Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABORTUS
Oleh:
Pendamping:
PORTOFOLIO
Nama Peserta
Nama Wahana
Topik
: Abortus
Nama
: Ny. SMD
Tanggal Presentasi
: 4 Mei 2016
Nama Pendamping
Tempat Presentasi
Objektif Presentasi
Bahan Bahasan
Cara Membahas
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Abortus
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan
kurang dari (ACOG memberi batasan 20 minggu, FIGO memberi batasan 22
minggu, Hanretty memberikan batasan 24 minggu, WHO memberi batasan 28
minggu).
1.2 Epidemiologi
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 1520% dari semua kehamilan. Jika
dikaji lebih jauh, abortus sebenarnya dapat mendekati 50%. Hal ini dikarenakan
tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 24
minggu setelah konsepsi. WHO memperkirakan di seluruh dunia, dari 46 juta
kelahiran pertahun terdapat 20 juta kejadian abortus. Sekitar 13% dari jumlah total
kematian ibu di seluruh dunia diakibatkan oleh komplikasi abortus, 800 wanita
diantaranya meninggal karena komplikasi abortus dan sekurangnya 95% (19 dari
setiap 20 abortus) di antaranya terjadi di negara berkembang. Di Amerika Serikat
angka kejadian abortus spontan berkisar antara 10-20% dari kehamilan. Di Rumah
Sakit Umum Daerah RSUD Banyumas Unit II Purwokerto, angka kejadian
abortus pada tahun 2007 sebesar 23,70% pada tahun 2008 meningkat menjadi
30,70%. Sedangkan di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung, prevalensi
abortus tercatat sebesar 8-12%.
Di Indonesia, setiap tahun selalu dilakukan pencatatan distribusi penyakit
oleh Departemen Kesehatan RI yang salah satunya adalah penyakit kehamilan.
Jumlah keguguran yang terjadi diketahui akan menurun dengan meningkatnya
usia gestasional, dari 25% pada 5 hingga 6 minggu pertama kehamilan menjadi
2% selepas 14 minggu kehamilan.
1.3 Etiologi
Pada masa awal kehamilan, ekspulsi spontan dari ovum yang sudah dibuahi
umumnya terjadi akibat terhentinya proses biologis pada embrio atau janin.
Penyebab terhentinya proses biologis tersebut merupakan penyebab abortus pada
kehamilan muda. Hal yang sebaliknya terjadi pada kehamilan lanjut, di mana
pengeluaran bayi lebih banyak diakibatkan oleh faktor lingkungan atau eksternal
sehingga saat dikeluarkan bayi-bayi tersebut masih dalam keadaan hidup.
Penyebab abortus dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu penyebab fetal,
penyebab maternal dan penyebab paternal. Faktor patologis dari pihak semua
(paternal) ini walaupun berhubungan tetapi pengaruhnya sangat kecil terhadap
kejadian abortus spontan.
1. Faktor fetal
80% kasus abortus spontan terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu,
setengah di antaranya disebabkan oleh kelainan kromosom. 95% kelainan
kromosom pada abortus spontan disebabkan oleh kegagalan gametogenesis
maternal dan sisanya adalah kegagalan gametogenesis paternal. Abnormalitas
dapaat dimulai dari pembelahan meiosis dari gamet, pesan ganda pada saat
fertilisasi atau saat pembelahan dini mitosis. Keadaan abortus dengan
kelainan kromosom ini disebut abortus aneuploid, misalnya trisomi autosom
atau
monosomi.
Abortus
spontan
biasanya
menunjukkan
kelainan
perkembangan zigot, embrio, fetus tahap awal, atau pada plasenta. Dari 1000
abortus spontan yang diteliti, ditemukan setengahnya menunjukkan tidak
adanya embrio atau disebut blighted ovum. Kelainan morfologi pertumbuhan
terjadi pada 40% abortus spontan sebelum usia gestasi 20 minggu. Setelah
trimester pertama, tingkat abortus dan kelainan kromosom berkurang.
2. Faktor Maternal
Selain cacat kromosom dari pihak ibu, abortus juga dapat terjadi akibat
adanya gangguan kesehatan atau penyakit sistemik pada ibu.
a. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi
hal ini tidak umum terjadi. Dari hasil penelitian, infeksi yang diduga
memiliki kaitan dengan abortus spontan adalah Mycoplasma hominis,
bentuk yang jelas (blighted ovum); mungkin pula janin telah mati lama (missed
abortion).
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia
dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk inui menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam
sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampa seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose; dalam hal ini amnion tampa berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan korion.
1.5 Klasifikasi Abortus
1. Abortus spontan (keguguran atau spontaneus abortion/misscarriage)
Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya dari luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Derajat abortus spontan
meliputi:
a. Abortus iminens (threatened abortion)
e. Missed Abortion
Missed
abortion merupakan kegagalan uterus untuk mengeluarkan embrio
lebih dari 8 minggu dihitung sejak kematian embrio tersebut. Karena sulit
mengetahui saat pasti tentang matinya embrio, maka umumnya diambil
patokan dari ketidaksesuaian ukuran uterus dengan usia kehamilan
(dengan adanya selisih 8 minggu). Pada beberapa kasus, missed abortion
dapat diekspulsi secara spontan. Bila usia kehamilan telah memasuki
trimester kedua dan terjadi retensi janin mati, maka sering terjadi
gangguan pembekuan darah, seperti perdarah dari gusi, hidung atau
tempat terjadinya
Umumnya
indikasi
tersebut
berkaitan
dengan
ancaman
keselamatan jiwa atau adanya gangguan kesehatan yang berat pada ibu
(dekompensatio kordis, tuberkulosis paru berat, status asmatikus,
diabetes mellitus tidak terkontrol, penyakit hati menahun, dan
sebagainya). Pada beberapa negara, indikasi untuk melakukan abortus
provokatus berkaitan dengan adanya kecatatan pada janin (misalnya
thalassemia, kelainan kromosom, sindrom Down, penyakit retardasi
mental) atau dari cara terjadinya suatu kehamilan (akibat perkosaan,
hubungan sedarah/incest).
Pada beberapa badan peradilan di luar negeri atau negara modern dikenal
pula istilah terminasi kehamilan atas permintaan pasien (voluntary
termination), yaitu abortus yang dilakukan atas permintaan pasien, baik
akibat adanya risiko terhadap kesehatan ibu atau tekanan mental berat
yang dialami ibu tersebut (misalnya kehamilan yang baru saja diketahui
setelah terjadinya perceraian, sulit menentukan ayah dari janin yang
dikandungnya, hamil bukan dengan pasangan yang sebenarnya atau
pasangan tersebut tidak terikat dalam ikatan pernikahan yang sah). .
b. Abortus kriminalis (abortus provokatus kriminalis)
Abortus yang dilakukan secara sengaja (melalui kesepakatan antara
pasien dan pelaku aborsi) dan bukan atas indikasi untuk menyelamatkan
jiwa ibu, adanya kecacatan pada janin atau gangguan mental yang berat.
1.6 Diagnosis
Beberapa diagnosis banding obstetrik yang sering dipikirkan pada kasus
perdarahan pada kehamilan muda ialah abortus, kehamilan ektopik terganggu
(KET), dan kehamilan mola (mola hidatidosa).
Abortus
Perdarahan
Serviks
Iminens
Sedikit - sedang
Tertutup
Insipiens
Sedang - banyak
Terbuka
Besar Uterus
Sesuai
Gejala Lain
usia kehamilan
uterus lunak
kecil
Inkomplit
Komplit
Sedikit - banyak
Terbuka (lunak)
Lunak
atau tertutup)
usia kehamilan
keluar
jaringan,
uterus lunak
1.8 Tatalaksana
Langkah awal dari serangkaian penatalaksanaan abortus adalah penilaian
kondisi klinis pasien. Penilaian ini masih berkaitan dengan upaya diagnosis dan
memulai pertolongan awal kegawatdaruratan. Dengan langkah ini, dapat dikenali
berbagai komplikasi yang dapat mengancam keselamatan pasien seperti syok,
infeksi/sepsis, perdarahan hebat (masif) atau taruma intraabdomen. Melalui
pengenalan ini, dapat diambil langkah untuk mengatasi komplikasi. Walaupun
tanpa komplikasi, pada kasus abortus inkomplit dapat berubah menjadi ancaman
apabila terapi definitif (evakuasi sisa konsepsi) tidak segera dilaksanakan. Oleh
karena itu, penting sekali untuk membuat penilaian awal secara akurat (yang
kemudian segera diikuti dengan tindakan pengobatan) atau (apabila ada indikasi)
melakukan stabilisasi pasien.
Tata laksana definitif abortus bergantung pada derajat abortus dan meliputi
prosedur medikal dan surgikal
1. Abortus iminens
Pada umumnya tidak memerlukan terapi medikamentosa. Beberapa sumber
masih ada yang mengharuskan tirah baring selama 24-48 jam, sumber lain
menyebutkan tidak perlu sampai tirah baring (ibu hanya dianjurkan untuk
DAFTAR PUSTAKA
No.
ID
dan
Nama
Peserta
No. ID
dan
Nama
Wahana
Topik
Tanggal (Kasus)
Nama Pasien
Tanggal Presentasi
Tempat Presentasi
Objektif Presentasi
Keilmuan
Keterampilan
Diagnostik
Manajemen
Neonatus
Deskripsi
Tujuan
Bahan
Bahasan
Bayi
Anak
Data Pasien
Tinjauan
Penyegaran
Masalah
Pustaka
Istimewa
Bumil
Lansia
Remaja
Dewasa
Cara
Membahas
Diskusi
Presentasi dan
Diskusi
E-mail
No.
Audit
Pos
Registrasi
863610
Terdaftar sejak :
Keluar darah dari jalan lahir sejak 2 jam lalu, darah berwarna merah
kehitaman.
Nyeri perut yang semakin bertambah sejak 3 jam yang lalu, nyeri terutama
disangkal.
Riwayat keputihan selama hamil (+) sedikit, tidak gatal, dan tidak berbau.
BAK dan BAB biasa.
Objektif :
a.
Vital sign
-
Kesadaran
: CMC
Nadi
Nafas
: 26x/menit
TD
: 130/80 mmHg
Suhu
: 36,8 0C
BB
: 52 Kg
b. Status Generalis
-
THT
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
: Simetris ki=ka
: Fremitus ki=ka
: Sonor
: Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Punggung
Alat kelamin
: Tidak diperiksa
Anggota gerak
c. Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : FUT pertengahan pusat-simpisis pubis, nyeri tekan (+)
Genetalia
Inspeksi: vulva/uretra tenang
Inspekulo: portio licin, OUE terbuka, tampak jaringan di ostium, fluksus (+)
Vaginal Touche: pembukaan 1 jari longgar, bentuk dan ukuran corpus uteri
lebih besar dari normal, sebesar telur bebek, antefleksi, parametrium
lemas, adneksa (-)
d. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin: Hb 10,2 g/dL
Leukosit 11.730/uL
e.
Diagnosis Kerja
G1P0A0H0 gravid 11-12 minggu + abortus insipiens
f.
Tatalaksana
Kuretase tajam dalam anastesi TIVA
g.
Follow Up
23 April 2016
S/ nyeri perut (+) minimal
Darah (+) minimal
O/ TD: 120/70 mmHg Nd:78x/menit Nf: 18x/menit T:370 C