Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NOC, NIC
Diposkan oleh Rizki Kurniadi
I.
PENGERTIAN
Gout (pirai) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetik
pada metabolisme purin (hiperurisemia), yaitu terjadi oversekresi asam urat atau defek renal yang
mengakibatkan penurunan eksresi asam urat, atau kombinasi keduanya.
Hiperurisemia primer terjadi penumpukan asam urat merupakan konsekuensi atau kesalahan
metabolisme asam urat
Hiperurisemia skunder adalah penyakit gout merupakan gambaran klinik ringan yang terjadi
sekunder akibat sejumlah proses genetik / didapat, termasuk peningkatan sel (leukemia, multipel
mieloma, beberapa tipe anemia, psoriasis) dan peningkatan pemecahan sel.
Gout merupakan salah satu klasifikasi dari penyakit reumatik karena kelainan metabolik dan
endokrin.
II. REUMATIK
Reumatik adalah peradangan pada sendi (atritis) yang sering mengenahi otot skelet, tulang,
ligamentum, tendon dan persendian. Pada penderita reumatik ini akan merasakan nyeri, perubahan citra
diri dan gangguan tidur.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
a.
b.
V MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi sindrom gout mencakup :
Atritis gout yang akut (serangan rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat)
Tofus (endapan kristal yang menumpuk dalam jaringan artikuler, jaringan oseus, jaringan lunak serta
kartilago)
Nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan batu asam urat dalam traktus urinarius.
Ada 4 stadium penyakit gout yang dikenal :
Hiperuresemia asimtomatik
Atritis gout kronis
gout interkritikal
Gout tofaseus yang kronik.
Kurang dari satu diantara lima penderita hiperurisemia akan mengalami penumpukan kristal urat
yang tampak nyata secara klinis pada saat tertentu. Shingga pengobatannya seumur hidup.
VI. ETIOLOGI
Sendi yang paling sering terkena adalah pada metatarsofalangeal pada ibu jari kaki (75% dari semua
pasien) tetapi pada bagian tarsal, pergelangan kaki atau sendi lutut juga menjadi sasaran.
Serangan akut dapat dipicu oleh : trauma, konsumsi alkohol, diet yang salah, obat-obatan, stres bedah
atau keadaan sakit.
Serangan mendadak terjadi : pada malam hari dan pasien terbangun dari tidur karena nyeri hebat,
kemerahan, bengkak, rasa hangat pada sendi yang sakit.
serangan dini cenderung sembuh spontan dalam waktu 3 10 hari walaupun tanpa terapi diikuti periode
tanpa gejala : stadium interkritikal, serangan bisa terjadi lebih sering dan berlangsung lebih lama lagi.
Tofus ditemukan pertama kali pada tempo rata-rata 10 th sesudah awitan serangan gout, 50% klien
berobat tidak memadai akhirnya akan mengalami endapantofaseus. Tofus biasanya disertai episode
inflamasi lebih sering dan berat, kadar asam urat yang tinggi dalam serum akan berkaitan dengan
pembentukan tofus yang lebih luas.
VII PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium : darah lengkap dan KED, kimia darah, asam urat, kreatinin,
Atrisentesis (aspirasi cairan sinovial dengan jarum), untuk analisis dan mengurangi nyeri. Normalnya
cairan sinovial jernih, viskus, kuning seperti jerami, namun pada penyakit ini warnanya keruh menyerupai
susu / kuning gelap dan banyak mengandung lekosit, protein plasma
Sinar X untuk mengetahui krepitasi sendi, mengetahui abnormallitas kartilago, erosi sendi, pertumbuhan
tulang yang abnormal.
Atrografi : deteksi kelainan jaringan ikat.
Skening sendi
Biopsi otot, arteri dan kulit
VIII PENATALAKSANAAN
Pemberian therapi obat-obatan :
Preparat colchicine (oral atau parenteral) : mengurangi penumpukan asam urat dan mengganggu
pembentukan kinin serta leukosit sehingga mengurangi inflamasi.
NSAID, indometasin.
c.
c.
d.
Alopurinol : mengganggu proses pemecahan purin sebelum terbentuk asam urat, menghambat enzim
xanthinoksidase karena menghalangi pembentukan asam urat.
Implikasi Keperawatan :
Perawat perlu memberikan penjelasan tentang tipe obat, tujuan pengobatan.
Metode penatalaksanaan nyeri nonfarmakologi (kompres hangat / dingin dan perlindungan sendi dengan
alat seperti bidai pergelangan tangan atau tongkat penopang
Memperbaiki mobilitas sendi serta status fungsional
Latihan pergerakan sendi secara bertahap.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
X DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Nyeri akut b/d agen injuri fisik
Risiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer, prosedur invasive
Kurang pengetahuan tentang penyakit, dan perawatannya b/d tidak familier terhadap informasi
Defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya
Kerusakan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, keterbatasan ketahanan fisik, kelemahan otot
Gangguan citra tubuh b/d perubahan fisik
PK : hipo albumin
2.
a.
b.
No
Diagnosa
Tujuan
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan askep
agen
injuri ..
jam tingkat
fisik
kenyamanan klien
meningkat dg KH:
klien melaporkan
nyeri berkurang
Ekspresi
wajah
tenang / rileks
Intervensi
Manajemen nyeri :
Kaji
tingkat
nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
Observasi reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien sebelumnya.
Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis)..
Risiko infeksi
b/d imunitas
tubuh primer
menurun,
prosedur
invasive
AL normal (4-11.000),
Konrol infeksi
Bersihkan lingkungan setelah dipakai
pasien lain.
Batasi pengunjung bila perlu.
Intruksikan kepada keluarga untuk
mencuci tangan saat kontak dan
sesudahnya.
Gunakan sabun anti miroba untuk
mencuci tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan.
Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
Pertahankan lingkungan yang aseptik
selama pemasangan alat.
Lakukan perawatan luka dan dresing
infus setiap hari.
Kurang
pengetahuan
tentang
penyakit, dan
perawatan nya
b/d
kurang
familier
terhadap
informasi,
terbatasnya
kognitif
Klien
/
keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa yang telah
dijelaskan
Klien
/
keluarga
kooperative
saat
dilakkan tindakan
Defisit
self
care
b/d
kelemahan,
penyakitnya
Setelah
dilakukan
asuhan keperawatan .
jam
klien
mampu
Perawatan diri
Pasien
dapat
melakukan
aktivitas
sehari-hari
(makan,
berpakaian, kebersihan,
toileting, ambulasi)
Kebersihan diri pasien
terpenuhi
Kerusakan
mobilitas
fisikpenurunan
rentang gerak,
Setelah
dilakukan
asuhan keperawatan .
jam klien mampu
Ambulasi :
keterbatasan
ketahanan
fisik,
kelemahan
otot
Tingkat mobilisasi
Perawtan diri
Dg KH:
Peningkatan aktivitas
fisik
PK:
Hipo Setelah dilakukan askep
albumin
. jam perawat akan
menangani
atau
mengurangi komplikasi
g/dl
Tidak terbentuk edem
pada facial,
Tidak
terjadi
hipovolumia
Gangguan
Setelah dilakukan askep
citra tubuh b/d .
jam
klien
perubahan
mengalami peningkatan
fisik
body
image
dan
menyesuaikan
diri
dengan
perubahan
kehidupan klien dengan
criteria :
Mau
menerima
penampilannya
Percaya diri
kemampuan
Ajarkan pasien berpindah tempat
Monitor kemampuan ambulasi pasien
Pendidikan kesehatan
Jelaskan pada pasien pentingnya
ambulasi dini
Jelaskan pada pasien tahap ambulasi
Jelaskan pada pasien manfaat
ambulasi dini
monitor keadaan umum klien.
pantau manifestasi penurunan albumin
berikan diet TKTP
Kolaborasi pemberian plasbumin
infuse.
berikan motivasi untuk masukan
nutrisi yang bergizi tinggi dan
masukan cairan yang cukup.
monitor v/s