Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
bukan perokok yang menghirup asap rokok) memiliki resiko yang lebih besar
mengalami gangguan kesehatan akibat rokok daripada orang yang berperan sebagai
perokok aktif (orang yang merokok), dan jika hal tersebut dikaitkan dengan kondisi
perokok yang tidak memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai perokok pasif,
maka hal tersebut tentu akan sangat membahayakan masyarakat yang berada pada
lingkungan sekitar perokok aktif, terutama apabila terdapat anak-anak yang
kemungkinan akan mengalami gangguan pertumbuhan maupun gangguan kesehatan
akibat menghirup asap rokok.
Kondisi tersebut sebenarnya sangat sulit untuk dihindari maupun ditanggulangi,
sebab hal tersebut sangat berhubungan dengan kebiasaan dan perilaku masyarakat
yang sangat sulit untuk diubah. Meskipun demikian pemerintah tidak lepas tangan
begitu saja, terlihat dari dibuatnya kebijakan-kebijakan yang lebih memperhatikan
kesehatan masyarakat seperti pengadaan area bebas rokok, hingga pembuatan
peraturan tentang larangan merokok di tempat umum beserta sangsinya). Namun
kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat untuk tetap merokok
ditempat-tempat tertentu maupun pada waktu tertentu, yang kemudian hal tersebut
menjadi kebiasaan untuk melanggar peraturan-peraturan maupun melanggar
kebijakan-kebijakan tersebut akibat faktor faktor tertentu.
Masalah Perilaku dan Kebiasaan Merokok Masyarakat terhadap Peraturan Kawasan
Merokok
Pada dasarnya perilaku dan kebiasaan masyarakat sangat sulit untuk diukur,
namun kenyataannya perilaku dan kebiasaan tersebut dapat dilihat dan diamati dalam
jangka waktu tertentu, baik dalam waktu yang singkat maupun dalam waktu yang
cukup panjang. Perilaku tersebut merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi. Sering tidak kita sadari bahwa interaksi-interaksi yang terjadi tersebut
sangat kompleks sehingga terkadang kita tidak sempat untuk memikirkan kenapa
perilaku tersebut dilakukan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.Ada banyak alas
an mengapa seseorang merokok; menambah semangat kerja, berhenti merokok bisa
membuat saya gemuk,merokok mati tidak merokok mati,membandingkan dengan
kakek mereka yang umur panjang walau perokok,merokok memang boros namun
orang yang tidak merokok juga banyak yang melarat, pernah mencoba berhenti
merokok namun gagal terus. Disamping perubahan perilaku melalui penigkatan
pengetahuan,perlu diperkuat dengan adanya undang undangan peraturan yang
mengatur agar orang tidak merokok sembarangan.dengan adanya aturan ini selain
berfungsi mencegah seseorang berprilaku merokok juga menimbulkan efek jera
dengan adanya sanksi hukum bagi yang melanggar aturan tersebut,penetapan
kawasan tanpa rokok( KTR ) Melalui suatu peraturan merupakan suatu upaya
menjadi budaya. Seperti halnya dengan merokok yang semakin lama semakin
menjadi budaya yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Terkadang pelanggaran yang dilakukan juga akan menjadi budaya melanggar
akibat terbiasanya melakukan pelanggaran. Manusia cenderung mengulangi
perilaku yang dianggapnya aman untuk dilakukan, seperti contoh orang yang
merokok pada kawasan dilarang merokok, karena orang tersebut tidak merasa
ada yang perlu ditakuti (tidak ada sangsi yang menghukumnya pada saat itu
juga), maka orang tersebut cenderung akan mengulangi perbuatannya tersebut
di lain waktu (merokok pada kawasan dilarang merokok).
Dari alasan-alasan pokok tersebut, kita dapat mengetahui seberapa besar
kepatuhan seseorang terhadap peraturan-peraturan yang telah dibuat khususnya
terhadap peraturan kawasan dilarang merokok. Oleh karena itu perlu dilakukan
penerapan kebijakan yang dibarengi dengan pengawasan dan penanggulangan
terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat selaku sasaran kebijakan maupun
peraturan-peraturan.
Jika ditinjau dari pemikiran dan alasan kenapa orang merokok, maka kemungkinan
perokok tidak tahu dan percaya akan keberadaan peraturan larangan merokok di
kawasan tertentu yang bersifat mengikat dan memiliki sangsi apabila dilanggar. Hal
tersebut terjadi kemungkinan akibat kurangnya sosialisasi dan penegakan peraturan
yang tegas dan konsisten oleh pihak yang berwenang, sehingga masyarakat merasa
tidak memiliki kewajiban untuk merokok atau tidak merokok pada kawasan tertentu.
Hal tersebut dapat kita lihat langsung (dapat dilihat pula pada televisi) bahwa masih
terdapat masyarakat yang merokok pada daerah yang tidak sepantasnya, bahkan tidak
jarang mayoritas perokok adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang seharusnya bertindak
sebagai contoh dan panutan bagi masyarakat.
Kemudian dapat kita bayangkan hal tersebut juga terjadi pada masyarakat miskin
perokok yang dengan mudah membeli atau mengakses rokok, selain itu harganya juga
sangat jarang mengalami kenaikan. Dapat kita lihat bahwa cukai rokok Indonesia
hanya 30% dan menduduki posisi kedua cukai rokok terendah di dunia setelah Laos
jika dibandingkan dengan cukai rokok negara lain yang mencapai 50%. Kondisi
tersebut cenderung mengakibatkan tujuan utama kebijakan untuk membersihkan
udara dari polusi semakin jauh dari sasaran. Itu jika kita melihat kondisi masyarakat
miskin sebagai sebagian kecil dari populasi, kemungkinan kondisi tersebut akan
memburuk jika kita melihat pada sisi masyarakat yang memiliki uang untuk membeli
rokok.
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat miskin yang memiliki sedikit uang saja
dapat membeli beberapa batang rokok setiap harinya, terlebih pada masyarakat yang
memiliki banyak uang kemungkinan besar akan lebih banyak menghasilkan asap rokok,
dengan asumsi orang kaya tersebut membeli lebih banyak rokok dari orang miskin,
jadi semakin banyak orang yang harus diatur untuk mengikuti peraturan yang dibuat
khususnya tentang kawasan dilarang merokok. Jika hal tersebut benar-benar terjadi,
dapat kita bayangkan bahwa kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk mengatur orang
dalam merokok sangatlah sulit untuk diterapkan, terlebih jika kita melihat sikap dan
perilaku masyarakat yang sangat beragam, bahkan kemungkinan besar kebijakankebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan optimal. Oleh karena itu sangat
penting bagi kita untuk dapat bekerjasama antar instansi atau lembaga dalam
melaksanakan maupun membuat kebijakan, yang pada akhirnya akan terbentuk
komitmen yang kuat demi kepentingan bersama.
Bahkan setelah adanya pemberian dana pajak rokok untuk upaya kesehatan,
Dalam pasal 31 UU No. 28 tahun 2009 diatur bahwa penerimaan pajak rokok, baik
bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima
puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan dan penegakan hukum oleh
aparat yang berwenang. Penggunaan dana pajak rokok diperuntukan untuk kegiatan
penanganan masalah kesehatan yang belum didanai dari APBN, APBD, DAK, DAU, Dana
Dekonsentrasi & Tugas Perbantuan, dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) dan
sumber pembiayaan kesehatan lainnya di masing-masing daerah.yang seharusnya
dapat menambah motivasi untuk bekerja dengan sebaik-baiknya.
Jika dilihat dari kreteria tempat-tempat kawasan bebas rokok diantaranya adalah
tempat umum, disini pendekatan melalui sosialisasi /KIE akan lebih santun dibanding
pendekatan dengan sanksi hukum. Namun lain halnya dengan gedung/ kantor
pemerintahan maka untuk memberi efek jera dan untuk memberikan contoh pada
masyarakat tentu sanksi ini positif dilakukan sehingga manfaat PERDA KTR akan
tercapai dan tidak dikatakan mandul, perlu dinilai dengan bijak dalam pengukuran
keberhasilan/ perubahan prilaku masyarakat di tempat umum dengan masyarakat
dikawasan perkantoran.
Dari bahasan diatas dapat dikatakan bahwa banyak hal yang kemungkinan dapat
menyebabkan tidak terlaksananya (dengan baik) peraturan tentang kawasan dilarang
merokok. Hal-hal tersebut diantaranya : kurangnya sosialisasi kepada masyarakat
tentang kawasan dilarang merokok oleh pemerintah yang nantinya dapat
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap peraturan
kawasan dilarang merokok, kurangnya komitmen dari dari seluruh lapisan masyarakat
(utamanya penyelenggara kebijakan atau pemerintah), penyediaan rokok yang tidak
terkontrol dan kurang konsistennya sangsi yang diberikan untuk dapat dilaksanakan.
Prilaku merokok tersebut juga menjadi ancaman bagi kita Kabupaten Kaur. Hal
ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari disekitar kita, di lingkungan
rumah,ditempat kerja,angkatan umum,ditempat-tempat umum lainya seperti masjid
dan lain-lain.hampir setiap saat kita jumpai dan lihat orang sedang merokok,tanpa
mempedulikan orang-orang disekelilingnya.
disesuaikan dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, oleh karena itu
diperlukan pertimbangan yang matang dalam membuat peraturan sehingga tidak
menimbulkan ketimpangan dengan peraturan lainnya dan meminimalisir celah
terhadap terjadinya pelanggaran.
Integrasi dengan instansi lain juga memiliki peran yang penting dalam
melaksanakan dan memastikan kelancaran suatu peraturan maupun kebijakan.
Khususnya dalam melaksanakan peraturan tentang kawasan bebas asap rokok, salah
satunya dengan pengembangan kebijakan dari sektor produksi rokok maupun
pengelola keberadaan rokok yang terkait. Peningkatan cukai dirasa sangat efektif
dalam mengurangi pengeluaran biaya untuk bidang kesehatan, selain itu peningkatan
cukai juga dapat mengurangi jumlah konsumsi rokok oleh masyarakat. Dengan
demikian secara tidak langsung dapat membantu dan mendukung tercapainya tujuan
terbentuknya Peraturan KTR.
Ada berapa upaya Dinas Kesehatan dalam upaya perubahan prilaku kesehatan;
1. Penyuluhan PHBS tatanan Rumah Tangga
Penyuluhan PHBS tatanan Rumah Tangga di Desa seluruh kecamatan di wilayah
Kabupaten Kaur. Adapun kegiatan ini adalah upaya penyuluhan PHBS yang salah
satu indikatornya tidak merokok di dalam rumah/gedung tidak ada asap rokok.
Kita berupaya merubah perilaku masyarakat melalui peningkatan pengetahuan
bahwasanya ada aturan / etika tampat-tempat merokok
2. Pembinaan Sekolah Sehat
Tidak jauh berbeda dengan kegiatan penyuluhan PHBS Rumah Tangga, hanya
saja sasaranya berbeda, kegiatan ini dilakukan di sekolah-sekolah dibeberapa
sekolah di Kabupaten Kaur dengan melakukan komunikasi informasi dan Edukasi
(KIE ) kepada anak sekolah sehingga dapat mengetahui sejauh mana
permasalahan rokok pada siswa,serta dapat memberikan solusi bagaiman cara
menghindari menjadi seorang perokok dan bagi yang sudah terlanjur merokok
bagaimana cara berhenti dari ketergantungan merokok.
3. Dengan program Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu ) PTM, telah melaksanakan
sosialisasi awal berupa promosi Kesehatan CERDIK dan PATUH
CERDIK, merupakan singkatan dari
C ; Cek kondisi kesehatan secara berkala
E ; Enyahkan asap rokok
R ; Rajin aktifitas fisik
D ; Diet sehat dengan kalori seimbang
I ; Istirahat yang cukup
K ; Kendalikan Stress