Você está na página 1de 3

Nama penulis

Judul Artikel

: Tasya Junika Ristanti


: Jati Diri Pemuda Indonesia

Pemuda adalah harapan bangsa. Begitulah seuntai kalimat yang sering


dikeluarkan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Bicara tentang pemuda
ada banyak hal suka dan duka di dalamnya. Negara ini telah merdeka
beberapa tahun lamanya. Itu tidak lepas juga, dari semangat juang tinggi
para kaum muda dan tuanya. Mereka bersatu mempersatukan kekuatan
nasionalisme. Pada saat itu, api semangat berkobar kencang demi merebut
kain berwarna merah dan putih. Darah dan keringat mengalir di sekujur
tubuh demi kebahagiaan anak dan cucu. Dahulu semangat pemuda untuk
kemerdekaan Indonesia begitu luar biasa.
Detik menitnya waktu telah berlalu. Masa lalu sudah berlalu, masa
kini sedang di jalani sedang masa depan telah menanti. Perubahan telah
berkembang di seluruh nusantara. Pemuda pemudi telah lahir di manamana. Namun, waktu yang berlalu merubah segalanya. Bahkan sampai ke
hal paling dalam dan penting yaitu jati diri dari seorang pemuda dan pemudi
bangsa ini. Para pemuda pemudi yang dahulu terkenal kegigihannya, kini
terkikis entah oleh apa. Pedidikan, pembangunan, serta tekhnologi telah
tersedia untuk menunjang cita-cita bangsa menjadi nyata. Semua disediakan
demi meneruskan perjuangan yang belum berakhir. Dalam kenyataannya,
seperti barang bekas tiada guna semua itu. Entah kemana semangat
membara yang dimiliki oleh para pemuda jaman sekarang untuk
mewujudkan kemerdekaan yang sejati bangsa ini. Mereka sekarang seperti
terlena oleh kekayaan dan kehidupan yang serba memuaskan. Hingga
melupakan sejarah perjuangan para pemuda pemudi terdahulu untuk
kehidupan selayak sekarang. Budaya, Negara, Agama, yang dahulunya di
junjung tinggi, kini hanya dibiarkan diabaikan. Pemuda masa kini sungguh
memiliki ciri khas tersendiri. Lebih identik dengan kebebasan dalam bersikap
tanpa memperhatikan baik buruknya untuk masa depan bangsanya. Bila

ditanya soal budaya, alasannya jadul. Apalagi soal Negara, sikap masa
bodoh mereka tunjukkan secara terang- terangan.
Dahulu, tanpa ada pendidikan yang memuskan. Tanpa ada tekhnologi
secanggih sekarang. Semua serba terbatas, bahkan untuk sarana dan
prasarana sulit untuk terpenuhi secara total. Namun, begitu hebatnya para
pemuda masa itu. Semangat apinya senantiasa berkobar hingga membakar
segala kesusahan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Ya, hingga
akhirnya kemerdekaan mampu di raih oleh bangsa ini. Setelah beberapa
tahun lamanya kemerdekaan telah diraih, apakah sejati mampu mengiringi
kemerdekaan itu sendiri? Tidak. Dalam Negara ini masih menyimpan sejuta
kisah pilu. Diantaranya adalah sikap rela berkorban budaya sendiri perlahan
dikuasai orang luar. Itu suatu bentuk pembuktian bila perjuangan belum
pernah berakhir. Mempertahankan kemerdekaan yang telah di perjuangkan
hingga memperoleh kesejatian dalam kemerdekaan. Tugas kita hanyalah itu,
tanpa berkorban nyawa ataupun darah.
Pemuda adalah kekuatan bangsa, karena yang muda adalah yang
perkasa dan berjiwa baja. Kita harus mengingat betapa besarnya semangat
yang dimiliki dari pemuda terdahulu. Ini adalah semudah-mudahnya jaman,
dimana tidak ada lagi peperangan dengan menumpahkan darah di berbagai
wilayah. Namun kita dituntut untuk menyelesaikan penjajahan yang secara
diam-diam telah menggerogoti tubuh Ibu pertiwi. Bersama kita buang
kemalasan dalam hidup ini, bersama kita kembalikan jati diri Pemuda
Indonesia yang sesungguhnya. Memanglah tidak banyak yang ingin melawan
para penjajah yang kasat mata, karena bagi sebagian dari mereka memiliki
pendapat yang berbeda. Namun setidaknya persatuan dan kesatuan tetap
ada dalam membentuk semangat. Pemuda harus perkasa, Pemuda bukanlah
pemalas yang akan merusak sendiri bangsanya. Pemuda Indonesia memiliki
jati diri yang sejati. Jati diri yang sejatinya menciptakan semangat
menggebu-gebu dalam meraih cita-cita. Namun, di jaman ini perlahan jati
diri itu mulai memudar. Bersama kita harus bisa mengembalikannya, agar

tumbulah Pemuda yang sesungguhnya. Pemuda yang senantiasa berjuang,


bekerja keras demi bangsa dan dirinya sendiri. Karena telah muncul
pernyataan Pemuda adalah harapan bangsa kita harus mampu
membuktikannya. Perubahan jaman senantiasa diikuti perubahan jalan
pikiran setiap orang, namun setidaknya kita harus memperhatikan ke arah
mana perubahan itu kita lakukan. Berbekal ilmu pengetahuan dan
keagamaan seharusnya kita mampu menempatkan diri sebagai pemuda
Indonesia yang memiliki jati diri yang mulia. Pemuda yang taat pada agama
dan pemuda yang mampu mengamalkan sila-sila Pancasila.

Hai namaku Tasya Junika Ristanti. Saya berumur 17 tahun dan sekarang
tinggal di Madiun. Saya lagir pada tanggal 16 Juni 1998. Saya anak sulung
dari keluarga sederhana. Saya sangat mencintai dunia menulis. Pertama kali
menyukai menulis pada saat kelas 1 SMP. Saya senang memperhatikan
sesuatu yang mata saya dapati. Baik orang maupun benda mati.

Você também pode gostar