Você está na página 1de 10

Asal Usul Kota Banyuwangi

September 3, 2008Cerita Rakyat

Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah
oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden
Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat
berburu, kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai
beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang
melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para
pengiringnya.Kemana seekor kijang tadi?, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. Akan ku
cari terus sampai dapat, tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun,
binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. Hem, segar nian air
sungai ini, Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan
sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita.Ha?
Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan, gumam Raden
Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. Kau manusia atau
penunggu hutan? sapa Raden Banterang. Saya manusia, jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang
pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. Nama saya Surati berasal dari kerajaan
Klungkung. Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur
dalam mempertahankan mahkota kerajaan, Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut
bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan
mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.

Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. Surati! Surati!, panggil seorang
laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada
di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak
adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan
bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu
ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah
kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu, pesan
RupaksaPertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden
Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan
matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. Tuangku, Raden Banterang.
Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri, kata lelaki itu. Tuan bisa melihat
buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik

lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan, jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian
compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu.
Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya.
Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan.
Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong
kepada pemilik ikat kepala ini! tuduh Raden Banterang kepada istrinya. Begitukah balasanmu padaku? tandas
Raden Banterang.Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta
tolong kepada seorang lelaki! jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya
yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang
lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai.
Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compangcamping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki
berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah
yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda, Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh
hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. Kakanda suamiku!
Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan
kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,
ucap Surati mengingatkan.Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi
Adinda tolah!. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong..
Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap
keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah! seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu
mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula,
Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum
merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. Istriku tidak
berdosa! Air kali ini harum baunya! Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan
menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa
disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota
Banyuwangi.

Naskah Drama
Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang
Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra kesayangan yang gagah bernama Raden Banterang.
Kegemaran Raden Banterang adalah berburu.
Raden Banterang

: Ayah,, ijinkan Ananda berburu hari ini

Raja

: Sudah hampir setiap pagi nak kamu berburu,, akan berburu apa

lagi..???
Raden Banterang

: Iya ayah,, tapi Ananda sangat gemar berburu

Raja

: Ya sudah,, ayah ijinkan kau berburu

Raden Banterang

: Terimakasih ayah

Raja

: Iya,, ayah mau berkeliling dulu,, hati-hati anakku

Setelah mendapatkan ijin dari Ayahandanya, lalu Raden Banterang memanggil Aria dan Topa untuk mempersiapakan peralatan
berburu
Raden Banterang

: Aria,,,, Topa.!!!

Aria

: Iya den

Raden Banterang

: Mana Topa..??

Aria

: Dia sedang mengantar Ayah Raden berkeliling

Raden Banterang

: Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,

Aria

: Baik den akan saya siapkan peralatan berburu

Raden Banterang

: Kau dan Topa harus menemaniku

Aria

: Baik den

Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai dua pengiringnya tersebut berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang
berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan.
Aria

: kemana Raden Banterang.???

Topa

: Bukannya tadi Raden ada di depan kita ..?

Aria

: Tidak,, ada

Topa

: aduuh,, bagaimana ini ..???

Aria

: Ayoo kita cari,, keselamatan Raden sangat terancam jika berada di hutan seperti

ini sendirian
Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Akhirnya Ia
terpisah dengan para pengiringnya. Lalu Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya.
Raden Banterang

: Kemana seekor kijang tadi?

Akan ku cari terus sampai dapat,


Huh,, tapi akau sangat lelah,,
waah kebetulan,, itu didepan ada sungai,,
Hem, segar nian air sungai ini (Raden Banterang meminum air sungai)
Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru
beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita.
Raden Banterang

: Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia?

Jangan-jangan setan penunggu hutan, ( bergumam)


Siapakah gerangan gadis itu..???
Karena penasaran, akhirnya Raden Banterang memberanikan diri untuk mendekati gadis itu.
Kemudian dia bertanya kepada gadis itu
Raden Banterang

: Kau manusia atau penunggu hutan?

Surati

: Saya manusia, ( jawab gadis itu sambil tersenyum )

Raden Banterang

: maaf,, kamu siapa .??

Surati

: Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung.

Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan


musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,
Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden
Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana.
Raden Banterang

: Sungguh malang nasib mu

Aku tidak tega meninggalkanmu disini sendiri


Maukah kau ikut denganku,, pulang keistanaku
Surati

: Sungguh baik hatimu,, aku mau ikut dengan mu

( Jawab surati sambil tersenyum )


Akhirnya Raden Banterang membawa Surati pulang ke Isatana. Sebelum sampai ke Istana, Raden Banterang bertemu dengan
Aria dan Topa
Aria

: Topa,, sepertinya ada suara langkah kaki mendekat kesini

Topa

: mana-mana.. (mencoba mendengarkan)

iya,, benar,,benar,, ada suara langkah kaki


Aria

: semoga saja itu Raden Banterang yaa

Raden Banterang

: Aria,, Topa..!! ( berteriak dari kejauhan )

Aria

: waah,, benar itu Raden Banterang

Tapi,, dia dengan siapa itu Pa..??


Topa

: Sepertinya dengan seorang gadis,, siapa yaa..???

Raden Banterang

: Kalian pasti bertanya-tanya kan siapa gadis yang ku ajak ini..??

Aria dan Topa

: Iya den

Raden Banterang

: Nanti Aku ceritakan,,

Topa

: Baiklah den,, sekarang mari kita pulang ke Istana

Aria

: Hari pun sudah mulai gelap,, pasti Ayahanda Raden sangat

mengkhawatirkan Raden

Raden Banterang

: Baiklah,, mari kita semua pulang

Akhirnya mereka semua pulang ke Isatana. Sesampainya disana Raden Banterang memperkenalkan Surati kepada Ayahandanya
dan Raden Banterang juga menceritakan pertemuannya dengan Surati.
Raden Bnterang

: Ayah..!! (Raden Bnterang memanggil ayahnya)

Raja

: Syukurlah kau sudah pulang,, aku sungguh mengkhawatirkanmu

berburu kemana saja kau hari ini..??


Hari sudah hampir gelap begini kau baru pulang
Raden Banterang

: Iya,, maaf ayah,, tadi Ananda mengejar seekor kijang hingga masuk

Jauh ke hutan
Raja

: Ya sudah,, tidak apa-apa,, yang penting kau pulang dengan selamat

Hmm,, siapa gadis yang kau bawa itu..??


Raden Bnterang

: Namanya Surati,, Ayah..

Tadi kami bertemu di Hutan,, Ananda merasa kasihan dan tidak tega jika harus meninggalkan dia sendirian di hutan,, jadi Ananda
ajak kesini,, bolehkan dia tinggal disini ayah ..??? (dengan wajah memelas)
Raja

: Ya sudah,, dia boleh tinggal disini

Akhirnya Ayahandanya mengijinkan Surati tinggal di Istananya. Setelah beberapa lama tinggal di Istana, Raden Banterang semakin
dekat denag Surati. Akhitnya tak beberapa lama kemudian mereka menikah dan membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, Surati berjalan-jalan sendirian ke luar istana. Lalu ia dipanggil oleh seorang laki-laki yang berpakaian compangcamping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama
Rupaksa.
Rupaksa

: Surati..!! Surati..!!,

Surati

: Kakak!! ( Surati terkejut melihat keadaan kakaknya )

Rupaksa

: Surati,, kakak datang kemari untuk mengajakmu membalas dendam,

karena Raden Banterang telah membunuh Ayahanda kita


Surati

: Tidak Kak,, tidak mungkin aku membantu mu,, Aku sudah menikah dengan

Raden Banterang. Aku telah berhutang budi padanya


Rupaksa

: Apppaa !!!

Kau sudah menikah denagnnya..????


Dan kau tidak mau membantuku..??
Surati

: Iya Kak,, maafkan aku (sedih)

Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya yang seperti itu. Namun, dengan pikiran liciknya ia sempat memberikan sebuah
kenangan berupa ikat kepala kepada Surati
Rupaksa

: Baiklah,, jika ka uterus saja tidak mau membantuku

Ini,, kuberikan ikat kepala ini pada mu


Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu
Surati

: Baik kak

Rupaksa pun pergi meninggalkan Surati. Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang,
dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan
matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping.
Rupaksa

: Tuanku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya

yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,


Raden Bnterang

: jangan sembarangan bicara kau..!!!

Rupaksa

: Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang

diletakkan di bawah tempat tidurnya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,
Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang
mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju
ke tempat tidur istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui
di hutan.
Surati

: Ada apa Kakanda..????

Apa yang kau cari..???


Raden Banterang

: Haa..!! Benar kata lelaki itu..!! Ikat kepala ini sebagai bukti.!!

Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini,, iya kan !!!
( tuduh Raden Banterang kepada istrinya )
Begitukah balasanmu padaku haa..? ( tandas Raden Banterang )
Surati

: Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh

Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki..!!


Raden Banterang

: Aku tidak percaya jelas sudah bukti ini..!!

( Raden Banterang murka )


Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Sebelum
nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya. Raden Banterang berniat menenggelamkan
istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki
compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian
compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya
Surati

: Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang

memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,


Raden Banterang

: aku tidak percaya pada mu lagi!!

Surati

: Kakanda suamiku.!! Bukalah hati dan perasaan Kakanda.!! Adinda

rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda
dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,
Raden Banterang

: Tidaak,, aku tetap tidak percaya..!!

Surati

: Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda.!! Adinda dimintai

bantuan, tetapi Adinda tolak.!!


Raden Banterang

: Bohong ..!!!! Kau berbnohong.. Iya kan ..!!!

Surati

: Baiklah Kakanda, jika Kakanda tetap tidak mempercayaiku

Kakanda.!! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah.!! Tetapi, jika tetap keruh dan bau
busuk, berarti Adinda bersalah.!! ( seru Surati )
Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip
dipinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang. Tidak berapa lama, terjadi sebuah
keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar.
Raden Banterang

: Istriku tidak berdosa.!! Air kali ini harum baunya.!!

( sangat sedih dan menyesal )B E T A P A


D A N

M E N Y E S A L I

B A U N Y A.

H A R U M .

D A L A M

N A M A

M E N Y E S A L N Y A

K E B O D O H A N N Y A .

B A H A S A

J A W A

B A N Y U W A N G I

N A M U N

D I S E B U T

K E M U D I A N

R A D E N

S U D A H

B A N T E R A N G .

T E R L A M B A T .

B A N Y U W A N G I .

M E N J A D I

N A M A

M E R A T A P I

S E J A K

B A N Y U

K O T A

I A

I T U ,

A R T I N Y A

K E M A T I A N

S U N G A I

A I R

D A N

I S T R I N Y A,

M E N J A D I

W A N G I

H A R U M

A R T I N Y A

B A N Y U W A N G I

Adegan 1 :
Raden banterang : Pagi ini aku akan berburu. Siapkan alat berburu
Pengawal 1 dan 2: Baik Raden. Peralatan sudah kami siapkan.
Raden Banterang : Menurutmu kemana kita ini akan berburu ?
Pengawal 1 dan 2: Bagaimana kalau ke hutan saja, karena pasti di hutan banyak kijang melintas.
Raden Banterang : Kalau begitu kita berangkat sekarang.
Pengawal 1 dan 2: Siap Raden.
Raden Banterang : coba lihat ! ada seekor kijang besar dan bagus. Akan ku panah dia. Waahhhh. Dia lolos! Akan ku kejar dia.
Pengawal 1 dan 2: tunggu Raden. Tunggu kami Raden.
( kedua pengawal tersebut mengejar Raden, tapi mereka kehilangan jejak Raden di tengah hutan)
Pengawal 1 : waduuuh!! Bagaimana ini.?? Kita kehilangan jejak Raden
Pengawal 2 : ya sudah kalau begitu kita tunggu saja di jalan keluar hutan ini .
Raden Banterang : akhirnya kau kena juga kijang..!!
( tersenyum senang dan bangga)
lho. Mana para pengawalku ya.?. ehm pasti kami terpisah gara-gara aku tadi larinya cepat. Tapi, aku yakin mereka pasti
menungguku di jalan keluar hutan ini. Karena mereka pasti sudah hafal kebiasaanku.

Raden Banterang : Ehmmm. Gerangan gadis cantik nan jelita itu ya? Benarkah dia seorang manusia ? atau jangan-jangan
penunggu hutan ini ?/ kau ini manusia atau penuggu hutan ini ? .
Surati : saya manusia !! nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung
Raden Banterang : lalu mengapa kau ada di sini ?.
Surati : hamba berada di tempat ini karena menyelatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam pertempuran
mempertahankan Mahkota Kerajaan.
Raden Banterang : kalau begitu, apakah kau mau ikut bersamaku ke istana dan menjadi permaisuriku ? .
Surati : apakah saya ini pantas bersanding dengan Raden ?
Raden Banterang : tentu saja, kau adalah gadis tercantik yang pernak kutemui dan hanya kamulah yang aku inginkan menjadi
permaisuriku.
Surati : dengan segala kerendahan hati, aku mau menerima lamaran ini. Dengan satu syarat yaitu Raden harus setia dan bisa
menjagaku
Raden Banterang : tanpa kau minta pun, aku pasti akan melakukan itu. Karena itu adalah kewajiban seorang ksatria.
(Setelah itu Raden Banterang bersama dengan Surati menuju keluar hutan).
Pengawal 1 : nah itu Raden tapi dengan siapa ya ?. Raden, tidak apa-apa kan? Kami tadi sangat cemas karena kehilangan jejak
Raden di hutan.
Raden Banterang : ya.. tadi karena terlalu bersemangat berburu kijang itu sehingga aku lupa bahwa kalian ikut. Tapi, aku
bersyukur sekali karena sekaligus menemuksn tambatan hati.
Pengawal 2 : syukurlah kalau Raden sudah mendapatkan tambatan hati.Kami juga ikut senang, kalau Raden senang.
Raden Banterang : ya sudah kalau begitu kita bergegas pulang ke istana dan merayakan pesta pernikahanku dengan Surati
Pengawal 1 dan 2: baik Raden
Adegan 2 :
Pengawal 1 : mohon maaf permaisuri, hamba menghadap.
Permaisuri : dia siapa ? dan mengapa ia kesini ?
Pengawal 1 : hamba tidak tahu Permaisuri,yang jelas dia sangat ingin bertemu dengan Permaisuri.
Permaisuri : baiklah, bawa dia ke sini !.
Pengawal 1 : baik Permaisuri.
Rupaksa : Surati ! Surati ! aku ini kakak kandungmu.
Permaisuri : apa benar kau kakakku ?.
Rupaksa : sungguh aku tidak berbohong bahwa aku ini kakakmu yang telah lama terpisah denganmu semenjak dihutan.
Permaisuri : maafkan aku yang sedikit melupakanmu. ( berpelukan )
Rupaksa : sebenarnya selama ini aku mencarimu, lalu aku mendengar bahwa nama Permaisuri Kerajaan ini adalah Surati dan
ternyata itu adalah adik kandungku sendiri.
Permaisuri : lalu, apa maksud kedatangan kakak kesini ?.
Rupaksa : " perlu kau ketahui bahwa yang menyebabkan orang tua kita meninggal adalah mertuamu sendiri.
Permaisuri : kakak tidak bercandakan ?.

( karena terlalu syok tubuh Permaisuri jadi gemetar )


Rupaksa : apa aku kelihatan bercanda ?? dan aku kesini untuk menyerahkan sebuah keris dan gunakanlah untuk membunuh
suamimu.
Permaisuri : aku tak mau kak. Walaupun dia anak dari pembunuh orang tua kita,tapi dia telah menyelamatkaku dan akupun
mencintainya.
Rupaksa : terus terang bahwa kakakmu ini sangat kecewa sekali karena kau tidak mendukung rencana kakak. Kalau kau tidak
mau membunuh suamimu, maka simpanlah keris itu sebagai tanda kenang-kenangan dariku.
( lalu Rupaksa tersebut pergi karena dia tidak sudi berlama-lama berada di istana )
Adegan 3 :
Rupaksa : sembah hamba paduka. Tuanku, keselamatan tuan terancam bahaya kerena Permaisuri punya rencana hendak
membunuh Paduka.
Raden Banterang : hai, siapa engkau berani-beraninya memfitnah istriku ? !!
Rupaksa : itu tak penting paduka tahu siapa saya. Kalau Paduka tidak percaya dengan omongan hamba lihatlah sesuatu yang di
simpan di bawah bantal Permaisuri.
Raden Banterang : awas saja kalau kau berbohong padaku. Akan kusuruh pengawalku mencarimu dan memberimu hukuman
mati.
( Raden pun pergi ke istana dan langsung menuju kamar pribadi mereka ).
Raden Banterang : astaga!! Ternyta ada keris di bawah bantal istriku.
( kemudian, Permaisuri masuk ke kamarnya ).
Permaisuri : ada apa kakanda? Sepertinya kakanda sedang marah ?.
Raden Banterang : apa benar dinda ingin membunuhku dengan keris ini ?.
Begitukah balasan dinda pada kanda ?.
Permaisuri : jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak punya maksud begitu.
Raden Banterang : lalu buat apa keris ini di bawah bantal dinda ?.
Permaisuri : keris ini adalah kenang-kenangan dari kakak adinda. Sungguh adinda tidak pernah berfikir untuk membunuh
kakanda. Bahkan, adinda rela mati demi keselamatan kakanda.
Raden Banterang : kakanda sudah tidak percaya dengan omongan dinda lagi.
Permaisuri : lalu dengan cara apa kakanda percaya pada dinda ?
Raden Banterang : kalau begitu buktikan pada kanda dengan cara masuklah ke dalam sungai itu untuk membuktikan
kebenarannya.
Permaisuri : baik, adinda akan melompat ke sungai itu. Apabila dinda
telah masuk ke dalam sungai dan ternyata air sungai ini menjadi jernih serta wangi maka dinda tak bersalah dan sebaliknya apabila
airnya keruh dan berbau busuk maka dinda bersalah.
Raden Banterang : tercium bau wangi! Ohh. Dinda maafkanlah kakanda ini yang sudah tidak percaya lagi denganmu. Dengan ini
aku sebagai Raja memberi nama kota ini menjadi Banyuwangi.

Você também pode gostar