Você está na página 1de 26

1.

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN


Sistem pencernaan meliputi mulut, kerongkongan, esophagus, lambung, dan usus.
Makanan yang masuk kedalam tubuh kita melalui beberapa tahap, yaitu ingesti dimana intake
makanan masuk ke dalam tubuh kita melalui proses memasukan makanan ke dalam mulut,
pengunyahan dan menelan , digesti dimana terjadi perubahan fisik dan kimia zat makanan
untuk dapat di absorbsi. Absorbsi dimana partikel zat makanan dari saluran cerna ke dalam
aliran darah dan pembuluh limfe. Setelah tahap digesti dan absobsi dilalui,molekul-molekul
kecil siap di gunakan oleh tubuh kita. Beberapa dari molekul molekul kecil tersebut di
gunakan untuk alergi, yang lainnya seperti asam amino di gunakan untuk membangun,
memperbaiki dan memproduksi sel. Bahan-bahan yang tidak dapat di digesti dan di absorbsi
akan di eliminasi oleh tubuh.
Sistem pencernaan terbagi atas organ utama dan organ aksesoris atau tambahan.
Organ utama sistem pencernaan terdiri atas rongga mulut yang di dalamnya terdapat palatum,
pipi dan bibir, lidah gigi, kelenjar ludah, faring, esofagus (kerongkongan), lambung (gaster),
duodenum (usus halus), jejenunum, ileum, kolon yang terdiri atas kolon asenden (naik),
transversum (horizontal) dan desenden (menurun) dan rektum. Sedangkan organ aksesorisnya
terdiri atas kelenjar kelenjar ludah (glandula saliva), dimana terdapat kelenjar parotis,
kelenjar sublingualis dan kelenjar submandibularis. Organ aksesoris lain yaitu hati/hepar dan
pancreas.

Komponen-komponen dalam sistem pencernaan


1. Rongga mulut
2. Eshopagus
3. Lambung
4. Usus halus
5. Usus besar
6. Rectum dan anus
7. Pankreas
8. Hati (hepar)
Penjelasan. :
Rongga mulut
Rongga mulut adalah pintu masuk saluran pencernaan. Rongga mulut memiliki fungsi :
a. Memberi makan
b. Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
c. Untuk berbicara
d. Bilamana perlu.di gunakan juga untuk bernafas.
Dinding rongga mulut di sebelah dalam di lapisi oleh selaput lendir. Di bawah selaput
lendir ini terdapat jaringan ikat, misalnya pada bagian pipi, bibir, pallatum mole. Di bawah
selaput lendir ini pula terdapat banyak kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan lendir yang
penting artinya bagi pencernaan makanan.
Di dalam rongga mulut tersebut terdapat:

a. Pipi dan bibir


Mengandung otot-otot yang di perlukan dalam proses mengunyah dan bicara. Di bagian
luar,pipi, dan bibir di selimuti oleh kulit.
b. Lidah
Berfungsi untuk : membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi, mencampur
makanan dengan ludah, untuk menolah makanan dan minuman ke belakang, untuk berbicara,
untuk mengecap rasa manis asin dan pahit, untuk merasakan dingin dan panas.
c. Gigi
Secara anatomis gigi terdiri atas bagian-bagian gigi yaitu: akar gigi, merupakan bagian yang
tertanam di dalam rahang, mahkota gigi, merupakan bagian gigi yang tampak di luar rahang
dan leher gigi merupakan bagian gigi di antara puncak gigi dan akar gigi.
d. Kelenjar ludah
Terdapat tiga kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah, yaitu: kelenjar parotis,kelenjar
sublingualis, dan kelenjar submandibularis.
Saliva yang di telan akan di absorpsi kembali, seseorang yang kekurangan air di dalam tubuh
akan mengurangi sekresi air ludah sehingga rongga mulut mengering dan akan terasa haus.
Ada 2 jenis pencernaan di dalam rongga mulut :

Pencernaan mekanik yaitu pengunyahan dengan gigi, pergerakan otot-otot lidah, dan pipi
untuk mencampur makanan dengan sir ludah sehingga terbentuklah suatu bolus yang

bulat untuk di telan.


Pencernaan kimiawi yaitu pencernaan zat pati (amilum) oleh pthyalin (suatu amilase)
menjadi amltosa. Suatu bukti ialah bila kita mengunyah nasi (zat pati), lama kelamaan
akan sedikit terasa manis. Pthyalin bekerja di dalam rongga mulut (pH 6,3-6,8) dan masih
bekerja di dalam lambung untuk mencernakan zat pati kira-kira 15 menit sampai asam

lambung menurunkan pH sehingga pthyalin tidak bekerja lagi.


e. Esophagus
Esophagus adalah tabung yang menhubungkan rongga mulut dengan lambung, yang letaknya
di belakang trakea yang berukuran panjang 20-25 cm dan lebar 2 cm. Fungsi dari esophagus
adalah menghantarkan bahan yang di namakan dari faring ke lambung.
f. Lambung
Secara anatomis lambung memiliki bagian-bagian : fundus ventrikuli, korpus ventrikuli,
antium pylorus, kurvatura minor, osteum kardiakum.
Lambung memiliki fungsi sebagai berikut.

Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic

lambung dan getah lambung.


Menghasilkan getah cerna. Getah cerna ini di hasilkan oleh sel yang berbeda-beda pada
lambung.

Enzim pencernaan yang terdapat dalam getah lambung :


Pepsin yang bersumber dari chief cells lambung yang memecahkan protein menghasilkan
proteosa, pepton dengan pH optimal 1.5-2,5 dengan volume sekresi 2-4 liter/hari. Lipase
lambung, yang memecahkan lemak.
Organ yang terdapat dalam system pencernaan :
1.
Usus halus
Adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Setelah
meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi pencernaan walaupun usus besar dapat menyerap
sejumlah kecil garam dan air.
Usus halus terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Duodenum (usus duabelas jari)
Merupakan bagian terbesar usus halus yang berbentuk sepatu kuda. Pada duodenum
bermuara dua saluran yaitu saluran getah pancreas dan saluran empedu yang masuk pada
suatu lubang yang di sebut ampula hepatopankreatikal ampula vateri.
b. Jejenum
Menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus, terjadi pencernaan secara kimiawi, menghasilkan
enzim pencernaan.
c.

Ileum

Disebut juga usus penyerapan, menepati 3/5 akhir usus halus dan berperan sebagai
penyerapan sari-sari makanan.
2.
Usus besar
Usus besar/kolom terdiri daritiga bagian yaitu:
a.
Asendes
b. Transpersum
c.
Desendum
Bagian akhir Dari kolom desnden berbentuk huruf S, yaitu kolon sigmoid. Berbatasan
dengan usus halus terdapat sekum yang merupakan kantung buntu antara usus halus dan usus
besar di katup ileossekum. Di ujung sekum terdapat apendik yang berupa tonjolan kecil mirip
jari. Apendik merupakan jaringanlimpoid yang mengandung limposit. Di bagian ujung dari
kolon/usus besar adalah rectum yang berbentuk lurus di tempat anus.
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan bahanini sebelum defekasi.
Selulosa dan bahan bahan lain dalam makanan yang tidak di cerna membentuk sebagian

besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karna berperan
dalam membantu mempertahankan isi colon.
Usus besar menyerap garam dan air, mengubah isi lumen menjadi feses sebgian besar
penyerapan terjadi di usus besar atau colon. Colon dalam ke adaan normal menyerap
sebagian garam dan H2O, Na+adalah zat yang paling aktif di cerna, Cl mengikuti secara pasif
penurunan gradien listrik,H2O mengikuti secara osmosis. Melalui penyerapan garam H 2O
terbentuk masa feses yang padat. Produk produk sisa utama yang di sekresikan di feses
adalah bilirubin.
3.

Rectum dan anus


Rectum terletak di bawah colon sigmoid yg menghubungkan intestinum mayor (usus
besar) dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis di depan osakrum dan oskoksigis. Panjng
10 cm terbawah dari usus tebal.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan
dunia luar (udara luar). Anus terletak di dasar pelvis, dindingnya di perkuat oleh tiga spinter,

a.
b.
c.
4.

yaitu :
Spinter Ani Interus yang bekerja tidak menurut kehandak
Spinter Levator Ani yang bekerja tidak menurut ke hendak
Spinter Ani Eksternus yg bekerja menurut kehendak
Pangkreas
Pangkreas memiliki panjang 15 cm , campuran jaringan eksokrin dan endokrin.
Kelenjar memanjang yang terletak di blakang dan di bawah lambung,di atas lengkung
pertama diedenum. Eksokrin sel skretorik seperti anggur yang

membentuk kantung

kantung atau asinus, berhubungan yang akhirnya bermuara ke deodenum. Endokrin: pulau
pulau jaringan endokrin terisolasi pulau-pulau lagerhans ( insuli, glukagon dan samatotasin).
Pancreas Eksokrin, fungsi dari pangkreas eksokrin adalah untuk mengeluarkan getah
pangkreas yang terdiri dari dua komponen, yaitu sekresi enzematik dan sekresi Alkali encer
(NaHCO3). Fungsi eksokrin disekresikan oleh sel anus. Enzim yang ada pada pancreas
adalah:
a. Preteolitik : untuk encernaan protein
b. Amilase : untuk pencernaan karbohidrat
c. Lipase
: untuk pencernaan lemak
Sekresi pancreas di atur secara hormonal untuk mempertahankan Netralitas isi
Duedenum. Stimulasi utama untuk sekresi pangkreas terjadi selama pase usus pencernaan
ada saat kimus berada di dalam usus halus. Adanya stimulus memicu pengeluaran sekeretin
dan di angkut darah kepangkreas untuk merangsang selsel dektus meningkatkan cauran
NaHCO3 ke dalam doudenum. Mekanisme ini merupakan sistem kontrol untuk
mempertahankan netralitas simjs di usus.

5.

Hati ( hepar )
Hati merupakan sistem pencernaan terbesar dari sistem pencernaan yang ada dalam
tubuh manusia. Bewarna coklat, sangat vaskuler lunak, berat sekitar 1300-1550 gram. Di
dalam hati terdiri dari lobus-lobus yang banyak sekitar 50.000-100.000 buah. Lobulus yg
terbentuk sigienam, setiap lobulus terdiri dari jajaran sel hati (hematosis) seperti jari-jari roda
melingkari suatu vena sentralis diantara sel hati terdapat sinusinoid yang dindingnya terdapat
magrofag yang di sebut sel kuffer yang dapat memfagosit sel-sel daarah yang rusak dan
bakteri. Hematosit menyerap nutrien,oksigen dan zat racun dari daarah sinusoid. Didalam
hematosid terdapat racun yang akan didektosifikasi. Di antara hematisit terdapat saluran
empedu (kanalikuli empedu) untuk menyerap bahan pembentukan cairan empedu.
Kanalikuli-kanalikuliaan bergabung menjadi duktus hepatikus, yang becabang menjadi dua,
satu menuju kandung empedu yang di sebut duktus sitikus, yang kedua duktus keleodokus
akan bergabung dengan duktus wirsung dari pancreas menuju duodenum.Tiga istilah sering
dipakai yaitu : Epigastric ,Umbilikal, dan hypogastric atau supra pubik .

2. PEMERIKSAAN FISIK PADA KLIEN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN


Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum terhadap
setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis.
a. Ikterus
Ikterus atau jaundice merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan perawat di
klinik dimana konsentrasi biliribin dalam darah mengalami peningkatan abnormal
sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan berubah warna
menjadi kuning atau kuning kehijauan.
Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin serum
melampaui 2-2,5 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin serum dan gejala ikterus dapat

terjadi akibat gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi bilirubin, atau ekskresi bilier.
b. Kaheksia dan atrofi
Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat
menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat kurus dan
lemah). Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit yang
terlihat diabnomen dan anggota badan menunjukkan penurunan berat badan yang
belum lama terjadi.
c. Pigmentasi kulit
Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati,
hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga memproduksi
melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan pigmentasi tipe Addison
(pigmentasi solaris)pada puting susu, lipatan palmaris, daerah -daerah yang tertekan,
dan mulut
d. Status mental dan tingkat kesadaran
Sindrom ensefalopati hepatik akibat siroses lanjut yang tidak
terkonpensasi(gagal hati kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut) merupakan
kelainan neurologis organik . kondisi penyakit ini tergantung pada etiologi dan faktorfaktor presipitasinya.
Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan mengalami
penuruna kesadaran menjadi stupor, kemudian koma. Kombinasi kesussakn
hepatoseluler dan shunting forto sistemik akibat struktur hepatik yang terganggu
(keuanya ekstra hepatik dan intara hepatik) menimbulkan sindrom ini. Kelainan ini
mungkin berkaitan dengan kegagalan hepar untuk menyingkirkan metabolit dari darah
portal. Metabolit-metabolit yang toksik ini dapat meliputi amonia, asam amonia, asam
rantai pendek, dan amin.
Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut,
abdomen, rectum dan anus.
1. Bibir
Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi.
Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya
bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus
menghapus lipstik mereka sebelum pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan
karna anemia, sedangkan sianosis desebabkan oleh masalah pernapasan atau

kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi,
iritasi, atau kanker kulit.
2. Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang
mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral,perawat
menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat. Sarung tangan
harus dipakai selama pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan
berbaring. Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kembali
struktur rongga mulut.
Untuk melihat mukosa bukal,pasien meminta perawat untuk membuka mulut,
kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari bersarung
tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri
dan dari atas kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa
normal berkilau merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan
pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik untuk
menginspeksi adanya interik atau pucat.
3. Lidah dan dasar mulut
Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut.
Terlebih dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar.
Perawat mencatat adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal
tersebut dilakukan untuk menguji fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan
lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adan ya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan,
lidah berada digaris tengah.
Pada beberapa keeadaan, gangguan neuro logis didapatkan ketidaksimetrisan
lidah akibat kelemahan otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis
dengan tanda khas triple forroed . untuk menguji mobilitas lidah, perawat meminta
pasien untuk menaikan lidah keatas dan kesemping. Lidah harus bergerak dengan
bebas.
Dengan menggunakan senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa warna,
ukuran posisi, tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna
merah sedang atau merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian permukaan
atasnya, dan halus sepanjang tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar
mulut sangat bersifat faskular. Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat
minginspeksi area-area yang umumnya terkena lesi kanker oral.

Pada pengkajian dasar mulut dengan kondisi klinik dengan trauma mandibula
akan terlihat pada dasar mulut garis patah dari tulang mandibula
Kelenjar parotis
Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi pada daerah
parotis untuk mencari adanya pembesaran parotis. Pasien disuruh mengatupkan
giginya sehingga otot masseter dapt teraba; kelenjar parotis paling baik diraba
dibelakang otot messeter dan didepan telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta
alkohol daripada penyakit hepar itu sendiri. Hal ini disebabkan infiltrasi lemak,
mungkin akibat sekunder dari toksisitas alkohol dengan atau tanpa malnutrisi.
4. Pemeriksaan fisik Abdomen
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan
tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan
manipulasi terhadap abdomen.bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu , maka
dapat mengubah frekuensi dan karakter bising usus.

Topografi Anatomi Abdomen


Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk
menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:

Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui

umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan
kiri bawah.

Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.

Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan
yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).

Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line
abdomen.
Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan,
umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/suprapubik, dan iliaka kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat
terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat
teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran
kiri bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah.
Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba.
Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.
Gambar 1 : abdomen 4 kuadran
Gambar 2 : abdomen 9 kuadran
INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan
seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
a.

Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun

pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas
garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan
lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh da rah vena
(obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
b. Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
c. Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali,
splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis).Gerakan dinding abdomen pada peritonitis
terbatas.
d.

Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau
tumor apa.

e. Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
f.

Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan


gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.

g. Perhatikan juga gerakan pasien:


Pasien sering merubah posisi adanya obstruksi usus.
Pasien sering menghindari gerakan adanya iritasi peritoneum generalisata.
Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi

adanya peritonitis.
Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri
adanya pankreatitis parah.
AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising
pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
a. Mendengarkan suara peristaltik usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan keseluruh
bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara
dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa sakit (borborigmi).
Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltik lebih
tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).
Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan
sampai hilang.
Suara usus terdengar tidak ada
Hipoaktif/sangat lambat ( misalnya sekali dalam 1 menit )
b. Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya
pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal,
terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.

PALPASI
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
a.

Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.

b.

Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan
untuk menentukan batas tepi organ, digunakan

ujung jari. Diusahakan agar tidak

melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding
abdomen.
c.

Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.

d.

Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk
menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati dengan menekan

daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus
relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama
siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.
e. Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri
berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian
depan dinding abdomen.
f.

Pemeriksaan ballottement : cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.


Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan
cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga
organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat
memantul.Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan
penekanan pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan
lainnya.

g.

Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya,


konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan
warna kulit di atasnya. Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada
kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan
antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga
hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di bawah
lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus. Sebaiknya
digambar.

PERKUSI
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara
keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa
padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung
dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen
yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah h ati
(redup; organ yang padat).
a. Orientasi abdomen secara umum.
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk
mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi usus,
pekak hati akan menghilang.
b. Cairan bebas dalam rongga abdomen

Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara
perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness
dominant. Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien
dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah.
Cara pemeriksaan asites:
1. Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada
Satu sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan diteruskan
ke sisi yang lain. Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri
pada satu sisi abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada
dinding abdomen sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan adanya tekanan
gelombang.
2. Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).
Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur
terlentang, lakukan perkusi dan tandai peralihan suara t impani ke redup pada kedua
sisi. Lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat
peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya peralihan suara redup.

PEMERIKSAAN REKTAL ANUS


INSPEKSI
Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan, pasien disuruh berbaring pada
sisi kirinya dengan lutut ditekuk. Posisi ini yang disebut dengan posisi lateral kiri.
Perawat yang mengenakan sarung tangan dan mulai melakukan inspeksi pada anus
dan daerah perianal dengan menyisihkan kedua belah pantatnya. Perawat perlu menilai
adanya konsistensi abnormalitas pada anus, meliputi hal-hal berikut ini:
1.

Fisura-in-ano, Fisura ini merupakan retakan dari dinding anus yang cukup nyeri
sehingga menghambat pemeriksaan rectal dengan jari. Fisura-in-ano biasanya terjadi
secara berlangsung pada bagian posterior dan garis tengah. Mungkin perlu menyuruh
pasien mengedan agar fisura dapat terlihat

2.

Hemoroid, merupakan suatu kondisi pemekaran pembuluh darah vena akibat


bendungan vena usus.

3.

Prolaps rekti, merupakan lipatan sirkum firesial dari mukosa yang berwarna merah
terlihat menonjol dari anus.

4.

Fistel-in-ano, lubang dari fistel mungkin dapat terlihat, biasanya dalam 4 cm dari anus.
Mulut lubang fistel tampak berwarna merah yang disebabkan jaringan granulasi. Fistel
ini mempunyai hubungan dengan penyakit Crohn.

5.

Karsinoma anus, dapat terlihat sebagai massa yang terbentuk kembang kol pada
pinggir anus.

PALPASI
Colok anus (Colok dubur). Perawat yang menggunakan ujung jari telunjuk yang
terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakkan pada an us. Pasien diminta
bernapas melalui mulut dengan tenaga dan rileks. Dengan perlahan-lahan
meningkatkan tekanan pada jari telunjuk kea rah bawah sampai sfingter terasa agak
lemas. pada saat ini dimasukkan perlahan -lahan kedalam rectum.
Palpasi dinding anterior dari rectum dilakukan untuk menilai kelenjar prostat
pada pria dan serviks wanita. Prostat yang normal merupakan massa kenyal berlobus
dua dengan lekukan sentral. Prostat menjadi semakin keras sesuai umur ang
bertambahdan akan menjadi sangat keras bila terdapat karsinoma prostat. Massa di
atas prostat atau serviks dapat menunjukkan adanya metastatic.
Jari kemudian diputar sesuai arah jarum jam sehingga dinding lateral kanan,
dinding posterior, dan dinding laterl kiri dari rectum dapat dipalpasi secara berurutan.
Kemudian jari dimasukkan sedalam mungkin ke dalam rectum dan perlahan ditarik
keluar menyusuri dinding rectum. Lesi yag lunak, seperti karsinoma rekti yang kecil atau
polip, lebih mungkin teraba dengan cara ini
Setelah jari ditarik keluar, sarung tangan diinspeksi apakah terdapat darah segar
atau melena, mucus atau pus, dan warna dari feses diamati. Hemoroid tidak teraba
kecuali mengalami thrombosis. Timbulnya nyeri yang nyata selama pemeriksaan
menunjukkan kemungkinan fisura anal, abses isiorektal, hemoroid eksternal yang baru
mengalami thrombosis, prokitis, atau ekskoriasi anal.
Penyebab-penyebab dan massa yang teraba di rectum:
1. Karsinoma rekti
2. Polip rekti

3. Karsinoma kolon sigmoid (prolaps ke dalam kavum Douglas)


4. Deposit metastatic pada pelvis
5. Keganasan uterus atau ovarium
6. Keganasan prostat atau serviks uteri (ekstensi langsung)
7. Endometriosis
6. Pengkajian organ aksesori
Pengkajian organ aksesori biasanya dilakukan bersamaan dengan peemriksaan
abdomen. Foks pemeriksaan adalah menilai adanya abnormalitas dari organ hati
dengan teknik palpasi-perkusi hati dan memeriksa kondisi abnormalitas, seperti pada
kondisi asites.
a. Palpasi dan perkusi hati
Hati terdapat dikuadran kanan atas dibawah rongga iga. Perawat menggunakan
palpasi dalam untuk mencari tepi bawh hati. Teknik ini mendeteksi pembesaran hati.
Untuk memalpasi hati, peraawat meletakkan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan
pasien pada iga kesebelas dan dua belas kemudian memberi tekanan ke atas. Manuver
ini mempermudah perabaan hati dibagian anterior. Dengan jari -jari tangan kanan
mengarah ke tepi kosta kanan, perawat meletakkan tangan diatas kuadran kanan atas
tepat dibawah tepi bawah hati. Pada saan perawat menekan kebawah dan keatas
secara berlahan pasien menarik nafas dalam melalui abdomen. Pada saat pasien
berinhalasi, perawat mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati menurun. Hati normal
tidak dapat dipalpasi. Selain itu, hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki teepi
yang tegas, teratur, dan tajam. Jika hati dapat di palpasi, perawat melacak tepiannya
secara medial dan lateral dengan mengulang manuver tersebut.
Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan permukaan
yang rata. Besar hati diperkirakan dengan melakukan perkusi batas atas dan bawah
hati. Apabila hati tidak teraba, tetapi terdapat kecurigaan adanya nyeri tekan, maka
perkusi toraks yang dilakukan dengan cepat didaerah kanan bawah dapat
mengakibatkan nyeri tekan tersebut. Respon pasien kemudian dibandigkan dengan
melakukan pemeriksaan yang serupa pada toraks kiri bawah.
Jika hati hati dapat diraba,pemeriksaan harus memperhatikan dan mencat ukuran
dalam jari (misalnya dua jari dari iga), serta konsistensinya apakah pada organ tersebut
terdapat nyeri tekan dan apakah garis bentuknya reguler ataukah ireguler. Apa bila hati
membesar, maka derajat pembesarannya hingga dibawah morga kosta kanan harus
dicatat untuk menunjukan ukuran hati. Pemeriksaan harus menentukan apakah tepi hati

tajam dan rata ataukah tumpul dan apakahh hati yang membesar tersebut teraba
noduler ataukah rata. Hati seorang pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras,
sementara hati pasien hepatis teraba cukup lunak dan tepian mudah digerakkan
dengan tangan.
Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja terjadi disertai
peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan dapat berarti bahwa pembesaran
tersebut tidak berlangsung lama. Hati pasien hepatis virus terasa nyeri jika ditekan,
sedangkan hati pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukan gejala nyeri tekan tersebut.
Pembesaran hati merupakan gejala abnormal yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK UNTUK SALURAN PENCERNAAN DEFINISI


PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN UNTUK SISTEM PENCERNAAN TERDIRI
DARI :

Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk

memperoleh jaringan dari dalam tubuh)


Rontgen
Ultrasonografi (USG)
Perunut radioaktif
Pemeriksaan_kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis,

menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem_pencernaan.


Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu;

ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa;
sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan

persiapan

khusus.

Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat


medis dan pemeriksaan fisik.Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat
samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem
pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya
*)Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau
mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur
ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
1. Intubasi_Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke
lambung.Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk
menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim
dan

karakteristik

lainnya.

Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya.
Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa
didapat.Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu
- Untuk menghentikan

perdarahan dimasukkan air dingin

- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif


- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.
Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi
lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap
gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Intubasi_Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang,
karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bias digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan
untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara
mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).Lambung dan usus halus tidak dapat
merasakan nyeri, sehingga kedua prosedurn diatas tidak menimbulkan nyeri.
*) Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat
optic yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan(esofagoskopi)
- lambung(gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus

besar (kolonoskopi).

Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari
sekitar 30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya
sebagai sumber cahaya dan system penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat
contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang
mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya
diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan

perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil


- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan
menghentikan perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih
dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan
dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan
obat pencah ardan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopirelatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya
endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
*)Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar.
Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
Dengan laparoskopi dokter dapat:
-mencari tumor atau kelainanlainnya
-mengamati organ-organ di dalam rongga perut
-memperoleh contoh jaringan
-melakukan pembedahan perbaikan.
*)Rontgen
Fotopolosperut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan
persiapankhususdaripenderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

1. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto
rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari
kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal
menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan
keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan
barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter
dapatmenilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar
bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip,
tumor atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke
dalam tinja,sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit
yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
*)Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil
cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya
mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu,
seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis
digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
membuangcairanyangberlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk
memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan. Selanjutnya
daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius
lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan

tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil
untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi
pembengkakan pada perut.
*)USG_Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ
dalam.USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan
pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk
menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor
dan penyebab perdarahan dilambung usus halus atau usus besar.
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke
berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa
dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
*)Pemeriksaan_Darah_Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan
maupun kanker yang serius.Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam
tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).
Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan
tinja, bisa diketahui secara kimia dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya
ulkus,kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja .

SOAL !
1. Gambarkan dan jelaskan anatomi fisiologi sistem pencernaan beserta organ aksesorisnya
2. Jelaskan pemeriksaan fisik secara rinci pada klien dengan gangguan sistem pencernaan
3. Jelaskan pemeriksaan diagnostik pada klien dengan gangguan pada sistem pencernaan

DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2.Jakarta : EGC


Syaifuddin.2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta :
Salemba Medika
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta.
Budiarto, Eko. 2007. Biostatistik untuk kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC:
Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2006. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2008. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

TUGAS
SISTEM PENCERNAAN

Di Susun Oleh :
NAMA : DICKI ELFA WAHYUDI
NPM

:142601003I

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2016

Você também pode gostar