Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
menyebabkan
perdarahan yang
menimbulkan syok, perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal (renal failure)
sehingga mengancam keselamatan ibu. Kematian dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan secara cepat dan tepat.
Selain menimbulkan dampak fisik yang buruk sebagaimana disebutkan di
atas, abortus juga menyebabkan efek psikologis bagi wanita yang mengalaminya.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, sejumlah penelitian dilakukan untuk
mengidentifikasi konsekuensi psikologis wanita yang mengalami abortus. Pada
sejumlah besar abortus yang terjadi pada wanita yang mengalaminya merupakan
pengalaman yang tidak menyenangkan atau mengecewakan, Pengalaman ini unik
bagi setiap individu dan intensitas pengalaman itu tidak berhubungan dengan usia
gestasi janin.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu
bertahan hidup. Di Amerika Serikat, definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan
sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid terakhir. Definisi
lain yang digunakan adalah keluarnya janin-neonatus yang beratnya kurang dari
500 gram (Cunningham, 1997).
Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2.2 KLASIFIKASI
1. Menurut penggolongan jenis:
a. Abortus spontan: terjadi dengan sendirinya.
b. Abortus provokatus: disengaja:
Abortus provokatus terapetikus: dengan alasan kehamilan
membahayakan ibunya atau janin cacat.
Abortus provokatus kriminalis: tanpa alasan medis yang sah.
2. Menurut derajat/tingkat:
a. Abortus iminens: abortus yang membakat ditandai dengan
perdarahan pervaginam yang minimal, tetapi portio uteri masih
tertutup
b. Abortus insipiens: pembukaan serviks yang kemudian diikuti oleh
kontraksi uterus namun buah kehamilan belum ada yang keluar.
c. Abortus inkomplet: biasanya ada pembukaan serviks, sebagian
hasil konsepsi sudah keluar (plasenta) sebagian masih tertanam di
rahim. Biasanya diikuti perdarahan hebat.
monocytogenes
atau
Chlamydia
trachomatis
2.4 PATOFISIOLOGI
Perubahan patologi dimulai dari perdarahan pada desidua basalis yang
menyebabkan nekrosis jaringan sekitar. Selanjutnya sebagian atau seluruh janin
akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi rahim
sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi ekspulsi. Bila ketuban pecah
terlihat maserasi janin bercampur air ketuban. Seringkali fetus tak tampak dan ini
disebut blighted ovum.
Pada kehamilan < 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vili korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8-14 minggu vili korialis menembus desidua lebih dalam,
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan > 14 minggu umumnya yang dikeluarkan
setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa
abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kososng atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas (blighted ovum); mungkin pula janin telah mati lama (missed
abortion).
2.5 DIAGNOSIS
a.
Gejala Klinis
1. Perdarahan
a. Berlangsung ringan sampai dengan berat.
b. Perdarahan pervaginam pada abortus imminens biasanya ringan
berlangsung berhari-hari dan warnaya merah kecoklatan.
2. Nyeri
a. Cramping pain: rasa nyeri seperti pada waktu haid di daerah
suprasimfisis, pinggang, dan tulang belakang yang bersifat ritmis.
3. Febris
a. Menunjukkan proses infeksi intragenital, biasanya disertai lokia berbau
dan nyeri pada waktu pemeriksaan dalam.
Perdarahan
Bercak
Serviks
Tertutup
hingga sedang
Uterus
Sesuai
Gejala/Tanda
Kram perut
Diagnosis
Abortus
dengan usia
bawah
imminens
Uterus lunak
Sedikit/tanpa
Abortus
dari usia
nyeri perut
komplit
gestasi
bawah
gestasi
Tertutup/terbuka Lebih kecil
Riwayat
ekspulsi hasil
Sedang
Terbuka
hingga
massif/banyak
Sesuai usia
konsepsi
Kram atau nyeri
Abortus
kehamilan
perut bawah
insipiens
Belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi
Kram atau nyeri
Abortus
perut bawah
inkomplit
Ekspulsi
sebagian hasil
konsepsi
2.6 PENATALAKSANAAN
b. Dilator higroskopik
Trauma akibat dilatasi mekanik dapat dikurangi dengan suatu alat
yang dapat digunakan secara perlahan membuka serviks. Alat ini menarik
air dari jaringan serviks dan juga digunakan untuk pematangan serviks
prainduksi. Batang laminaria sering digunakan untuk membuka serviks.
Induksi abortus secara medis
a. Oksitosin
Pemberian oksitosin dosis tinggi dalam sedikit cairan intravena dapat
menginduksi abortus pada kehamilan trimester kedua. Salah satu regimen
yang efektif adalah 10 mL (10 IU/mL) ke dalam 1000 mL larutan RL.
Larutan ini mengandung 100 mU oksitosin per mL Iinfus IV dimulai
dengan kecepatan 0,5 mL/mnt. Apabila pada kecepatan infus ini belum
terjadi kontraksi yang efektif, konsentrasi oksitosin dalam cairan
ditingkatkan. Sebaiknya larutan yang telah diinfuskan dibuang sebagian
dan disisakan 500 mL yang mengandung 100 mU oksitosin per mL. Ke
dalam 500 mL ini ditambahkan 5 ampul oksitosin. Larutan yang terbentuk
sekarang mengandung oksitosin 200 mU/mL, dan kecepatan infus
dikurangi menjadi 1 mL/mnt. Kecepatan infus kembali ditingkatkan secara
bertahap sampai mencapai 2 mL/mnt dan kecepatan ini dibiarkan selama 4
atau 5 jam, atau sampai janin dikeluarkan.
b. Prostaglandin
Prostaglandin dapat bekerja efektif dalam uterus apabila:
10
Diagnosis
Abortus imminens
Gejala klinis
Penatalaksanaan
Amenore
Istirahat~tirah baring
Tes kehamilan (+)
USG
Perdarahan pervaginam, Tokolitik: isoxuprine
cramping pain
VT: ostium uteri menutup
tiap 8 jam
Preparat progesterone
2-3x1 tab setiap 8-12
jam
Antiprostaglandin 500
Abortus insipiens
mg setiap 8 jam
Perdarahan pervaginam, Kuret
atau
nyeri (his)
VT: ostium uteri menipis
dan
terbuka
oksitosin
kehamilan
drip
bila
>
12
ketuban
menonjol,
minggu dilanjutkan
Methylergometrin
buah
kehamilan utuh
Abortus inkomplet
hari
Perdarahan pervaginam, Memperbaiki keadaan
nyeri, dan kadang-kadang
disertai syok
VT: ostium uteri terbuka
didapat
kehamilan/plasenta
sisa
umum
Kosongkan isi uterus
(menghentikan
perdarahan)
Jika kehamilan > 12
minggu:
methylergometrin
maleat 1 tab setiap 8
jam selama 5 hari
11
Cegah
amoxicillin
infeksi
500
mg
hari
MRS:
Pendarahan dan keluhan
Mengeluarkan jaringan
kehamilan
Pemx fisik: TFU yang nekrotik
menetap bahkan mengecil Pemx faal hemostasis
tidak sesuai dengan umur Kehamilan < 12
kehamilan
minggu langsung
kuretase
Kehamilan > 12
minggu: misoprostol 1
tab/intravaginal/tiap 6
jam/1 hari dilanjutkan
dengan drip oksitosin
dan kuretase
Disarankan untuk
monitoring
Abortus infeksi
Perdarahan
fibrinogen serum
pervaginam, Perbaiki
keadaan
nyeri
umum: infus, transfuse
Sering disertai syok
Antipiretik: xylomidon
VT: ostium uteri terbuka,
2 cc i.m
nyeri adneksa dan fluor Antibiotic dosis tinggi:
yang berbau
2.7 KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan diatasi dengan mengosongkan isi uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena
12
13
Penanganan
Berilah antibiotika
sesegera mungkin
sebelum melakukan
AVM.
Berikan ampisilin 2 g I.V
tiap 6 jam ditambah
gentamisin 5mg/kgBB
I.V tiap 24 jam ditambah
metronidazole 500 mg
I.V tiap 8 jam sampai ibu
bebas demam untuk 48
nyeri/kaku pada
abdomen
nyeri lepas
distensi abdomen
abdomen
terasa
jam
Lakukan laparotomy
atau usus
untuk memperbaiki
perlukaan dan lakukan
AVM secara berurutan.
14
terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat mempunyai efek
samping pada kehamilan berikut.
Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah suatu abortus
inkomplit. Ibu ini sebaiknya diminta untuk menunda kehamilan berikut sampai ia
benar-benar pulih. Untuk ibu dengan riwayat abortus tidak aman, konseling
merupakan hal yang penting. Jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang
tidak diinginkan, beberapa metode kontrasepsi dapat segera dimulai dalam waktu
7 hari, dengan syarat:
Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut.
Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.
Penanganan Lanjutan
Setelah abortus pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus. Selain
itu perlu diperhatikan involusi uterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian. Ia
diharapkan tidak hamil lagi dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai
kontrasepsi seperti kondom atau pil.
15
BAB 3
KESIMPULAN
abortus
yaitu
dengan
pemberian
oksitosin
dan
juga
16
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta
2002. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Benson, RC. Early Pregnancy Complication in Handbook of Obstetrics &
Gynecology 9th edition, 1994. RR Donelcy and sons
Budiono wibowo, Gulardi H. Wiknjosastro.Kelainan dalam Lamanya Kehamilan
dalam Ilmu Kebidanan edisi 3. Jakarta: 2007. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Cunningham GF, Abortion. Williams Obstetrics 20th edition, 1997. Appleton &
Lange Connection
Saifuddin, AB. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan dalam Ilmu Kebidanan, edisi
IV. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
17
REFERAT
ABORTUS
Oleh :
Rakhmad Triharsadi
201520401011168
Pembimbing
dr. Adi Nugroho Sp.OG
18