Você está na página 1de 15

1.

AGEN KEMOTERAPI DAN EFEK KEMOTERAPI


a. Alkilasi Fungsional
Mekanisme resistensi yang diperoleh (acquired resistance) terhadap agen-agen
alkilasi melibatkan peningkatan kemampuan untuk memperbaiki lesi DNA,
menurunnya permeabilitas sel terhadap obat-obat alkilasi, dan meningkatnya
produksi glutathione, yang menonaktifkan agen-agen alkilasi melalui konjugasi
atau melalui aktifitas glutathione S-transferase, yang mengkatalisasi konjugasi
tersebut. Senyawa yang mempunyai mekanisme kerja yang melibatkan alkalasi
antara lain: procarbazine, dacarbazine, altretamine (hexamethylmelamine),
cisplatin, dan carboplatin.
b. Antimetabolit
Jalur biokimiawi yang selama ini terbukti dapat dieksploitasi dengan antimetabolit
berupa jalur yang berhubungan dengan sintesis nukleotida dan nucleic acid.dalam
sejumlah kasus, ketika sebuah enzim diketahui mempunyai efek penting pada
jalur yang menyebabkan replikasi sel, maka penghambat reaksi katalisasi tersebut
terbukti menjadi obat antikanker yang berguna. Yang termasuk antimetabolit
antara lain methotrexate, antagonis purine (6-thiopurine,fludarabine
phosphate,cladribine), antagonist pyrimidine (fluorouracil, capecitabine, cytabine,
gemcitabine)
c. Alkaloid Tanaman
1) Vinblastine
Mekanisme kerjanya melibatkan depolimerisasi mikrotubulus, yang menjadi
bagian penting dari sitoskeleton dan gelendong (spindle) mitosis. Obat ini
mengikat terutama ke protein mikrotubuler tubulin dalam bentuk dimerik;
kompleks obat tubulin bergabung ke ujung pembentuk mikrotubulus untuk
menghentikan perangkaian, dan kemudian terjadi depolimerisasi
mikrotubulus. Ini menyebabkan penghentian mitosis pada saat metafase,
terputusnya gelondong mitosis dan gangguan segregasi kromosom.
Toksisitasnya meliputi mual dan muntah dan depresi sumsum tulang serta
alopesia. Obat ini berguna untuk mengobati penyakit Hodgkin sisteik dan
limfoma lain.
2) Vincristine
Vincristine yang juga merupakan derivat alkaloid dari V rosea, strukturnya
terkait erat dengan vinblastine. Mekanisme kerjanya dianggap sama dengan
mekanisme kerja vinblastine, dan tampak sebagai racun gelendong yang
menyebabkan terhentinya siklus mitosis. Meskipun mempunyai kesamaan
dengan vinblastine, vincristine mempunyai spektrum aktifitas klinis dan
toksisitas yang sangat berbeda. Vincristine digunakan dengan cukup sukses
bersama dengan prednisone untuk mengurangi gejala-gejala leukemia akut
pada anak-anak.
3) Vinorelbine
Vinorelbine merupakan alkaloid vinca semisintesis yang mekanisme kerjanya
hampir sama dengan mekanisme kerja vinblastine dan vincristine, yaitu
penghambatan mitosis sel-sel dalam metafase melalui interaksinya dengan
tubulin. Meskipun mempunya kesamaan mekanisme kerja, vinorelbine

mempunyai indikasi klinis yang berbeda: kanker paru non sel kecil stadium
lanjut.
4) Podophylotoxin (Etoposide dan Teniposide)
Etoposide dan Teniposide mempunyai struktur kimia dan secara klinis hampir
sama. Obat ini tak larut air dan memerlukan vehikulum pelarut untuk
formulasi klinisnya. Eksresi terutama melalui urine, dengan sedikit bagian
diekskresikan dalam empedu. Di samping mula, muntah, dan alopesia, juga
terjadi toksisitas pada sistem hematopoiesis dam limfoid. Jadi selama ini,
etoposide memiliki aktifitas dalam leukemia monosit, kanker testis, dan
karsinoma sel oat paru; teniposide mempunyai aktifitas dalam berbagai
limfoma.
5) Camptothecins (Topotecan dan Irinotecan)
Camptothecins merupakan produk alami yang bertanggung jawab atas
pemotongan dan religasi rantai DNA. Penghambatan enzim ini menyebabkan
kerusakan DNA. Topotecam dan irinotecan telah disetujui penggunaan
klinisnya.
6) Texanes (Paclitaxel dan Docetaxel)
Paclitaxel mempunyai aktifitas yang nyata dalam kanker ovarium dan kanker
payudara stadium lanjut. Neutropeni, trombositopeni, dan neuropati perifer
merupakan toksisitas utama yang membatasi dosis penggunaannya.
d. Antibiotik
Penapisan produk-produk mikroba menyebabkan ditemukannya sejumlah
penghambat pertumbuhan yang terbukti berguna secara klinis untuk kemoterapi
kanker. Sebagian besar antibiotik ini mengikat DNA melalui interkalasi diantara
basa khusus dan menyakatkan sintesis RNA atau DNA baru (atau keudanya),
menyebabkan pengguntingan rantai DNA, dan mengganggu replikasi sel. Semua
antibiotik antikanker yang tersedia sekarang berupa produk dari beragam strain
mikroba tanah Streptomyces yang meliputi anthracycline, actinomycin,
bleomycin, mitomycin, dan plicamycin.
2. OBAT ANTIREUMATIK DISEASE MODIFYING ANTIRHEUMATIC DRUGS
(DMARDS)
a. Metotreksat
Saat ini dianggap sebagai DMARDS pilihan pertama untuk mengobati artritis
reumatoid dan digunakan pada sekitar 60% pasien. Metotreksat aktif dalam
artritis reumatoid pada dosis yang lebih rendah daripada yang dibutuhkan dalam
kemoterapi kanker.
Indikasi
Meskipun regimen dosis metotreksat yangnpaling banyak digunakan dalam terapi
artritis reumatoid adalah sebesar 15-25 mg tiap minggu, terdapat peningkatan
efek hingga mencapai 30 atau 35 mg tiap minggu. Obat ini mengurangi frekuensi
munculnya erosi baru. Obat ini telah digunakan dalam psoriasis, artritis psoriatik,
spondilitis ankilosa, polimiositis, dermatomiositis granulomatosis Wegener,
artritis sel raksasa, lupus eritematosus sistemik, dan vaskulitis.

Efek samping
Mual dan ulkus mukosa adalah toksisitas yang palin sering terjadi.
Hepatotoksisitas yang progresif dan berhubungan dengan dosis dalam bentuk
peningkatan enzin yang terjadi, tapi sirosis jarang terjadi (<1%). Dilaporkan
terjadi reaksi hipersensitivitas pada paru disertai sesak napas akut yang langka
terjadi, begitu juga dengan reaksi pseudolimfomatosa. Insiden kelainan uji
fungsinsaluran cerna dan hati dapat diturunkan dengan menggunakan leucovorin
24 jam sehabis tiap dosis mingguan atau menggunakan asam folat harian. Obat
ini dikontraindikasikan pada kehamilan.
b. Klorambusil
Indikasi
Satu uji coba samar ganda terkontrol ditambha dengan berbagai temuan
anekdoktal menjadi bukti efikasi klorambusil pada artritis reumatoid.
Klorambusil juga telah digunakan dlam penyakit Behcet, lupus eritematosus
sistemik, vaskulitis, dan kelainan autoimun lainnya.
Efek samping
Toksisitaas obt ini yang paling terjadi adalah supresi sumsum tulang yang
berhubungan denga dosis. Infertilitas dengan azoospremia dan amenorea juga
terjadi. Risiko terjadinya neoplasia meningkat, dengan risiko relatif leukemia
meningkat sekitar 10 kali lipat dibandingkan dengan populasi umum, terutama
setelah lebih dari 3 tahun penggunaan.
c. Siklofosfamid
Indikasi
Siklofosfamid aktif terhadap artritis reumatoid ketika diberikan per oral dalam
dosis 2 mg/kg/hari tapi tidak ketika diberika secara intravena. Siklofosfamid
digunakan secara teratur untuk mengobati lupus eritematosus istemik, vaskulitis,
granulomatosis Wegener, dan bebeapa penyakit reumatik berat.
Efek samping
Siklofosfamid menyebabakan infertilitas bermakna terkait dosis pada laki-laki
dan perempuan, begitu juga dengan supresi sumsung tulang, alopesia, sistitis
hemoragik, dan karsinoma kandung kemih (jarang)
d. Siklosporin
Indikasi
Siklosporin disetujui penggunaannya untuk artritis reumatoid dan menunda
munculnya erosi tulang baru. Laporan anekdotal menyatakan bahwaw obat ini
bermanfaat dalam lupus eritematosus sistemik, polimiositi, dan dermatomioditis,
granulomatosis Wegener, dan artritis kronik juvenil.
Efek samping

Siklosporin jelas memilliki nefrotoksisitas, dan toksisitasnya dapat meningkat


dengan interaksi obat diltiazem, diuretik hemat-kalium, dan obat lain yang
menghambat CYP3A. Kreatinin serum harus dimonitor secara ketat. Toksisitas
lainnya meliputi hipertensi, hiperkalemia, hepatotoksisitas, hiperplasia gusi, dan
hirsutisme.
e. Azatioprin
Indikasi
Azatoprin disetujui penggunaannya dalam artritis reumatoid dan digunakan pada
dosis 2 mg/kg/hari. Uji coba terkontrol menunjukkan efikasi pada artritis
psoriatik, artritis reaktif, polimiositis, lupus eritematosus sistemik, dan penyakit
Behcet.
Efek samping
Toksisitas azatioprin meliputi supresi sumsum tulang, ganguan saluran cerna, dan
sejumlah peningkatan risiko infeksi. Limfoma dapat meningkat akibat
penggunaan azatioprin. Pada keadaan yang jarang, demam, ruam, dan
hepatotoksisitas menandakan adanyanya reaksi alergi akut.
f. Mikofenolat Mofetil
Indikasi
MMF efektif dalam terapi penyakit ginjal akibat lupus eritematosis sistemik dan
mungkin bermanfaat dalam vaskulitis dan granulomatosis Wagener. Meskipun
sesekali digunakan dalam dosis 2 g/hari untuk mengobati artritis reumatoid, tidak
ada data yang cukup terkontrol dengan baik mengenai efikasi MMF pada
penyakit ini.
Efek samping
Perbandingannya

dengan

azatioprin

dalam

literatur

transplantasi

ginjal

menunjukkan bahwa MMF dan azatropin memiliki profil toksisitas terhadap


saluran cerna, hematopoetik, dan hati yang serupa, dengan kemungkinan adanya
penurunan insiden infeksi jamur pada pasien yang diobati dengan MMF.
Toksisitas hepatik jarang terjadi tetapi tetap harus dipantau.
g. Klorokuin dan Hidroksiklorokuin
Indikasi
Antimalaria disetujui penggunaannya untuk artritis rematoid tapi tidak terlalu
dianggap sebagai DMARD yang efektif. Antimalaria sering digunakan untuk
terapi manifestasi kulit, serosistis, dan nyeri seni dari lupus eritematosus sistemik,
dan obat ini telah digunakan dalam sindrom Sjogren.
Efek samping
Meskipun toksisitas okular dapat terjadi pada dosis yang lebih besar dari 250
mg/hari untuk klorokuin dan lebih besar dari 6,4 mg/kg/hari untuk
hidrokdiklorokuin, toksisitas ini jarang terjadi pada dosis yang lebih rendah.

Toksisitas lain meliputi dispepsia, mual, muntah, nyeri abdomen, ruam, dan
mimpi buruk. Obat ini tampakna relatif aman pada kehamilan.
h. Emas
Indikasi
Emas efektif mengobati artritis reumatoid aktif dan terbukti memperlambat
perburukan penyakit secara radiologik. Emas juga telah digunakan pada sindrom
Sjogren dan artritis reumatoid juvenil, sedangkan penggunaannya pada
pengobatan artritis psoriatik masih kontroversial. Di Jepang, emas digunakan
untuk mengobati asma. Emas dalam bentuk oral efektif mengobati artritis
reumatoid, tapi tampaknya kurang efektif jika dibandingkan dengan sediaan
intramuskular dan umumnya dirasa hanya memiliki efek sedang.
Efek samping
Ruam kulit yang gatal terjadi pada 15-20% penderita, beberapa terkait dengan
eosinofilia. Stomatitis dan rasa besi di mulut sering dijumpai. Kelainan
hematologik, termasuk trombositopenia, leukopenia, dan bahkan pansitopenia
terjadi pada 1-10% pederita. Anemia aplastik, meskipun sangat jarang, dapat
berakibat fatal. Kira-kira 8-10% penderita menderita proteinuria yang dapat
berlanjut menjadi sindrom nefrotik. Toksisitas yang langka meliputi enterokolitis,
ikterus kolestatik, neuropati perifer, dan infiltrat paru. Penumpukan emas di
kornea terjadi, tapi tidak terlalu bermakna secara klinis. Dapat terjadi reaksi
nitritoid (berkeringat, flushing, dan nyeri kepala), terutama dengan emas tiomalat,
dan lebih mungkin disebabkan oleh vihikulumnya daripada garam emasnya
sendiri. Efek samping emas ini menyebabkan 30-40% pasien menghentikan terapi
emasnya dalam waktu setahun.
i. Penisilamin
Penisilamin, suatu metabolit penisilin, merupakan analog asam amino sistein.
Isomer D-nya digunakan untuk mengobati artritis reumatoid. Penisilamin saat ini
jarang digunakan karena toksisitasnya.
j. Sulfasalazin
Indikasi
Efektif pada artritis reumatoin dan mengurangi pemburukan penyakit ini secara
radiologik. Telah digunakan dalam artritis kronik juvenil dan spondilitis ankilosa
serta uveitis yang terkait dengan penyakit ini.
Efek samping
Yang sering erjadi meliputi mual, muntah, nyeri kepala, dan ruam. Anemia
hemolitik dan methemoglobinemia juga terjadi, tapi jarang. Neutropenia terjadi
pada 1.4-4.4% pasien, sementara trombositopenia sangat jarang terjadi. Toksisitas

pada paru dan DNA heliks ganda yang positif juga kadang dijumpai, tapi lupus
yang disebabkan obat jarang ditemui.
k. Agen penyakit TNF-
l. Adalimumab
Indikasi
Senyawa ini disetujui penggunaannya dalam terapi artritis reumatoid, spondilitis
antikilosa, dan artritis psoriatik. Obat ini menurunkan laju pembentukan erosi
baru. Adalimumab efektif baik sebagai monoterapi maupun dalam kombinasi
dengan metotreksat dan DMARD lainnya. Adalimumab saat ini sedang diujikan
pada psoriasis, spondilitis ankilosa, penyakit Crohn, dan artritis kronik juvenil.
Efek samping
Risiko infeksi yang bergantung makrofag (termasuk tuberkulosis dan infeksi
oportunistik lainnya) meningkat, meskipun tetap sangat rendah. Tidak ada bukti
terjadinya peningkatan insiden keganasan solid. Tidak jelas apakah insidens
limfoma meningkat akibat adalimumab. Insiden pembentukan antibodi DNA
helai ganda (dsDNA) baru dan antibodi antinuklear (ANA) yanrendah terbukti
telah terjadi pada penggunaan adalimumab. Tapi sangat jarang dijupai lupus
klinis. Selain itu, juga ditemukan adanya leukopenia dan vaskulitis, walaupun
jarang, yang dipikirkan berkaitan dengan adalimumab
m. Infliximab
Indikasi
Infliximab disetujui penggunaannya pada artritis reumatoid, spondilitis ankilosa,
penyakit Crohn, dan artritis psoriatik. Infliximab saat ini digunakan pada penyakit
lain, seperti psoriasis, kolitis ulserativa, artritis kronik juvenil, granulomatosis
Wegener, artritis sel raksasa, dan sarkidosis.
Efek samping
Infeksi saluran napas atas, mual,nyeri kepala, sinusitis, ruam, dan batuk kering
dijumpai pada penggunaan fliximab.
n. Etanercept
Indikasi
Etenercept disetujui penggunaannya untuk terapi artritis reumatoid, artritis kronik
juvenil, psoriasis, artritis psoriatik, dan spondilitis ankilosa. Obat ini digunakan
baik sebagai monoterapi maupun bersama dengan metotreksat. Etanercept relatif
mengurangi laju pembentukan erosi baru daripada metotreksat saja. Etanercept
saat ini digunakan dalam banyak sindrom reumatik seperti skleroderma,
granulomatosis Wegener, artritis sel raksasa, dan sarkoidosis.
Efek samping

Infeksi

oportunistik

dapat

terjadi,

meskipun

jarang

pada

penggunaan

etenercept.insiden keganasan solid tidak meningkat jika dibandingkan dengan


DMARD lainnya.
o. Abatacept
Indikasi
Abatacept apat digunakan baik sebaggai monoterapi maupun dalam kombinasi
dengan DMARD lainnya pada penderita artritis reumatoid sedang hingga berat
yang pernah menunjukkan respons tidak adekuat terhadap DMARD atau
antagonis TNF. Obat ini mengurangi tanda dan gejala klinis artritis reumatoid,
termasuk perlambatan pemburukan radiografik
Efek samping
Terdapat peningkatan risiko infeksi, terutama

di

saluran napas

atas.

Penggunaannya bersama dengan antagonis TNF tidak dianjurkan karena terdapat


peningkatan insidens infeksi dengan kombinasi ini. Reaksi yang terkait infus dan
hipersensitivitas, termasuk anafilaksis, telah dilaporkan tapi insidensnya jarang.
Pembentukan antibodi antiabatacept rendah (<5%) dan tidak berefek pada hasil
akhir klinis. Insidens keganasannya serupa dengan plasebo, kecuali ada
kemungkinan meningkatnya limfoma dan kanker paru (tidak bermakna secara
statistik). Peran abatacept dalam peningkatan ini masih tidak diketahui.
p. Rituximab
Cara kerja
Meskipun rituximab (Rituxan) dapat digunakan sebagai agen tunggal, sering
digunakan dalam kombinasi dengan Methotrexate. Pengobatan dengan rituximab
dapat menguras CD20 + sel B.
Efek samping
demam, nyeri abdomen, diare, muntah, ruam kulit, bronkospasme, takikadia, dan
hipertensi.
q. Leflunomid
Indikasi
Leflunomid sama efektifnya dengan metotreksat dalam artritis reumatoid,
temasuk inhibisi cedera menulang.
Efek samping
Diare (losse bowel) terjadi pada sekitar 25% pasien yang mendapat leflunomid,
meskipun hanya sekitar 3-5% yang berhenti menggunakan obat akibat efek ini.
Peningkatan enzim hati juga terjadi. Kedua efek ini dapat dikurangi dengan
menurunkan dosis leflunomid adalah alopesia ringan, pertambahan berat badan ,
dan peningkatan tekanan darah. Leukopenia dan trombositopenia jarang terjadi.
Obat ini dikontraindikasikan pada kehamilan

3. Terapi Nutrisi
1) Arthritis Rheumatoid
1. Konsumsi makanan bervariasi sesuai kebutuhan kalori tubuh.
Penderita Arthritis Rematoid diharapkan untuk mengkonsumsi makanan
bervariasi terdiri dari kombinasi daging ternak, ikan, banyak buah dan sayuran
segar (5 porsi per hari), kacang-kacangan dan sedapat mungkin menggunakan
minyak zaitun. Namun, sungguh penting disertai adanya usaha untuk menjaga
berat badan ideal, sebab adanya kelebihan berat badan dapat memperberat beban
sendi sehingga nyeri dapat bertambah hebat.
2. Konsumsi makanan kaya akan omega 3
Omega 3 baik bagi kesehatan jantung dan diketahui membantu mengurangi
peradangan dan dapat mengurangi nyeri dan kekakuan pada sendi. Sumber
omega 3 seperti ikan sarden, salmon dan tuna. Makan ikan ini setidaknya dua
porsi (1 porsi =140 gr) ikan setiap minggu.
3. Konsumsi kaya akan zat besi
Kelelahan yang dirasakan penderita Arthritis Rematoid seringkali diperberat
dengan keadaan anemia (kurangnya hemoglobin darah untuk mentransportasikan
oksigen ke seluruh tubuh). Anemia pada penderita Arthritis Rematoid dapat
disebabkan oleh adanya peradangan kronis yang terjadi atau efek samping dari
penggunaan obat anti inflamasi non-steroid (OAINs) jangka panjang seperti
perdarahan internal atau tukak lambung. Untuk mengatasi hal ini, konsumsilah
makanan kaya akan zat besi secara berkala seperti: daging merah, telur, sayursayuran hijau, kacang-kacangan, buncis. Konsumsi vitamin C juga diperlukan
untuk memudahkan penyerapan zat besi. Vitamin C banyak terdapat dalam
sayuran dan buah-buahan.
4. Makan makanan kaya akan kalsium
Penderita Arthritis Rematoid memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
osteoporosis, untuk itu penting untuk menkonsumsi kalsium. Sumber kalsium
seperti susu, keju, yogurt dan produk susu lainnya, sayur-sayuran hijau, almond,
ikan seperti sarden dan teri. Sebaiknya dipilih jenis susu yang memiliki
kandungan lemak yang lebih rendah seperti skimmed milk atau semi skimmed
milk, karena jumlah kandungan kalsiumnya sama saja. Untuk penyerapannya
kalsium membutuhkan vitamin D. Vitamin D bisa didapatkan dari sinar matahari.
ikan, telur , margarin. dan sereal terfortifikasi.
5. Suplemen mineral dan multivitamin
Sampai saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung penggunaan vitamin
antioksidan atau suplemen mineral pada pengobatan gejala Arthritis Rematoid.

Diet yang sehat harus mengandung semua jenis nutrien yang dibutuhkan tubuh.
Jadi bila, nafsu makan berkurang, jumlah makanan yang dikonsumsi sedikit, ada
baiknya menambahkan multivitamin/suplemen mineral.
6. Suplemen minyak ikan
Penelitian yang ada menunjukkan bahwa suplemen minyak ikan dosis tinggi
dapat mengurangi gejala Arthritis Rematoid, seperti durasi kekakuan pagi hari,
jumlah sendi yang mengalami pembengkaka dan nyeri sendi. Suplemen minyak
ikan mengandung omega-3, EPA dan DHA. Gejala Arthritis Rematoid dapat
mereda setelah konsumsi dilakukan sampai tiga bulan. Namun konsumsi minyak
ikan harus dilakukan secara hati-hati karena terdapat interaksi dengan beberapa
obat.
2) Gout
Diet asam urat atau biasa disebut rendah purin merupakan terapi diet yang memiliki
Lemak sedang dan protein normal yaitu 0.8 1.12 gr protein / kg BB, tetapi tidak
termasuk makanan yang kaya akan purin dan membatasi makanan yang
mengandung purin sedang.
- Makanlah makanan yang rendah purin, dengan penekanan jangan terlalu banyak
makanan yang mengandung banyak protein, walaupun tidak terlalu banyak
-

mengandung purin.
Makanlah makanan rendah lemak untuk memungkinkan pengeluaran asam urat,
karena lemak berlebih dapat menghambat pengeluaran asam urat atau purin

dalam urin.
Minumlah lebih banyak air, karena menolong membuang asam urat. Dianjurkan

meminum 6 -8 helas sehari.


- Hindari kopi, teh, minuman beralkohol dan cokelat.
Pengelompokkan bahan makanan menurut kadar urin dan anjuran makannya.
a. Kelompok 1 : kandungan purin tinggi (100-1000 mg purin/100 g bahan makanan)
dihindari. Contoh : Otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, ekstrak daging/kaldui, bebek,
ikan, makarel, remis, kerang.
b. Kelompok 2 : kandungan purin sedang (9-100 mg purin/100 g bahan makanan)
dibatasi, maksimal 50-75 g ( 1-1 potong) daging, ikan atau ungas, atau 1 mangkok
(100 g) sayuran sehari. Contoh : Daging sapi dan ikan (kecuali yang terdapat pada
kelompok 1), ayam, udang, kacang kering dan hasil olah, seperti tahu dan tempe,
asparagus, bayam, daun singkong, kangkung, daun dan biji melinjo.
c. Kelompok 3 : Kandungan purin rendah (dapat diabaikan), dapat dimakan setiap hari.
Contoh : nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mie, bihun, tepung beras, cake, kue kering,
pudding, susu, keju, telur, lemak dan minyak, gula, sayuran dan buah-buahan (kecuali
sayuran dalam kelompok 2).

Contoh menu Diet Rendah Purin:


a. Makan Pagi (06.00 07.00)
- Dadar telur kentang (1 porsi)
- Nasi
- Kopi kedelai dengan susu rendah lemak
- Pisang atau Jus buah
b. Makan Tengah Hari (11.45 12.15)
- Nasi
- Pepes ikan
- Tahu kukus
- Urapan
- Pepaya
c. Makan Malam (18.00 18.30)
- Nasi
- Tempe bacem
- Sayur asem
- Pisang
3) Spondilitis
4) Osteoroporosis
Pada seseorang yang memiliki resiko atau mengalami osteoroporosis, ada beberapa
jenis makanan yang dianjurkan untuk meningkatkan asupan protein (asam amino),
mineral,

dan

vitamin

sebagai

menu

makanan

mengobati

osteoroporosis,

diantaranya :
a. Teripang
Teripang merupakan salah satu hewan laut yang memiliki adar protein sangat
tinggi. Daging teripang sangat baik untuk meningkatkan presentase penyembuhan
tulang yang mengalami luka hingga 75%. Teripang memberikan suplai vitamin D
dan kalsium dalam kadar yang sangat tinggi.
b. Kacang almond
Kacang-kacangan adalah bahan yang sangat baik untuk meningkatkan asupan
protein dalam tubuh. Protein diperlukan sebagai precursor pembentuk energy
yang menghantarkan ion dari vitamin dan mineral untuk menutupi rongga yang
terjadi pada tulang. Rongga dapat tercipta saat seseorang menderita
osteoroporosis mengkonsummsi 100 gram kacang almond perhari.
c. Apel
Pada klien dengan osteoroporosis dianjurkan untuk mengkonsumsi apel secara
teratur setidaknya 300 gram perhari akan memberikan supali senyawa yang
membantu tubuh memicu pengeluaran hormone paratiroid yang menghambat
proses pengeroposan tulang.
d. Pisang
Klien dengan osteoroporosis dianjurkan untuk mengkonsumsi pisang sebanyak 5
7 buah pisang perhari atau setara dengan 400 gram.

e. Strawaberry
Strawberry mampu meredakan nyeri tulang dari tongga tulang yang tercipta
akibat fraktur karena strawberry mengandung vitamin D dan mengandung
mineral fosfor dan magnesium yang berperan memperbaiki jaringan kolagen
tulang dan jaringan osteosit. Klien dapat mengkonsumsi 8 10 buah strawberry
perhari atau mengolahnya dalam bentuk jus atau salad buah dengan
menambahkan 2 sendok madu. Strawberry sangat baik diberikan pada saat anakanak untuk meningkatkan densitas massa tulang selama proses perkembangan
tulang.
f. Daun papaya
Daun papaya dapat meningatkkan asupan mineral kalsium dan magnesium dalam
tubuh. Klien dapat mengkonsumsi daun papaya sebanyak 300 gram perhari dan
daun papaya tersebut dapat dikombinasikan dengan bahan makanan yang lain.
5) Osteosarcoma
Terapi nutrisi :
a. Sumber hidrat arang
b. Sumber protein hewani : ikan teri, sarden, udang rebon kering, telur, susu, dan
produk susu yang sudah diolah (keju dan yoghurt)
c. Sumber protein nabati : kacang kacangan (tahu, tempe, dan oncom)
d. Lemak : minyak, mentega, dan margarine
e. Sayuran : sayuran hijau (bayam, kangkung, dan sawi hijau, kacang panjang, dan
caisim)
f. Buah : semua macam buah
g. Bumbu : semua macam bumbu
Penyakit

Enenrgi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Osteosarkom
a

900 kal

26,5 gr

32 gr

119 gr

Pantangan makanan :
a. Kopi, teh kental, minuman yang mengandung soda dan alcohol
b. Semua daging yang banyak mengandung lemak
c. Bahan makanan yang berserat tinggi, diduga karena serat menurunkan waktu
transit makanan di dalam saluran cerna sehingga mengurangi kesempatan untuk
absorpsi
d. Bahan makanan yang mengandung banyak asam oksalat seperti bayam, kakao,
kacang panjang, dll
e. Bahan makanan yang mengandung asam fitat
6) Osteomylitis

4. TRAKSI PADA ANAK


Prinsip Pemasangan Traksi :
1. Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.
2. Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar
reduksi dapat dipertahankan.
3. Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.
4. Traksi dapat bergerak bebas melalui katrol.
5. Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai.
6. Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman.
Keuntungan Pemakaian Traksi :
1. Menurunkan nyeri spasme
2. Mengoreksi dan mencegah deformitas
3. Mengimobilisasi sendi yang sakit
Kerugian Pemakaian Traksi :
1. Perawatan RS lebih lama
2. Mobilisasi terbatas
3. Penggunaan alat-alat lebih banyak.
Beban Traksi :
1. Dewasa
2. Anak

= 5 - 7 Kg
= 1/13 x BB

Macam-Macam Pemakaian Traksi :


1. Traksi kulit/skin traksi
Penarikan tulang yang patah melalui kulit dengan menggunakan skin traksi, plester
Ex : traksi Buck, traksi Bryant.
2. Traksi tulang/traksi skeletal
Penarikan tulang yang mengalami fraktur melalui tulang
Ex : traksi Russel
Jenis Traksi :
1. Traksi kulit Bucks .
Traksi yang paling sederhana dan dipasang untuk jangka waktu yang pendek.
Imobilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme
otot.
Indikasi:
a. Untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum dioperasi
b. Digunakan pada anak.
Komplikasi:
a.
b.
c.
d.

Perban elastis dapat mengganggu sirkulasi


Timbul alergi kulit
Dapat timbul ulserasi akibat tekanan pada maleolus
Pada lansia, traksi yang berlebihan dapat merusak kulit yang rapuh.

2. Traksi Russels .
Modifikasi dari traksi Bucks.
Indikasi:
a. Digunakan untuk fraktur lutut (batang femur). Kadang-kadang digunakan untuk
terapi nyeri punggung bagian bawah.
b. Digunakan pada orang dewasa .
Komplikasi:
a. Perlu bedrest decubitus, pneumoni
b. Penderita bergerak, beban turun traksi tidak adekuat
c. Infeksi
3. Cervical traksi
a. Digunakan pada fraktur cervical, maxillaries, clavicula
b. Beban 4-6 pounds
Komplikasi:
a. Dapat terjadi gangguan integritas kulit
b. Alergi
c. Klien tidak nyaman dan melelahkan
4. Pelvic traksi
a. Digunakan pada dislokasi dan fraktur pelvis, fraktur tulang belakang.
5. Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1 2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan
steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas
splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan
dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus
yang cukup. Sementara itu otot - otot paha dapat dilatih secara aktif.
Terdapat beberapa jenis traksi yang dapat digunakan pada pasien dengan fraktur, yaitu:
a) Skin Traksi
Skin traksi digunakan untuk penanganan patah tulang pada pasien anak dan dewasa
yang membutuhkan kekuatan tarikan sedang, dengan beban tidak lebih dari lima
kilogram serta lama pemasangan tidak lebih dari 3-4 minggu karena dapat
menyebabkan iritasi kulit (Anderson, et al, 2009). Adapun beberapa jenis skin traksi
menurut Smeltzer & Bare (2002).antara lain:
1. Traksi buck
Ektensi buck (unilateral/bilateral) adalah bentuk traksi kulit dimana tarikan
diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang
diinginkan. Traksi buck digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah cidera
pinggul sebelum dilakukan fiksasi dengan intervensi bedah.
2. Traksi Russell

Traksi Russel dapat digunakan pada fraktur plato tibia, menyokong lutut yang
fleksi pada penggantung dan memberikan gaya tarik horizontal melalui pita traksi
balutan elastis ketungkai bawah.
3. Traksi Dunlop
Traksi Dunlop adalah traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan
pada lengan bawah dalam posisi fleksi.
4. Traksi kulit Bryant
Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah
tulang paha. Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang berat
badannya lebih dari 30 kg apabila batas ini dilampaui maka kulit dapat
mengalami kerusakan berat.
b) Skletal Traksi
Traksi langsung pada tulang dengan menggunakan pins, wires, screw untuk
menciptakan kekutan tarikan besar (9-14 kilogram) serta waktu yang lebih dari
empat minggu, serta memiliki tujuan tarikan ke arah longitudinal serta mengontrol
rotasi dari fragmen tulang. Pada patah tulang panjang digunakan steinmann pins (24,8mm) atau kirschner wires (7-15mm) yang penggunaannya ditentukan oleh
densitas tulang serta kekuatan tarikan yang dibutuhkan (Anderson et al, 2009).
Beberapa tempat pemasangan pin seperti proksimal tibia, kondilus femur, olekranon,
kalkaneus, trokanter mayor atau bagian distal metakarpal lalu diberi pemberat
(Sjamsuhidajat dkk, 2011).
5. TERAPI SPIRITUAL
Terapi spiritual yaitu terapi yang dilakukan dengan metode spiritual, religi, dan
keagamaan yang dilakukan oleh para ahli tertentu seperti : ustad, kiyai dll . untuk
menyembuhkan orang sakit, serta dapat mengatasi masalah.
a. Jenis-jenis metode spiritual
1) Penyembuhan spiritual : hal ini dilakukan dimana orang lain atau orang yang
terpengaruh tersebut melakukan tindakan spesifik untuk mengatasi suatu masalah
tertentu pada tingkat spiritual. Manfaat dari solusi-solusi ini adalah orang yang
terpengaruh mendapatkan pertolongan cepat atas masalahnya. Kelemahan,
pertolongan tersebut mungkin hanya bersifat sementara, selama efek dari
penyembuhan yang diberikan berlangsung. Pengobatan spiritual antara lain : reiki,
terapi/pengobatan prana. Penerapan / pemakaian air suci atau terapi yang
menggunakan mantra mantra. Metode pertama terapi pengobatan spiritual di atas
kebanyakan mengatasi gejala walaupun terkadang juga membawa penyelesaian
pada akar penyebab spiritualnya

2) Latihan spiritual : ketika seseorang melakukan latihan spiritual yang sesuai dengan
keenam prinsip-prinsip dasar dari latihan spiritual, ia membangun kemampuannya
sendiri untuk melindungi dirinya dari unsur-unsur berbahaya dalam dimensi
spiritual . jika latihan spiritual memiliki efektifitas 100% dalam mengatasi
permasalah-permasalahan dalam hidup, maka penyembuhan spiritual hanya
memiliki efektifitas 40% (catatan : 40% adalah ketika penyembuhan diberikan
secara eksternal/dari luar) alasan untuk hal ini adalah dalam kasus penyembuhan
spiritual eksternal , variabel penentu apakah seseorang dapat disembuhkan
bertambah banyak terkait keterlibatan penyembuh dan orang yang disembuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
British Dietetic Association. Diet and Rheumatoid Arthitis. 2012. http://www. bda.uk .com/
foodfacts / Arthritis.pdf
Rennie KL. Hughes J, Lang R, Jebb SA. Nutritional management of rheumatoid arthritis: a
review of the evidence .J Hum Nutr Dietet, 2003(16): 97109
Katzung, Betram G. 2004. Farmakologi: Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Você também pode gostar