Você está na página 1de 4

Apakah Kita Perokok Pasif?

Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan perokok pasif? Jika pertanyaan tersebut
diajukan, penulis yakin ada berbagai versi jawaban yang berbeda terhadap definisi dari perokok
pasif tersebut. Suka atau tidak suka, terima atau tidak terima, bahkan hanya sedikit tenaga
medis/paramedis yang mengetahui secara tepat pengertian tersebut.
Sering dalam tugas keseharian penulis, pasien di poliklinik sering nyelutuk. Dok, tolong
periksain dada saya dong, ada gangguan ga? Saya kan perokok pasif. Sambil melakukan
pemeriksaan, penulis sering bertanya, memang apa pengertian perokok pasif tersebut?
Jawabannya bervariasi bahkan cenderung berbeda dari pengertian sebenarnya perokok pasif.
Apakah Anda juga demikian? Ada baiknya sebelum meneruskan membaca tulisan ini, coba
Anda tes diri terlebih dahulu. Ambil secarik kertas, kemudian tuliskan pengertian perokok pasif
menurut versi Anda, lantas nanti dicocokkan pada bagian akhir tulisan ini. Apakah benar, mirip,
beda atau malah bertentangan.
Apakah penting membahas masalah ini?
Cukup menggelitik apabila pertanyaan ini diajukan. Kenapa demikian? Sebab ketika
penulis membaca banyak artikel populer yang membahas tentang perokok pasif, isi artikel lebih
banyak membahas tentang lebih berbahayanya perokok pasif dari pada perokok aktif, tetapi
pengertian perokok pasifpun kadang tidak dicantumkan pada isi artikel tersebut. Pada beberapa
artikel yang mencantumkan pengertian, ternyata tidak sesuai dengan pengertian perokok pasif
yang benar. Lantas, kenapa hal tersebut tidak menggelitik? Banyak artikel membahas bahayanya
perokok pasif, tetapi masyakarat sendiri sebagai pembca justru bingung, pengertian perokok
pasif itu bagaimana? Apakah saya perokok pasif?
Dalam artikel Inspirasi Wanitas Indonesia yang saya kutip tentang perokok pasif
disebutkan tentang bahayanya perokok pasif. Risiko perokok pasif lebih tinggi pada perempuan,
anak-anak dan bayi. Asap rokok yang terhisap oleh anak-anak dan bayi dapat menyebabkan
asma, infeksi telinga, bahkan bayi yang menjadi perokok pasif dapat mengalami sindrom
kematian bayi.

Perokok pasif dapat mengalami gejala seperti pembentukan lendir yang berlebihan pada
saluran napas, batuk, iritasi paru, nyeri dada dan ada rasa tidak nyaman di dada. Perokok pasif
juga bisa merasa iritasi pada hidung, mata dan tenggorokan. Bila perokok pasif mengalami nyeri
dada, hal tersebut bisa dijadikan indikator bahwa seseorang terkena penyakit jantung.
Sebelum kita melangkah jauh membahas tentang perokok pasif, maka kita akan membahas
dulu pengertian dari perokok tersebut. Apa dan bagaimana pengertian perokok tersebut harus kita
bahas secara lebih ilmiah.
Menurut US Centers for Disease Control and Prevention (2010), terdapat beberapa jenis
merokok dan memiliki pengertian, antara lain:

Tidak pernah merokok (Never smokers): Orang dewasa yang tidak pernah merokok atau

merokok kurang dari 100 batang rokok selama hidupnya.


Pernah merokok (Former smokers): Orang dewasa yang merokok sekurang 100 batang

rokok selama hidupnya, tetapi sekarang sudah tidak merokok lagi.


Bukan perokok (Nonsmokers): Orang dewasa yang sekarang tidak merokok, termasuk

never smokers dan former smokers.


Perokok aktif (Current smokers): Orang dewasa yang yang merokok sekurangnya 100
batang rokok selama hidupnya dan sekarang masih merokok setiap hari (daily) atau
berselang hari (nondaily).
Dari pengertian baku di atas sesuai standar CDC, maka cukup mudah kita mengklasifikan

jenis merokok pada seseorang. Sehingga kesimpangsiuran pengertian dari merokok dapat
dijawab.
Sedangkan derajat frekuensi seseorang untuk perokok aktif, ternyata belum ada konsensus
yang baku untuk mendefinisikannya. Sehingga masing-masing negara atau region mempunyai
definisi sendiri-sendiri.
Di Indonesia sendiri menurut Bustan (1997), perokok aktif dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Perokok ringan: perokok ringan yaitu perokok yang merokok kurang dari sepuluh batang
per hari.
b. Perokok sedang: perokok sedang adalah orang yang menghisap rokok sepuluh sampai
dua puluh batang perhari.
c. Perokok berat: perokok berat adalah orang yang merokok lebih dari duapuluh batang per
hari.

Bagaimana pembahasan tentang perokok pasif? Perokok pasif dalam istilah ilmiah dikenal
dengan second-hand smoke (SHS) atau environmental tobacco smoke (ETS) dalam perngertian
secara umum adalah ketika asap tembakau meresapi lingkungan apapun, menyebabkan inhalasi
(terisap) asap tersebut pada orang-orang di sekitarnya. Namun untuk menyatakan seseorang itu
adalah perokok pasif tidak sesederhana pengertian tersebut.
Menurut U.S. Department of Health and Human Services, 2006 menyatakan per definisi
dari perokok pasif tersebut yaitu:

Perokok pasif itu terjadi pada seseorang yang terekspos asap tembakau dari orang lain
yang merokok secara terus menerus dalam satu ruangan yang tertutup antara lain di

tempat kerja (ruangan kantor) atau di dalam rumah.


Mencegah perokok aktif untuk merokok di dalam ruangan yang tertutup adalah satusatunya cara untuk melindungi orang lain yang bukan perokok untuk menjadi perokok
pasif.
Apa yang bisa kita tarik benang merah dari definisi di atas? Andaikata kita sebagai

seseorang yang bukan perokok kemudian naik bus kota, kebetulan di samping ada yang merokok
dan kita terisap asap rokok tersebut, apakah lantas kita disebut perokok pasif? Jawabannya
adalah tidak.
Beberapa artikel yang menyebutkan bahaya perokok pasif yang lebih tinggi, sampai
terjadinya kanker paru dan kematian memang benar adanya, tetapi hal itu terjadi apabila
seseorang benar-benar menjadi perokok pasif seperti definisi tersebut.
Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan,
sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok,
sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di
sekelilingnya. Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang
sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak
sempurna.
Siapa saja yang mempunyai risiko tinggi menjadi perokok pasif? Antara lain yaitu
istri/suami yang pasangannya perokok aktif, sebab dia pasti merokok di dalam rumah. Dalam hal
ini anak-anakpun akan menjadi korbannya. Kemudian teman kantor yang satu ruangan tertutup
dengan perokok aktif. Merekalah yang mempunyai risiko tinggi terhadap bahayanya perokok
pasif.

Dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 menunjukkan, lebih dari 87 persen
perokok aktif merokok di dalam rumah ketika sedang bersama anggota keluarganya. Survei ini
juga menemukan 71 persen rumah tangga memiliki pengeluaran untuk merokok.
Membaca tulisan ini, tentunya Anda akan bertanya, apakah kita tidak perlu hati-hati jika
ada orang merokok di samping kita walaupun terjadi di tempat area terbuka? Jawabannya tentu
tetap harus hati-hati. Karena asap rokok yang terisap bersifat iritasi, terutama yang tidak pernah
merokok. Hal itu akan menyebabkan iritasi pernafasan seperti batuk-batuk yang akan menjadi
bronkitis, atau menyebabkan serangan asma bagi yang mempunyai asma bahkan hipoksia yang
justru akan membahayakan jiwa. Tapi perlu digarisbawahi bahwa itu bukan perokok pasif, tetapi
dia teriritasi akibat polusi asap rokok.
Tulisan ini bukan suatu pertentangan terhadap kesadaran seseorang supaya tidak merokok
di tempat umum atau mengajarkan kepada masyarakat supaya bersikap aman terhadap orang lain
yang merokok, tetapi lebih bersifat edukasi agar lebih mengetahui secara benar pengertian tetang
merokok yang mungkin selama ini tidak atau belum mengetahui secara lebih rinci. Penulis
harapkan agar bermanfaat. Semoga.
Salam sehat,
dr. Meldy Muzada Elfa

Você também pode gostar