Você está na página 1de 17

Asuhan Keperawatan Keracunan

KONSEP TEORI KERACUNAN PADA ANAK


A. PENGERTIAN
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran
nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, terdapat perbedaan - perbedaan baik fisik,
fisiologis maupun psikologis dengan orang dewasa. Fungsi organ-organ tubuh belum matang,
demikian pula dengan fungsi pertahanan tubuh yang belum sempurna.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERMUDAH TERJADINYA KERACUNAN
Secara umum factor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan antara lain :
1) Perkembangan kepribadian anak usia 0 - 5 tahun masih dalam fase oral sehingga ada
kecenderungan untuk memasukkan segala yang dipegang kedalam mulutnya.
2) Anak-anak masih belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya (termasuk disini anak
dengan retardasi mental)
3) Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
4) Anak-anak pada usia ini mempunyai sifat negativistik yaitu selalu menentang perintah atau
melanggar larangan.
C. ETIOLOGI
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan
tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan adalah :
1) Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin
2) Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan
3) Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4) Zat kimia pertanian : Insektisida
5) Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek
6) Bisa ular atau serangga
D. GEJALA
1) Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
2) Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.
3) Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
4) Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.
5) Bingung.
6) Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan.
7) Reaksi lain yang kadang bisa terjadi ; demam tinggi, haus, banyak berkeringat, bintik merah
kecil di kulit dan membran mukosa.
E. TANDA TANDA KHUSUS PADA KERACUNAN
Tanda-tanda khusus pada keracunan tertentu antara lain :
1) B A U

- Aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid


- Coal gas : Carbon monoksida
- Buah per : Chloralhidrat
- Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
- Alkohol : Ethanol, methanol
- Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak
2) K U L I T
- Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik
- Berkeringat : Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturate
- Kering : Anticholinergik
- Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida
- Ikterus : Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
- Purpura : Aspirin, warfarin, gigitan ular
- Sianosis : Nitrit, nitrat, fenacetin, benzocain
3) SUHU TUBUH
- Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida, clonidin, fenothiazin
- Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain, fenothiazin, theofilin
4) TEKANAN DARAH
- Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin
- Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-blocker
5) N A D I
- Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol
- Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain, aspirin, theofilin
- Arithmia : Anticholinergik,organofosfat, fenothiazin, carbonmonoksida, cyanida, beta-blocker
6) SELAPUT LENDIR
- Kering : Anticholinergik
- Salivasi : Organofosfat, carbamat
- Lesi mulut : Bahan korosif, paraquat
- Lakrimasi : Kaustik, organofosfat, gas irritant
7) RESPIRASI
- Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
- Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
- Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat
8) OEDEMA PARU : Salisilat, narkotika, simpatomimetik
9) SUS. SARAF PUSAT
- Kejang : Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer, tembaga, isoniazid, organofosfat, salisilat,
antihistamin, propoxyphene.
- Miosis : Narkotika ( kecuali demerol dan lomotil ), fenothiazin, diazepam, organofosfat
(stadium lanjut), barbiturat,jamur.
- Midriasis : Anticholinergik, simpatomimetik, cocain, methanol, lSD, glutethimid.
- Buta,atropi optik : Methanol
- Fasikulasi : Organofosfat
- Nistagmus : Difenilhidantoin, barbiturat, carbamazepim, ethanol, carbon monoksida, ethanol
- Hipertoni : Anticholinergik, fenothiazin, strichnyn
- Mioklonus,rigiditas : Anticholinergik, fenothiazin, haloperidol
- Delirium/psikosis :Anticholinergik, simpatomimetik, alkohol, fenothiazin, logam berat,

marijuana, cocain, heroin, metaqualon


- Koma : Alkohol, anticholinergik, sedative hipnotik, carbonmonoksida, Narkotika, anti depressi
trisiklik, salisilat, organofosfat
- Kelemahan,paralise : Organofosfat, carbamat, logam berat
10) SAL.PENCERNAAN
- Muntah,diare, : Besi, fosfat, logam berat, jamur, lithium, flourida, organofosfat
- Nyeri perut
F. KERACUNAN KHUSUS YANG SERING DIJUMPAI
1) Keracunan Hidrokarbon
2) Keracunan Insektisida
3) Organofosfat
4) Keracunan Carbamate ( baygon )
5) Keracunan Ketela Pohon
6) Keracunan Jengkol
7) Botulisme
8) Keracunan Makanan
9) Salisilat
G. PENATALAKSANAAN
1) Tindakan emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau pernapasan
tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.
2) Identifikasi penyebab keracunan.
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab
keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera
dilakukan.
3) Eliminasi racun.
1. Racun yang ditelan
a) Rangsang muntah
Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan bahan beracun,
bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang muntah kecuali bila bahan beracun
tersebut mempunyai efek yang menghambat motilitas ( memperpanjang pengosongan ) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum mole atau
dinding belakang faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan :
- Sirup Ipecac
Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan. Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml
1 12 tahun 15 ml > 12 tahun 30 ml. Pemberian sirup ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml
air putih. Bila sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian ipecac
dapat diulangi.
- Apomorphine
Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%,dapat menyebabkan muntah dalam 2 - 5
menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah :

- Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandung bahan-bahan yang


berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandung halogenat atau aromatik, logam
berat dan pestisida.
- Keracunan bahan korossif
- Keracunan bahan-2 perangsang CNS ( CNS stimulant , seperti strichnin )
- Penderita kejang
- Penderita dengan gangguan kesadaran
b) Kumbah lambung
Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan bahan beracun,
kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosongan lambung.
Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
- Keracunan bahan korosif
- Keracunan hidrokarbon
- Kejang
c) Pemberian Norit ( activated charcoal )
Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60
menit sesudah emesis. Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan,
diberikan per oral atau melalui pipa nasogastrik.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan :
- Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat, antiinflamasi non
steroid,morphine,propoxyphene.
- Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine, chlordiazepoxide, diazepam phenytoin,
sodium valproate.
- Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis, quinine, theophylline, cyclic anti
depressants Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan
alcohol.
d) Catharsis
Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila ada gagal ginjal, diare yang berat
( severe diarrhea ), ileus paralitik atau trauma abdomen.
e) Diuretika paksa ( Forced diuretic )
Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine ). Tujuan adalah untuk
mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hati jangan sampai terjadi overload cairan. Harus
dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa.
Kontraindikasi : edema otak dan gagal ginjal
f) Dialysis
Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil. Bermanfaat hanya pada
bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis ( dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital,
salisilat, theophylline, methanol, ethylene glycol dan lithium.
Dialysis dilakukan bila :
- Asidosis berat
- Gagal ginjal
- Ada gejala gangguan visus
- Tidak ada respon terhadap tindakan pengobatan.
g) Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang digunakan.
2. Racun yang disuntikkan atau sengatan
a) Immobilisasi

b) Pemasangan torniquet diproksimal dari suntikan


c) Berikan antidotum bila ada
3. Racun pada kulit dan mata
Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan dengan sabun dan siram dengan air yang
mengalir selama 15 menit. Jangan diberi antidotum.
4. Racun yang dihisap melalui saluran nafas
Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung gas racun. Berikan oksigen. Kalau perlu
lakukan pernafasan buatan.
4) Pengobatan Supportif
1. Pemberian cairan dan elektrolit
2. Perhatikan nutrisi penderita
3. Pengobatan simtomatik ( kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit dsb.)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KERACUNAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
1) Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung dan status kesadaran.
2) Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2. Data Obyektif
1) Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran pencernaan.
2) Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi, delirium, kejang
sampai koma.
3) BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
4) Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah besar, hipoglikemi
atau hiperglikemi dan ketosis.
5) Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.
6) Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau hipokalsemia.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung,
analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa,
transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis
obat, Tes toksikologi kuantitatif.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Tidak efektifnya pola nafas b.d hipoventilasi/hiperventilasi
2) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d mual dan muntah
3) Tidak efektifnya koping individu b.d kecemasan
D. INTERVENSI
1) Tidak efektifnya pola nafas b.d hipoventilasi/hiperventilasi
Intervensi :

- Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa
diperlukan
- Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk
keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yang meliputi
resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui
pencernaaan dengan cara kumbah lambung, emesis, atau katarsis dan keramas rambut.
- Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak sampai demam atau mengigil,
monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat, distress pernafasan,
sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau
kematian.
2) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d mual dan muntah
Intervensi :
- Monitir vital sign setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkan perubahan segera kepada
dokter.
- Catat tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri abdomen serta monotor semua muntah akan
adanya darah.
- Observasi fese dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.
3) Tidak efektifnya koping individu b.d kecemasan
Intervensi :
- Memberikan penjelasan pada orang tua sehubungan dengan yang sedang dialami anak
- Memberikan health education pada orang tua tentang penyebab keracunan
- Memberikan teknik relaksasi pada anak.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1

Pengertian Keracunan
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat
menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat, dalam jumlah relatif
sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh, termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap
dan selanjutnya menyebabkan kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L. Wong, 2003)

2.2

Etiologi Keracunan pada Anak


Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak
bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan
adalah :
1) Obat-obatan :, digitalis, aminofilin Salisilat, asetaminofen
2) Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan
3) Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4) Zat kimia pertanian : Insektisida
5) Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek
6) Bisa ular atau serangga

2.3

Gejala Keracunan pada Anak


1) Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
2) Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.
3) Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
4) Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.
5) Bingung.
6) Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan.
7) Reaksi lain yang kadang bisa terjadi ; demam tinggi, haus, banyak berkeringat, bintik merah
kecil di kulit dan membran mukosa.

2.4

Patofisiologi Keracunan pada Anak

1.
2.
3.
4.

Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak
bahan
tersebut
masuk
kedalam
tubuh.
Bahan-bahan
yang
dapat
menyebabkan keracunaan adalah :
Makanan
Bahan-bahan kimia
Obat-obatan
Bahan-bahan keperluan rumah tangga (Household poison)
Oleh karena anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan yang terjadi pada anak
biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada di rumah atau sekitar rumah.

2.5 Macam-macam Keracunan pada Anak


A. KERACUNAN HIDROKARBON
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak tanah,bensin,
minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api. Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat
dari irritasi pulmonal dan depressi susunan saraf pusat.
1. Irritasi pulmonal: batuk,sesak,retraksi,tachipneu,cyanosis,batuk darah dan udema paru.Pada
pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua lapangan paru, effusi pleura
atau udema paru.
2. Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai koma,kadang-kadang
disertai kejang.
3. Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare.
B. KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan dapat terjadi karena :
1. Makanan tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang berbahaya (singkong, jamur dsb.)
2. Timbul zat beracun dalam makanan tersebut karena proses pengolahan dan penyimpanan
3. Makanan tercemar oleh zat beracun baik disengaja ( pengawet,zat warna,penyedap ) ataupun
tidak disengaja (salmonella, staphylococcus dsb.)

C. KERACUNAN KETELA POHON


Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic unamarine (mengandung
HCN). Gejala klinis:
1. Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan kematian dengan cepat
2. Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak
3. Pernafasan cepat dengan bau khas ( bitter almond )
4. Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis

5. Mulut berbusa bercampur darah


6. Warna kulit merah bata ( pada orang kulit putih ) dan sianosis
D. KERACUNAN JENGKOL
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di tubuli,ureter dan urethrae.
Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol. Gejala klinik:
1. Sakit pinggang,nyeri perut,muntah,kencing sedikit-sedikit dan terasa sakit
2. Hematuria,oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol
3. Dapat terjadi gagal ginjal akut
E. BOTULISME
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam makanan kaleng
yang rusak atau tercemar kuman tersebut. Gejala klinik:
1. Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan kelumpuhan otot-otot mata
2. Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik
3. Dysphagia, dysarthria
4. Kelumpuhan ( general paralyse )
F. SALISILAT
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak. Faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah:
1. Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan rasa yang disukai anak-anak
ditambah dengan gencarnya usaha promosi melalui media massa.
2. Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara berlebihan oleh orang tua yang tidak
mengetahui bahaya salisilat.
3. Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga yang murah.
2.6
1.
2.
3.
4.
5.

Komplikasi Keracunan pada Anak


Henti nafas
Henti jantung
Korosi esofagus/trachea jika substansi penyebabnya teringesti
Syok, syndrome gawat nafas akut
Edema serebral, konvulsi

2.7 Pemeriksaan Penunjang Keracunan pada Anak


1. Tes Ferrichloride : tambahkan ferri chloride 10% pada urine. Tes positif bila urine kemudian
berwarna ungu.
2. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum (termasuk
kalsium (N: 9-11 mg/dl)).

3. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.


4. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya
gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler,
takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor
predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia,
nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar
jantung iskemik.
2.8
1)
a.
b.

Penanganan keracunan pada Anak


Tindakan emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau pernapasan
tidak adekuat.
c. Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.
2) Identifikasi penyebab keracunan.
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab
keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera
dilakukan.
3) Eliminasi racun.
1. Racun yang ditelan
a) Rangsang muntah
Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan bahan beracun,
bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang muntah kecuali bila bahan beracun
tersebut mempunyai efek yang menghambat motilitas (memperpanjang pengosongan) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum mole atau
dinding belakang faring, atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan: :
- Sirup Ipecac. Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan. Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml, 1
12 tahun 15 ml > 12 tahun 30 ml. Pemberian sirup ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml air
putih. Bila sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian ipecac
dapat
diulangi.
- Apomorphine. Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%, dapat menyebabkan
muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah:

Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandung bahan-bahan yang


berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandung halogenat atau aromatik, logam
berat dan pestisida.
Keracunan bahan korossif
Keracunan bahan-2 perangsang CNS (CNS stimulant, seperti strichnin)
Penderita kejang
Penderita dengan gangguan kesadaran
b) Kumbah lambung
Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan bahan
beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosongan lambung. Kumbah
lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada:
Keracunan bahan korosif
Keracunan hidrokarbon
Kejang
c) Pemberian Norit ( activated charcoal )
Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60
menit sesudah emesis. Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan,
diberikan
per
oral
atau
melalui
pipa
nasogastrik.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan:
Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat, antiinflamasi non steroid, morphine,
propoxyphene.
Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine, chlordiazepoxide, diazepam phenytoin,
sodium valproate.
Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis, quinine, theophylline, cyclic anti
depressants Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan
alcohol.
d) Catharsis
Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila ada gagal ginjal, diare yang berat
( severe diarrhea ), ileus paralitik atau trauma abdomen.
e) Diuretika paksa ( Forced diuretic )
Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine ). Tujuan adalah untuk
mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hati jangan sampai terjadi overload cairan. Harus
dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa. Kontraindikasi : edema
otak dan gagal ginjal.
f) Dialysis

Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil. Bermanfaat hanya pada
bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis ( dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital,
salisilat, theophylline, methanol, ethylene glycol dan lithium. Dialysis dilakukan bila :
Asidosis berat
Gagal ginjal
Ada gejala gangguan visus
Tidak ada respon terhadap tindakan pengobatan.
g) Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang digunakan.
2. Racun yang disuntikkan atau sengatan
a) Immobilisasi
b) Pemasangan torniquet diproksimal dari suntikan
c) Berikan antidotum bila ada
3. Racun pada kulit dan mata
Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan dengan sabun dan siram dengan air
yang mengalir selama 15 menit. Jangan diberi antidotum.
4. Racun yang dihisap melalui saluran nafas
Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung gas racun. Berikan oksigen. Kalau perlu
lakukan pernafasan buatan.
4) Pengobatan Supportif
1. Pemberian cairan dan elektrolit
2. Perhatikan nutrisi penderita
3. Pengobatan simtomatik ( kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit dsb.)
2.9 Pencegahan keracunan pada Anak
Upaya-upaya pencegahan keracunan pada anak :
Memberikan informasi secara intensif kepada orang tua atau orang yang bertanggung jawab
dalam perawatan anak dan kepada masyarakat
Produsen bahan-bahan beracun
Menjauhkan semua bahan-bahan yang potensial beracun dari jangkauan anak-anak
Pathway :

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas klien (nama, umur biasanya sering terjadi pada anak usia prasekolah sampai
usia sekolah yaitu pada usia 1 4 tahun, jenis kelamin, agama, suku bangsa / ras,
pendidikan, nama orang tua dan alamat)
B. Keluhan Utama: Keluhan utama yaitu bau napas, dan penurunan tingkat kesadaran.
C. Riwayat penyakit sekarang: Didapatkan riwayat yang cermat dan terperinci mengenai
apa, kapan, dan seberapa banyak zat toksik yang telah masuk ke tubuh dan adanya buktibukti racun (wadah, tanaman, muntahan).
D. Riwayat penyakit dahulu: Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami keracunan seperti yang
dialami sekarang.
E. Riwayat penyakit keluarga: Apakah keluarga punya riwayat depresi ataupun hal-hal yang bisa
jadi pencetus keracunan.
F. ADL (Activity Daily Life)
a. Nutrisi
Anak-anak cenderung mengalami penurunan nafsu makan.
b. Istirahat tidur
Kebutuhan istirahat terganggu karena terganggu akibat tindakan medis.
c. Eliminasi
Penurunan pengeluaran urine
d.Personal Higiene
Kebutuhan personal higiene terganggu karena terganggu akibat tindakan medis.
e. Aktivitas

Aktivitas akan terganggu karena bedrest


G. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan TTV
1. SUHU TUBUH (N: 36-370C)
Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida, clonidin, fenothiazin
Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain, fenothiazin, theofilin
2. TEKANAN DARAH (N: 120-80 mmHg)
Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin
Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-blocker
3. NADI (N: 80-100x/menit)
Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol
Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain, aspirin, theofilin
Arithmia : Anticholinergik, organofosfat, fenothiazin, carbonmonoksida, cyanida, beta-blocker
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Inspeksi : Normosepal, simetris
Palpasi : Tidak ada lesi/odema
b. Mata
: Ikterus Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
c. Mulut
: Berbau.
aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid
Coal gas : Carbon monoksida
Buah per : Chloralhidrat
Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
Alkohol : Ethanol, methanol
Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak
d. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
e. Telinga : Tidak ada lesi/odema
2. Leher
Tidak ada odema/lesi
3. Dada
Inspeksi: simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi: Tidak ada krepitasi
a. Paru-paru
Inspeksi Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat

Palpasi Dingin
Perkusi Sonor
Auskultasi vesikuler
b. Jantung
Inspeksi Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol
Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain, aspirin, theofilin
Palpasi Dingin
Perkusi Dullnes
Auskultasi Suara I
4. Abdomen
Inspeksi Tak ada lesi
Palpasi adanya nyeri tekan
Perkusi Tympani
Auskultasi Bising usus 13x/menit (N: 5-12x/menit)
- Muntah, diare : Besi, fosfat, logam berat, jamur, lithium, flourida, organofosfat
- Nyeri perut
5. Kulit
Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik
Berkeringat: Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturate
Kering : Anticholinergik
Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida
Purpura : Aspirin, warfarin, gigitan ular
Sianosis : Nitrit, nitrat, fenacetin, benzocain

1.
2.
3.
4.

6. Ekstremitas
Tidak ada kelumpuhan.
7. Genital dan Anus
Anus
: Tidak ada lesi/odema
Genetalia : Tidak ada lesi/odema
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan keracunan adalah :
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara
tidak normal.
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas, proses inflamasi.
Ansietas berhubungan dengan proses pengobatan.
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam
keterampilan koping menangani masalah pribadi.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelumpuhan.


BAB IV
PENUTUP
1.

2.

3.

4.

5.
6.
7.

8.
9.

4.1 Kesimpulan
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat, dalam jumlah relatif
sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh, termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap
dan selanjutnya menyebabkan kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L. Wong, 2003)
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan
tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan adalah :
Obat-obatan, Gas toksin, zat kimia industri, zat kimia pertanian, makanan, bisa ular atau
serangga.
Gejala Keracunan pada Anak: Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung, Pernafasan yang cepat
dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah, Mual, muntah, haus, buang air besar cair,
Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur, Bingung, Koma yang
dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan, Reaksi lain yang kadang bisa terjadi ; demam
tinggi, haus, banyak berkeringat, bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan
tersebut
masuk
kedalam
tubuh.
Bahan-bahan
yang
dapat
menyebabkan keracunaan adalah :Makanan, Bahan-bahan kimia, Obat-obatan, Bahan-bahan
keperluan rumah tangga (Household poison).
Macam-Macam Keracunan Pada Anak: Keracunan Hidrokarbon, Keracunan Makanan,
Keracunan Ketela Pohon, Keracunan Jengkol, Botulisme, Salisilat
Komplikasi Keracunan pada Anak: Henti nafas, Henti jantung, Korosi esofagus/trachea jika
substansi penyebabnya teringesti, Syok, syndrome gawat nafas akut, Edema serebral, konvulsi.
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung,
analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea, kreatinin, glukosa,
transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis
obat, Tes toksikologi kuantitatif.
Penanganan keracunan pada Anak: Tindakan emergensi, Identifikasi penyebab keracunan,
Eliminasi racun, Pengobatan Supportif.
Pencegahan keracunan pada Anak: Memberikan informasi secara intensif kepada orang tua atau
orang yang bertanggung jawab dalam perawatan anak dan kepada masyarakat, Produsen bahanbahan beracun, Menjauhkan semua bahan-bahan yang potensial beracun dari jangkauan anakanak.

10. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan keracunan adalah: Resiko tinggi
kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal,
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas, proses inflamasi,
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam
keterampilan koping menangani masalah pribadi, Ansietas berhubungan dengan proses
pengobatan, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelumpuhan.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini para pembaca baik para perawat maupun tenaga
kesehatan lainya dapat memberikan penatalaksanaan pada pasien keracunan pada anak dengan
baik dan benar sehingga makalah kami bermanfaat.

Você também pode gostar