Você está na página 1de 7

Hakikat Penciptaan Manusia

Manusia didatangkan ke bumi ini bagaikan pohon tanpa buah, ibarat tanaman tanpa bunga,
seperti bayi tak bisa bicara. Oleh karena itu, manusia punya tugas mengembangkan potensi
maksimal dari sifat manusianya. Semua agama mengajarkan ilmu tentang kesatuan kepada
kita. Orang beragam melihat dirinya sebagai bagian dari penciptaan. Manusia menjadi tujuan
akhir penciptaan Allah. Allah Yang Maha Besar mengatakan: Aku ciptakan segalanya untuk
kamu sendiri, aku ciptakan kamu untuk-Ku sendiri.( Brodbeck, Rabia Christina. 2016)
Allah menciptakan manusia dengan dua unsur yakni jasmani dan rohani. Unsur jasmani
Adalah tubuh atau jasad manusia yang tersusun atas organ dan sistem organ. Unsur yang
kedua yakni unsur ruh atau jiwa. Kedua unsur ini berkaitan satu sama lain dan apabila kedua
unsur tersebut berpisah maka manusia disebut mati sehingga tidak lagi dapat disebut sebagai
manusia. Adapunhakikat manusia menurut islam berdasarkan substansi penciptaan adalah
sebagai berikut mengenai hakikat penciptaan manusia :
1. Makhluk Allah yang paling sempurna
Allah menciptakan manusia dengan kesempurnaan dan keunikan . hal ini dilihat dari segala
hal yang menyangkut fisik dan jiwa seorang manusia. Ia berbeda dengan makhluk lainnya
dan bahkan Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam AS karena akal dan
pengetahuan yang dianugerahkan kepadanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At
Tin berikut ini
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS At
tin : 4)
2. Manusia sebagai bukti kekuasaan Allah SWT
Sejak awal penciptaannya, manusia pertama yakni Adam As telah mengakui Allah sebagai
Tuhannya dan hal tersebut mendorong manusia untuk senantiasa beriman kepada Allah SWT.
Penciptaan manusia juga memiliki hakikat bahwa Allah menciptakan agama islam sebagai
pedoman hidup yang harus dijalani oleh manusia selama hidupnya. Seluruh ajaran islam
adalah diperuntukkan untuk manusia dan oleh karena itu manusia wajib beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa yakni Allah SWT.(baca fungsi iman kepada Allah
SWT)
3. Manusia diciptakan sebagai hamba Allah
Adapun Allah menciptakan manusia untuk mengabdi dan menjadi hamba yang senantiasa
beribadah dan menyembah Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.(QS Adz zariyat : 56)

Ibadah yang semestinya dilakukan manusia terdiri dari dua golongan yakni ibadah yang
bersifat khusus dan ibadah yang bersifat umum. Ibadah yang sifatnya khusus antara lain
ibadah sholat

wajib,

puasa

(baca puasa

ramadhan dan puasa

ramadhan

dan

fadhilahnya), zakat, (baca penerima zakat dan syarat penerima zakat), haji (baca syarat wajib
haji) dan sebagainya. Sedangkan ibadah yang bersifat umum adalah seperti melakukan amal
saleh yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya akan tetapi bermanfaat juga untuk orang lain
dan dilandasi niat yang ikhlas dan bertujuan hanya mencari keridhaan Allah semata seperti
bersedekah (bacakeutamaan bersedekah), menyambung tali silaturahmi (baca keutamaan
menyambung tali silaturahmi), menikah (baca hukum pernikahan dan rukun nikah) dan
sebagainya.
4. Manusia diciptakan Allah sebagai Khalifah
Kata Khalifah berasal dari bahasa arab yakni khalafa atau khalifatan yang artinya
meneruskan, sehingga kata khalifah yang dimaksud adalah penerus agama islam dan ajaran
dari Allah SWT. Sebagai manusia yang berperan sebagai khalifah maka manusia wajib
menjalankan tugasnya untuk senantiasa menjaga bumi dan makhluk lainnya dan ia akan
dimintai pertanggungjawaban atas apa yang diperbuatnya kelak di hari akhir. Hal ini
disebutkan dalam firman Allah SWT Surat Albaqarah ayat 30 yang bunyinya
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanyas dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.(QS Al Baqarah :30)
Dengan demikian, hakikat penciptaan manusia selayaknya membuat kita sadar bahwa sebagai
manusia kita diciptakan untuk menyembah dan melakukan kewajiban kita di dunia sebagai
khalifah (Rosalia, Anggi. 2016).

Tujuan Manusia Sebagai Makhluk Allah


Manusia merrupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah dalam proses kejadiansetelah malaikat, iblis, dan jin tetapi hanya manusia yang diberikan akal untuk berfikir, dan
diberi kemampuan untuk memberi nama benda-benda yang ada di sekitarnya. Dengan
kemampuan menggunakan akalnya, mereka memikirkan proses penciptaan dirinya dan
seluruh alam semesta ini sehingga ia beriman kepada Allah. Dengan karunia akal, manusia
mendapat petunjuk dari Allah. Mereka itulah yang disebut ulul albab dan pantas
mendapatkan kenikmatan di dalam kubur dan termasuk orang yang mendapatkan surga-Nya.
Sehingga dapat disimpulkan, sesungguhnya Allah itu menciptakan manusia sebagai
makhluk yang paling mulia. Manusia diciptakan Allah dengan tujuan agar menjadi khalifah
di muka bumi. Tidak ada makhluk selain manusia yang diberi tugas seperti ini oleh Allah.
Sebelum tugas ini diberikan kepada manusia oleh Allah, Allah telah menawarkan tugas ini
kepada makhluk lain, tetapi tidak ada yang sanggup menerima tugas ini. Hanya manusia yang
bersedia mengemban tugas dan amanah ini. Namun sayangnya, manusia lupa akan tugas dan
amanahnya sebagai khalifah, sehingga berbuat maksiat dan ingkar terhadap Allah dan rasulNya. Al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya diturunkan sebagai pedoman untuk mencapai
tujuan yang benar, agar manusia tidak terjerumus ke jalan yang sesat, yaitu jalan yang tidak
diridhai oleh Allah (Siswo Sanyoto, 2008)

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan hakikat manusia sendiri
adalah peran ataupun fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manusia. Kita sebagai
perawat tentu memiliki nilai dan peran yang harus dijalankan, karena kita sebagai
manusia yang bekerja menjadi perawat pada hakikat dan tujuannya adalah membantu
dalam bidang kesehatan. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan
diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Seorang perawat dikatakan profesional jika
memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan keperawatan professional serta memiliki sikap
profesional sesuai kode etik profesi. Nilai Nilai Islami dalam Peran dan Fungsi Perawat
Profesional :
1.

Peran Pelaksana
Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak
sebagai comforter, protector, dan advokat, communicator, serta rehabilitator.
Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman
pada klien. Islam mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong terhadap
sesamanya, pertolongan itu diberikan secara tulus ikhlas dan holistic, sehingga kita
dapat merasakan apa yang klien kita rasakan. Ibarat orang mukmin saling mencintai
kasih mengasihi dan saling menyayangi adalah lukisan satu tubuh jika salah satu
angggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan merasa sakit. ( HR.Muttafaq
Alaih)
Peran sebagai protector lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi
dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban perawat memenuhi hak klien
untuk menerima informasi dan penjelasan tentang tujuan dan manfaat serta efek
samping suatu terapi pengobatan atau tindakan keperawatan. Dalam islam kita tidak
boleh membuka aib saudara kita sendiri karena jika kita membukanya sama saja kita
memakan bangkai saudara kita yang mati sebagaimana dalam surah al-hujurat ayat
12:


Artinya: hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah mencari-cari kesalah
orang lain dan jangan lah sebahagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah
salah seseorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima lagi Maha Penyayang.
Peran sebagai communicator akan nampak bila perawat bertindak sebagai
mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini berkaitan erat
dengan keberadaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan
selama 24 jam. Perawat dalam islam harus memberikan dukungan. Rehabilitator
berhubungan erat dengan tujuan pemberian askep yakni mengembalikan fungsi organ
atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.

2.

Peran Sebagai Pendidik (Health Educator)


Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada dibawah

tanggung jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan kesehatan kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat). Sebagaimana dalam Q.S Ali-Imran
ayat 148 :



Artinya: Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala
yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang yang berbuat kebaikan.
Dan Q.S Al-Mujadilah ayat 11 :


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapanglapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
3.

Peran Sebagai Peneliti


Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta
memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan
pendidikan keperawatan. Penelitian bertujuan untuk menghasilkan :
a. Jawaban terhadap pertanyaan.
b. Solusi penyelesaian masalah baik melalui produk teknologi atau metode baru
maupun berupa produk jasa.
c. Penemuan dan penafsiran fakta baru.
d. Pengujian teori berdasarkan kondisi atau fakta baru.
e. Perumusan teori baru. Quran Surah Al-Qashash ayat 77, yang berbunyi:






Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari duniawi dan berbuat
baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat
kerusakan dibumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.

C.

Peran perawat dalam membimbing pasien dalam beribadah

1. Pada awal pertemuan, perawat membacakan doa menjenguk orang sakit.





Hilangkanlah penyakit wahai Rabb manusia dan berilah kesembuhan, sesungguhnya
Engkau adalah Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali dengan
kesembuhan dari-Mu, (berilah) kesembuhan total yang tidak menyisakan penyakit.
2. Membimbing pasien untuk bersuci

Sebagai perawat kita harus membimbing pasien saat sedang bersuci . Bagi orang sakit
bersuci bisa dilakukan dengan cara berwudhu jika dia mampu namun jika dia tidak
mampu untuk menggerakan badannya untuk berwudhu maka di bolehkan untuk
bertayamum , dan disini perawat membimbing pasien dalam melaksanakan
tayamumnya.






Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Al-Maidah : 6)
3. Membimbing pasien ketika tiba waktu sholat
Karena sholat itu merupakan tiang agam jadi dalam keadaan apapun kita diwajibkan
untuk sholat , maka dari itu sebagai perawat kita wajib mengingatkan pasien kita agar
terus menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim .




Jagalah (peliharah) segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah
untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu. (Al-Baqarah [2]: 238).
Apabila pasien tidak mampu melaksanakan solat dengan berdiri, maka bisa dengan
posisi duduk, jika tidak bisa dalam posisi duduk pasien bisa melakukan dalam posisi
berbaring dengan menghadap ke arah kiblat. Dan untuk pasien yang kondisinya sangat
lemah bisa melakukan solatnya dalam hati.
4. Membimbing pasien membaca Al-Quran
Bimbing pasien dengan membaca Al-Quran terutama ayat-ayat dengan orang sakit,
rahmat allah, dan karunia allah, dengan begitu pasien akan termotivasi untuk sembuh.
Dan memberikan pengertian bagi pasien supaya membaca Al-Quran daripada
mengeluh atas penyakit yang dideritanya.



Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Al-Ankabut : 45)
5. Mengingatkan untuk selalu berdoa kepada Allah
Karena dengan kita berdoa kita bisa lebih dekat dengan ALLAH SWT .

Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Ghafir : 60)
6. Membimbing agar selalu berdzikir kepada Allah
Dengan berdzikir hati pasien yang tidak tenang akan menjadi lebih tanang dan akan
menjadi lebih dekat kepada Allah.

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.
Begitulah Allah SWT menguji manusia ( dengan sakit ) , untuk melihat siapa di
antara hamba-Nya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran.
Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tapi
juga harus menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam kehidupan oleh seluruh
anggota badan. AllahSWT menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap orang yang
mengaku beriman. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)

Você também pode gostar