Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh :
ABD. SAJJAD
AHMAD FARHAN
HARIYANTO
ANISUL UMAM
IMAM MUTTAQIN
AGUS EFENDI
FAUZAN
BAMBANG HERMANTO
DEWI NOVITA ROSIANA
GILANG ARI PRABOWO
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapakan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT DHF
dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Zakiyah Yasin, S. Kep, Ns, M. Kep. selaku dosen PJMK
Keperawatan Anak
2. Ibu Sri Yunita Suraida Salat, S. ST., M. Kes. selaku dosen
Keperawatan Anak
3. Teman teman yang telah membantu menyempurnakan makalah ini
ii
DAFTAR ISI
cover
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar belakang...........................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Definisi......................................................................................................5
2.2 Etiologi......................................................................................................5
2.3 Patofisiologi...............................................................................................5
2.4 Gambaran Klinis........................................................................................6
2.5 Diagnosis...................................................................................................8
2.6 Klasifikasi..................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................9
2.8 Diagnosa Banding...................................................................................10
2.9 Penatalaksaaan.........................................................................................10
2.10
Pencegahan..........................................................................................14
2.11
Komplikasi...........................................................................................15
BAB III..................................................................................................................16
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN...............................................16
3.1 Pengkajian Fokus....................................................................................16
3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................20
3.3 Fokus Intervensi......................................................................................21
BAB IV..................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................26
4.1 Kesimpulan..............................................................................................26
4.2 Saran........................................................................................................26
Daftar Pustaka......................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi
pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam ( soeparman,2006). DBD disebabkan oleh
arbbovirus (Arthropodborn virus ). Melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
Albocpictus dan Aedes Aegepty). Tanda dan gejala penyakit DBD adalah:
meningkatnya suhu tubuh, nyeri pada otot seluruh tubuh , nyeri, sesak nafas, batuk,
epistaksis, nafsu makan menurun, mual, muntah, petakie, ekimosis, purpurna,
pendarahan gusi, hematemesis, hematuria masif, melana dan syok.
Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah disuatu
lingkungan tertentu. Demam berdarah dengue tersebar diwilayah asia tenggara,
pasifik barat, dan karibia. Indonesia merupakan wilayah edemis dengan sebaran
diseluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di indonesia anatara 6 hingga 15 per
100.000 penduduk. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk
genus Aedes. Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sinitasi lingkungan
dan tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di indonesia yang cenderung meningakat jumlah penderita dan
penyebaranya yang sejalan dengan arus trasfortasi dan kepadatan penduduk. Data
dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan penigkatan jumlah kasus DBD, pada
tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 dan sekitar
140.000 kasus di indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran kasus
DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi,
perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan
dan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD DHF (Dengue
Haemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ nyeri sendi yang disertai lekopenia
tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut
yang disebabkan virus yang di transmisikan oleh Aaedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,
hinggu pendarahan sepontan ( WHO, 2010)
2.2 Etiologi
Demam beredarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus
yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan
demam dengue atau demam berdarah dengue. Ke 4 serotipe ditemukan di indonesia
dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak.
2.3 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan
veremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi
komplek imun antibodi- virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan
melepaskan zat
differentiated
simtomatik
Dengue fever
syndrome
Without
haemorrahage
With
haemorrahage
Dengue fever
Dengue
hemorragic fever
No shock
DSS
DHF
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau
sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifestasi
klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi pendarahan (trutama kulit ),
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi (WHO,1997). Yang membeakan DBD
dengan deman dengue (DD) adalah, pada DBD ditemukan permeabilitas pembuluh
Nyeri kepala
Mialgia/atralgia
Ruam kulit
Perdarahan mokusa
tersebut penderita dapat mengalami hipovolemi hingga lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24-48 jam.
Disamping
ditemukannya
demam,
manifestasi
perdarahan,
Asidosis yang tidak segera mendapat koreksi akan segera memicu terjadinya
pembekuan intravasuler menyeluruh
Kumar, 1995 ).
2.5 Diagnosis
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai
berikut :
a) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
b) Manifestasi perdarahan :
1). Uji tourniquet positif
2). Petekia, purpura, ekimosis
3). Epistaksis, perdarahan gusi
4). Hematemesis, melena.
c) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
d) Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7
sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis
buruk.
e) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
2.6 Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986) :
a) Derajat I
Demem mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah tes toniquet positif
b) Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain.
c) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan
darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
d) Derajat IV
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang
dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih
dibandingkan nila hematokrit pada masa konvalesen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF
dengan tepat. Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau
ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia
timbul karena berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.
2.8 Diagnosa Banding
Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain
seperti :
a) Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas
400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
b) Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif,
adanya leukopenia, limfositosis relatif.
c) Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam
timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan
pansitopenia.
d) Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang,
tidak terjadi hemokonsentrasi.
2.9 Penatalaksaaan
a) Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif
1) DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila
mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan
orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP
(Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui
vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
Trafusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga
apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan perdarahanna
sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah
disebut, maka engan keadaan ini dianjurka pemberian darah.
b) Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi
darah, resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue,
gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit
3) Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam
jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan
terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah menjadi
kental.
Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu
dilakukan secara kontinyu, bila perlu setiap jam. Pemeriksaan Ht, Hb dan
trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien
ada kencing / tidak. Bila dijumpai kelainan dan sebagainya segera hubungi
dokter.
4) Resiko terjadi pendarahan
Adanya
thrombocytopenia,
menurunnya
fungsi
trombosit
dan
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur.
Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan
secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien
sebelumnya tidak dipasang infuse segera dipasang. Formulir permintaan
darah disediakan.
Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi
pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta
waktu terjadinya pendarahan.
Pasien yang mengalami pendarahan gastro intestinal biasanya dipasang
NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.
5) Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari
ke-2-ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan
pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka
pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan anti konvulsan. Untuk
membantu penurunan suhu dan mencegah agar tidak meningkat dapat
diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan
suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba
dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan.
Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan
memberitahu dokter.
6) gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya
dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih
karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara periodic (stp 4 jam) dan
mudah terjadi hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.
Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang
yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematum segera
oleskan trombophub gel / kompres dengan alkohol.
2.11 Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan
menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
a) Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah
trombosit
(trombositopenia)
<100.000
/mm
dan
koagulopati,
d) Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya
cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak
napas.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Fokus
a) Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b) Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
c) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan
saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemasis.
d) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
e) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya.
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu
akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
g) Kondisi lingkungan
sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang
kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
h) Pola kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme
banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
Tidur dan istirahat
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur
maupun istirahatnya kurang.
Kebersihan
Kesadaran : Apatis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada,
nyeri telan
Dada
Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : taktil fremitus normal
Abdomen :
Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
j) Sistem integumen
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin
dan lembab. Kuku sianosis atau tidak.
-
Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales,
ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
k) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
dengue adalah :
-
Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan
adanya infeksi virus dengue antara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa
Isolasi virus.
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body technique test
secara langsung / tidak langsung menggunakan conjugate (pengaturan atau
penggabungan)
Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body tehnique test
secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan conjugate
Radiology .
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah hemi
thorax kanan
Di tandai dengan:
- Akral dingin
- Tekanan darah menurun
- Nadi lemah
- Kesadaran menurun
(Nasrudin, 2005)
3.3 Fokus Intervensi
a) Devisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan dapat
terpenuhi
KH :
- Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang, perlu
untuk memperbaiki defisit cairan
- Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik.
- Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.
Rencana tindakan:
1) Kaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda-tanda
vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan
cepat penyimpangan dari keadaan normalnya
2) Observasi adanya tanda-tanda syok.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan t.indaka.n untuk menangani
syok yang dialami pasien.
3) Berikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk
karena cairan langsung masuk kedalam pembuluh darah.
4) Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh.
5) Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah diare,
kehausan turgor jelek).
Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika
haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami syok
6) Kaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan
dehidrasi.
:
-
Rencana tindakan:
1) Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
2) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
3) Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairan
4) Catat asupan dan keluaran
Rasional : untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh
5) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tinggi.
e) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis (viremia)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang/hilang
KH
: a. Rasa nyaman pasien terpenuhi
b. Nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan:
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 - 10), tetapkan
tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien
2) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri. Rasional
: Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat
dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah
klien.
3) Berikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang terang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri .
4) Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa
nyeri.
Rasional
: Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit
melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
5) Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan temanteman
atau orang terdekat.
Rasional
: Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau
teman membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan,
perhatiannya terhadap nyeri.
6) Berikan obat analgetik (Kolaborasi dengan dokter)
Rasional
: Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri
pasien.
f) Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah ,
anoreksia
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi.
KH
: Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi
yang dibutuhkan atau diberikan .
Rencana tindakan:
1) Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
3) Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.
Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat.
4) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan saat
masih hangat.
Rasional : membantu
mengurangi
kelelahan
pasien
dan
meningkatkan asupan makanan.
5) Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
6) Ukur berat badan pasien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD DHF (Dengue
Haemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ nyeri sendi yang disertai
lekopenia tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
4.2 Saran
Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di indonesia yang cenderung meningakat jumlah penderita dan
penyebaranya yang sejalan dengan arus trasfortasi dan kepadatan penduduk. Maka
dari ituSeorang Perawat haruslah mengadakan sosialisasi dengan masyarakat
untuk menjaga lingkungan agar supaya tidak ada lingkungan nyang kotor karena
sangat di sukai oleh jentik nyamuk
Daftar Pustaka
Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.
Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.
Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.