Você está na página 1de 37

Makalah

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN PADA


MANUSIA
Disusun oleh:
Nama
NIM
Kelas

: Anggi Widyanza Vanessa


: 1306103010097
: 01

Dosen Pembimbing:
Dr. Safrida, S.Pd., M.Si

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH

2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN PADA MANUSIA.............................................3
Indikator........................................................................................................................................3
A. Pengertian Sistem Imun..........................................................................................................3
1.

Antigen............................................................................................................................5

2.

Antibodi...........................................................................................................................6

B. Struktur Sistem Imun..............................................................................................................7


C. Interaksi antara Antibodi dengan Antigen............................................................................10
1.

Fiksasi komplemen........................................................................................................10

2.

Netralisasi......................................................................................................................11

3.

Aglutinasi......................................................................................................................11

4.

Presipitasi......................................................................................................................11

D. Sel-Sel yang Terlibat dalam Respon Sistem Imun...............................................................12


1.

Sel B..............................................................................................................................12

2.

Sel T..............................................................................................................................14

3.

Makrofag.......................................................................................................................17

E. Jenis Imunitas.......................................................................................................................18

F.

1.

Imunitas aktif.................................................................................................................18

2.

Imunitas pasif................................................................................................................18

Gangguan dalam Fungsi Sistem Imun..................................................................................19


1.

Alergi.............................................................................................................................19

2.

Penyakit Autoimun........................................................................................................20

3.

Penyakit Imunodefisiensi..............................................................................................21

EVALUASI..................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................26
LAMPIRAN: Kunci Jawaban Evaluasi.......................................................................................27
LAMPIRAN: Power Point...........................................................................................................28

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN PADA MANUSIA

Indikator :

Menjelaskan definisi sistem imun


Menjelaskan struktur dari sistem imun
Menjelaskan interaksi antara antibodi dengan antigen
Menjelaskan sel-sel yang terlibat dalam respon imun
Menjelaskan jenis imunitas
Menjelaskan gangguan dalam fungsi sistem imun

A. Pengertian Sistem Imun


Sistem imun adalah suatu sistem kompleks yang memberikan respon imun
(humoral dan seluler) untuk menghadapi agens asing spesifik seperti bakteri, virus,
toksin, atau zat lain yang oleh tubuh dianggap bukan bagian diri. Sistem imun dapat
membedakan berbagai zat asing dan responnya terutama jika dibutuhkan. Respon imun
memiliki kemampuan untuk mengingat kembali kontak sebelumnya dengan suatu agens
tertentu, sehingga pajanan berikutnya akan menimbulkan respon yang lebih cepat dan
lebih besar (Sloane, 2004 : 255).
Sistem imun meliputi organ-organ limfoid primer (sumsum tulang belakang dan
kelenjar timus), jaringan limfoid sekunder (nodus limfe, limpa, adenoid, amandel,
bercak peyer pada usus halus, dan apendiks), juga beberapa sel lain yang dan produksi
sel (Sloane, 2004 : 252).

Respon imun itu dapat dinyatakan dengan salah satu dari dua mekanisme yang
berlainan. Beberapa respon imun dilakukan oleh sel-sel hidup, populasi khusus kimfosit.
Respon seperti itu dikatakan ditengahi sel. Respon imun yang lain dilakukan oleh
molekul protein yang dinamai antibodi, yang tersimpan dalam limfadan plasma darah
(Kimball, 2005 : 540). Walaupun demikian, respon imun terhadap diri sendiri dapat
terjadi dan membentuk suatu kondisi yang disebut autoimunitas. Autoimunitas dapat
menyebabkan efek patologis pada tubuh (Sloane, 2004 : 255).

Menurut Sloane 2004 : 255-257 menyatakan ada beberapa komponen dari sistem
imun yaitu antigen dan antibodi.
1. Antigen
Antigen adalah suatu zat yang menyebabkan respons imun spesifik. Antigen
biasanya biasanya berupa zat dengan berat molekul besar dan juga kompleks zat kimia
seperti proteindan polisakarida.
-

Determinan antigenic (epitop) adalah kelompok kimia terkecil dari suatu


antigen yang dapat membangkitkan respons imun. Suatu antigen dapat
memiliki dua atau lebih molekul determinan antigenik, satu molekul pun

dalam keadaan yang sesuai dapat menstimulasi respons yang jelas.


Hapten adalah senyawa kecil yang jika sendirian tidak dapat menginduksi
respons imun, tetapi senyawa ini menjadi imunogenik jika bersatu dengan

carrier yang berat molekulnya besar, seperti protein serum.


Hapten dapat berupa obat, antibiotic, zat tambahan makanan, atau kosmetik.
Ada banyak senyawa dengan berat molekul kecil yang jika berkonjugasi
dengan carrier dalam tubuh dapat membentuk imunogenisitas. Misalnya,
pada beberapa orang penisilin tidak bersifat antigenic sampai penisilin
tersebut bergabung dengan protein serum dan mampu memicu respons imun.

2. Antibodi
Antibodi adalah suatu protein yang dihasilkan sistem imun sebagai respons
terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi khususnya dengan antigen tersebut.
Sebuah molekul antibodi terdiri dari empat rantai polipeptida: dua rantai berat identik
5

dan dua rantai ringan identik. Istilah berat dan ringan mengacu pada berat molekul
relatifnya. Rantai-rantai dihubungkan dengan ikatan disulfida (-S-S-) dan ikatan lain
untuk membentuk molekul berbentuk Y yang memiliki area hinge (engsel) fleksibel. Ini
untuk memungkinkan terjadinya perubahan bentuk saat bereaksi dengan jumlah antigen
maksimum. regia variable pada rantai berat dan ringan terletak di bagian ujung lengan Y.
regia ini membentuk dua sisi pengikat yang disebut bivalen.
-

Regia variable pada antibodi yang berbeda memiliki rangkaian asam amino

yang berbeda.
Spesifitas suatu antibodi terhadap antigen tertentu bergantung pada struktur
regia variabelnya.

Regia konstan terdiri dari lengan Y dan batang molekul, selalu identik pada semua
antibodi dari kelas yang sama.
Kelas antibodi adalah sekelompok protein plasma yang disebut immunoglobulin
(Ig). Berikut lima kelas (isotope) immunoglobulin yaitu;

B. Struktur Sistem Imun


Jaringan dan organ yang merupakan sistem imun berserakan di seluruh tubuh.
Pada manusia (dan mamalia lain), organ-organ pusat sistem tersebut ialah sumsum
tulang belakang dan timus. Sumsum tulang mengandung sel-sel batang yang
menghasilkan seluruh sel darah. Kelima macam sel darah putih itu masing-masing
7

memainkan sedikit peranan dalam imunitas. Tetapi peranan utama diambil oleh monosit
(yang berkembang dalam jaringan menjadi makrofag) dan khususnya limfosit (Kimball,
2005 : 542).
Walaupun semua limfosit tampak sama di bawah mikroskop cahaya, sekali-kali
tidak dalam fungsinya. Sebenarnya, limfosit merupakan kumpulan sel yang amat
beragam. Meskipun demikian, kebanyakan dari limfosit kita terdiri atas satu diantara dua
kategori utama: T limfosit dan B limfosit. Sel-sel yang akan dipastikan menjadi T
limfosit memulai hidupnya di dalam sumsum tulang. Akan tetapi, segera
meninggalkannya dan masuk ke dalam aliran darah ke timus. Disini menjalani
diferensiasi lebih lanjut dan bilamana hal ini selesai barulah siap melakukan kerjanya. B
limfosit juga diproduksi di dalam sumsum tulang, tetapi berlainan dengan T limfosit,
yang pertama tadi menjadi matang sepenuhnya di sana. Meski demikian, B limfosit juga
meninggalkan sumsum tulang sebelum menjadi aktif dalam imunitas (Kimball, 2005 :
543).

Salah satu tugas

utama sistem imun tersebut ialah membentuk pertahanan

terhadap bahan-bahan asing, yang dinamai antigen, yang memasuki tubuh. Baik sumsum
tulang maupun timus secara patut tidak untuk pertahanan ini. Maka diketahui bahwa
sebelum memulai kerjanya, baik B limfosit maupun T limfosit tersebarkan dari sumsum
tulang dan timus menjadi kelompok jaringan limfosit yang dibagikan ke seluruh tubuh.
Sistem ini terdiri atas limpa, sejumlah besar simpul limpa, tonsil, apendiks, dan sarang
sel-sel yang tersebar dimana-mana (Kimball, 2005 : 543).
Produksi antibodi merupakan tanggung jawab B limfosit. Akan tetapi, respon
humoral terhadap banyak antigen juga memerlukan bantuan T limfosit. Dengan suatu

cara, yang masih belum jelas, T limfosit memungkinkan B limfosit yang spesifik bagi
antigen untuk berbiak dan berkembang menjadi sel-sel plasma. Sel-sel plasma adalah
sel-sel yang sebenarnya mensekresi anti bodi (Kimball, 2005 : 543).

C. Interaksi antara Antibodi dengan Antigen


Menurut Sloane 2004 : 257 menyatakan sisi pengikat antigen pada region
variable antibodi akan berikatan dengan sisi penghubung determinan antigenic pada
antigen untuk membentuk kompleks antigen-antibodi (atau imun). Pengikatan ini
memungkinkan inaktivasi antigen melalui proses fiksasi, netralisasi, aglutinasi, atau
presipitasi.
1. Fiksasi komplemen, terjadi jika bagian molekul antibodi mengikat
komplemen. Ikatan molekulkomplemen diaktivasi melalui jalu jalur klasik
yang memicu efek cascade untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat
organisme atau toksin penyusup. Efek yang paling penting meliputi:
- Opsonisasi. Partikel antigen diselubungi antibodi atau komponen
komplemen yang memfasilitasi proses fagositosis partikel. Selain itu, suatu
produk protein berlekuk dari cascade komplemen, C3b, juga berinteraksi
dengan reseptor khusus pada neutrofil dan makrofag, dan meningkatkan
-

fagositosis.
Sitolisis. Kombinasi dari faktor-faktor komplemen multiple mengakibatkan
rupturnya membran plasma bakteri atau penyusup lain dan menyebabkan isi
selular keluar.

10

Inflamasi. Produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut melalui

aktivasi sel mast, basofil, dan trombosit darah.


2. Netralisasi terjadi saat antibodi menutup sisi toksik antigen

dan

menjadikannya tidak berbahaya.


3. Aglutinasi (pengumpalan) terjadi jika antigen adalah materi partikulat, seperti
bakteri atau sel-sel merah.
4. Presipitasi terjadi jika antigen dapat larut. Kompleks imun menjadi besar
akibat hubungan silang molekul antigen sehingga tidak dapat larut dan
berpresipitasi. Reaksi presipitasi antara antigen dan antibodi dapat dipakai
secara klinis untuk mendeteksi dan mengukur salah satu komponen berikut;
- Imunoelektroforesis adalah suatu metode untuk menganalisis campuran
antigen (protein) dan antibodinya. Protein digerakkan pada bidang listrik
(elektroforesis) untuk dipisahkan dan kemudian dibiarkan berdifusi dalam
jeli agar tempat setiap protein membentuk garis presipitin dengan
-

antibodinya.
Radioimunoassai (RIA) didasarkan pada pengikatan kompetitif secara
radioaktif antara antigen berlabel dan antigen tanpa label untuk sejumlah
kecil antibodi. Metode ini memungkinkan dilakukannya analisi terhadap
antigen, antibodi, atau kompleks dalam jumlah yang sangat kecil melalui
pengukuran radioaktivasinya bukan melalui cara kimia.

11

D. Sel-Sel yang Terlibat dalam Respon Sistem Imun


1. Sel B
Fungsi sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespons
antigen tertentu. Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma non-ploriferasi yang
menyintesis dan mensekresi antibodi (Sloane, 2004 : 259). Setiap reseptor sel B
(B cell receptor) untuk suatu antigen adalah suatu molekul berbentuk Y yang
terdiri dari empat rantai polipeptida: dua rantai berat (heavy chain) yang identik
dan dua rantai ringan (light chain) yang identik, dengan jembatan disulfide yang
menautkan rantai-rantai itu. Rantai ringan dan berat masing-masing memiliki
wilayah konstan (constant region, C), tempan sekuens asam amino sedikit
bervariasi diantara reseptor-reseptor yang terdapat pada sel-sel B yang berbeda
(Campbell, 2008 : 98).

12

Sekresi antibodi oleh sel B terseleksi secara klonal merupakan cirri utama
respons humoral. Aktivasi dari respons ini biasanya melibatkan sel B dan sel T
penolong, serta protein pada permukaan bakteri. Seperti yang ditunjukkan pada
gambar, aktivasi sel B oleh antigen dibantu oleh sitokin yang disekresikan dari
sel T penolong yang telah menjumpai antigen yang sama. Dirangsang oleh
antigen sekaligus sitokin, sel B berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi klona
sel plasma penyekresi antibodi dan klona sel B ingatan (Campbell, 2008 : 105).
Jalur untuk pemprosesan antigen pada sel B berbeda dengan jalur pada
sel-sel penyaji antigen yang lain. Aktivasi sel B menyebabkan respons humoral
yang kuat: sebuah sel B yang teraktivasi memunculkan klona dari ribuan sel
plasma, masing-masing menyekresi kira-kira 2.000 molekul-molekul antibodi
setiap detik selama rentang hidup sel 4 hingga 5 hari. Lebih lanjut, sebagian
besar antigen yang dikenali oleh sel B mengandung epitop-epitop ganda.
Dengan demikian pemaparan terhadap suatu antigen tunggal normalnya
mengaktivasi berbagai sel B, dengan klona-klona sel plasma berbeda yang
melawan langsung epitop-epitop berbeda pada antigen yang sama (Campbell,
2008 : 105-106).
a. Respon imun primer, berlangsung dengan lambat karena pada awalnya,
hanya ada sedikit sel yang memiliki molekul antibodi permukaan atau
resptor sel T untuk merespons antigen;
b. Respons sekunder, pada pajanan terhadap antigen yang berikutnya
berlangsung lebih cepat dan lebih kuat karena tiruan tambahan dari sel B
memori berkembang dan sel T dapat meresponsnya (Sloane, 2004 : 261).

13

2. Sel T
Fungsi sel T juga menunjukkan spesifitas antigen dan akan berpoliferasi
jika ada antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi.
a. Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T,
yaitu protein permukaan sel yang terikat membran dan analog dengan
antibodi;
b. Sel T memproduksi zat aktif secara imunologis yang disebut limkofin.
Sebtipe limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit mengatur respon
imun (Sloane, 2004 : 259).
Setiap reseptor sel T (T cell receptor) untuk suatu antigen terdiri dari dua
rantai polipeptida yang berbeda, rantai ( chain) dan rantai ( chain), terikat
oleh sebuah jembatan disulfida (Campbell, 2008 : 98).
Sel sel T, seperti sel B berasal dari sel batang precursor dalam sumsum
tulang. Pada periode akhir perkembangan janin atau segera setelah lahir, sel
precursor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya berproliferasi,
berdiferensiasi, dan mendapatkan kemampuan untuk mengenal diri. Setiap
individu memiliki suatu susunan khas tanda protein permukaan sel (antigen)
yang dikodekan oleh gen yang disebut sebagai kompleks histokompatibilitas
mayor (major histocompatibility complex (MHC)). Protein yang dikodekan
oleh MHC kelas I dan kelas II penting dalam aktivasi sel T.
-

Antigen dikodekan MHC kelas I diproduksi pada permukaan semua sel


bernukleus dalam tubuh;

14

Antigen dikodekan MHC kelas II hanya ditemukan pada permukaan sel B


dan makrofag.

Selama masa kehidupan awal, antigen yang dikodekan MHC sudah tertanam
dalam sel T pada kelenjar timus. Dengan demikian, sel T akan mengenali setiap
MHC pengkode antigen lain sebagai benda asing. Ini merupakan dasar untuk
rejeksi imun terhadap organ yang dicangkok atau ditransplantasi. Setelah
mengalami diferensiasi dan maturasi. Sel T berimigrasi menuju organ limfoid
seperti limpa atau nodus limfe. Sel ini dikhususkan untuk melawan sel yang
mengandung organism intraseluler (Sloane, 2004 : 261).
Sel T penolong, diaktivasi melalui perjumpaan dengan sel-sel penyaji
antigen, sel-sel T penolong memainkan peran sentral dalam meningkatkan
respons humoral dan respons diperantarai sel. Sel T penolong berproliferasi
setelah berinteraksi dengan fragmen-fragmen antigen yang ditampilkan oleh
sel-sel penyaji antigen (biasanya sel-sel dendritik). Klona sel yang dihasilkan
berdiferensiasi menjadi sel-sel T penolong yang teraktivasi dan sel-sel T
penolong ingatan. Sel-sel T penolong teraktivasi menyekresikan sitokin yang
merangsang aktivasi sel-sel B dan sel-sel T sitotoksik di dekatnya. (Campbell,
2008 : 103-104).
Sel T penolong dan sel penyaji antigen yang menampilkan epitop
spesifiknya memiliki interaksi yang kompleks. Reseptor sel T pada permukaan
sel T penolong berikatan ke fragmen antigen yang dipegang oleh molekul MHC
kelas II pada sel penyaji antigen. Pada saat yang sama, suatu protein yang
15

disebut CD4, ditemukan pada permukaan sebagian besar sel T penolong,


berikatan ke molekul MHC kelas II tersebut. CD4 membantu menjaga agar sel
T penolong dan sel penyaji antigen tetap bergabung. Saat kedua sel berinteraksi,
sinyal-sinyal dalam bentuk sitokin dipertukarkan di kedua arah (Campbell,
2008 : 104).

Setelah aktivasi oleh makrofag pembawa antigen, sel T pembantu


memiliki beberapa fungsi yaitu;
-

Sel ini diperlukan untuk sintesis antibodi normal;


Saat pengenalan antigen asing, sel T dan sel T pembantu melepas

interleukin-2 yang menginduksi proliferasi sel T sitotoksik;


Beberapa sel T pembantu akan menolong sel T lain untuk merespons
antigen (Sloane, 2004 : 261-262).
Sel-sel T sitoksik adalah sel-sel efektor dalam respons kekebalan

diperantarai sel. Agar menjadi aktif, mereka membutuhkan molekul persinyalan

16

dari sel T penolong serta interaksi dengan sel penyaji antigen. Begitu
teraktivasi, sel T sitotoksik dapat menghilangkan sel sel tubh yang terkena
kanker dan sel tubuh yang terinveksi oleh virus atau patogen intraseluler
lainnya. Fragmen protein nondiri yang disintesis dalam sel target semacam itu
diasosiasikan dengan molekul MHC kelas I dan ditampilkan di permukaan sel,
tempat mereka dapat dikenali oleh sel T sitotoksik (Campbell, 2008 : 104). Sel
T sitotoksik (sel T pembunuh) mengenali dan menghancurkan sel yang
memperlihatkan antigen asing pada permukaannya (Sloane, 2004 : 261).
3. Makrofag
Secara fagositik menelan zat asing dan melalui kerja enzimatik
menguraikan materi yang tertelan untuk diekskresi dan untuk pemakaian ulang.
a. Makrofag memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi atau
mencerna sebagian antigen untuk menghasilkan fragmen yang mengandung
determinan antigenik;
b. Makrofag akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan selnya
sehingga terpapar untuk limfosit T tertentu. Ini merupakan langkah penting
dalam aktivasi sel T (Sloane, 2004 : 259).

E. Jenis Imunitas
1. Imunitas aktif, didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme atau
toksin sehingga tubuh memproduksi antibodinya sendiri.
a. Imunitas aktif dapatan secara alami, terjadi jika seseorang terpapar suatu
penyakit dan sistem imun memproduksi antibodi serta limfosit khusus.
17

Imunitas dapat bersifat seumur hidup (campak, cacar) atau sementara


(pneumonia pneumokokal, gonore);
b. Imunitas aktif dapatan secara buatan (terinduksi) merupakan hasil vaksinasi.
Vaksin dibuat dari patigen yang mati atau dilemahkan atau toksin yang telah
diubah. Vaksin ini dapat merangsang respons imun, tetapi tidakmenyebabkan
penyakit (Sloane, 2004 : 257).
2. Imunitas pasif, terjadi jika antibodi dipindah dari satu individu ke individu lain.
a. Imunitas pasif alami, terjadi pada janin saat antibodi lgG inu masuk
menembus plasenta. Antibodi lgG member perlindungan sementara
(mingguan sampai bulanan) pada sistem imun yang imatur;
b. Imunitas pasif buatan adalah imunitas yang diberikan melalui injeksi
antibodi yang diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah
terpapar suatu antigen (Sloane, 2004 : 259).

F. Gangguan dalam Fungsi Sistem Imun


Dalam bukunya Campbell 2008 : 109-111 menyatakan, walaupun kekebalan
yang diperoleh menawarkan perlindungan terhadap berbagai macam patogen, bukan
berarti tipe kekebalan tersebut selalu berhasil. Hubungan timbale balik yang sangat
teregulasi di antara limfosit-limfosit, sel-sel tubuh, dan zat-zat asing membangkitkan
respon kekebalan yang member perlindungan luar biasa terhadap banyak patogen.
Ketika kelainan alergi, autoimun, atau imunodefisiensi mengganggu keseimbangan yang
rapuh ini, efek-efek yang timbul seringkali parah dan mengancam jiwa.

18

1. Alergi
Alergi adalah respon-respon yang berlebihan (hipersensitif) terhadap antigenantigen tertentu yang disebut alergen (allergen). Allergen yang paling umum melibatkan
antibodi dari kelas IgE. Hay fever, misalnya, terjadi ketika sel-sel plasma menyekresi
antibodi IgE yang spesifik terhadap antigen dipermukaan serbuk polen. Beberapa dari
antibodi ini melekat dengan menggunakan bagian dasarnya ke sel tiang dalam jaringan
ikat. Belakangan, ketika serbuk polen kembali memasuki tubuh, serbuk polen tersebut
melekat ke situs pengikat antigen IgE di permukaan sel tiang. Interaksi dengan serbuk
polen yang besar akan menaut-silangkan molekul-moleku IgE yang bersebelahan,
sehingga menginduksi sel tiang untuk melepaskan histamine dan agen-agen peradangan
yang lain dari granula (vesikel), suatu proses yang disebut degranulasi (degranulation).
Peubahan-perubahan vaskular semacam itu muncul memunculkan gejala-gejala
alergi yang khas: bersin-bersin, mata berair, dan kontraksi otot polos yang dapat
menyebabkan kesulitan bernapas. Obat-obatan yang disebut antihistamin mengurangi
gejala-gejala alergi (dan inflamasi) dengan memblokir reseptor untuk histamine.

19

Respon alergi yang akut terkadang menyebabkan syok anafilatik (anaphylactic


shock), reaksi seluruh tubuh yang mengancam jiwa dan dapat terjadi dalam beberapa
detik setelah paparan terhadap suatu alergen.
2. Penyakit Autoimun
Pada beberapa orang, sistem kekebalan menyerang molekul-molekul tertentu
dalam tubuh, menyebabkan penyakit autoimun (autoimmune disease). Hilangnya
toleransi diri ini dapat hadir dalam berbagai bentuk. Dalam eritematosus lupus sistemik
(systemic lupus erythematosus), sering disebut lupus, sistem kekebalan menghasilkan
antibodi yang menyerang histon dan DNA yang dilepaskan melalui pemecahan normal
sel-sel tubuh. Anibodi-antibodi yang reaktif terhadap diri sendiri ini menyebabkan ruamruam kulit, demam, arthritis, dan gangguan ginjal.
Penyakit autoimun yang diperantarai antibodi lainnya, arthritis rematoid
(rheumatoid arthritis), menyebabkan kerusakan dan inflamasi yang menyakitkan di
kartilago dan tulang-tulang persendian. Pada diabetes melitus Tipe 1, sel-sel beta
penghasil insulis di pankreas merupakan target dari sel T sitoksik autoimun. Pada
penyakit ini, sel-sel T menembus sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan
penghancuran selubung myelin yang mengelilingi bagian-bagian dari banyak neuron.
Jenis kelamin, genetika, dan lingkungan semuanya mempengaruhi kerentanan
seseorang terhadap gangguan autoimun. Misalnya, anggota keluarga tertentu
menunjukkan kerentanan yang lebih tinggi terhadap gangguan autoimun tertentu. Selain

20

itu, banyak penyakit autoimun yang lebih sering mempengaruhi perempuan dari pada
laki-laki.
3. Penyakit Imunodefisiensi
Gangguan kelainan atau ketiadaan kemampuan sistem kekebalan untuk
melindungi tubuh terhadap patogen disebut imunodefisiensi (imonodeficiency).
Imunodefisiensi bawaan (inborn imonodeficiency) meupakan akibat dari cacat genetis
atau perkembangan di dalam sistem kekebalan. Imunodefisiensi yang diperoleh
berkembang belakangan setelah paparan terhadap agen kimiawi atau biologis. Apapun
penyebab dan asal-usulnya, imunodefisiensi dapat menyebabkan infeksi yang sering
terjadi dan berulang-ulang serta peningkatan kerentanan terhadap kanker tertentu.
Paparan terhadap agen-agen tertentu bias menyebabkan imunodefisiensi yang
berkembang belakangan dalam kehidupan. Obat-obatan yang digunakan untuk
memerangi penyakit autoimun atau mencegah penolakan cangkokan menekan sistem
kekebalan, sehingga menyebabkan kondisi imunodefisiensi. Sistem kekebalan juga
ditekan oleh kanker tertentu, terutama penyakit Hodgkin, yang merusak sistem limfatik.
Imunodefisiensi yang diperoleh berkisar dari kondisi sementara yang bias timbul dari
stress fisiologis hingga acquired immunodeficiency syndrome, atau AIDS, yang tragis
yang disebabkan oleh virus.

21

EVALUASI

1. Sel-sel memori pada sistem imun. . .


a. Menetap dalam sirkulasi dalam kurun waktu singkat sebelum dihancurkan
b. Bertanggung jawab atas respons yang lebih cepat dan lebih besar selama
pajanan kedua terhadap antigen
c. Tidak spesifik dan merespons terhadap setiap determinan antigenik
d. Hanya berfungsi pada respons yang diperantai sel
2. Pertanyaan berikut manakah yang benar mengenai antibodi?
a. Antibodi dapat berupa protein berupa protein, polisakarida, atau molekul lipid
besar yang bersirkulasi
b. Setiap antibodi terbentuk dari dua rantai polipeptida yang disatukan oleh ikatan
disulfida
c. Regia konstan antibodi adalah bagian terpenting dalam spesifitas antigen
d. Regia variable antibodi membentuk sisi pengikat-antigen
3. Sel B dan sel T sama dalam hal berikut, kecuali. . .
a. Sel B dan sel T mensekresi antibodi
b. Sel B dan sel T berasal dari sel batang dalam sumsum tulang
c. Sel B dan sel T adalah sel limfosit
d. Keduanya merupakan bagian dari integral sistem imun
4. Epitop berasosiasi dengan bagian antibodi yang mana?
a. Situs pengikat antibodi
b. Hanya wilayah konstan rantai berat
c. Wilayah variable dari kombinasi rantai berat dan rantai ringan
d. Hanya wilayah konstan rantai ingat
5. Molekul IgG adalah. . .
a. Dapat diwariskan dari ibu ke janin melalui plasenta untuk memberikan imunitas
pada bayi baru lahir
b. Merupakan antibodi yang bersirkulasi paling sedikit
c. Menginduksi pembentukan sel darah putih
d. Ditemukan pada sekresi seperti saliva dan air mata
6. Kemampuan sistem imun untuk membedakan antara bagian diri dan bukan
bagian diri adalah. . .
a. Bukan merupakan subjek kegagalan di sepanjang hidup seseorang
b. Didapat saat pubertas akibat perubahan hormonal
22

c. Sebagian besar disebabkan karena adanya antigen MHC pada sel T


d. Meningkat seiring pertambahan usia seseorang
Soal 7-10. Pasangkan di bawah ini dengan istilah yang tepat.
a. Syok anafilaksis
b. Autoimunitas
c. Reaksi hipersensitivitas penghambat
d. Imunitas pasif
7. Gamma globulin yang diperoleh dari orang yang terjangkit suatu penyakit seperti
gondong akan dipindahkan pada orang yang belum pernah mengalami penyakit
tersebut.
8. Reaksi alergi akut yang mengancam kehidupan diperantarai oleh antibodi IgE.
9. Suatu respons imun terhadap jaringan atau komponen tubuh orang itu sendiri yang
memiliki konsekuensi terhadap terjadinya penyakit.
10. Reaksi terhadap antigen, yang diperantarai oleh sel T dan makrofag, bukan oleh
antibodi yang dicontohkan rejeksi terhadap tandur jaringan.

23

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kimball, J.W. 2005. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sloane, E. 2004. Anatomi Fisiologi Manusia untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

24

LAMPIRAN: Kunci Jawaban Evaluasi

1. B
2. D
3. A
4. C
5. A
6. C
7. D
8. A
9. B
10. C

25

LAMPIRAN: Power Point


Slide 1

Slide 2

26

Slide 3

Slide 4

27

Slide 5

Slide 6

28

Slide 7

Slide 8

29

Slide 9

Slide 10

30

Slide 11

Slide 12

31

Slide 13

Slide 14

32

Slide 15

Slide 16

33

Slide 17

Slide 18

34

Slide 19

Slide 20

35

Slide 21

Slide 22

36

Você também pode gostar