Você está na página 1de 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Salah satu kelemahan mendasar dalam system manajemen pegawai
negeri sipil di Indonesia terletak pada konsep berpikir yang masih
menerapkan system administrasi kepegawaian daripada menerapkan pola
pengelolaan kepegawaian berdasarkan manajemen suber daya manusia.
Kelemahan yang dihadapi oleh Indonesia dan Negara-negara
berkembang

lainnya

dalam

menerapkan

administrasi

kepegawaian

terletak pada penerapan orientasi kepegawaian yang masih menganut


paham yang diwarisi sejak zaman penjajahan.Orientasi kepegawaian yang
dilakukan pasca zaman penjajahan lebih difokuskan kepada bagaimana
keberadaan pegawai mampu memberikan kontribusi bagi kepentingan
Negara, memelihara keamanan dan ketertiban Negara yang mirip dengan
system kepegawaian feudal yang dilakukan oleh Negara-negara penjajah.
Contoh nyata yang terjadi di Negara kita Indonesia pada masa orde
baru dimana system kepegawaian di Indonesia bersifat sentralistis dan
otoritarian.
Di sisi

lain

manajemen

sumber

daya

manusia

yang

efektif

merupakan system yang ideal dalam menciptakan pegawai negeri sipil


yang professional, memiliki kinerja dan etos kerja yang tinggi. Sumber
daya manusia adalah salah satu factor penting dalam mencapai suatu
tujuan suatu Negara karena sumber daya manusia merupakan pusat dari
kerangka berpikir suatu organisasi.
Mulai dari penyusunan, visi, misi, dan tujuan organisasi disusun,
dilaksanakan dan ditujukan bagi manusia.Oleh karena itu penting bagi kita
untuk memahami bagaimana administrasi kepegawaian dan pengelolaan
kepegawaian berdasarkan manajemen sumber daya manusia perlu
dilakukan sebaik-baiknya sebagai upaya untuk meningkatkan efesiensi,
efektivitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas untuk
menjamin terselenggaranya tugas pemerintah dan pembangunan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Manajemen PPPK


Manajemen
menerapkan

PPPK

system

merupakan

merit

untuk

pengelolaan

PPPK

menghasilkan

dengan

PPPK

yang

profesional, melaksanakan nilai dasar dan etika profesi,bebas dari


intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,kolusi, dan nepotisme.
Adapun

Rancangan

Peraturan

Pemerintah

Mengenai

Manjamemn PPPK. Namun, RPP nya sampai dengan saat ini belum
juga diketok palu. RPP ini sendiri disusun untuk melaksanakan
amanat ketentuan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). RPP ini juga merupakan RPP
yang

pertama

diharmonisasikan

dari

serangkaian

peraturan

pelaksana Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara.
Dari rancangannya manajamen PPK adalah sebagai berikut :
1. Jenis jabatan yang dapat diisi oleh Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) diatur dengan Peraturan Presiden.
Selanjutnya,

setiap

Instansi

Pemerintah

wajib

menyusun

kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis


jabatan dan analisis beban kerja.
2. Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK sebagaimana dimaksud
dilakukan untuk jangka waktu minimal 5 (lima) tahun yang
diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan,
dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri (Pasal 94).

3. Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang


sama untuk melamar menjadi calon PPPK setelah memenuhi
persyaratan.
4. Pengadaan calon PPPK sebagaimana dimaksud, dilakukan
melalui

tahapan

pelamaran,

perencanaan,

seleksi,

pengumuman

pengumuman

hasil

lowongan,

seleksi,

dan

pengangkatan menjadi PPPK. Adapun penerimaannya dilakukan


melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi,
kualifikasi, kebutuhan instansi pemerintah, dan persyaratan lain
yang dibutuhkan dalam jabatan.
5. Pengangkatan calon PPPK ditetapkan dengan keputusan
Pejabat Pembina Kepegawaian, dengan masa perjanjian kerja
paling singkat 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai
kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja (Pasal 98).
6. PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS.
Untuk diangkat menjadi calon PNS, PPPK harus mengikuti
semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi calon PNS, dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada
PPK berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan
resiko pekerjaan. Selain gaji, PPPK dapat menerima tunjangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK, dilakukan dengan
hormat karena:
a)
b)
c)
d)

jangka waktu perjanjian kerja berakhir


meninggal dunia;
atas permintaan sendiri;
perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang

mengakibatkan pengurangan PPPK; atau


e) tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajiban sesuai perjanjian kerja
yang disepakati.
3

9. Pemutusan hubungan perjanjikan kerja PPPK dilakukan dengan


hormat tidak atas permintaan sendiri karena:
a) dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan tidak
berencana;
b) melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat; atau
tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai
dengan perjanjian kerja.
10. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak
dengan hormat karena:
a) melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UU 1945
b) dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau
tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan
jabatan dan/atau pidana umum
c) menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; dan
d) dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun atau lebih dan tindak pidana tersebut
dilakukan dengan berencana.
11. Pemerintah wajib memberikan perlindungan kepada PPPK
berupa:
a) jaminan hari tua;
b) jaminan

d) jaminan
kematian; dan
e) bantuan hukum.

kesehatan;
c) jaminan
kecelakaan kerja

12. Perlindungan berupa jaminan hari tua, jaminan kesehatan,


jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian dilaksanakan
sesuai dengan sistem jaminan sosial nasional (Pasal 106).
4

13. Sementara bantuan hukum sebagaimana dimaksud berupa


pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di
pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.
14.

2.2

Manajemen PPPK
15.

Manajemen PPPK merupakan pengelolaan PPPK dengan

menerapkan

sistem

merit

untuk

menghasilkan

PPPK

yang

profesional, melaksanakan nilai dasar dan etika profesi, bebas dari


intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pembinaan Manajemen PPPK pada Instansi Pusat dan Instansi
Daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.Pegawai

Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK


adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
16.

PPPK

merupakan

Pegawai

ASN

dan

berkedudukan

sebagai unsur aparatur negara yang diangkat sebagai pegawai


dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan peraturan perundangundangan di bidang aparatur sipil negara.
17.

Jakarta(6/8/14), bertempat di ruang Rapat Legiprudensi

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, berlangsung


rapat mengenai Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
Manajemen Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja yang
dihadiri oleh perwakilan dari berbagai Kementerian yang terkait,
diantaranya Kementerian Keuangan, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Badan Kepegawaian
Negara, serta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
18. RPP ini sendiri disusun untuk melaksanakan amanat
ketentuan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN). RPP ini juga merupakan RPP yang

pertama diharmonisasikan dari serangkaian peraturan pelaksana


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
19. Dalam Undang-Undang ASN dijelaskan bahwa Pegawai
ASN terdiri dan Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PPPK adalah warga negara indonesia
yang

memenuhi

perjanjian kerja

syarat

tertentu

dalam jangka

yang

diangkat

waktu tertentu

berdasarkan

dalam

rangka

melaksanakan tugas pemerintah.


20. Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu, PPPK harus
memiliki profesi dan Manajemen PPPK yang berdasarkan pada
Sistem Merit atau perbandingan antara kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja

yang

dibutuhkan

oleh

jabatan

dengan

kualifikasi,

kompetensi, dan kinerja yang dimiliki oleh calon dalam rekrutmen,


pengangkatan,

dan

penempatan

pemerintahan yang baik.


21. Manajemen PPPK

sejalan

perlu

diatur

dengan
secara

tata

kelola

menyeluruh

dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur. Manajemen


PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
hak dan kewajiban, gaji dan tunjangan, pengembangan kompetensi,
pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian
kerja, dan perlindungan.
22. Ruang lingkup RPP ini meliputi kriteria dan jabatan PPPK,
penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian
dan

tunjangan,

pengembangan

kompetensi,

pemberian

penghargaan, disiplin, hak dan kewajiban, pemutusan hubungan


perjanjian kerja, dan perlindungan.
2.3

Manajemen PPPK dalam RPP


23.

Dalam pasal 5 Manajemen PPPK merupakan pengelolaan

PPPK dengan menerapkan sistem merit untuk menghasilkan PPPK


yang profesional, melaksanakan nilai dasar dan etika profesi,bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
24. Dalam rancangan Peraturan Pemerintah dalam pasal 6
6

25. (1) Manajemen PPPK sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5, meliputi:
a)
b)
c)
d)

penetapan kebutuhan;
pengadaan;
penilaian kinerja;
penggajian
dan

f) pemberian
penghargaan;
g) disiplin;
h) pemutusan hubungan

tunjangan;
e) pengembangan

perjanjian kerja; dan


i) perlindungan.

kompetensi;
j) (2) Pembinaan Manajemen PPPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada Instansi Pusat dan Instansi Daerah dilaksanakan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
k) dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
l) (3) Pelaksanaan Manajemen PPPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada Instansi Pusat dan Instansi Daerah dilaksanakan
oleh Pejabat Yang Bersangkutan sesuai
m) dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
n)
o) Jabatan Yang Diisi Oleh PPPK Dalam pasal 7
p) (1) Jabatan yang dapat diisi oleh PPPK yaitu:
a. jabatan yang mensyaratkan kompetensi

keahlian

dan

keterampilan tertentu; atau


b. jabatan yang kompetensinya tidak tersedia atau terbatas di
kalangan PNS dan diperlukan untuk peningkatan kapasitas
organisasi.
q) (2)

Ketentuan

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1)

dikecualikan untuk jabatan yang harus diduduki oleh PNS.


r)

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jabatan yang dapat


diisi oleh PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Presiden.
s)

2.4

Isi RPP Mengenai Manajemen PPPK

t)
u) Bagian Kesatu
v) Umum
7

w) Pasal 5
x) Manajemen

PPPK

merupakan

pengelolaan

PPPK

dengan

menerapkan sistem merit untuk menghasilkan PPPK yang


profesional, melaksanakan nilai dasar dan etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
y) Pasal 6
z) (1)

Manajemen PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,

meliputi:
aa)

a.

penetapan

af) f.

kebutuhan;

pemberian

penghargaan;

ab)

b. pengadaan;

ag)

g. disiplin;

ac)

c. penilaian kinerja;

ah)

h.

ad)

d.

penggajian

dan

hubungan

tunjangan;
ae)

e.

pemutusan
perjanjian

kerja; dan
pengembangan

ai) i. perlindungan.

kompetensi;
aj) (2) Pembinaan Manajemen PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pada Instansi Pusat dan Instansi Daerah dilaksanakan oleh Pejabat
Pembina

Kepegawaian

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.
ak) (3) Pelaksanaan Manajemen PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pada Instansi Pusat dan Instansi Daerah dilaksanakan oleh Pejabat
Yang Bersangkutan sesuaidengan ketentuan peraturan perundangundangan.
al)
am)
an)
ao)

Bagian Kedua

Penetapan Kebutuhan

Pasal 8

ap) (1) Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK dilakukan
secara terintegrasi dalam penyusunan kebutuhan Pegawai ASN di
setiap Instansi Pemerintah.

aq) (2)

Penyusunan

kebutuhan

jumlah

dan

jenis

jabatan

PPPK

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanberdasarkan analisis


jabatan dan analisis beban kerja.
ar)(3) Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci
per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan sesuai dengan
siklus anggaran.
as) (4)

Kebutuhan

jumlah

dan

jenis

jabatan

PPPK

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri.


at) (5) Dalam menetapkan Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5),

Menteri

memperhatikan

pendapat

menteri

yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan


pertimbangan teknis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.
au)

Bagian Ketiga

av)
aw)

Paragraf 1

ax)

Umum

ay)

Pasal 9

az)

Setiap

warga

Pengadaan

negara

Indonesia

yang

memenuhi

persyaratan kualifikasi, kompetensi, dan persyaratan lain yang


ditetapkan

mempunyai

kesempatan

yang

sama

untuk

melamar menjadi PPPK.


ba)

Pasal 10

bb) (1) Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan


PPPK dalam rangka mengisi jabatan tertentu yang lowong pada
Instansi Pemerintah pada

setiap jenjang jabatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7.


bc) (2) Pengadaan calon PPPK sebagaimana dimaksud pada
bd)

ayat (1), dilakukan melalui tahapan:

be)

a. perencanaan;

bh)

d. seleksi;

bf)

b.

bi)

e. pengumuman hasil

pengumuman

lowongan;
bg)

seleksi; dan

c. pelamaran;
9

bj)

f.

pengangkatan

menjadi PPPK.
bk) (3) Proses pengadaan calon PPPK dilakukan pada tahun anggaran
berjalan setelah ada penetapan kebutuhan.
bl) Pasal 11
bm)

Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh Instansi

Pemerintah melalui penilaian secara obyektif berdasarkan


kompetensi, kualifikasi, kebutuhan, dan persyaratan lain
bn)

yang dibutuhkan dalam jabatan.

bo)

Paragraf 2

bp)

Perencanaan Pengadaan

bq)

Pasal 12

br)Perencanaan pengadaan PPPK sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 10 ayat (2) huruf a dilakukan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian

setelah

kebutuhan

PPPK

ditetapkan

oleh

Menteri.
bs)

Pasal 13

bt)Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengangkat Pegawai


nonPNS sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.
bu)

Paragraf 3

bv)

Pengumuman Lowongan

bw)

Pasal 14

bx) (1) Pengumuman lowongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10


ayat (2) huruf b dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian kepada
masyarakat luas melalui media
by)
bz)

cetak dan elektronik

(2) Pengumuman lowongan jabatan dilakukan paling lambat 15

(lima belas) hari kalender sebelum tanggal penerimaan lamaran.


ca) (3) Dalam pengumuman lowongan sebagaimana dimaksud
cb)

pada ayat (2), paling sedikit memuat:

cc)a.

jumlah

dan

jenis

cd)

jabatan yang lowong;

b.

kualifikasi,

kompetensi, dan deskripsi

10

tugas setiap jabatan yang

cg)

lowong;
ce)

cara

menyampaikan lamaran;

c. syarat yang harus

dipenuhi

oleh

dan

setiap

ch)

pelamar;
cf) d.

e.

f.

batas

waktu

pengajuan lamaran

alamat

dan

tempat

lamaran ditujukan;
ci) Paragraf 4
cj) Pelamaran
ck)

Pasal 15

cl) (1) Setiap pelamar PPPK yang mengajukan pelamaran sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c harus memenuhi
persyaratan administrasi.
cm) (2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
cn)

a. warga negara Indonesia;

co)

b. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun pada saat

melamar;
cp)

c. tidak pernah dipidana dengan pidana penjara atau pidana

kurungan karena

melakukan suatu tindak pidana kejahatan

jabatan, tindak pidana yang ada hubungannya dengan jabatan,


dan/atau tindak pidana umum;
cq)

d.

tidak

pernah

diberhentikan

dengan

hormat

tidak

ataspermintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai PNS,


atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;
cr)

e. mempunyai pendidikan formal, kecakapan, keahlian, dan

keterampilan sesuai dengan jabatan yang dilamar;


cs)

f. tidak menjadi anggota/pengurus partai politik dan/atau

terlibat politik praktis;


ct)

g. sehat jasmani dan rohani; dan

cu)

h. syarat lain yang diperlukan sesuai dengan jabatan.


cv)

Paragraf 5

cw)

Seleksi
11

cx)
cy) (1)

Pasal 16

Pelamar

PPPK

yang

memenuhi

persyaratan

administrasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 berhak mengikuti seleksi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf d.
cz)(2) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
tim seleksi yang dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
da) (3) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
Instansi Pemerintah berdasarkan prinsip merit.
db)

Pasal 17

dc)

Calon PPPK untuk mengisi jabatan pelaksana, fungsional

keterampilan pemula, fungsional ahli pertama, dan fungsional


ahli muda harus mengikuti seleksi yang terdiri atas:
dd)

a. tes kompetensi dasar yang terdiri atas tes wawasan

kebangsaan, tes karakter pribadi, dan tes intelegensia;


de)

b. tes kompetensi bidang; dan

df) c. wawancara.
dg)

Pasal 18

dh) (1) Seleksi calon PPPK untuk mengisi Jabatan fungsional jenjang ahli
Madya dan ahli Utama, dilakukan melalui:
di) a. penilaian atas sertifikasi kompetensi yang dimiliki; atau
dj) b. penilaian keahlian calon; yang dilakukan oleh tim penilai Instansi
Pemerintah.
dk) (2) Instansi Pemerintah pembina jabatan fungsional menetapkan
kriteria,

syarat,

prosedur,

dan

pengawasan

penilaian

keahlian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).


dl) (3) Ketentuan mengenai tata cara penetapan kriteria, syarat,
prosedur, dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
dm)

Pasal 19

dn)

Seleksi calon PPPK untuk mengisi Jabatan Pimpinan

Tinggi

Utama

dan

Madya

dari

kalangan

bukan

PNS

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.


12

do)

Pasal 20

dp) (1) Materi tes kompetensi dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 huruf a disusun mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
dq) (2) Pengolahan hasil tes kompetensi dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Instansi Pemerintah dengan mengacu
pada Peraturan Menteri yang mengatur mengenai pengadaan PPPK.
dr)(3) Materi tes kompetensi bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17

huruf

ditetapkan

oleh

Pejabat

Pembina

Kepegawaian

berdasarkan materi yang disusun oleh instansi pembina jabatan


fungsional.
ds) (4) Dalam hal instansi pembina jabatan fungsional belum dapat
menyusun materi tes kompetensi bidang, penyusunannya dilakukan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
dt)(5) Materi tes kompetensi bidang untuk jabatan pelaksana disusun
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
du)

Paragraf 6

dv)

Pengumuman Hasil Seleksi

dw)

Pasal 21

dx) (1) Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan dan mengumumkan


pelamar PPPK yang dinyatakan lulus seleksi.
dy) (2)

Kelulusan

ditentukan

seleksi

sebagaimana

berdasarkan

nilai

dimaksud

ambang

batas

pada

ayat

kelulusan

(1)

yang

ditetapkan oleh Menteri.


dz)

Paragraf 7

ea)

Pengangkatan PPPK

eb)

Pasal 22

ec) (1) Pelamar PPPK yang dinyatakan lulus seleksi sebagaimana


dimaksud

dalam

Pasal

21

wajib

menyerahkan

kelengkapan

administrasi kepada Pejabat Yang Berwenang untuk ditetapkan


pengangkatannya sebagai PPPK.
ed) (2)

Pejabat

Yang

Berwenang

menyampaikan

kelengkapan

administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala

13

Badan

Kepegawaian

Negara

untuk

dimasukkan

dalam

sistem

informasi ASN.
ee) (3) Calon PPPK yang datanya sudah dimasukkan dalam sistem
informasi kepegawaian ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan nomor induk PPPK.
ef) (4) Calon PPPK yang sudah mendapatkan nomor induk PPPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diangkat sebagai PPPK pada
tingkat jabatan yang dilamar.
eg) (5) Pengangkatan PPPK pada jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat

(4),

ditetapkan

dengan

keputusan

Pejabat

Pembina

Kepegawaian.
eh)

(6)Pejabat Pembina Kepegawaian wajib menyampaikan tembusan

Keputusan pengangkatan PPPK kepada Kepala Badan Kepegawaian


Negara.
ei) Pasal 23
ej) (1)PPPK yang telah diangkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
wajib menandatangani perjanjian kerja dengan Pejabat Pembina
Kepegawaian.
ek) (2) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam tahun anggaran berjalan dan penetapan berlakunya tidak
berlaku surut.
el) (3) Masa perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
singkat 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan
berdasarkan penilaian kinerja.
em) (4) Dalam hal perjanjian kerja PPPK diperpanjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Pejabat Pembina Kepegawaian wajib
menyampaikan tembusan surat keputusan perpanjangan perjanjian
kerja kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk pemutakhiran
data dalam sistem informasi ASN.
en)

Pasal 24

eo) (1) PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadicalon PNS.

14

ep) (2) Untuk diangkat menjadi calon PNS, PPPK harus mengikuti semua
proses seleksi yang dilaksanakan bagi calon PNS sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
eq)
er)
es)

Bagian Kelima
Penilaian Kinerja

Pasal 25

et) Penilaian

kinerja

PPPK

bertujuan

menjamin

objektivitas

prestasi kerja yang sudah disepakati berdasarkan perjanjian


kerja antara Pejabat Pembina Kepegawaian dengan PPPK yang
bersangkutan.
eu)

Pasal 26

ev) (1) Penilaian kinerja PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25


dilakukan

berdasarkan

perjanjian

kerja

dengan

memperhatikan

target, capaian, hasil, manfaat yang dicapai, dan perilaku PPPK.


ew) (2) Penilaian kinerja PPPK dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
ex)

Pasal 27

ey) (1) Penilaian kinerja PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26,
dilakukan

secara

obyektif,

terukur,

akuntabel,

partisipatif,

dan

transparan.
ez) (2) Penilaian kinerja PPPK dilakukan pada akhir tahun dan dievaluasi
setiap 6 (enam) bulan.
fa) Pasal 28
fb) Penilaian kinerja PPPK berada di bawah kewenangan Pejabat
Yang Berwenang pada setiap Instansi Pemerintah.
fc) Pasal 29
fd) Penilaian kinerja PPPK didelegasikan secara berjenjang kepada
atasan langsung dari PPPK.
fe) Pasal 30
ff) Hasil penilaian kinerja PPPK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
perpanjangan perjanjian kerja, pemberian tunjangan, dan
fg) pengembangan kompetensi yang obyektif.
15

fh)

Bagian Keenam

fi) Hak dan Kewajiban


fj) Pasal 31
fk) PPPK berhak memperoleh:
fl) a. gaji dan tunjangan;
fm)

fo) d.pengembangan

b. cuti;
fn)

kompetensi

c. perlindungan;
dan

fp) Pasal 32
fq) PPPK wajib:
fr) a.

setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,


dan pemerintah yang sah;
fs) b.

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

ft) c.

melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah

yang berwenang;
fu) d.

menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

fv) e.

melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,

kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;


fw) f.

menunjukkan

integritas

dan

keteladanan

dalam

sikap,

perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam


maupun di luar kedinasan;
fx) g.

menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan

rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan


fy) h.

bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.
fz)
ga)
gb)
gc)

Bagian Ketujuh

Penggajian dan Tunjangan

Pasal 33

gd) (1) Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada
PPPK.
16

ge) (2) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan
beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko pekerjaan.
gf) (3) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja negara untuk PPPK di Instansi
Pusat dan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk PPPK di
Instansi Daerah.
gg) (4) Selain gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPPK dapat
menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
gh) (5) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan
gi) Pasal 34
gj) (1) Gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dibayarkan terhitung
mulai tanggal yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugas
yang

dinyatakan

dengan surat

pernyataan

oleh

Pejabat

Yang

Berwenang atau pejabat yang ditunjuk.


gk) (2) Dalam hal penempatan PPPK diluar domisilinya, PPPK terhitung
melaksanakan tugas sejak yang bersangkutan berangkat menuju
tempat tugas yang dibuktikan dengan surat perintah perjalanan dari
Pejabat Yang Berwenang menugaskan.
gl)
gm)
gn)

Bagian Kedelapan
Pengembangan Kompetensi

Pasal 35

go) (1) PPPK diberikan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.


gp) (2) Kesempatan untuk mengembangkan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) direncanakan setiap tahun oleh Instansi
Pemerintah.
gq)

(3) Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus dievaluasi oleh Pejabat Yang Berwenang dan dipergunakan


sebagai salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya.
gr)Pasal 36
gs) (1) Pengembangan kompetensi bagi PPPK dapat dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan penataran.
17

gt)(2) Pelaksanaan pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan paling lama 5 (lima hari) dalam 1 (satu)
tahun masa perjanjian kerja.
gu) (3)

Dalam

hal

perjanjian

kerja

diperpanjang,

pelaksanaan

pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapat diberikan paling lama 10 (sepuluh) hari tiap tahun.
gv)
gw)
gx)
gy) (1)

Bagian Kesembilan
Pemberian Penghargaan

Pasal 37

PPPK

kecakapan,

yang

telah

kejujuran,

menunjukkan

kedisiplinan,

kesetiaan,

dan

prestasi

pengabdian,
kerja

dalam

melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan.


gz) (2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa pemberian:
ha) a. tanda kehormatan;
hb) b. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi;
dan/atau
hc) c.

kesempatan

menghadiri

acara

resmi

dan/atau

acara

kenegaraan.
hd) (3) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
he) (4) PPPK yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa
pemutusan hubungan perjanjian kerja tidak dengan hormat dicabut
haknya untuk memakai tanda kehormatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
hf) Bagian Kesepuluh
hg)
hh)

Disiplin

Pasal 38

hi) (1) Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran


pelaksanaan tugas, PPPK wajib mematuhi disiplin PPPK.
hj) (2) Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin
terhadap PPPK serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin.
18

hk) (3) PPPK yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman


disiplin.
hl) (4)

Disiplin

PPPK

diatur

lebih

lanjut

oleh

Pejabat

Pembina

Kepegawaian setiap Instansi Pemerintah.


hm) (5) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi disiplin bagi
PPPK diatur dengan Peraturan Menteri.
hn)
ho)

Bagian Kesebelas

Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja

hp)

Pasal 39

hq)

(1)

Pemutusan

hubungan

perjanjian

kerja

PPPK

dilakukan dengan hormat karena:


hr)a.

jangka

perjanjian

waktu

mengakibatkan

kerja

pengurangan

berakhir;
hs)

b.

atau
meninggal

hv)

dunia;
ht)c.

atas

e. tidak cakap

jasmani
permintaan

dapat

d. perampingan

organisasi

dan/atau

rohani sehingga tidak

sendiri;
hu)

PPPK;

menjalankan

tugas dan kewajiban

atau

sesuai perjanjian kerja

kebijakan pemerintah

yang disepakat

hw) (2) Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan


hormat tidak atas permintaan sendiri karena:
hx)

a. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan


tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana;
hy)

b. melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat; atau

hz)

c. tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai

dengan perjanjian kerja.


ia) (3) Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak
dengan hormat karena:

19

ib)

a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


ic)

b. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memiliki kekuatan okum tetap karena


melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana
umum;
id)

c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau

ie)

d. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak


pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun atau lebih dan tindak pidana tersebut dilakukan
dengan berencana.
if) Pasal 40
ig) (1) Pemutusan hubungan kerja PPPK sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 ditetapkan Pejabat Pembina Kepegawaian.
ih) (2)

Pejabat

Pembina

Kepegawaian

wajib

menyampaikan

tembusan surat keputusan pemutusan hubungan kerja PPPK


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Badan
Kepegawaian Negara untuk dihapuskan datanya dalam sistem
informasi ASN.
ii) Pasal 41
ij) (1) Pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
ayat (2) huruf b sebagai berikut:
ik) a.

tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama paling sedikit

6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) tahun dihitung secara kumulatif.


il) b.

tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah berturutturut selama

3 (tiga) hari kerja.


im) (2)

Tahapan

pemutusan

hubungan

perjanjian

kerja

karena

pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a berupa:
in) a.

surat Peringatan Pertama diberikan apabila tidak masuk kerja

selama 2 (dua) hari pertama;


20

io) b.

surat Peringatan Kedua diberikan apabila tidak masuk kerja

selama 2 (dua) hari kedua; dan


ip) c.

pemutusan hubungan kerja diberikan apabila tidak masuk

kerja selama 2 (dua) hari ketiga.


iq)

Bagian Kedua belas


ir) Perlindungan

is) Pasal 42
it) (1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
iu) a. jaminan hari tua;

ix) d. jaminan kematian; dan

iv) b. jaminan kesehatan;

iy) e. bantuan hukum.

iw)c. jaminan kecelakaan kerja;

21

iz) (2)

Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

huruf b, huruf c, dan huruf d dilaksanakan sesuai dengan sistem


jaminan sosial nasional.
ja) (3)

Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,

berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di


pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.
jb)

PENGAWASAN

jc) Pasal 43
jd) (1)

Menteri

melakukan

pengawasan

terhadap

pelaksanaan

Manajemen PPPK.
je) (2) KASN melakukan penelusuran data dan informasi terhadap
pelaksanaan sistem merit dalam kebijakan dan Manajemen PPPK.
jf) (3) Hasil penelusuran data dan informasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan kepada Menteri.
jg)
jh)
ji)
jj)
jk)BAB III
jl) PENUTUP
jm)
jn)
3.1

Kesimpulan
jo)
jp)

Manajemen PPPK merupakan pengelolaan PPPK dengan

menerapkan

system

merit

untuk

menghasilkan

PPPK

yang

profesional, melaksanakan nilai dasar dan etika profesi,bebas dari


intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,kolusi, dan nepotisme.
jq)

Dari penjelasan diatas bahwasanya manjemen pppk

semuanya sudah diatur dalam uu asn no 5 tahun2014 dan adapun


dalam rancangan peraturan pemerintah sudah dijelaskan juga

sejelas-jelasnya

mengenai

manajemen

pppk

dari

pengertian

diangkatnya sebagai menejemen dan lain-lain.


jr)
js)
3.2

Saran
jt)

Dari makalah yang kami buat, kami sangat memerlukan

kritikan dari anda sekalian, karena pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, dengan adanya kritikan dari anda dapat membnagun kami
dalam pembuatan makalah lagi.
ju)
jv)
jw)
jx)
jy)
jz)
ka)
kb)
kc)

Você também pode gostar

  • Bab 1
    Bab 1
    Documento31 páginas
    Bab 1
    NirDa
    Ainda não há avaliações
  • Elit Politik
    Elit Politik
    Documento15 páginas
    Elit Politik
    NirDa
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento12 páginas
    Bab I
    NirDa
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento11 páginas
    Bab I
    NirDa
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento12 páginas
    Bab I
    NirDa
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento22 páginas
    Bab I
    NirDa
    Ainda não há avaliações