Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ditinjau dari perspektif psikologi perkembangan, manusia adalah
makhluk yang senantiasa mengalami perubahan atau change over time.
Sejak dari masa konsepsi hingga meninggal dunia, manusia secara
bertahap mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu
aspek perkembangan psikososial yang dialami manusia adalah
perkembangan tingkah laku.
Perilaku manusia terhadap lingkungannya memberikan kemungkinan
kemungkinan atau kesempatan kepada individu, bagaimana individu
mengambil manfaat dari kesempatan yang di berikan oleh lingkungan
tergantung kepada individu yang bersangkutan, sekalipun pengaruh
lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat di ingkari bahwa
peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu.
B.
1.
2.
3.
4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
dalam makalah ini dapat dikemukakan sebagai berikut ;
Apa Pengertian Tingkah Laku?
Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku?
Apa saja proses terjadinya perilaku?
Menjelaskan Alasan Mengapa Orang Menolong?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tingkah Laku Manusia
1) Menurut ahli psikoanalisis
Psikoanalisis memandang manusia sebagai dorongan dan keinginan.
Sigmund Freud sebagai pendiri psikoanalisis secara tegas menyatakan
bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi dari tiga subsistem
yaitu Das Es ( Id ), Das Ich ( Ego ), Das Uberich ( Super Ego ).
a. Das Es (Id) adalah aspek biologis yang berasal dari sistem original
didalam diri manusia yang timbul dan tumbuh dengan nyata (The true
physic reality). Dimana hal tersebut berhubungan dengan batin
manusia serta berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir . Peran
utamanya menjadi wadah enegi psikis penggerak Das Ich (the Ego) dan
Das Ueber Ich (the Super Ego). Fungsi Das Es ialah menghindarkan diri
dari tidak keenakan menjadi keenakan atau bisa disebut sebagai
prinsip kenikmatan. Ada 2 proses Das Es untuk mencapai kenikmatan
yakni, Refleks (ex : berkedip, bersin, bersendawa, dsb.) dan primair
Vorgang (ex : membayangkan makanan ketika lapar, membayangkan
minum ketika haus, dsb.)
b. Das Ich (Ego) adalah aspek psikologis (kepribadian) yang timbul karena
adanya kebutuhan organisme untuk berhubungan di dunia kenyataan
(Realitat). Das Ich dapat membedakan antara sesuatu yang ada di
dalam batin atau tidak (dunia realitas). Fungsi dari aspek ini ialah
berpengang teguh pada prinsip kenyataan. Terdapat 2 proses untuk
mencapai kenyataan, yang ditimbulkan oleh oragasnisme, yaitu :
- The reality principle : find something that what you need now.
- Secondary process : plan your decision to choose something that you
need and get it.
Peran utama Das Ich adalah menjadi perantara antara kebutuhan
instinktif dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya
organisme.
c. Das Uberich (Super Ego) adalah aspek sosiologis merupakan
perwakilan dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat dalam
2
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya.
2) Sikap (attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan.
3) Tindakan atau praktik (practice)
Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk
tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap
yang telah dimiliki.
Selain itu, Skinner juga memaparkan definisi perilaku sebagai berikut
perilaku merupakan hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan
tanggapan (respon). Ia membedakan adanya dua bentuk tanggapan,
yakni:
1) Respondent response atau reflexive response, ialah tanggapan yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.Rangsangan yang
semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan tanggapan
yang relatif tetap.
6
Tingkah laku ingin tahu sikap ingin tahu yang tinggi terhadap
sesuatu perkara yang dilihat
Pengunduran diri malu untuk menunjukkan kebolehan, teragakagak memberi pendapat atau idea, tidak yakin pada kebolehan diri,
sering menggangap orang lebih baik dari dirinya
Ketawa kuat ketawa dengan suara yang nyaring dan kuat tanpa
menghiraukan orang yang berada di sekelilingnya
menerima (take and give relationship). Apa yang dipertukan dapat berupa
materi (misalnya uang atau perhiasan), atau non materi (misalnya
penghargaan, penerimaan, prestise) (Deaux, Dane, dan Wrightsman,
1993).
Teori Empati
Daniel Batson (1995, 2008) menjelaskan adanya hubungan antara empati
dengan tingkah laku menolong serta menjelaskan bahwa empati adalah
sumber dari motivasi altruistic.
1. Hipotesis empati-altruisme (empathy-altruism hypothesis)
Ketika seseorang melihat penderitaan orang lain maka muncul
perasaan empati yang mendorong dirinya untuk menolong. Dalam
hipotesis empati altruisme dikatakan bahwa perhatian yang empatik yang
dirasakan seseorang terhadap penderitaan orang alin akan menghasilkan
motivasi untuk mengurangi penderitaan orang tersebut.
2. Model mengurangi perasaan negatif (negative-state-relief model)
Dalam teori ini dijelaskan bahwa orang menolong untuk mengurangi
perasaan negative akibat melihat penderitaan orang lain. Perasaan
negative ini tidak selalu harus merupakan akibat dari melihat penderitaan
orang lain. Seseorang bisa saja berada dalam suasana hati yang negative
sebelum melihat orang yang sedang kesusahan dan dengan menolong
diharapkan ia dapat mengurangi perasaan negative nya tersebut.
3. Hipotesis kesenangan empati (empathic joy hypothesis)
Dalam hipotesis tersebut, dikatakan bahwa seseorang akan menolong
bila ia memperkirakan dapat ikut merasakan kebahagiaan orang yang
akan ditolong atas pertolongan yang diberikannya. Satu hal yang penting
di sini adalah seseorang yang menolong perlu untuk mengetahui bahwa
tindakannya akan memberikan pengaruh positif bagi orang yang
ditolongnya.
Teori Perkembangan Kognisi Sosial
Dalam merespon suatu situasi darurat (situasi yang membutuhkan
pertolongan), tentunya diperlukan sejumlah informasi yang harus diproses
dengan cepat sebelum seseorang memutuskan untuk memberikan
pertolongan. Dengan demikian, tingkah laku menolong melibatkan proses
kognitif seperti persepsi, penalaran, pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan. Penelitian yang mengkaji hubungan antara
11
2. Daya tarik
Sejauh mana seseorang mengevaluasi korban secara positif (memiliki
daya tarik) akan mempengaruhi kesediaan orang untuk memberikan
bantuan.
Adanya kesamaan antara penolong dengan orang yang akan ditolong
juga meningkatkan kemungkinan terjadinya tingkah laku menolong. Oleh
karena itu, pada umumnya orang akan menolong anggota kelompoknya
terlebih dahulu (in-group), baru kemudian menolong orang lain (outgroup) karena sebagai suatu kelompok tentunya ada beberapa kesamaan
dalam diri mereka yang mengikat mereka dalam suatu kelompok.
3. Atribusi terhadap korban
Seseorang akan termotivasi untuk memberikan bantuan kepada orang
lain bila ia mengasumsikan bahwa ketidakberuntungan korban adalah di
luar kendali korban (Weiner, 1980). Dengan demikian, pertolongan tidak
akan diberikan bila bystander mengasumsikan kejadian yang kurang
menguntungkan pada korban adalah akibat kesalahan korban sendiri
(atribusi internal).
4. Ada model
Seperti yang telah dijelaskan pada teori belajar social, adanya model
yang melakukan tingkah laku menolong dapat mendorong seseorang
untuk memberikan pertolongan pada orang lain.
5. Desakan waktu
Orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung tidak menolong,
sedangkan orang yang punya waktu luang lebih besar kemungkinannya
untuk memberikan pertolongan kepada yang memerlukannya (Sarwono,
2002).
6. Sifat kebutuhan korban
Kesediaan untuk menolong dipengaruhi oleh kejelasan bahwa korban
benar-benar membutuhkan pertolongan (clarity of need), korban memang
layak mendapatkan bantuan yang dibuthkan (legitimate of need), dan
bukanlah tanggung jawab korban sehingga ia memerlukan bantuan dari
orang lain (atribusi eksternal). Dengan demikian, orang yang meminta
pertolongan akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk ditolong
daripada orang yang tidak meminta pertolongan (walau ia sesungguhnya
juga butuh pertolongan) karena permintaan pertolongan korban membuat
situasi pertolongan tidak menjadi ambigu.
13
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara biologis tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung. Tingkah laku timbul apabila ada sesuatu yang
dapat menimbulkan reaksi, yakni disebut dengan rangsangan. Menurut
Ribert Kwick(1974) tingkah laku adalah tindakan atau prilaku suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Jadi, Psikologi
Perilaku mempelajari bagaimana mengembangkan perilaku hidup
organisme dalam menanggapi kondisi tertentu.
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam
psikologi dijelaskan beberapa cara pendekatan, yaitu: Pendekatan
neurobiologis, Pendekatan perilaku (Behaviorisme), Pendekatan kognitif,
Pendekatan
psikoanalisa,
Pendekatan
fenomenologi,
Pendekatan
Humanistik.
Psikologi Tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai cara,
diantaranya dengan memperhatikan, menghayati, menerangkan apa yang
terjadi dalam proses kejiwaan.
Pandangan belajar menurut aliran tingkah laku tidak lain adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respons. Adapun Penganut psikologi tingkah laku, yaitu :
Teori Belajar Thorn Dike, Teori Belajar Skinner, Teori Belajar Ausubel, Teori
Pavlov , Aliran Latihan Mental, Teori Baruda, dan Teori Belajar Gagne.
B. Saran
Manusia adalah makhluk yang sering berbuat salah karena manusia
tidak sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Dan
apabila dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan dan
jauh dari sempurna kami selaku penulis meminta kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah lain ke depannya. Atas
saran perbaikan makalah ini yang di berikan pembaca, maka penulis
mengucapkan terima kasih.
17