Você está na página 1de 5

Annisa Rizqia Islami

230210150022
Shift 1

Analisis Pola Distribusi Angin dan SPL Terhadap Fenomena


ENSO di Filipina Tahun 2000
Laporan Praktikum Meteorologi Laut

Gambar di atas merupakan gambar hasil pengolahan data dari suhu


permukaan laut dan distribusi angin di Filipina pada tahun 2000. Pada gambar,
panah yang mengalir merupakan penggambaran dari distribusi angin. Di sebelah
kanan gambar terdapat skala bar yang menunjukan kekuatan dari angin, dan di
bawah gambar terdapat skala bar yang menunjukan suhu dari permukaan laut.
Data suhu permukaan laut dan distribusi angin diunduh dari website resmi NOAA,
dan diolah menggunakan software Open GrADS. Data yang diolah merupakan
data distribusi angin dan suhu permukaan laut dari Filipina pada tahun 2000, yang
terletak pada latitude 6 hingga 19 dan pada longitude 116 hingga 126.
Filipina

berbatasan

langsung

dengan

berbagai

wilayah

perairan,

diantaranya di sebelah utara berbatasan dengan Selat Luzon, di sebelah selatan


berbatasan dengan Laut Sulawesi, di sebelah barat dengan Laut Cina Selatan dan
di timur berbatasan dengan Laut Filipina dan Samudra Pasifik. Akibat berdekatan

dengan Samudera Pasifik, secara rutin Filipina mendapat pengaruh badai ganas
disertai hujan deras maupun fenomena meteorologi lain yang terjadi di Samudra
Pasifik.
Fenomena anomali suhu permukaan air laut, atau yang biasa disebut
sebagai ENSO (El-nino southern oscillation) terjadi di samudera pasifik selatan.
ENSO (El Nino Southern Oscillation) merupakan sebuah interaksi laut atmosfer
yang berpusat di wilayah ekuator Samudra Pasifik (Aldrian, 2008) yang
menyebabkan anomali iklim global (Trenberth dkk., 2000). Hal tersebut
menyebabkan dua fenomena di laut, yaitu El Nino dan La Nina. Gejala ENSO
memberikan pengaruh terhadap kondisi laut di Filipina yaitu menjadi lebih dingin
pada tahun El Nino dan lebih hangat pada tahun La Nina (Aldrian, 2008).
La Nina adalah fenomena alam yang berskala global dan mempunyai
siklus yang tidak reguler. Dampaknya adalah meningkatnya intensitas curah hujan
pada saat episode La Nina. El-Nino dan la Nina dapat dideteksi dengan
memperhitungkan nilai Indeks Osilasi Selatan (SOI). SOI adalah nilai indeks yang
menyatakan perbedaan tekanan udara antara Tahiti (Samudra Pasifik bagian
timur)

dengan

Darwin-Australia

(Samudra

Pasifik

bagian

barat).

Menurut Glantz dalam jurnalnya yang berjudul La-nina and its impact,
terdapat beberapa ciri dari la-nina, yaitu suhu permukaan air laut yang cenderung
rendah di samudera pasifik bagian timur, indeks osilasi selatan yang bernilai
positif, kuatnya angin yang berhembus dari pasifik timur ke arah barat yang
menyapu kolom air yang bersuhu tinggi ke samudera pasifik di sebelah barat.

Berdasarkan pada gambar hasil olahan data, suhu permukaan laut di Filipina
pada tahun 2000 berada pada suhu yang terbilang tinggi, yaitu 26C, hal tersebut
mengindikasikan adanya kemungkinan terjadi La-Nina. Fenomena La-Nina
mempengaruhi suhu permukaan laut Indonesia juga Filipina Kemungkinan
tersebut diperkuat dengan adanya literatur yang mendukung dugaan. Berdasarkan
pada jurnal yang diterbitkan oleh Philipine Institute for Development Studies,
pada tahun 2000 Filipina sedang mengalami La-Nina yang tergolong pada LaNina moderat.

Berdasarkan hasil olah data distribusi angin dan suhu permukaan air laut secara
global, terlihat bahwa suhu pada pantai barat Peru lebih rendah jika dibandingkan
dengan suhu pada daerah Papua Nugini (samudera pasifik barat). Hal tersebut
mengindikasikan adanya kemungkinan La-Nina, karena suhu permukaan air laut
yang cenderung rendah di samudera pasifik bagian timur. Arah angin pada gambar
distribusi angin dan suhu permukaan air laut secara global pada tahun 2000,
menunjukan bahwa adanya angina yang berhembus dari samudera pasifik timur
ke

samudera

pasifik

barat,

dengan

kekuatan

berskala

15

dari

21.

Pada gambar, terlihat adanya suatu pusaran massa udara pada bagian barat
daya Filipina. Pusaran massa udara tersebut kemungkinan adalah sebuah angin
siklon tropis. Angin siklon tropis dapat terjadi jika suhu permukaan air laut tinggi,
suhu permukaan air laut Filipina pada tahun 2000 terbilang cukup tinggi. Angin
siklon terjadi pada daerah dengan longitude -10 hingga 10. Menurut data dari
website resmi BMKG, Dari catatan historisnya sejak tahun 2000 hingga 2013 di
wilayah Samudera Pasifik bagian barat telah tumbuh sebanyak 5 siklon tropis.

Daftar Pustaka
Aparna, S. G. 2012. Signatures of Indian Ocean Dipole and El-Nino Southern
Oscillation Events in Sea Level Variations in The Bay of Bengal.
Tersedia online
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1029/2012JC008055/full
Syahbudin, Basman. 2000. Fenomena El Nino dan Pengaruhnya. Vol 1, No 1.
http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/view/674/592
Stewart, Roberth H. 2002. Introduction to Physical Oceanography. Tersedia
online http://www.colorado.edu/oclab/sites/default/files/attachedfiles/stewart_textbook.pdf
Aldrian, E. 2008. Meteorologi Laut Indonesia. Jakarta : Badan Meteorologi dan
Geofisika.
Purba, N.P, dan W.S. Prabowo. 2015. Dinamika Oseanografi, Deskripsi
Karakteristik Massa Air dan Sirkulasi Laut. ISBN: 978-602-0810-20-1
Philippine Institute for Development Studies. 2007. Knowing When El-Nino or
La

Nina

is

Here.

Vol.

VII,

No.1.

Tersedia

Online

http://dirp3.pids.gov.ph/ris/eid/pidseid0701.pdf
Glantz, Michael H. 2002. La-Nina and Its Impact. Tersedia online
http://i.unu.edu/media/unu.edu/publication/2319/1071-la-nina-overvieww-cover-contents-leaflet.pdf
Zakir, Achmad. 2013. Super Typhoon Haiyan Menghantam Philipina.
http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/lain_lain/artikel/SUPER_TYPHOON_HAIY
AN_MENGHANTAM_PHILIPINA.bmkg

Você também pode gostar