Você está na página 1de 2

Al-mahabbah

(kecintaan)
Dikirim oleh Kontributor || Kamis, 14 September 2006 - Pukul: 06:56 WIB
Dari Abu hamzah Anas bin Malik radhiyallahu 'anhum (pelayan Rasululloh
Shalallaahu alaihi wasalam) dari Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi
wasalam bersabda, yang artinya: Tidak beriman seorang di antara kalian hingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri (HR: Al-Bukhari dan
Muslim)
Biografi
Perawi
Ketika Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam tiba di madinah Ummu Anas bersama
anaknya pergi menhadap Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam dan berkata kepada
beliau: Ya Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam ambilah anak ini, ia akan
melayanimu. Maka sebelumnya dan saat itu beliau berusia 10 tahun dan terusmenerus menjadi pelayan sampai Nabi Muhammad wafat dan dia rela dengan beliau.
Dulu ketika sholat maka sangat lama berdiri sehingga kakinya meneteskan darah.
Ketika dia menkhatamkan al-Quran dia kumpulkan anak dan keluarganya dan
berdoa untuk mereka. Beliau berperang bersama Rasululloh Shalallaahu alaihi
wasalam 8 kali peperangan dan tinggal di Madinah. Beliau juga menyaksikan
kemenangan. Kemudian beliau menetap di Bashrah dan wafat di sana. Beliau adalah
termasuk shahabat yang di Bashrah yang meninggal belakangan dan diriwayatkan
darinya
sebanyak
2286
hadits.
Pendahuluan
Hadits ini adalah salah satu kaidah dari kaidah agama Islam dan yang dimaksud
darinya adalah persamaan yang dengannya bisa terwujud kecintaan dan persahabatan
yang langgeng di antara manusia dan teraturlah keadaan mereka.
Penjelasan
Sabda Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam, yang artinya: Tidak beriman seorang
di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya
sendiri. Pertama: itu dimungkinkan atas keumuman persaudaraan baik mencakup
kafir ataupun muslim maka ia mencintai saudaranya yang kafir sebagaimana
mencintai dirinya sendiri agar ia masuk ke dalam Islam sebagaimana ia mencintai
kepada saudaranya yang muslim agar ia tetap dalam Islam. Oleh karena itu
mendoakan hidayah bagi orang kafir adalah sunnah. Dan hadits menunjukkan atas
peniadaan iman yang sempurna bagi orang yang tidak mencintai saudaranya
sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Dan yang dimaksud dengan kecintaan adalah
maksud untuk berbuat kebaikan dan kemanfaatan kemudian yang dimaksudkan
adalah kecintaan yang bersifat keagamaan bukan yang bersifat kemanusiaan. Karena
tabiat manusia kadang membenci terwujudnya kebaikan dan membedakannya
atasnya. Maka manusia wajib menyelisihi tabiat manusia dan mendoakan saudaranya
ingin untuknya apa-apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri. Dan seseorang jika tidak
mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya maka ia telah hasad. Dan hasad,
sebagaimana dikatakan oleh Al-Ghazali terbagi menjadi tiga bagian:

Ia menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain dan terjadi pada dirinya.
Ia menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain dan jika tidak terjadi
padanya , sebagaimana jika ia memiliki yang semisal tidak mencintainya dan
ini lebih jelek dari pada yang pertama.
Ia tidak menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain akan tetapi ia benci
jika bagian dan kedudukan orang lain itu naik. Dan dia rela jika terjadi
persamaan dan tidak rela jika ada tambahan dan ini juga haram. Karena
sesungguhnya ia tidak rela dengan pembagian Allah Ta'ala. Sebagaimana
yang di Firmankan Alloh Ta'ala, yang artinya: Apakah mereka yang
membagi rahmat Rabb kalian ?! Kamilah yang membagi (QS: Az-Zuhruf:
32)
Barang siapa yang tidak rela dengan pembagian, maka ia telah menetang
Alloh Ta'ala dalam pembagian-Nya dan hikmah-Nya. Wajib bagi manusia
untuk mengobati dirinya dan menuntunnya kepada kerelaan dengan ketetapan
dan menyelisihinya karena permusuhannya dengan yang diselihi oleh jiwa.

Pemikiran
hadits
Tidaklah sempurna iman seseorang sehingga ia menginginkan untuk saudaranya sama
dengan
yang
dia
inginkan.
Pemahaman
hadits
Mencintai kebaikan untuk saudara Muslim sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri
dan membenci kejelekan menimpa saudara Muslim sebagaimana ia membenci kalau
itu
menimpanya.
Tidaklah sempurna iman seseorang sehingga ia menginginkan untuk saudaranya sama
dengan
yang
dia
inginkan.
Ditulis Oleh Al-Akhi Suparlin Abdurrohman

Você também pode gostar