Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KOMPLIKASI POSTPARTUM
Oleh:
Kelompok III
1. Rosari Agus
04121003
04121010
3. Araafi Dian
04121017
4. Eldira Loyanda
04121024
5. Syafrisar Meri A
04121032
PADANG, 2007
PERDARAHAN POSTPARTUM
I.
Defenisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama
24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran
(Marylin E Dongoes, 2001).
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
-
Early Postpartum
Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
Late Postpartum
Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
II.
Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
-
b.
c.
Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia
Tanda yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia.
- Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus
8. Subinvolusi Uterus
Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terusmenerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus
mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.
serosa.
d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum
dinding rahim.
2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni
uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat
kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar
(plasenta inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan
indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum
penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi
rubra
selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus
subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan.
Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada
infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau
perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.
Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse
jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya
segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus
yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri
namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang
10
Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagbila plasenta masih melekat
dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan
nekrosis.
Pemeriksaan dalam :
1. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus
uteri cekung ke dalam.
2. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina
teraba tumor lunak.
3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
11
g. Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi
lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih
12
WOC (terlampir 1)
13
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi
dengan kuat, uterus harus diurut :
Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian
bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada
terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus,
mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan
lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain
atoni uteri.
Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai
selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna
merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen
plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra
indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang
beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan
rendam duduk setelah 12 jam.
14
Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV,
dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik,
untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan
kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit
bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.
Pasang infus.
Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah;
Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau
kompresi aorta.
15
Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan
penolong memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan
operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika intravena serta
infus cairan sebagai pertolongan pertama.
Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras,
bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan lampu
penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah
luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan jarum bulat.
Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon pada
liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus
dan pemberian uterotonika intravena.
VIII. Pemeriksaan Fisik
a.
Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu
hari suhu akan kembali normal (360 C 370 C), terjadi penurunan akibat
hipovolemia
2)
Nadi
Denyut
Tekanan darah
Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia
4)
Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
16
b. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
1. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
2. Sistem vaskuler
3. Sistem Reproduksi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
17
4. Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar
atau tidak, spontan dan lain-lain
5. Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
6. Integritas Ego
Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir
Pengkajian
Pengkajian
merupakan
langkah
awal
dari
proses
keperawatan.
Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain lain
Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Yang meliputi alasan klien masuk rumah sakit, keluhan yang
dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak
18
b.
c.
nifas
meliputi:
Keadaan
lochea,
apakah
ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas,
tinggi fundus uteri dan kontraksi
d.
19
a.
baik
sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada
masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah buahan.
b.
c.
Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran
dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d.
20
C.
No
1
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Intervensi
4. Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku,
membran mukosa dan bibir.
21
Rasional
Membantu dalam membuat rencana
perawatan yang tepat dan untuk
memberikan
kesempatan
mencegah
terjadinya komplikasi
Perkiraan kehilangan darah, arternal versus
vena dan adanya bekuan-bekuan membantu
membuat
diagnosa
banding
dan
menentukan
kebutuhan
penggantian
(catatan : satu gram peningkatan berat
pembalut sama dengan kira-kira 1 ml
kehilangan darah)
Derajat kontraktilitas uterus membantu
dalam diagnosa banding. Peningkatan
kontraktilitas
miometrium
dapat
menurunkan kehilangan darah. Penempatan
satu tangan diatas simfisis pubis mencegah
kemungkinan inversi uterus selama
messase
Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik
dan terjadinya syok. Perubahan pada
Tekanan Darah tidak dapat dideteksi
TTV stabil
Pengisian kapiler cepat
Haluaran urine adekuat
Bermanfaat
dalam
memperkirakan
luas/signifikasi kehilangan cairan. Volume
perfusi/sirkulasi
adekuat
ditunjukkan
dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih
besar
1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi dan berat badan
22
kapiler
Penurunan
ASI
pasien
produksi
DS:
- Ibu mengatakan Asi
sedikit
- Ibu mengatakan tangan
dan kakinya dingin
3. Perhatikan tingkat
perubahan perilaku
kesadaran
dan
adanya -
4. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi, dan lidah. Perhatikan suhu kulit
5. Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau tidaknya laktasi dan perubahan pada ukuran
payudara
Kolaborasi
6. Pantau GDA dan kadar pH
23
Klien
mengungkapkan
kesadaran
terhadap
perasaan dan penyebab
6. Kaji strategi koping dan implikasi jangka
ansietas
24
Klien
mengidentifikasi
cara-cara sehat untuk
menghadapi perasaan
Melaporkan
ansietas
berkurang
25
II. Etiologi
Tiga penyebab utama trombosis yaitu :
Vena stasis
Kehamilan dikarakteristikkan oleh peningkatan vena stasis pada
ekstremitas bawah dan pelvis sebagai hasil dari tekanan pembuluh darah
besar karena pembesaran uterus. Stasis paling nyata ketika wanita hamil
berdiri untuk periode waktu yang lama. Stasis menyebabkan dilatasi
pembuluh darah dan potensial berlanjut menjadi bendungan postpartum.
Inaktivitas relatif selama kehamilan juga berperanan penting dalam
bendungan vena dan darah yang stasis di ekstremitas bawah. Waktu yang
lama dalam memijakkan kaki selama kehamilan dan perbaikan episiotomi
juga meningkatkan vena stasis dan resiko pembentukan trombus.
26
Hypercoagulation
Kehamilan
juga
dikarakteristikkan
oleh
perubahan
dalam
plasminogen
dan
antitrombin
III)
yang
menyebabkan
Faktor Predisposisi
Vena varises
Obesitas
Riwayat tromboplebitis
Merokok
Inaktivitas
Kelahiran cesar
Diabetes mellitus
27
Dispnea
Syncope
28
Takipnea
Batuk
Hemoptisis
IV. PATOFISIOLOGI
Penyakit tromboembolik terutama mengacu kepada tromboflebitis
superficial (trombus yang berkaitan dengan inflamasi), yang terutama
terbentuk di vena safena, tampak pada hari ke-3 atau ke-4 postpartum, dan
memperlihatkan kemajuan klinis dalam 48 jam terapi. Tromboflebitis
sering tampak berupa area lokal yang panas dan kemerahan, nyeri betis
ringan, vena yang tampak dan dapat dipalpasi, serta suhu tubuh yang
normal atau tingkat demam rendah. Trombosis vena profunda (Deep vein
thrombus, DVT) terlihat pada ibu yang memiliki peningkatan.
Pada vena yang normal dapat terjadi trombosis karena eksogen,
misalnya trauma, kelelahan, kurang gerak/imobilisasi, pasca bedah, atau
adanya keganasan yang terjadi hanya pada salah satu segmen vena.
Trombosis iini menyebabkan reaksi radang local pada dinding vena.
Dalam hal ini, trombosis terjadi karena perlambatan aliran darah, kelainan
dinding pembuluh darah, atau gangguanpembekuan darah (TRIAS
VRCHOW).
Pada vena yang mengalami pelebaran atau varises, turbulensi darah
pada kantong vena di sekitar katup merangsang terjadinya trombosis.
Menipisnya dinding vena mempercepat proses radang. Dalam keadaan ini,
2 faktor utama, yaitu kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah
merupakan sebab terjadinya tromboflebitis.
Rangsangan
langsung
pada
vena
dapat
menimbulkan
aliran
darah,
dehidrasi
berat
yang
mengakibatkan
29
Pemeriksaan Penunjang
-
Impedans pletismografi
Venografi kontras
Hemoglobin/hematokrit
: Mengidentifikasi hemokonsentrasi.
Pemeriksaan koagulasi
: Menunjukkan hiperkoagulabilitas
Analgesik
Istirahat
Dukungan / support
30
31
Ketika duduk, angkat kaki dan jangan menyilangkan kaki karena akan
meningkatkan vena balik dari kaki
32
mungkin
agak
tinggi
33
dan
menggigil
(tanda-tanda
Multipara.
Persalinan lama berkenaan dengan tekanan kepala janin pada venavena pelvis, penggunaan penjejak kaki atau posisi yang salah dari
ekstremitas selama fase intrapartum, atau kelahiran melalui operasi,
termasuk kelahiran sesaria.
- Penyuluhan / Pembelajaran
Penggunaan kontrasepsi.
Penggunaan estrogen untuk supresi laktasi.
IX. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan Dahulu
-
Obesitas
Hemoragik
Penyakit jantung
Anemia
Kerja berat
Usia lanjut
Varises
varises vena
34
Nyeri tekan dan nyeri pada area yang sakit (mis., betis atau
paha).
c. Riwayat Obstetri
-
Multipara
b.d
kurang
interprestasi.
35
pemajanan/mengingat,
kesalahan
C. Rencana Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan Mandiri
b.d interupsi aliran vena
1. Anjurkan tirah baring.
DO:
- Edem ekstremitas yang
sakit
2. Observasi ekstremitas terhadap warna; inspeksi - Eritema (tromboplebitis
adanya edem dari lipat paha sampai telapak
superfisial) atau pucat
kaki. Perhatikan asimetris; ukur dan catat
dan dingin (TVD)
lingkar betis pada kedua kaki.
- Penurunan nadi perifer.
Kriteria hasil, klien akan:
Mendemonstrasikan
perbaikan sirkulasi dari
ekstremitas yang terlibat
dengan nadi perifer dapat
diraba dengan kualitas baik,
pengisian kapiler adekuat,
serta penurunan edem dan
eritema.
Rasional
Meminimalkan kemungkinan perubahan posisi
trombus dan menciptakan emboli.
Gejala
membantu
membedakan
antara
tromboplebitis superfisial atau TVD. Kemerahan,
panas, nyeri tekan dan edem lokal merupakan
karakteristik superfisial. Pucat dan dingin pada
ekstremitas merupakan karakteristik TVD.
4. Anjurkan untuk meninggikan telapak kaki dan kaki bawah di atas ketinggian jantung.
5. Waspadakan klien untuk tidak menyilangkan kaki atau menggunakan pakaian ketat.
6. Instruksikan
klien
untuk
menghindari menggaruk dan memasase ekstremitas yang
sakit
36
Meningkatkan aliran
mencegah stasis.
Kolaborasi
- Berikan kompres hangat, lembab pada ekstremitas yang sakit.
balik
vena;
membantu
Berikan kaus kaki pendukung elastis dengan perawatan untuk menghindari efek torniket.
37
Masa
protrombin,
masa
tromboplastin partial/masa tromboplastin partial teraktivasi.
5. Anjurkan
perubahan
posisi,
38
pertahankan -
hilang/terkontrol.
Tampak
rileks
dan
tidur/istirahat
dengan
tepat.
7. Selidiki keluhan nyeri dada tiba-tiba dan/atau tajam, dispnea, takikardi atau ketakutan.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
- Analgesik (narkotik/nonnarkotik).
-
Berikan kompres
ekstremitas.
3
panas
yang
lembab
pada -
39
Membantu
dalam
menentukan
kebutuhankebutuhan khusus dan mengklarifikasi informasi
sebelumnya
Kurang
mengenai
kebutuhan
prognosis
40
Kriteria Hasil :
- Mengungkapkan
pemahaman
tentang
kondisi dan tindakan
- Melakukan
perubahan
perilaku yang perlu
2. Berikan informasi tentang penatalaksanaan dan tes diagnostik. Identifikasi tanda dan gejala yang
memerlukan
pemberitahuan
dari
pemberi
pelayanan kesehatan, misalnya: dingin atau pucat
pada ekstremitas, nyeri tekan pada area sakit, atau
edema
4. Diskusikan kemungkinan interaksi antara terapi antikoagulan oral dan obat-obatan lain (mis;
salisilat, vitamin, antibiotik, barbiturat, dan
alkohol)
5. Anjurkan tindakan yang aman untuk menghindari trauma, seperti penggunaan sikat gigi lunak dan
penggunaan pencukur jenggot listrik. Laporkan
adanya perdarahan.
Perubahan
pada
proses
koagulasi
dapat
mengakibatkan
peningkatan
kecenderungan
perdarahan, yang dapat menandakankebutuhan
mengubah terapi antikoagulan.
41
42
INFEKSI PUERPERAL
I.
Definisi
Infeksi puerperal adalah infeksi dari saluran reproduksi yang terjadi
dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi dan meliputi proses infeksi
lokal sebagaimana proses yang lebih progesif yang dapat mengakibatkan
metritis, endometritis, peritonitis, atau selulitis pelvis (parametritis)
II.
Etiologi
Infeksi puerperal dapat disebabkan oleh :
-
Staphylococcus aureus
Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadangkadang menjadi sebab infeksi umum. Staphylococcus banyak
ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat.
Escherichia coli
Kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rektum dan
dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan
endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi tractus
urinarius.
Clostridium welchii
Infeksi dengan kuman ini, yang bersifat anaerobik jarang ditemukan,
akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis.
43
Patofisiologi
Setiap bagian dari alat reproduksi dihubungkan dengan setiap bagian
yang lain dan organisme dapat bergerak dari vagina terus ke serviks,
memasuki uterus dan keluar dari tuba falopii untuk menginfeksi ovarium dan
rongga peritoneal. Selain itu, seluruh alat reproduksi terutama yang didukung
oleh pembuluh darah selama kehamilan dan setelah melahirkan, pembuluh
darah atau limfe bisa membawa infeksi selama tubuh istirahat, yang mana
dapat mengakibatkan septikemia yang mengancam kehidupan.
Perubahan fisiologis normal dari kelahiran meningkatkan resiko
infeksi. Selama pengeluaran, keasaman vagina berkurang oleh cairan amnion,
darah, dan lokhia yang bersifat alkali. Lingkungan yang alkali mendorong
pertumbuhan bakteri. Nekrosis dari garis endometrium dan timbulnya lokhia
mendukung sebuah lingkungan yang baik untuk pertumbuhan bakteri anaerob.
Beberapa laserasi kecil, beberapa dalam ukuran yang sangat kecil sekali
terjadi pada endometrium, serviks dan vagina selama persalinan dan
memungkinkan bakteri memasuki jaringan. Meskipun uterus bagian dalam
tidak steril selama 3-4 minggu setelah persalinan, infeksi tidak berkembang
pada kebanyakan wanita, sebagian karena granulosit dalam lokhia dan
endometrium mencegah infeksi.
44
V.
WOC (terlampir 3)
Laju sedimentasi darah (LED), dan jumlah sel darah merah (SDM):
sangat meningkat pada adanya infeksi
VII.
Terapi
-
45
VIII.
Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/ istirahat
a. Malaise, letargi
b. Kelelahan dan / atau keletihan yang terus menerus (persalinan
lama)
c. stressor pascapartum multiple
2. Sirkulasi : Takikardia dengan berat bervariasi
3. Eliminasi
a. Diare mungkin ada
b. Bising usus mungkin tidak ada bila terjadi paralitik ileus
4. Integritas Ego: Ansietas jelas (peritonitis)
5. Makanan/ Cairan : Anoreksia, mual/muntah, Haus, membran mukosa
kering, Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)
6. Neurosensoris: sakit kepala, Nyeri/Ketidaknyamanan, Nyeri lokal,
disuria, ketidak nyamanan abdomen, Afterpain berat atau lama, nyeri
abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan dengan guarding
(endrometritis), Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral
(salpingitis/ooferitis, parametritis)
7. Pernapasan: Pernapasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik)
8. Keamanan:
a. Suhu 100,4 F (38,0C) atau terjadi lebih tinggi pada dua hari
terus menerus, di luar 24 jam pascapartum, adalah tanda infeksi ;
46
pemantauan
internal,
pemeriksaan
vagina
Anemia
47
Persalinan traumatic
Haemoragik postpartum
Kelahiran cesaria
Malnutrisi
Hematoma
Infeksi droplet
Sering dikateter
Lacerasi
Malaise, letargi
Takikardia
Anoreksia, mual/muntah
Sakit kepala
Suhu 38 C
3. Riwayat obstetri
-
Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam atau
lebih)
48
Lokhia mungkin bau busuk, tidak ada bau ( bila infeksi oleh
streptokokal beta hemolitik), banyak, atau berlebihan
Seksio cesario
Nyeri ( akut ) b.d respons tubuh pada agen tidak efektif, sifat infeksi
(mis., edema kulit/jaringan, eritema)
Risiko tinggi perubahan menjadi orang tua b.d interupsi pada proses
pertalian, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan
sendiri.
49
C. Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
Intervensi
1
Risiko tinggi infeksi b.d adanya Mandiri:
infeksi, kerusakan kulit dan/atau 1. Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum, jaringan yang trauma, vaskularisasi
dan pasca partum
tinggi pada area yang sakit,
prosedur dan/atau peningkatan
pemajanan lingkungan, penyakit
kronis,
anemia,
malnutrisi, 2. Pertahankan kebijakan mencuci tangan imunosupresi dan/atau efek dari
dengan ketat untuk staf, klien, dan
obat-obatan yang tidak diinginkan.
pengunjung
DO
3. Berikan dan instruksikan klien dalam hal - Takikardia
pembuangan linen terkontaminasi, balutan,
- Suhu 38C atau lebih tinggi
chux, dan pembalut dengan tepat.
terjadi pada dua hari berturutImplementasikan pengadaan isolasi, bila
turut
diindikasikan.
- Tepi insisi mungkin kemerahan
- Lokhia mungkin bau busuk, 4. Demonstrasikan/anjurkan
pembersihan banyak atau berlebihan
perineum yang benar setelah berkemih dan
defekasi, dan sering mengganti pembalut
Kriteria hasil ,klien akan:
- Mengungkapkan pemahaman 5. Demonstrasikan masase fundus yang tepat. tentang factor risiko penyebab
Tinjau ulang pentingnya dan waktu prosedur
secara individual
- Melakukan
prilaku
untuk
membatasi penyebaran infeksi 6. Pantau suhu, nadi, dan pernafasan. dengan tepat, menurunkan
Perhatikan adanaya menggigil atau laporkan
50
Rasional
Mengidentifikasi faktor-faktor yang
menempatkan klien pada kategori risiko
tinggi terhadap terjadinya/penyebaran
infeksi pascapartum
Membantu
silang
mencegah
kontaminasi
risiko komplikasi
anoreksia atau malaise.
Mencapai pemulihan tepat
waktu,
bebas
komplikasi
tambahan.
7. Observasi/catat tanda infeksi lain (mis., lokhia atau drainaseyang berbau busuk;
subinvolusi uterus; nyeri tekan uterus yang
hebat; atau kemerahan, edema, atau
pemisahan insisi)
10. Tingkatkan
ambulasi
dini,
yang diseimbangkan dengan istirahat adekuat
11. Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki atau dada. Perhatikan pucat, bengkak, atau
kekakuan ekstremitas bawah
12. Anjurkan bahwa ibu menyusui secara periodik memeriksa muluit bayi terhadap
51
antibiotik ibu
Kolaborasi
-
Anjurkan penggunaan pemanasan yang lembab dalam bentuk rendam duduk dan
untuk pemanasan yang kering dengan
menyinari perineal selama 15 menit, 2 -4
kali sehari
Mengientifikasi
proses
infeksius,
organisme
penyebab,
dan
agen
antimikroba yang tepat
52
antikoagulan
Pemeriksaan fungsi ginjal/hepatik
Menyerang
organisme
patogen,
membantumencegah penyebaran infeksi
dari jaringan sekitar dan aliran darah.
(catatan : rute parenteral disukai untuk
parametritis, peritonitis, dan kadangkadang pada endometritis.
53
Bantu dengan prosedur-prosedur, seperi insisi dan drainase, atau dilatasi dan kuretase
( D dan K), bila perlu
54
protein
membantu
meningkatkan
pemulihan dan regenerasi jaringan baru.
Zat besi perlu untuk sintesis Hb.
DO :
- enggan makan
- penurunan masukan oral atau 2. tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hari kurang masukan oral
jus,
sup, dan cairan nutrisi lain.
- penurunan berat badan yang
tidak siantisipasi
Kriteria hasil :
Memenuhi kebutuhan nutrisi yang
dibuktikan oleh pemulihan luka 3. Anjurkan tidur/istirahat adekuat.
tepat waktu, tingkat energi tepat,
penurunan berat badan, dan Hb/Ht
dalam
batas
normal
yang
diharapkan pascapartum.
Kolaborasi
- Berikan cairan/nutrisi parenteral, sesuai indikasi.
55
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi/menggunakan 3. Intsruksi klien dalam melakukan tekhnik tindakan kenyamanan yang
relaksasi; memberikan aktivitas pengalih
tepat secara individu
seperti radio, televisi, atau membaca.
- Melaporkan ketidaknyamanan
hilang/terkontrol
4. Anjurkan kesinambunagan menyusui saat kondisi klien memungkinkan. Karenanya
anjurkan dan berikan instruksikan dalam
penggunaan pompa payudara listrik atau
manual.
Kolaborasi
- Berikan analgesik atau antipiretik
-
Menurunkan
infeksi
Berikan kompres panas lokal dengan menggunakan lampu pemanas atau rendam
Kompres
vasodilatasi,
56
ketidaknyamanan
dari
panas
meningkatkan
meningkatkan sirkulasi
57
Harapan
normal
adalah
periode
pascapartum tidak terkomplikasi dengan
unit keluarga yang utuh. Penyakit
karena infeksi mengubah situasi serta
dapat mengakibatkan pemisahan klien
dari keluarga atau bayi baru lahir, yang
dapat memperberat perasaan terisolasi
dan depresi.
Keberhasilan dalam menyeklesaikan
tugas-tugas
keperawatan
bayi
meningkatkan pandangan dan kedekatan
klien dengan bayi. (catatan: tergantung
pada tipe infeksi, bayi yang diberi
makan dengan menggunakan susu botol
mungkin perlu dipisahkan dari ibu untuk
periode waktu yang lama karena mereka
5. Anjurkan ayah/anggota keluarga lain untuk merawat dan berinteraksi dengan bayi
Kolaborasi
- Buat rencana untuk tindak lanjut evaluasi yang tepat terhadap interaksi/respon ibu-bayi
Identifikasi sistem pendukung individu; rujuk pada lembaga perawatan rumah sesuai
indikasi.
58
III.
Manifestasi Klinis
Disuria,urgensi dan frekuensi urine yang sering, nyeri abdomen
rendah atau area suprapubik, ketidaknyamanan punggung bagian bawah,
dan kemungkinan hematuria. Sebagai tambahan tanda dan gejala sistitis,
pielonepritis dicirikan dengan kekeruhan urine dan tanda sistemik seperti
59
demam
tinggi,
menggigil,mual,
dan
muntah-muntah,
malaise,
60
IV.
Patofisiologi
Organisme penyebab infeksi pada sulran kemih yang tersering
adalah Escherichia coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari 80 %
kasus. Organisme gram positif kurang berperan dalam UTI pada
perempuan muda. Pada kebanyakan kasus, organisme tersebut dapat
mencapai vesika urinaria melalui uretra. Infeksi di mulai sebagai sistitis,
dapat terbatas di vesika urinaria saja atau dapat pula merambat ke atas
melalui ureter sampai ke ginjal. Organisme dapat sampai di ginjal melalui
aliran darah atau aliran getah bening,tetapi cara ini dianggap jarang
terjadi.vesika urinaria dan bagian atas uretra biasanya steril, meskipun
bakteri dapat ditemukan di bagian bawah uretra.
Tekanan dari aliran urine menyebabkan saluran kemih normal
mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sempat
menyerang mukosa. Mekanisme pertahanan lainnya adalah kerja
antibakteri yang dimiliki oleh mukosa uretra. Meskipun terdapat melamine
pertahanan seperti ini, infeksi mungkin terjadi dan kemungkinan ini
berkaitan
dengan
faktor
predisposisi
seperti
jenis
kelamin
61
WOC (terlampir 4)
VI.
Bakteriologis
-
Pemeriksaan darah
-
lekositosis
peningkatan LED
Pencitraan
-
62
VII. Terapi
A.
Urinalisis
Lakukan analisis air kemih dan analisis untuk kadar
protein, darah, dan organisme. Urine yang mengandung kadar SDP
yang meningkat (100000/ml organisme), serta didapati protein dan
atau darah, mengindikasikan ISK. Kultur dan sensitifitas urine
diambil, sehingga penentuan antibiotic organisme khusus dapat
diidentifikasi.
B.
C.
Penatalaksanaan Pielonefritis.
Jika ibu mengalami pielonefritis, ia dapat dirawat-inap
untuk pengobatan dan pemantauan yang ketat, sehingga mencegah
kerusakan ginjal permanen. Diberikan pengobatan perintra vena,
dan dipasang kateter kandung kemih menetap. Berkurangnya
gejala biasannya diperoleh dalam 24-48 jam.
63
Batu urinarius
Demam
Mengigil
Nyeri Panggul
Disuria
Sering berkemih
Keletihan
Sakit kepala
Poliuri
Haus berlebihan
64
c. Riwayat obstetric
Kehamilan
multipara
atau
primipara,
persalinan
ke
Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi,
prognosisis,
dan
65
C. Rencana Keperawatan
No
1
Diagnosa
Intervensi
wajah tegang
meringis
perilaku distraksi
gelisah
intensitas nyeri, frekuensi,
lokasi nyeri
DS:
o klien mengeluh nyeri
o klien mengeluh susuah
tidur
o klien mengeluh rasa cemas
dan gelisah
Kriteria hasil : klien mengatakan
nyeri yang dialami berkurang /
hilang
dan
menunjukan
kemampuan untuk membantu
dalam
tindakan
kenyamanan
umum dan mampu dalam tindakan
Rasional
Membanru dalam memntukan jenis
bakteri.
Membantu
mengevaluaisi
ketidaknymanan nyeri
derajat
Penurunan
ansetas
dan
menungkatkakn
relksasi
kenyamanan
takut,
sam
Menurunkan
ketegangan
oot,
meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan kemampuan koping
66
67
3.
Kurang
pengetahuan
tentang Mandiri;
kondisi, prognosis, dan kebutuhan
1. Kaji ulang proses penyakit, prognosis, dan
pengobatan b.d. kurang terpajan,
faktor pencetus pengalaman.
DO
o Terdapat
kealahan
2. Tunjukkan perawatan personal hiegyene
pernyataan
dari
klien
tentang penyakitnya
o Pertanyaan/permintaan
3. Tekankan pentingnya pemasukan cairan
informasi
o Tidak akurat mengikuti
instruksi
o Terjadinya komplikasi yang
4. Anjurkan menghindari minuman yangh
dapat di cegah
mengiritasi seperti: kopi, teh, kola dan
DS:
alcohol
o Klien mengatakan bingung
dengan prosedur terapi
5. Diskusikan penggunaan diet asam (contoh:
o Klien mengatakan tidak
berri, plum, sereal nasi, kacang, keku,
tahu dengan penyakitnya
ikan)
Criteria hasil:
setelah
dilakukan
intervensi
keperwawatan,
klien
aka
mengatakan pemahaman proses
penyakit dan berpartisiasi dalam
program pengobatan
68
Meningkatkan
proses
belajar,
meningkatkan pengambilan keputusan ,
dan menurunkan ansietas sehubungan
dengan ketidaktahuan.
Pengawsan
penyembuhan,
proses
penyakit: memberikan kesempatan
untuk diskusi
10. Jika ibu sedang dalam pengobatan sulfo- namide, ajarkan klien bahwa pemberian
ASI sebaiiknya dihentikan dan ajarkan
bagaimana cara memompa payudara
11. Jelaskan pada ibu bahwa obat-obatan yang diresepkan bisa merubah warna urine
69
II. Etiologi
Mastitis disebabkan oleh organisme S. aureus, Candida albican dan
Haemophilus parainfluenza yang berasal dari hidung dan tenggorokan bayi.
Factor-faktor yang mempengaruhi: penyumbatan saluran susu, daya tahan ibu
yang rendah, berkaitan dengan kelelahan atau stress, tangan yang tidak bersih,
keretakan atau keretakan atau terbelahnya puting.
III. Manifestasi Klinis
Dimulai dengan adanya rasa gatal pada puting dan berkembang menjadi
adanya rasa nyeri saat bayi menyusui, Namun tidak semua kasus mastitis
ada keluhan nyeri,
Adanya
rasa
demam
dan
yang
lebih
jelas
nyeri yang hebat terutama bila tersentuh hingga tidak dapat menggendong
bayi pada sisi yang mengalami mastitis karena sensasi rasa sakitnya.
Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
70
71
IV. Patofiologi
Pada dasarnya gejala yang timbul akibat mastitis ialah timbulnya benjolan
di payudara. Benjolan/penebalan ini berwarna merah, juga terasa panas dan nyeri.
Nyeri yang timbul ialah berupa rasa 'nyut-nyut' di daerah payudara, apalagi bila
benjolan ini sebagai bisul yang pecah, maka penampilannya jadi mengerikan
selain nyeri yang menyertainya. Rasa nyeri inilah yang merupakan perbedaan
mendasar antara mastitis dan kanker payudara. Pada kanker payudara, pada
awalnya pengidap tidak akan merasa nyeri sama sekali, melainkan hanya timbul
benjolan.
Benjolan yang ada pada mastitis bukan seperti kanker yang bentuknya
keras, melainkan berupa penebalan yang berisi cairan. Radang biasanya
menyerang salah satu payudara saja, tapi tidak menutup kemungkinan bisa
menyebar hingga kedua payudara terinfeksi. Pada beberapa kondisi, mastitis bisa
menyebabkan keluarnya cairan dari daerah puting, cairan ini berwarna putih
kekuningan serupa nanah. Lain dengan kanker payudara dimana cairan yang
keluar dari puting biasanya merah atau kuning kecoklatan seperti noda darah.
Terkadang perasaan seperti puting tertarik juga dialami pengidap.
Ada tiga jenis mastitis yaitu mastitis periductal, mastitis pueperalis, dan
mastitis supurativa. Ketiga jenis mastitis ini muncul akibat penyebab yang
berbeda dan muncul dalam kondisi yang juga berbeda. Mastitis periductal
biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya
tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mamary duct
ectasia, yang berarti pelebaran saluran karena adanya penyumbatan pada saluran
di payudara.
Menurut dr. Samuel J. Haryono, SpB K Onk dari RS Kanker Dharmais,
pada wanita usia 45 tahun ke atas atau pada usia memasuki menopause, beberapa
pemicu reaksi peradangan ialah perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di
masa lalu. Faktor penyebab penyumbatan yang utama ialah jaringan yang mati
dan air susu itu sendiri. Tumpukan jaringan mati dan air susu di saluran payudara
ini menyebabkan buntunya saluran dan pada akhirnya malah melebarkan saluran
72
73
VII. Terapi
Terapi pengobatan.
Antibiotic yang dipesankan untuk pemakaian 10 hari penuh, sekalipun
jika gejala telah reda dalam beberapa hari. Antipiretik seperti
asetaminofen dan obat antiinflamasi nonsteroid juga digunakan.
Dianjurkan pemberian ASI kontinu. Bila ada infeksi jamur, baik ibu
dan bayi, keduanya diobati dengan nistatin selama 14 hari.
Tindakan Pencegahan
1. Diskusikan tentang faktor-faktor pencetus
2. Gunakan teknik mencuci tangan yang baik.
3. Latih ibu tentang perawatan mammae: mencuci tangan sebelum memegang
mammae atau puting susu, membersihkan mammae hanya dengan air (untuk
mempertahankan lapisan minyak pelindung pada lapisan atas, pakai bra
penyokong setip saat untuk menghindari stasis susu pada lobus mamae yang
lebih rendah, dan mengganti bra dan pembalut mammae secara berkala
4. Memberikan tambahan pengetahuan kepada ibu, tentang teknik pemberian
ASI, seperti posisi, frekuensi, dan cara melepaskan bayi dari puting
mammae.
5. Memberikan perhatian khusus kepada ibu yang saluran susunya terhalang,
yang dapat meningkatkan risiko terhadap mastitis.
Jika Ibu Mengalami Mastitis
1. Berikan obat-obatan analgetik per oral sesuai pesanan dan obat ini biasanya
diberikan sebelum menyusui, untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan.
2. Ajari ibu untuk meningkatkan frekuensi menyusui, meningkatkan asupan
cairan (6-8 gelas air sehari), anjurkan teman atau anggota keluarga
membantu dalam perawatan, sehingga dapat meningkatkan masa istirahat,
pemberian ASI mula-mula diberikan, pada mammae yang tidak terkena,
74
mamae
terhadap
area
kemerahan,
nyeri
tekan,
dan
75
Kaji keadaan fisik umum ibu. Gejala yang sistematis termasuk gejala
menyerupai flu: sakit kepala, malaise, nyeri otot, frekuensi nadi yang
cepat, dan suhu sekitar 38.5C.
Kaji pola makan dan tidur serta tingkat stress ibu. Penurunan dalam
asupan makan, serta tidur atau stress, dan aktivitas yang berlebihan dan
menurunkan daya tahan ibu terhadap infeksi.
Kaji riwayat untuk faktor-faktor presipiyasi saat menyusui, seperti
ketidakefektifan pengosongan mammae, pembengkakan, kompresi
mammae yang berasal dari pakaian atau BH yang ketat, atau perubahan
yang mendadak dalam pola menyusui seperti bayi tidur sepanjang
malam, dan penggunaan suplemen makanan.
Inspeksi mulut bayi bila terdapat bercak putih yang dikelilingi oleh
kemerahan pada membran mulut, yang berindikasi infeksi akibat
Candida albicans, atau infeksi sariawan pad mulut.
B. Diagnosa Yang mungkin muncul
Perilaku mencari kesehatan yang berhubungan dengan kekurangan
informasi tentang praktek menyusui yang tepat
Resiko infeksi yang berhubungan dengan fissura dan trauman pada
jaringan atau puting payudara.
Menyusui yang tidak efektif yang berhubungan dengan nyeri sekunder
akibat mastitis
76
C. Rencana Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
1. Menyusui yang tidak efektif 1. Menyuruh Ibu Segera tidur bila menduga adanya
yang berhubungan dengan
mastitis dan istirahatlah dengan benar. Duduk lama
nyeri
sekunder
akibat
selama beberapa jam tanpa melakukan aktifitas
mastitis
dapat membantu memperpendek durasi mastitis.
DO:
- Puting Mammae merah,
lecet dan retak-retak
- Saat bayi menghisap
puting susu ibu, ibu
meringih kesakitan
DS:
- Ibu mengatakan malas
menyusui bayi karena
sakit
- Ibu mengatakan sekitar
payudara bengkak dan
merah
Rasional
4. Bantuan pancuran air hangat (shower hangat) untuk mandi, akan sangat.
5. Tetap berikan ASI kepada bayi, bila gagal coba lagi, susui terutama payudara yang sakit sesering
dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut
lama-kelamaan akan menghilang. Bila gagal
gunakan pompa sedot.
Kriteria Hasil:
- Ibu tidak mengeluh nyeri
- Bengkak teratasi
6. Lakukan pemijatan terus menerus saat menyusui - Anak mendapatkan ASI
juga sangat membantu.
adekuat
77
Kontraksi
Uterus
Lemah
Permukaan vagina
Perdarahan
Jahit
Villi Korialis
menembus
Villi
korialis
desidua
menembus
desidua
Plasenta lekat di
uterus
Plasenta lepas
sebagian
Anastesi
Lokal
Relaksasi
uterus
Ligamentum Latum
terbuka
Distensi Uterus
Uterus besar
dan lembek
Kontraksi uterus
Kemampuan darah terbuka
PERDARAHAN
POSTPARTUM
Kehilangan darah eksesif
Tindakan
Darah dalam sirkulasi menurun
Janin Besar,
Janin Multipel
Hidramnion
Perdarahan (-)
Cabang Arteri
uterine putus
Memijat &
mendorong Uterus
kebawah waktu
plasenta belum
lepas
Tindakan Op
Isolasi
MK:
Resiko perubahan
Hubungan
orang tua-bayi
78
Kematian
MK: Defisit Vol Cairan
MK: Curah Jantung menurun
MK:
Solusio Plasenta,
retensi jar mati, emboli
air ketuban
Hipofibri nagenemia
Kelainan Proses
pembekuan darah
Kehamilan
Kelahiran
Caesar
Faktor koagulasi
Pe pembentukan
bekuan darah
Obstruksi
Vena Balik
Nyeri
Kaku
MK: Nyeri
Udema Eritema
Betis
Malaise
Trombus lepas
Emboli
Arteri paru/cabangnya
Nadi Perifer
MK:
Resiko
Kelebihan
vol cairan
Obstruksi A.Pulmonalis
Utama
Aliran darah Ventrikel
kanan tersumbat
Kematian
79
MK: Perub.
Perfusi jaringan
Ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
Reflek Bronkospasme
Hipoksemia
MK: Perub. Pola
Nafas
Droplet Infection
Infeksi Intrapartum,
Koitus yg mengakibatkan pecahnya
ketuban, infeksi nosokomial
Nyeri,
Uterus bersrak,
Lokia bau
In-formasi
Demam
Endometritis
Perforasi
Periponitis
Nyeri
MK: Nyeri
Nyeri
MK: Hipotermi
Demam
Mual, muntah Anoreksia
80
Demam
81
Dari bayi
Ibu hamil
Dan lain-lain
Kurang pengetahuan
perawatan mamae
Perawatan mamae tidak adekuat
Lesi mamae
Keretakan/
puting terbelah
Invasi kuman
pada mame
Infeksi (mastitis)
Inflamasi
Abses
Perubahan bentuk
payudara
82
Nyeri saat
menyusui
MK :
Ggn rasa nyaman:nyeri
Menyusui tidak efektif