Probiotik itu ?


Suatu pakan tambahan berupa mikroba hidup yang dapat
memberikan pengaruh menguntungkan terhadap inang
dan lingkungan dengan cara memperbaiki keseimbangan
mikroba saluran pencernaan dan lingkungan

MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN
MENINGKATKAN NAFSU MAKAN

MENCEGAH TERJADI PENYAKIT


MEMPERBAIKI KUALITAS AIR

Macam probiotik

Probiotik

Probiotik
yang di Kembangkan
di UPBAT Kepanjen

Probiotik pabrikan yang beredar di pasaran

Keunggulan Pro-BioFish

Bagaimana Membuat
Pro-BioFish ?

Meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan ikan


Memperbaiki penggunaan nutrisi pakan

Dapat memfermentasi bahan alternative


Menekan biaya pakan sebesar 30-40 %.
Mengurangi pathogen dalam perairan (kualitas air)
Media tidak berbau (ramah lingkungan)
Ikan dibudidayakan termasuk ikan organic yang bagus untuk

kesehatan manusia.
Dapat digunakan sebagai probiotik untuk peternakan dan

pertanian

27

Bahan pembuatan 100 liter


Pro-BioFish
JAHE MERAH

[3 Kg]

KUNYIT PUTIH

[5 Kg]

TEMULAWAK

[5 Kg]

GULA MERAH

[5 Kg]

SUSU SEGAR

[5 Liter]

TETES

[5 Liter]

DEDAK HALUS

[2 Kg]

MARKISA / NANAS

[3 Kg]

SUSU SEGAR

JAHE MERAH

KUNYIT PUTIH

GULA MERAH

TEMULAWAK

TETES
Drum Plastik

MARKISA

DEDAK HALUS

Drum Besi

Diskmill (penghalus)

Kemasan Probiotik

Rempah-rempah, gula
merah, dedak, tetes di
masak pada suhu 100OC

Buah Markisa /
Belimbing / Nanas di
haluskan dengan
blender, lalu di panaskan
bersama susu pada suhu
60oC

Seluruh bahan
dimasukkan ke dalam
wadah dalam kondisi
masih panas
(sampai penuh)

Pemanasan pada suhu


60oC agar vit.C dan
protein tidak rusak

di dinginkan selama 48
jam (sampai dingin,
kondisi tertutup rapat)

28

Setelah 48 jam,
dimasukkan starter
probiotik 2 liter

Ditutup rapat (kedap


udara), di fermentasi
selama 1 bulan

DOSIS
Umur / Jenis
Pakan

Pakan
Fermentasi

Pellet

1 30 hari

5%

3%

31 60 hari

5%

2%

61 90 hari

5%

2%

Ukuran 4 x 6 m2

Masa Pemeliharaan
Hari ke

DOSIS Pemberian
Pro-BioFish

30
45
60
75
90

1 liter
1 liter
1 liter
1 liter
1 liter

Bisa memanfaatkan bahan-bahan yang


bersifat limbah
Tidak perlu menggunakan mesin

Mampu menaikkan nilai protein sampai 8 %


Menekan biaya produksi
Step 2

Mudah dilakukan
Keuntungan lebih besar

Step 1

No.

Bahan

Prosentase

100 kg bahan dicampur sesuai formulasi

Dalam 100 kg
pakan

hingga homogen

Ampas Tahu

25 %

25 kg

Tepung Ikan

5%

5 kg

Tepung jagung

10 %

10 kg

Ditambah tetes 3 liter + air 1 liter

Bungkil kedelai

10 %

10 kg

Difermentasi selama

Dedak Halus

15 %

15 kg

Bungkil kelapa

10 %

10 kg

Polard

15 %

15 kg

Bungkil kacang

10 %

10 kg

Ditambah 1 liter Pro-BioFish

5 hari dalam
kantong tertutup (kedap udara)

Di hindarkan dari sinar matahari

langsung

29

LAMPIRAN 2
PERSONALIA TIM PENELITI, KUALIFIKASI DAN PEMBAGIAN TUGAS
No
1

Nama
NIDN
Dr. I Made 0012316443
Kirna, M. Si

Inyoman
0008016802
Selamat, S.
Si, M. Sic

Kadek Lila 0031078301


Antara, S. Pi

Bidang Ilmu
Kimia Fisika
dan Teknologi
Pembelajaran

Uraian Tugas
Mengkoordinasikan
semua
kegiatan IbM: perencanaan,
pelaksanaan, analisis, dan
pelaporan
Kimia Analitik Membantu dalam monitoring
lapangan, pengujian probiofish
dan pengukuran kandungan
protein ppakan fermentasi
Budidaya
Membantu sebagai pemateri
perairan
Air dan pelatih dalam membuat
Tawar
probiofish
dan
pakan
fermentasi

30

LAMPIRAN 3 Artikel untuk Dipublikasi

PROBIOFISH DAN PAKAN FERMENTASI UNTUK MENGATASI


MASALAH PAKAN PADA BUDIDAYA LELE
I Made Kirna, I Nyoman Selamat, Kadek Lila Antara
Universitas Pendidikan Genesha
e-mail: mdkirna@gmail.com

Ringkasan Eksekutif
Kelompok penbudidaya lele Dharma Karya desa Subuk Kabupaten Buleleng
menghadapi permasalahan pokok yang disebabkan oleh semakin melambungnya harga
pakan lele di pasaran. Biaya produksi yang dikeluarkan kelompok pembudidaya ini
semakin meningkat, sementara harga lele di pasaran tidak meningkat secara signifikan.
Beberapa produk makanan olahan lele sudah dikembangkan oleh kelompok ini untuk lebih
meningkatkan nilai jual lele yang dihasilkan. Untuk mengurangi beban biaya produksi,
pencarian pakan alternatif yang lebih murah merupakan tantangan yang harus dipecahkan.
Pelatihan dan pendampingan tentang pembuatan pakan lele fermentasi dari limbah
pertanian telah dilakukan untuk memecahkan permasalahan pokok pembudidaya lele di
desa Subuk. Pelatihan didahului dengan penyampaian informasi tentang pakan fermentasi,
bahan-bahan yang bisa digunakan, pentingnya probiotik untuk memelihara kualitas air
kolam, selain untuk membuat pakan fermentasi, dan cara membuat probiofish (salah satu
jenis probiotik) dan pakan lele fermentasi. Limbah pertanian, seperti ampas tahu, ampas
kedelai, bungkil kelapa, dedak halus, polard, dan tepung jagung dicoba dimanfaatkan untuk
membuat pakan fermentasi. Di samping itu, dibuat juga pakan selingan dari eceng gondok
yang difermentasi. Probiofish yang dibuat diuji aktivitas dalam memelihara kualitas air
limbah. Demikian juga pakan fermentasi yang dibuat diuji kandungan proteinnya.
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa mitra mudah memahami cara pembuatan
probiofish dan pakan lele fermentasi mengacu pada prosedur kerja yang diberikan. Uji
aktivitas probiofish yang dibuat menunjukan bahwa probiofish memiliki aktivitas yang
sama dengan starter (yang dijual dipasar). Probiofish ini dapat menjaga kualitas air kolam
dilihat dari kejernihan dan bau. Pakan lele fermentasi yang dibuat menggunakan limbah
pertanian dan probiofish yang dibuat memiliki kualitas yang cukup baik, walaupun
mengandung kandungan protein (nitrogen total) yang lebih rendah dari pakan ikan kualitas
II di pasaran. Walaupun demikian, pakan lele yang dibuat sudah cukup membantu petani
lele untuk memecahkan masalah pakannya. Pakan lele yang dibuat menggunakan limbah
eceng gondok juga bisa dimakan oleh lele. Pakanpakan alternatif yang dibuat ini memiliki
kandungan protein yang rendah yang hanya bisa digunakan sebagai makanan selingan
untuk lele dewasa. Kegiatan pelatihan dan pendampingan tentang pembuatan probiofish dan
pakan lele fermentasi ini direspon sangat positif oleh anggota kelompok pembudidaya lele
Dharma Karya. Mereka termotivasi untuk mengembangkan lebih lanjut untuk membuat
pakan fermentasi dari limbah-limbah pertanian yang lain.
Kata-kata kunci: pakan lele fermentasi, probiofish, budidaya lele organik

31

Executive Sumary
Dharma Karya catfish cultivation group in village of Subuk of Buleleng Regencies
face fundamental problems caused by increasingly soaring price of catfish feed in the
market . the production costs of catfish cultivation was increasing , while the price of catfish
in the market did not increase significantly. Some products of catfish processed food has
been developed by this group to further increase the sale value of catfish produced. To
reduce production costs, the exploration of cheaper alternative feeds is a challenge that must
be solved .
Training and mentoring of alternative products as a catfish feed from agricultural
waste fermentation has been done to solve the main problems of catfish farmers in the
village of Subuk. The training was preceded by the delivery of information about the
fermented feed, materials that can be used , the importance of probiotics to maintain water
quality, in addition to making fermented feed The training also explaining how to make
probiofish (a type of probiotic ) and fermented catfish feed. Agricultural waste , such as
tofu, soy pulp, coconut meal, fine bran, pollard, and tried cornmeal used to make fermented
feed. In addition, the alternative feed also created from fermented water hyacinth.
Probiofish made was tested its activity in maintaining the quality of the waste water. The
fermented feed made was also tested its protein content.
The results showed that the participants is easy to understand how making
probiofish and fermented catfish feed refers to a procedure given. The result of Probiofishmade activity test showed that probiofish-made have the same activity with the starter
(which is sold in the market ). Probiofish can maintain the quality of pool water views from
turbidity and odor. Fermented catfish feed from agricultural waste and probiofish-made
have an adiquate quality, although protein content (total nitrogen) of fermented feed is
lower than the content of fish feed on the market. However, fermented catfish feed is good
enough to help catfish farmers to solve the their problem . Catfish feed are made using
waste water hyacinth can also be consume by a catfish. This alternative feed ofcourse has a
low protein content that can only be used as a snack for adult catfish. At all, this training
and mentoring was responded well by members of Dharma Karya catfish group in Village
of Subuk. They were motivated to develop further to make the fermented feed from other
agricultural wastes.
Keywords: fermented catfish feed, probiofish, oragnic catfish cultivation
A.PENDAHULUAN
Desa Subuk terletak di Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng, warga desa,
selain melakukan usaha budidaya tanaman pangan dan perkebunan, beberapa tahun
belakangan ini sudah banyak dikembangkan budidaya ikan air tawar. Hal ini didukung
adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya usaha peningkatan gizi masyarakat melalui
makan ikan. Wilayah ini cukup jauh dari pantai sehingga harga jual bahan pangan yang
berasal dari ikan (laut) cukup susah diperoleh. Di Desa Subuk sudah ada kelompok
pembudidaya ikan air tawar, yaitu Kelompok pembudidaya dan pengolah makanan olahan
Lele Dharma Karya yang anggotanya 28 orang, 18 orang kelompok pembudidaya lele dan
10 oran kelompok wanita pengolah makanan dari lele. Luas lahan budidaya yang ada di
Kelompok ini sekitar 0,5 Ha
Sebagian besar para petani yang ada di Desa Subuk, termasuk anggota kelompok
Dharma Karya, memiliki mata pencaharian yang sifatnya polivalen (tani, ternak, kebun dan
ikan). Kelompok Dharma Karya dalam melakukan budidaya memanfaatkan lahan sempit di
lahan perkebunannya. Kolam yang dimiliki ada yang berupa kolam tanah, terpal dan kolam
32

permanen yang kadang digunakan juga untuk memelihara babi. Dalam suatu budidaya,
pakan adalah permasalahan utama. Kelompok pembudidaya Lele Dharma Karya desa
Subuk masih mengandalkan pakan pabrik sebagai pakan utama. Pakan ini dibuat dalam
bentuk pelet dengan kualitas yang berbeda-beda, seperti F999, 781-1, 781-2, dan 781-3.
Pakan lele yang kualitasnya berbeda ini diberikan untuk usia bibit yang berbeda-beda dan
disesuaikan dengan bukaan mulut lele. Pada saat pembenihan, lele diberikan pakan dengan
kualitas tinggi (kandungan protein yang tinggi). Pemberian pakan dengan kualitas lebih
rendah diberikan seiring dengan umur lele.
Lele dipelihara dalam jangka waktu sekitar 3 - 4 bulan . Dengan intensitas
pemberian pakan buatan (pelet) yang terus-menerus sepanjang masa pemeliharaan, tentu
diperlukan jumlah pakan yang tidak sedikit. Untuk 1 are kolam dengan kepadatan tebar
300-500 ekor/m2 atau jumlah bibit sekitar 3000 ekor, maka diperlukan pakan dari
pembenihan sampai panen sebanyak sekitar 300 Kg. Dengan harga pakan pabrik yang
cukup mahal dan berkencendrungan meningkat serta harga jual lele yang cukup murah,
maka keuntungan pembudidaya sangat minim.
Permasalahan pakan ini adalah
permasalahan utama dari kelompok pembudidaya lele Dharma Karya. Untuk bisa
meningkatkan kehidupan ekonomi anggota kelompok pembudidaya ini, kunci utamanya
adalah menemukan alternatif pakan lele yang lebih murah. Ini adalah tantangan utama dari
semua jenis budidaya ternak.
Permsalahan lain yang dihadapi oleh pembudidaya lele, termasuk kelompok Dharma
Karya adalah harga jual pasca panen. Kelompok pembudidaya Lele Dharma Karya
melakukan pemanenan lele setelah lele mencapai ukuran konsumsi 6-8 ekor/Kg. Dengan
menggunakan pakan pabrik waktu panen ini dicapai setelah 3-4 bulan budidaya.
Permasalahan yang muncul disaat panen adalah harga lele per kilogram cenderung di bawah
harga standar. Harga jual lele konsumsi sangat berfluktuasi, dimana pada saat panen harga
lele per 1 kg sekitar Rp.10.000 sampai Rp.11.0000 di tingkat pengempul. Pada tingkat
konsumen akhir, harga jual lele konsumsi per 1 kg dapat mencapai Rp.15.000 sampai
Rp.17.000. Harga jual ini hanya meampu memberikan nilai ekonomi yang rendah pada
kelompok pembudidaya, lebih-lebih harga pakan terus cenderung meningkat. Rendahnya
harga jual lele konsumsi ini sebenarnya sudah dikiati dengan melakukan pengolahan lele
menjadi pangan olahan lele yang bernilai jual lebih tinggi.
Paparan di atas sudah menguraikan bahwa permasalahan utama pemdudidaya lele
desa Subuk adalah masalah pakan yang harganya semakin meningkat. Masalah pakan ini
adalah tantangan utama untuk dipecahkan. Lele sesungguhnya ikan yang rakus. Kerakusan
lele sebenarnya memudahkan dalam memeliharanya, hanya saja kerakusan ini
menyebabkan citra lele sebagai pangan menjadi negatif. Penemuan alternatif pakan lele
perlu mempertimbangkan perbaikan citra lele sebagai bahan pangan.
Teknologi fermentasi telah berkembang dengan pesat. Berbagai mikroorganisme
baik telah dikembangkan yang bisa dipakai secara praktis oleh petani. Produk fermentasi
telah dilaporkan dapat meningkatkan kandungan protein dari bahan yang berasal dari
biomassa. Fermentasi juga sangat mudah dilakukan. Di sisi lain, limbah utamanya dari
pertanian masih belum optimal dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan
lele adalah alternatif solusi untuk membantu pembudidaya lele mengatasi permasalahan
pakan yang cenderung meningkat. Bahan-bahan dari limbah pertanian cukup mudah
diperoleh oleh petani. Beberapa bahan limbah yang berkualitas baik, seperti ampas tahu,
ampas kedelai juga cukup mudah diperoleh dengan harga yang tidak terlalu mahal.
Permasalahannya adalah kelompok pembudi daya belum memiliki wawasan, pemahaman
dan keterampilan yang memadai untuk membuat pakan fermentasi sekaligus peralatan
pokok yang diperlukan untuk membuat pakan fermentasi.
33

Dalam budidaya lele, kualitas air kolam yang sangat berpengaruh pada produksi.
Pengamatan kualitas air dan pengendalian hama/penyakit kurang mendapat perhatian
pembudidaya, padahal kualitas air sangat menentukan kuantitas produksi. Petani hanya
fokus pada pemberian pakan, penggredingan (seleksi benih) yang dilakukan setiap 3
minggu. Penanganan kualitas air masih diabaikan, padahal aspek ini sangat penting.
Probiofish adalah salah satu probiotik yang dapat digunakan untuk memelihara air kolam
agar tetap sehat. Probiofik bisa ditambahkan terintegrasi dalam pakan yang diberikan. Pada
Keadaan air kolam yang sudah sangat keruh dan bau, probiotk ditambahkan secara khusus
setiap 1 bulan ke dalam kolam. Probiotik memegang peranan sangat penting bagi
pembudidaya karena selain merupakan bahan pokok dalam membuat pakan fermentasi, juga
diperlukan terkait dengan memelihara kualitas air kolam.
Berdasarkan paparan di atas, maka kegiatan yang prospektif dilakukan untuk
membantu pembudidaya lele di Desa Subuk adalah adalah (1) memberikan wawasan
kepada pembudidaya tentang berbagai pakan alternatif melalui cara fermentasi dari berbagai
bahan yang ada di sekitar, (2) memberikan wawasan dan keterampilan dalam menjaga
kualitas air kolam menggunakan probiofish; (3) .memberikan pelatihan dan pendampingan
pembuatan pakan lele fermentasi dari bahan limbah pertanian; (4) pelatihan membuat
probiofish, suatu probiotik yang sangat dibutuhkan dalam membuat pakan fermentasi dan
dalam memelihara kualitas air kolam; dan (5) membantu kelompok pengolah lele untuk
meningkatkan kualitas produksinya dan promosinya..
B.SUMBER INSPIRASI
Ilmudan teknologi yang diperoleh dari perguruan tinggi sering terhenti hanya
dilingkungan kampus. Ilmu dan teknologi yang dipelajari bahkan terkesan melambung
namun tidak pernah mendarat di alam permasalahan real masyarakat. Kemajuan teknologi
fermentasi sudah sangat tinggi dan dalam aplikasinya di masyarakat sebenarnya sangat
sederhana. Teknologi ini sangat mudah dilakukan dan sangat bermanfaat. Hanya saja,
potensi yang sangat besar dari teknologi ini belum banyak diaplikasikan untuk memecahkan
masalah kehidupan masyarakat.
Permasalahan pakan lele yang dihadapi oleh pembudidaya lele desa Subuk sangat
potensial bisa dipecahkan menggunakan teknologi fermentasi. Beberapa riset sederhana bisa
dilakukan untuk mengeksplorasi bahan-bahan murah untuk selanjutnya dijadikan pakan
fermentasi, sekaligus
strategi pemanfaatannya yang tepat dalam budidaya lele.
Pemanfaatan bahan limbah pertanian sebagai bahan pakan fermentasi sangat tepat dilakukan
karena kebanyakan petani yang tergabung dalam kelompok Dharma Karya merupakan
petani yang polivalen, memiliki dan mengolah lahan pertanian, beternak bai, sapi dan juga
pembudidaya lele. Bahan-bahan limbah pertanian tentu mudah diperoleh petani untuk bisa
dicoba dijadikan pakan lele fermentasi.
Permasalahan utama yang dihadapi mitra dan yang telah disepakati untuk
dipecahkan pada kegiatan IbM adalah: (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang
teknologi pembuatan pakan alternatif yang berbasis limbah pertanian dan tanaman yang
tumbuh di sekitar lokasi sebagai langkah strategis untuk menggantikan pakan pabrik, (2)
kurangnya pengetahuan tentang penanganan kualitas air kolam menggunakan probiotik, (3)
kurangnya promosi produk olahan kering lele (keripik, kerupuk, dan abon) yang khas.
C.METODE
Kegiatan yang dilakukan adalah Pelatihan dan Pendampingan untuk memecahkan
permasalahan yang disepakati untuk diselesaikan. Kegiatan yang dilakukan secara
berkelompok yang dipusatkan pada salah satu anggota kelompok Dharma Karya. Ada
34

empat sasaran kegiatan yang dilakukan, yaitu (1) pemberian wawasan dan pengetahuan
tentang pakan fermentasi dan probiofish serta cara membuatnya; (2) Pelatihan cara
membuat probiofish dan pakan lele dari bahan limbah pertanian; (3) pendampingan
pembuatan pakan lele dan memperbanyak probiofish serta cara memanfaatkannya dalam
budidaya, dan (4) pemberian bantuan peralatan dan pembuatan brand untuk kemasan olahan
kering lele.
Tahapan Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut terdiri dari tahap
Persiapan, Pelatihan, dan Pendampingan.
Tahap Persiapan.
Pada tahap persiapan dilakukan semua persiapan yang diperlukan sebelum dilakukan
pelatihan, seperti: penyiapan materi pelatihan; penyiapan bahan-bahan limbah pertanian dan
bahan membuat probiofish; dan pemberian bantuan perlatan untuk memproduksi pakan lele.
Peralatan yang diberikan kepada kelompok pembudidaya adalah mesin penepung, mesin
pelumat daging sekaligus sebagai pemelet, dan mesin peniris abon.
Tahap Pelatihan
Pada tahap pelatihan dilakukan penyampaian materi untuk meningkatkan wawasan petani
tentang probiofish dan pakan fermentasi sekaligus cara membuatnya. Kegiatan selanjutnya
adalah pelatihan membuat probiofish dan pakan lele fermentasi dari bahan limbah pertanian
yang sudah disiapkan.
Tahap Pendampingan
Pada tahap ini dilakukan (1) pembuatan lebih banyak probiofish dan juga pakan lele
fermentasi dari bahan yang sudah disiapkan; (2) pembuatan pakan fermentasi dari eceng
gondok, (3) pengujian aktivitas probiofish yang dibuat, dan pengukuran kandungan protein
pakan lele yang dibuat; dan (4) bantuan membuat desain brand produk olahan kering lele.
Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan P2M ini dilihat dari dua aspek, yaitu (1) wawasan dan keterampilan mitra
dalam membuat pakan fermentasi dan probiofish dan (2) Kemampuan mitra dalam
membuat sendiri pakan fermentasi dan probiofish dari alat-alat yang telah diberikan, (3)
Produk yang dihasilkan efektif sebagai pakan lele dan dalam menjaga kualitas air kolam
sehingga pertumbuhan lele berlangsung dengan baik, (4) telah adanya merek (branding)
produk olahan lele yang menarik konsumen, baik dari aspek desain maupun citra lele
sebagai makanan sehat dan tidak kotor.
D.KARYA UTAMA
Anggota kelompok pembudidaya berpartisipasi aktif dalam mengikuti kegiatan ini.
Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh sesuai dengan acuan kerja yang diberikan.
Beberapa bahan dan peralatan disiapkan secara sukarela untuk kelancaran kegiatan. Esin
yang diberikan dimodifikasi sendiri oleh kelompok agar lebih efektif dan efisien. Sebelum
kegiatan pelatihan pembuatan probiofish dan pakan lele fermentasi, bahan-bahan yang
digunakan sudah disiapkan dan dikerjakan sehingga halhal teknis terkait dengan memotong,
menepung tidak dilakukan saat pelatihan. Dengan mekanisme seperti ini, pelatihan berjalan
dengan lancar. Koordinasi lewat telepon seluler sering dilakukan untuk berkoordinasi
terkait dengan pekerjaan yang dilakukan mengingat setiap tahapan pekerjaan memerlukan
waktu pendiaman yang cukup lama, seperti pembuatan probiofish perlu waktu minimal 1
bulan pemeraman dan untuk membuat pakan fermentasi perlu dilakukan pemeraman selama
minimal 6 hari.
35

Kegiatan pelatihan berjalan dengan lancar. Karena sesungguhnya membuat pakan


fermentasi dan probiofish sangat sederhana, tidak ada permasalahan dari anggota kelompok
untuk membuatnya. Semua anggota kelompok sudaha memeiliki keterampilan untuk
membuat probiofish dan pakan fermentasi dari bahan limbah pertanian.
Kegiatan yang dilakukan pada kelompok pengolah makanan dari lele tidak banyak Anggota
kelompok ini adalah istri dari anggota kelompok budidaya lele sehingga informasi tentang
permasalahan pengolah makanan dari lele sudah bisa dieksplorasi dan dicarikan solusinya
bersama. Adanya mesin peniris abon sangat membantu kelompok ini untuk meningkatkan
kualitas abon yang sebelumnya masih mengandung banyak minyak. Permasalahan branding
kemasan dari olahan lele kering, kelompok menyatakan bahwa mereka memerlukan
kemasan dari plastik yang lebih permanen sifatnya. Sementara ini mereka menggunakan
merek kemasaan dari kertas yang dijepret ataupun dilem di plastik. Oleh sebab itu, pada
kegiatan ini tim juga mencoba membantu dengan membuat branding Lele Organik yang
langsung disablon pada kemasan plastik.
Kegiatan dan Produk yang dihasilkan disajiakn pada gambar gambar di bawah ini.

Gamba 1. Pembuatan Probiofish saat Pelatihan

Setela
h3
Gambar 2. UjiCoba Aktivitas
Probiofish
jam

36

Setela
h1
hari

Gambar 3 Pembuatan Pakan Fermentasi dari Limbah Pertanian saat Pelatihan

Gambar 4. Memperbanyak Probiofish

Gambar 5 Membuat Pakan fermentasi dalam jumlah lebih besar

Pakan yang dibuat (kiri)


dan pakan di pasar (kanan)

Sampel didestruksi

sampel didestilasi selanjutnya dititrasi

Gambar 6 Pengukuran kandungan protein pakan fermentasi

37

Gambar 7 Brand/Merek dari produk olahan kering lele


E.ULASAN KARYA
Probiofish dibuat menggunakan bahan-bahan pokok, yaitu (1) rempah-rempah yang
terdiri dari Jahe merah, kunyit putih, dan temulawak, Vitamin C yang diperoleh dari nenas,
(3) gula yang berasal dari molase (tetes tebu), dan (4) dedak halus. Susu segar juga sangat
baik ditambahkan dalam campuran bahan tersebut. Sebagai mikroorganisme digunakan
Starter probiofish khusus Lele yang dibeli dari Kepanjen Malang. Probiofish yang
dihasilkan diuji coba aktivitasnya menggunakan air limbah yang bau. Dua limbah yang
sama dimasukkan ke dalam botol kemasan, botol kemasan yang 1 diisi dengan probiofish
starter dan botol kemasan 2 disi dengan probiofish produk IbM.
Hasil uji menunjukan bahwa probiofish yang dihasilkan memiliki aktivitas yang
sama dengan starter. Pada 3,5 jam setelah penambahan probiofish, air limbah menjadi lebih
jernih dimana kotorannya mengendap. Gelembung-gelembung gas sebagai hasil aktivitas
mikroba teramati dari dasar air limbah dan kotoran limbah ada yang bergerak naik dan turun
terbawa oleh gas. Adanya gelembung gas teramati sampai pada hari ke 25 dengan jumlah
gas yang semakin berkurang. Air limbah yang bau menjadi tidak berbau tajam lagi.
Pemanfaatan probiofish pada air kolam memperlihatkan hal yang sama dengan saat
uji coba. Walaupun tidak teramati adanya gelembung gas, tetapi kolam yang biasanya cepat
keruh dan bau menjadi tidak terlalu keruh dan bau lagi. Kotoran dalam air kolam
berkecendrungan mengendap, tidak melayang-layang lagi.
Pakan Lele alternatif dibuat dengan bahan-bahan limbah pertanian, seperti ampas
tahu, ampas tempe, dedak halus, polard, tepung jagung, bungkil kelapa memiliki bau khas
produk fermentasi. Pakan lele fermentasi yang dibuat memiliki bau yang berbeda dengan
yang dijual dipasar yang lebih berbau ikan kering. Produk yang dibuat juga lebih ringan
daripada pakan yang dijual. Produk yang dibuat juga disukai oleh lele. Uji kandungan
protein dilakukan dengan membandingkannya dengan pakan lele kelas II yang dijual di
pasar yang biasa digunakan oleh petani. Masing-masing 0,8 gram sampel didestruksi
menggunakan asam sulfat pekat, Natrium sulfat, dan natrium tiosulfat dengan katalis TiO2.
Hasil destruksi dinetralkan menggunakan Zn berlebih kemudian ditambahkan NaOH
berlebih dalam set alat destilasi. Destilat selanjutnya ditritrasi menggunakan HCl 0,1 M.
Hasil Titrasi 25 mL destilat dari larutan hasil destruksi pakan lele yang dibuat adalah 3,2
mL dan untuk pakan yang dijual dipasar adalah 6,5 mL. Dengan menggunakan faktor
konversi 6,25 diperoleh kandungan protein pakan lele yang dibuat adalah 1,40 mg/gram dan
pakan lele di pasaran adalah 2,84 mg/gram. Kandungan yang lebih rendah ini disebabkan
oleh bahan-bahan yang digunakan sebgaian besar dari bahan limbah yang banyak
mengandung karbohidrat dan lemak, sementara yang dijual dipasaran sepertinya dibuat dari
limbah ikan sehingga baunya seperti ikan kering.
38

Walapun kandungan proteinya rendah, pakan lele fermentasi ini cukup baik sebagai
makanan lele, mengingat tingginya harga pakan lele dipasaran. Sesuai dengan tahapan
pemberian pakan lele yang sring dilakukan, pemberian pakan lele fermentasi ini bisa
dilakukan pada saat lele sudah cukup dewasa dewasa atau bukaan mulut lele sudah sesuai
dengan ukuran pelet yang dibuat. Pada kegiatan ini juga dibuat pakan lele alternatif dari
limbah eceng gondok. Pakan dari eceng gondok ini juga bisa dimakan oleh Lele, namun
bisa dipastikan kandung proteinnya rendah. Pakan-pakan alternatif seperti eceng gondok
fermentasi hanya bisa digunakan sebagai makan selingan, khusus untuk lele yang sudah
dewasa atau dekat panen. Pakan lele, baik yang diberi dari pasaran, buatan sendiri ataupun
eceng gondok yang difermentasi perlu dicampur dahulu dengan probiofish sebelum
diberikan ke lele. Pencampuran ini akan meningkatkan nilai cerna makanan sekaligus
memelihara kualitas air kolam.
Kegiatan IbM juga membantu mitra pengolah makanan dari bahan lele. Mitra sudah
memiliki keterampilan yang baik tetang pengolahan makanan dari lele. Berbagai produk
olahan sudah dihasilkan dari olahan basah sampai olahan kering. Olahan basah, seperti
bakso, lawar, soto dari lele sudah terkenal di desa Subuk. Produk olahan basah biasanya
dibuat sesuai dengan pesanan, seperti hari raya, upacara adat ataupun pesanan-pesanan
terkait dengan resepsi. Produk olahan kering dibuat oleh mitra sesuai dengan kesediaan
bahan (lele segar). Produk olahan kering biasanya juga dibuat berbarengan dengan adanya
pesanan olahan basah. Sisa-sisa olahan basah, seperti kepala (tulang), dan kulit diolah
menjadi kerupuk ataupun keripik. Sementara abon dibuat khusus dari daging segarnya.
Permasalahan yang dihadapi oleh mitra terkait dengan olahan makanan kering adalah
membuat abon dengan kekeringan yang baik. Oleh sebab itu pada kegiatan IbM ini, mitra
diberikan mesin peniris abon, yang sebenarnya bisa juga digunakan untuk membuat santan
pada pembuatan olahan basah.
Karena produk olahan kering belum dikemas secara profesional, padahal kualitas
produknya sudah diakui sangat bagus, maka pada kegiatan IbM ini juga dilakukan
pembuatan branding untuk mempercantik kemasan olahan kering, seperti abon, kerupuk dan
keripik. Brand yang dbiuat lebih menekankan pada peningkatan citra makan dari lele, yaitu
dengan menonjolkan icon Lele Organik. Kegiatan IbM ini tidak sampai pada monitoring
efektivitas pemberian branding ini terhadap pemasaran produk.
F. KESIMPULAN
Kegiatan IbM ini telah mampu meningkatkan wawasan dan kemampuan
pembudidaya lele dalam membuat probiofish dan pakan lele fermentasi dari bahan limbah
pertanian, seperti ampas tahu, ampas kedelai, bungkil kelapa, dedak halus, tepung jagung,
polard dan bahan-bahan alternatif lain, seperti tanaman liar, eceng gondok. Probiofish yang
dihasilkan memiliki kualitas yang baik, sama dengan starter. Pakan lele fermentasi yang
dihasilkan disukai oleh lele, namun memiliki kandungan protein yang lebih rendah dari
pakan lele kelas II yang dijual di pasaran. Pakan fermentasi yang dibuat cocok diberikan
pada lele yang sudah cukup dewasa atau mendekatai panen. Pakan lele alternatif dari eceng
gondok yang difermentasi hanya cocok untuk pakan selingan untuk lele yang sudah dewasa.
Produk makanan olehan dari lele yang dibuat mitra sudah termasuk berkualitas baik.
Produk-produk olahan ini sudah dikenal dengan baik di desa Subuk dan sekitarnya. Produk
olahan kering juga memiliki kualitas baik. Produk ini sudah bisa dikemas dengan kemasan
yang lebih baik menggunakan brand Lele Organik.
G.DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN
Pembuatan probiofis dan pakan lele fermentasi sangat sederhana sehingga mudah
dipahami pembudidaya lele. Setelah pelatihan mereka sudah mampu membuatnya mengacu
39

pada cara-cara yang sudah dicopikan kepadanya. Sebagai bahan pakan lele fermentasi
sesungguhnya tidak mesti harus sama dengan komposisi bahan yang dicoba dalam
pelatihan. Berbagai bahan bisa digunakan, yang penting sebelum digunakan difermentasi
terlebih dahulu agar mudah dicerna dan lebih meningkat kandungan proteinnya yang
berasal dari biomassa mikroba.
Dengan berbekal keterampilan yang telah dimiliki, kelompok pembudidaya dapat
lebih berkreasi dan berinovasi untuk memanfaatkan berbagai limbah pertanian untuk diolah
menjadi pakan fermentasi.. Berbagai pakan alternatif fermentai akan sangat membantu
dalam memecahkan permasalahan pakan lele, hanya saja pakan fermentasi ini hanya baik
digunakan untuk lele yang sudah dewasa. Lele yang masih kecil tidak bisa diberikan produk
ini karena kandungan proteinnya rendah dan bukaan mulutnya belum sesuai.
Keterampilan yang dimiliki oleh kelompok pembudidaya lele dalam membuat
probiofish sangat berguna Probiofish memegang peranan penting dalam budidaya ikan.
Dengan berbekal probiofish dan Molase yang sudah mudah diperoleh, petani bisa
melakukan berbagai produk fermentasi, termasuk pembuatan pupuk organik yang sudah
tentu akan memberikan nilai tambah terhadap kesuburan lahan pertanian mereka.
H.DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2009. Bahan Seminar Penyuluh KP, Dirjen Perikanan Budidaya, Departemen
Kelautan dan Perikanan RI.
Anonymos, 2011 Formulasi Pakan Permentasi dan Teknik Pembuatan Pakan Alternatif
dengan Bahan Baku Utama Sludge (kotoran sapi), Makalah. Dinas Perikanan dan
Kelautan Propinsi Jawa Timur, Unit Pengelola Budidaya Air Tawar KepanjenMalang.
Anonymos, 2010. Pembuatan Abon Ikan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Buleleng. Singaraja.
Anonymous, 2012. Pembuatan Keripik dan Kerupuk Lele. Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Buleleng, Singaraja.
Prihartono, R. Eko,2000. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele. Penebar Swadaya,
Jakarta (53-69)
Setyono, 2010. Formulasi dan Teknik Pembuatan Pakan Ikan, Makalah. Dinas Perikanan
dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, Unit Pengelola Budidaya Air Tawar KepanjenMalang.
Sublandri. 2010. Pengenalan dan pengembangan Teknologi Probiotik: Pro-BioFish.
Makalah. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, Unit Pengelola
Budidaya Air Tawar Kepanjen-Malang.
Suyanto, R. 1993. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya, Jakarta
J.PERSANTUNAN
Tim pelaksana mengucapkan banyak terima kasih kepada DIKTI yang telah memberikan
dukungan dana sehingga kegiatan ini bisa dilaksanakan. Ucapan terima kasih juga diberikan
kepada tenaga lapangan dari Dinas Perikanan Kabupaten Buleleng yang telah banyak
membantu kelancaran kegiatan ini. Besar harapan tim agar keterampilan yang telah
diberikan kepada kelompok pembudidaya lele terus dikembangkan sehingga permasalahan
pakan lele bisa dipecahkan.

40

Você também pode gostar