Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Apakah kebenaran itu? tanya Pilatus kepada Yesus. Ya, apakah kebenaran itu? Tahukah
kita maknanya? Mengapakah demi kebenaran kita bersedia mengorbankan segala hal?
Bukankah Yesus disalibkan dan wafat demi kebenaran yang diyakini oleh para pemuka
bangsaNya juga? Benarkah jika demi kebenaran yang kita yakini, kita dapat melakukan
apa saja? Kita dapat menindas, menipu, menghancurkan dan bahkan mengurbankan
orang-orang lain yang kita anggap bersalah? Pada saat itu kebenaran ternyata hanya
kedok dari kepentingan diri kita sendiri.
Ternyata memahami kebenaran tidaklah mudah. Dan memang begitu. Aku tidak
mendapati kesalahan apa pun padaNya kata Pilatus kepada orang banyak yang ingin
menyalibkan Dia. Tetapi kita semua tahu bahwa bukanlah karena telah bersalah maka
Yesus harus dihukum mati. Bukan, bukan karena itu. Yesus dihukum justru karena
Dialah Kebenaran. Karena Dia berani menyingkapkan topeng-topeng kemunafikan kita.
Memang, terpaksa kita harus takut kepada kebenaran karena kebenaran membuat kita
jadi telanjang. Seperti saat Adam dan Hawa merasa takut dan malu pada ketelanjangan
mereka setelah buah pengetahuan mereka makan.
Kamu adalah terang dunia....hendaknya terangmu bercahaya di depan orang. Kata
Yesus suatu ketika. Kebenaran memang selalu bercahaya karena dia hidup di dalam
terang. Tetapi banyak di antara kita khawatir pada terang. Karena dalam terang kita
merasa telanjang. Kita merasa tidak siap untuk itu. Maka demikianlah, saat Yesus
menyalakan obor cahaya kebenaran, orang-orang takut, dan bergegas ingin
memadamkannya. Berapa banyakkah yang mampu bertahan hidup di dalam terangNya?
Bahkan Petrus sendiri pun, sadar atau tidak, menyembunyikan dirinya saat dia dipaksa
mengakui sebagai pengikut Yesus. Dan ayam pun berkokok.
Sesungguhnya, kebenaran tidaklah terlalu sulit untuk ditemukan. Kebenaran ada pada
diri Yesus sehingga Dia harus disingkirkan. Kebenaran, karena Dia berkeliling sambil
berbuat baik kata Paulus. Maka jika Pilatus mampu mengetahui dan memahami
perjalanan hidup Yesus, dia pasti dapat menjawab pertanyaannya sendiri. Kebenaran
sesungguhnya adalah perbuatan-perbuatan kita terhadap Tuhan dan sesama. Bukan
hanya demi diri kita sendiri. Kebenaran yang sejati telah dilalui Yesus sampai Dia wafat
di atas kayu salib. Perbuatan dan pengurbanan itulah yang tiga hari kemudian membuat
Dia dibangkitkan dengan penuh kemuliaan.
Apakah kebenaran itu? tanya Pilatus kepada Yesus. Sekarang kita tahu. Tetapi
mampukah kita menghayatinya?
A. Tonny Sutedja
Email: tonny_sutedja@yahoo.com
Kekristenan:
Doktrin Kekristenan sejati hanya mengakui adanya satu Allah di mana pun, kapan
pun, dan tidak ada Allah sebelum Allah; dan tidak akan ada Allah sesudah Allah
(Yesaya 43:10). Allah bahkan tidak pernah tahu kalau ada Allah lain ( Yesaya 44:8 ).
Hanya ada satu Allah di seluruh alam semesta ini. Hanya satu. Paham ini disebut
Monotheisme.
Mormonisme:
Dewa bumi hanyalah salah satu dari begitu banyak dewa-dewa ( Bruce McConkie,
Mormon Doctrine, hal. 163 ). Paham ini disebut polytheisme. Tetapi, mereka hanya
menyembah satu dari banyak illah ini, yaitu yang dikenal dengan Elohim. Paham
begini disebut monolatry.
Elohim (begitulah kaum Mormon memanggil Allah Bapa) dulunya adalah manusia
dari planet lain ( Mormon Doctrine, hal. 321 ). Elohim menjadi seorang Dewa lalu
datang ke bumi ini bersama istrinya yang seorang dewi ( Articles of Faith, oleh
James Talmage, hal. 443 ). Kaum mormon memiliki potensi untuk menjadi dewa bagi
dunia mereka sendiri ( Teachings of the Prophet Joseph Smith, halaman 345-347,
354). Pengajaran ini bertentangan dengan Alkitab. Kaum Mormon adalah polytheist.
Kekristenan bersifat monotheistik. Mormonisme sungguh keliru.
Trinitas
Kekristenan:
Allah adalah pribadi-pribadi trinitas: Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Allah Bapa bukanlah pribadi yang sama dengan Putra. Putra bukanlah pribadi yang
sama dengan Roh Kudus. Roh Kudus bukanlah pribadi yang sama dengan Bapa.
Ketiganya abadi, Allah, dan Maha Tahu. Keberatan-keberatan yang diajukan atas
Trinitas adalah bahwa konsep ini tidak logis. Logika seharusnya tidak boleh
mengungguli Alkitab. Jika memang berasal dari Allah, pasti akan ada hal-hal yang
memang sulit dipahami. Tambahan lagi, sidik jari Allah terlihat dalam semua ciptaanNya. Dalam Roma 1:20 dikatakan bahwa atribut-atribut Allah yang tidak kelihatan
terlihat jelas dalam ciptaan-Nya. Ciptaan dibuat dari trinitas dari Trinitas: waktu,
ruang, dan materi. Waktu terdiri dari masa lalu, kini, dan masa depan. Tiap "bagian"
berbeda, tetapi mereka berada dalam natur yang sama: waktu.
Ruang adalah tinggi, lebar, dan kedalaman. Tiap "bagian" berbeda, tetapi mereka
berada dalam satu natur: ruang. Materi itu padat, cair, dan gas. Tiap "bagian"
berbeda, tetapi mereka memiliki natur yang sama: materi.
Mormonisme:
Trinitas adalah seperti kantor yang dihuni oleh 3 allah: ada sesosok dewa yang
disebut bapa, ada sesosok dewa yang disebut anak, dan seorang dewa lain yang
dipanggil roh kudus. Kekeliruannya adalah dalam asumsi bahwa satu "pribadi"
haruslah berada dalam satu bentuk fisik (Doctrine and Covenants, 130:22) -sesuatu seperti darah dan daging.
Paham ini berkontradiksi dengan pandangan ortodoks mengenai Trinitas dan paham
ini mengajarkan Allah yang lebih dari satu (Yesaya 43:10; 44:6,8).
Y e s u s
Kekristenan :
Yesus adalah pribadi kedua dalam Trinitas. Yesus adalah Allah sekaligus manusia. Ia
sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia (Kolose 2:9). Ia yang berada dalam
rupa Allah, mengosongkan diri-Nya, dan menjadi manusia (Filipi 2:5-8).
Sebagai Allah yang juga manusia, Ia menjadi pengantara kita (1 Timotius 2:5). Yesus
tidak diciptakan (Yohanes 1:1-3), tetapi Ia pencipta segala sesuatu (Kolose 1:16-17).
Mormonisme:
Yesus, iblis, dan kita semua adalah anak-anak roh yang lahir dalam pre-eksistensi
(sebelum ada segala sesuatu), yang adalah turunan Allah Bapa dan istri dewinya
(Mormon Doctrine hal. 516; Journal of Discourse, Vol. 4, hal. 218).
Kesela matan
Kekristenan :
Keselamatan, atau pengampunan atas dosa-dosa, adalah sesuatu yang diberikan
Allah kepada anda. Ini adalah anugrah yang cuma-cuma (Roma 6:23). Orang
berdosa dibenarkan dalam mata Allah semata-mata hanyalah karena iman dari
orang percaya atas pengorbanan Kristus di kayu salib. Pembenaran, atau
dinyatakan sebagai benar, dicapai melalui iman (Roma 5:1). Perbuatan kita tidak
memiliki andil dalam keselamatan kita. Jika perbuatan kita memiliki andil, maka
Yesus mati sia-sia (Galatia 2:21).
Mormonisme:
Doktrin pengampunan dosa dari Mormonisme adalah bahwa anda diselamatkan
oleh anugrah setelah berbuat semampu anda (Article 8 of the Church of Jesus Christ
of Latter-day Saints; Articles of Faith, karya James Talmage, hal. 92). Mereka
menambah-nambahi apa yang telah diselesaikan oleh Kristus di kayu salib dengan
mengatakan bahwa Yesus telah berbuat demikian sehingga kita memiliki
kemungkinan untuk diampuni. Perbuatan kita harus dicampur dengan perbuatan
Kristus
barulah
dosa-dosa
kita
layak
diampuni
oleh
Allah.
Kekeliruan mereka adalah bahwa mereka menganggap bahwa perbuatan kita
memiliki peran dalam keselamatan kita, dalam pengampunan atas dosa-dosa kita.
Kenyataanya tidaklah demikian. Dalam Galatia pasal 3 dan 5, Paulus menyinggung
masalah ini dan menyalahkan pemikiran yang tetap mengganggap perlunya
menjalankan Hukum Taurat supaya dapat dibenarkan Allah. Keselamatan adalah
anugrah yang cuma-cuma dari Allah, dibayar penuh oleh darah Kristus.
K e si m p u l a n
Kebenaran itu penting bukan semata-mata karena ia benar. Kebenaran penting karena
ia mendefinisikan siapa dan apa yang kita percaya. Apakah Yesus itu saudara Iblis seperti
dalam Mormonisme? Apakah Ia malaikat yang menjadi manusia? Atau, apakah Ia adalah
pencipta alam semesta, pribadi kedua dari Trinitas? Hanya satu di antara pendapat itu yang
benar.
Iman sangat vital. Tetapi iman yang mengimani hal-hal yang salah adalah sama saja
dengan tidak memiliki iman. Iman itu benar jika objek yang diimaninya benar. Inilah
pentingnya mengenal Yesus yang benar. Yaitu yang seperti diceritakan oleh Alkitab, bukan
versi Mormonisme, atau pun versi kaum Saksi Yehovah.
Keabadian adalah waktu yang terlalu panjang untuk kekeliruan kita. Terutama jika
kita keliru mengenai Yesus.