Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
didokumentasikan dalam kohort kecil anak-anak dan remaja,6,7 diduga berasal dari
kekurangan nutrisi kunci selama masa pertumbuhan tulang intensif.
Produk susu tercatat mengandung sekitar > 50% asupan kalsium dan vitamin D
bagi anak-anak.8 Eliminasi diet dapat meningkatkan risiko ketidakadekuatan
nutrisi9 dan menyebabkan kalsium serta vitamin D yang diperlukan dalam kasuskasus alternatif di mana persyaratan diet tidak terpenuhi.10 Selama pertumbuhan,
kalsium diperlukan untuk menjaga keseimbangan kalsium yang positif, penting
untuk mengoptimalkan pertambahan massa tulang. Banyak penelitian telah
menunjukkan hubungan positif antara asupan kalsium dan akuisisi massa tulang
pada anak-anak.11-14 Telah ditetapkan bahwa pertambahan massa tulang selama
tahun pertumbuhan skeletal yang cepat merupakan penentu utama dari kesehatan
tulang saat dewasa15,16 dan bahwa kegagalan untuk mencapai massa tulang puncak
berhubungan dengan peningkatan risiko osteoporosis dan patah tulang di
kehidupan selanjutnya.17
Vitamin D memaksimalkan penyerapan kalsium di usus, sehingga memberikan
kontribusi untuk pemeliharaan homeostasis mineral yang memadai dan
mineralisasi tulang. Karena sumber utama vitamin D adalah dari sinar matahari,
keterbatasan paparan, terutama di musim dingin dan di garis lintang yang lebih
tinggi, meningkatkan ketergantungan pada sumber makanan untuk memberikan
asupan yang memadai. Situasi ini terjadi di Kanada,18 menyebabkan
diwajibkannya fortifikasi vitamin D pada susu, dan membawa kita untuk
mempertanyakan status vitamin D pada anak-anak Quebec dengan CMA
persisten. Kelompok ini ditandai dengan paparan sinar matahari yang terbatas
selama musim dingin dan defisiensi diet potensial. Saat ini, tidak ada pedoman
klinis yang memerlukan penilaian status vitamin D dan BMD pada anak-anak
dengan CMA. Terbatasnya akses ke ahli gizi dalam sistem kesehatan masyarakat
Quebec, serta ketidakmampuan banyak orang tua untuk membeli layanan
konsultasi dan tindak lanjut oleh seorang ahli diet di klinik swasta, mempersulit
situasi tersebut.
tinggi badan disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin sebagai z skor menurut
referensi data.19 Sampel darah diambil pada saat perekrutan, dan plasma disimpan
pada suhu -20C sampai dianalisis.
Penilaian Mineral Tulang
BMD dari area lumbar tulang belakang (LS) L2-L4 dan komposisi tubuh total
(massa ramping dan lemak tubuh) diukur menggunakan dual-energi radiografi
absorptiometry atau dual-energy radiograph absorptiometry (DXA) dengan Lunar
Prodigy scanner (GE Lunar Corp, Madison, WI). Hasil diubah menjadi skor z usia
dan gender tertentu dengan menggunakan LUNAR Prodigy database yang
normatif dan ditafsirkan sesuai dengan pedoman dari Masyarakat Internasional
untuk Densitometri Klinis untuk pediatrik.20 Untuk menyesuaikan ukuran tulang,
volumetrik kepadatan mineral tulang (vBMD) dihitung menggunakan model
silinder Kroger.21 Umur dan referensi data gender spesifik dari kelompok anakanak kulit putih Eropa digunakan untuk menghitung z skor vBMD.22
Asupan Kalsium dan Vitamin D
Diet asupan kalsium dan vitamin D dinilai menggunakan kuesioner frekuensi
makanan kuantitatif (FFQ) yang telah divalidasi dan dikelola oleh seorang
dietitian.23,24 Penggunaan suplemen vitamin dan mineral, bersama dengan aktivitas
fisik, juga dimasukkan dalam kuesioner. Analisis FFQ didasarkan pada nilai-nilai
dari Canadian Nutrient File versi 2010 dan Department of Agriculture National
Nutrient Database for Standard Reference AS.25,26 Kategorisasi asupan gizi
dilakukan sesuai dengan asupan referensi diet terbaru untuk kalsium dan vitamin
D.18 Karena asupan gizi <67% dari rekomendasi diet yang dianjurkan atau
recommended dietary allowance (RDA) harus ditingkatkan,27 asupan kalsium dan
vitamin D dibandingkan dengan RDA masing-masing untuk usia dan dianggap
tidak memadai jika mereka gagal memenuhi 67% dari nilai ini. Di antara peserta
yang menerima kalsium dan vitamin D, kepatuhan dievaluasi dengan menetapkan
frekuensi suplementasi selama periode 1 minggu. Peserta dianggap patuh ketika
suplementasi diamati 4 hari per minggu.28
Status vitamin D
Pengukuran plasma 25(OH)D dilakukan menggunakan liquid chromatographyspektrometri massa tandem di Laboratorium Biokimia Klinis Sainte-Justine.
Status vitamin D dianggap optimal pada tingkat 25(OH)D > 75 nmol/L (30
ng/mL), dan defisiensi vitamin D didefinisikan sebagai kadar <30 nmol/L (12
ng/mL) sesuai dengan Pedoman Praktek Klinis dari Masyarakat Endokrin atau
Clinical Practice Guidelines of the Endocrine Society.29
Analisis statistik
Perhitungan ukuran sampel didasarkan pada perbedaan BMD yang diharapkan
antara anak-anak dengan CMA dan anak-anak dengan NCMA. Perbedaan ini
dihitung dengan mengurangkan BMD pada usia yang sama dimana anak-anak
menolak susu30 dari nilai referensi dari anak-anak prapubertas dengan usia yang
sama.22 Sampel minimal 27 anak per kelompok diperlukan untuk mendeteksi
perbedaan kelompok dengan kekuatan 80% dan kesalahan tipe I sebesar 5%.
Normalitas data dinilai menggunakan uji Shapiro-Wilk. Variabel kategorik dan
variabel kontinu yang terdistribusi normal masing-masing dilaporkan sebagai
persentase dan rata-rata SD. Perbedaan antara kelompok dievaluasi
menggunakan uji t Student atau tes 2. Koefisien korelasi Pearson dihitung untuk
memeriksa asosiasi antara status mineral tulang, status vitamin D, komposisi
tubuh, dan asupan makanan. Tingkat signifikansi yang ditetapkan pada P <0,05.
Hasil
Karakteristik populasi penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. Anak-anak dengan
CMA dan anak-anak dengan NCMA sehubungan dengan jenis kelamin, distribusi
etnis, usia, dan tingkat aktivitas fisik memiliki proporsi yang sama. Penggunaan
steroid, terutama preparasi inhalasi tinggi di antara para peserta, tetapi tidak
berbeda antara kelompok. Semua anak-anak pada tahap Tanner 1. Meskipun
durasi menyusui tidak berbeda secara signifikan antara kelompok, proporsi
menyusu lebih tinggi pada anak-anak dengan CMA daripada anak-anak dengan
NCMA.
TABEL 3. Asupan kalsium dan vitamin D Anak Dengan dan Tanpa CMA
Sembilan dari 52 anak-anak dengan CMA dan 4 dari 29 anak-anak dengan NCMA
tidak memiliki data 25(OH)D. Untuk menilai potensi bias yang timbul dari data
yang hilang, hasil dari anak-anak dengan dan tanpa nilai-nilai yang hilang
dibandingkan. Kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan atau tren untuk
salah satu variabel yang diuji antara anak-anak dengan data 25(OH)D yang hilang
dan anak-anak dengan data yang lengkap. Menariknya, status vitamin D adalah
serupa pada anak-anak dengan CMA dibandingkan dengan subyek kontrol (Tabel
4). Namun, > 51% anak-anak dengan CMA menyajikan kadar vitamin D
suboptimal (<75 nmol/L [<30 ng/mL]), dan 3 anak-anak memiliki tingkat
25(OH)D sesuai dengan defisiensi vitamin D (<30 nmol/L [<12 ng/mL]). Proporsi
defisiensi vitamin D ini serupa pada anak-anak dengan NCMA (44%; P = 0,28);
Namun, tak satu pun dari anak-anak yang defisiensi vitamin D. Kepadatan tulang
adalah serupa antara anak-anak dengan status vitamin D yang optimal dan
suboptimal.
TABEL 4. Vitamin Status D pada Anak Dengan dan Tanpa CMA
Diskusi
Studi kami menemukan bahwa anak-anak dengan CMA ini memiliki z skor LS
BMD lebih rendah dari anak-anak dengan NCMA meskipun pertumbuhan dan
status gizinya tampak normal. Pengamatan kami sejalan dengan penelitian lain,
yang memeriksa BMD pada pasien dengan CMA.6,3133 Jensen et al6 menemukan
BMD yang berkurang pada anak-anak Denmark dan remaja dengan CMA untuk >
4 tahun dibandingkan dengan nilai referensi dari kelompok sehat proses usia yang
sama. Namun, sampel mereka rentang usia yang panjang (yaitu, 8-17 tahun) dan
juga melibatkan peserta pada tahap pubertas yang berbeda. Peneliti
menghubungkan temuan mereka untuk mengurangi tinggi badan menurut usia
dalam populasi penelitian tersebut. Penjelasan seperti itu sepertinya tidak
mungkin dalam penelitian ini, karena tidak ditemukan perbedaan z skor tinggi
badan menurut usia antara 2 kelompok. Selain itu, kami juga meminimalkan efek
pengganggu dari ukuran tulang dengan menghitung vBMD, parameter yang tidak
dilaporkan dalam studi oleh Jensen et al.6 Nilai-nilai yang lebih rendah diamati
pada anak-anak dengan CMA sehingga mencerminkan berkurangnya mineral
tulang per satuan volume, yang mungkin mengindikasikan penurunan
pertambahan tulang. Sebagian besar anak-anak dengan CMA dibandingkan
dengan NCMA yang diberi ASI, bisa berdampak pada massa tulang. Namun,
faktor ini tidak bisa menjelaskan temuan kami untuk 3 alasan. Pertama, durasi dan
jumlah pemberian ASI eksklusif tidak berbeda antara kelompok. Kedua,
penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ASI memiliki efek positif34 atau
neutral35-37 terhadap massa tulang prapubertas. Akhirnya, perbandingan BMD
antara anak yang diberi ASI dan susu formula untuk setiap kelompok
menunjukkan tidak ada perbedaan (data tidak ditampilkan).
Selain faktor genetik, asupan kalsium merupakan penentu penting lain dari BMD
tulang belakang pada anak-anak prapubertas.38 Pada uji coba terkontrol secara
acak yang dilakukan pada kembar identik, Johnston et al11 menemukan bahwa
pemberian harian kalsium 1000 mg untuk 1 anggota dari pasangan mengakibatkan
keuntungan yang signifikan dalam massa tulang setelah 3 tahun. Dampak positif
ini menghilang selama dan setelah pubertas. Seperti yang diharapkan, anak-anak
dengan CMA memiliki asupan kalsium yang lebih rendah dibandingkan subyek
kontrol, dengan 62% memiliki asupan di bawah RDA dibandingkan dengan 26%
dari anak-anak dengan NCMA. Meskipun eliminasi diet ketat, hanya 37%
dilaporkan menggunakan suplemen kalsium. Anehnya, kami tidak menemukan
bukti adanya hubungan antara asupan kalsium dan pengukuran tulang pada
kelompok CMA, sedangkan variabel tersebut berkorelasi positif pada kelompok
NCMA. Sebagai kontrol dari kelompok CMA, anak-anak dengan NCMA
kemungkinan mendapatkan kalsium dari sumber susu, yang juga mengandung
banyak nutrisi tulang kunci seperti protein, magnesium, fosfor, kalium, dan zinc.39
Akibatnya, hubungan positif ditemukan antara BMD dan asupan kalsium dalam
kelompok ini mungkin mencerminkan konsumsi nutrisi yang lebih tinggi pada
kelompok ini. Satu spekulasi yang mungkin adalah bahwa eliminasi sepanjang
hidup dari susu dan produk susu menghasilkan diet yang berkualitas lebih rendah,
yang dapat berefek samping pada BMD pada anak-anak dengan CMA. Tinggi,
berat, dan komposisi tubuh adalah serupa pada kelompok CMA dan NCMA, yang
menunjukkan bahwa nutrisi yang disediakan dalam jumlah yang cukup untuk
menjamin pertumbuhan normal. Sayangnya, kami tidak dapat menilai asupan
nutrisi lain karena FFQ yang digunakan dalam penelitian ini dirancang dan
divalidasi untuk menilai kebiasaan asupan kalsium dan vitamin D. Namun
demikian, korelasi harus ditafsirkan dengan hati-hati mengingat ukuran sampel
dari 2 kelompok kecil.
Asupan vitamin D yang rendah pada kedua kelompok, dengan masing-masing
89% dan 93% dari anak CMA dan NCMA, tidak dapat memenuhi asupan yang
disarankan. Meskipun prevalensi defisiensi vitamin D melebihi 50% di antara
peserta kami, sebagian besar anak-anak menunjukkan status vitamin D yang
kompatibel dengan kesehatan tulang yang optimal (> 50 nmol/L [> 20 ng/mL]),
dengan hanya 3 anak-anak dengan CMA di kisaran defisiensi vitamin D. Rata-rata
kadar 25(OH)D yang hanya sedikit di bawah titik cutoff untuk kecukupan vitamin
D, menunjukkan variabilitas yang cukup besar dalam serum 25(OH)D. Bahkan,
kami mengamati penurunan musiman 25(OH)D, dengan mean SD sebesar 77
20,9 nmol/L pada musim gugur, 69 19,3 nmol/L di musim dingin, dan 68 16,0
nmol/L di musim semi, dengan sampel serupa pada setiap musim (P = 0,54).
Review Cochrane menunjukkan adalah tidak mungkin bahwa suplemen vitamin D
bermanfaat pada anak-anak dan remaja dengan kadar vitamin D yang normal.40
Namun, pada 25(OH)D <50 nmol/l, asupan kalsium yang lebih besar tampaknya
akan diperlukan untuk meningkatkan BMD.41 Dalam pertumbuhan anak dengan
CMA, asupan kalsium tidak optimal berpotensi memiliki dampak merusak pada
pertambahan massa tulang. Penafsiran kami tetap dibatasi oleh fakta bahwa
pengukuran densitometri tulang mencerminkan pengaruh gizi sepanjang hidup,
sedangkan asupan dilaporkan hanya mewakili penilaian cross-sectional dari
asupan saat ini.
Menurut pengetahuan kami, penelitian ini merupakan penelitian pertama untuk
mendokumentasikan prevalensi penggunaan suplemen kalsium dan vitamin D di
kalangan anak-anak dengan CMA. Meskipun asupan kalsium dan vitamin D