Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Judul Artikel
ditanya soal budaya, alasannya jadul. Apalagi soal Negara, sikap masa
bodoh mereka tunjukkan secara terang- terangan.
Dahulu, tanpa ada pendidikan yang memuskan. Tanpa ada tekhnologi
secanggih sekarang. Semua serba terbatas, bahkan untuk sarana dan
prasarana sulit untuk terpenuhi secara total. Namun, begitu hebatnya para
pemuda masa itu. Semangat apinya senantiasa berkobar hingga membakar
segala kesusahan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Ya, hingga
akhirnya kemerdekaan mampu di raih oleh bangsa ini. Setelah beberapa
tahun lamanya kemerdekaan telah diraih, apakah sejati mampu mengiringi
kemerdekaan itu sendiri? Tidak. Dalam Negara ini masih menyimpan sejuta
kisah pilu. Diantaranya adalah sikap rela berkorban budaya sendiri perlahan
dikuasai orang luar. Itu suatu bentuk pembuktian bila perjuangan belum
pernah berakhir. Mempertahankan kemerdekaan yang telah di perjuangkan
hingga memperoleh kesejatian dalam kemerdekaan. Tugas kita hanyalah itu,
tanpa berkorban nyawa ataupun darah.
Pemuda adalah kekuatan bangsa, karena yang muda adalah yang
perkasa dan berjiwa baja. Kita harus mengingat betapa besarnya semangat
yang dimiliki dari pemuda terdahulu. Ini adalah semudah-mudahnya jaman,
dimana tidak ada lagi peperangan dengan menumpahkan darah di berbagai
wilayah. Namun kita dituntut untuk menyelesaikan penjajahan yang secara
diam-diam telah menggerogoti tubuh Ibu pertiwi. Bersama kita buang
kemalasan dalam hidup ini, bersama kita kembalikan jati diri Pemuda
Indonesia yang sesungguhnya. Memanglah tidak banyak yang ingin melawan
para penjajah yang kasat mata, karena bagi sebagian dari mereka memiliki
pendapat yang berbeda. Namun setidaknya persatuan dan kesatuan tetap
ada dalam membentuk semangat. Pemuda harus perkasa, Pemuda bukanlah
pemalas yang akan merusak sendiri bangsanya. Pemuda Indonesia memiliki
jati diri yang sejati. Jati diri yang sejatinya menciptakan semangat
menggebu-gebu dalam meraih cita-cita. Namun, di jaman ini perlahan jati
diri itu mulai memudar. Bersama kita harus bisa mengembalikannya, agar
Hai namaku Tasya Junika Ristanti. Saya berumur 17 tahun dan sekarang
tinggal di Madiun. Saya lagir pada tanggal 16 Juni 1998. Saya anak sulung
dari keluarga sederhana. Saya sangat mencintai dunia menulis. Pertama kali
menyukai menulis pada saat kelas 1 SMP. Saya senang memperhatikan
sesuatu yang mata saya dapati. Baik orang maupun benda mati.