Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
kurang memberi tempat bagi kajian kejiwaan nonfisik. Namun, dalam masalah perilaku
keagamaan, sebagai sebuah realitas dalam kehidupan manusia tak mampu ditampik
oleh Behaviorisme. Perilaku keagamaan menurut pandangan Behaviorisme erat
kaitannya dengan prinsip reinforcement (reward and punishment). Manusia berperilaku
agama karena didorong oleh rangsangan hukuman dan hadiah. Menghindarkan
hukuman (siksaan) dan mengharapkan hadiah (pahala).
Memang aliran Behaviorisme melihat perilaku bekerja menurut asas mekanistik yang
bersifat serba fisik. Karena itu, para ahli psikologi yang kurang sependapat dengan
pandangan Behaviorisme yang dipelopori oleh E.L. Thorndike, Watso maupun Skinner
menyindir bahwa aliran ini merupakan aliran psikologi yang tidak berjiwa. Mereka
menganggap bahwa perilaku manusia bersifat kondisional, jadi dapat dibentuk dan
diarahkan menurut situasi yang diberikan kepada manusia.
Barang kali yang lebih jelas membahas perilaku keagamaan adalah psikologi
humanistic. Menurut Abraham Maslow, salah seorang pemuka psikologi humanistic
yang berusaha memahami esoteric (rohani) manusia. Maslow menyatakan bahwa
kebutuhan manusia memliki kebutuhan yang bertingkat dari yang paling dasar hingga
kebutuhan yang paling puncak. Pertama,kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar
untuk hidup seperti: makan, minum, istirahat, dan sebagainya. Kedua, kebutuhan akan
rasa aman yang mendorong orang agar bebas dari rasa takut dan
cemas. Ketiga, kebutuhan akan kasih sayang, antara lain berupa pemenuhan
hubungan antarmanusia.Keempat, kebutuhan akan harga diri. Kebutuhan ini
dimanifestasikan manusia dalam bentuk aktualisasi diri antara lain dengan berbuat
sesuatu yang berguna.
Pengalaman puncak yang transeden digambarkan sebagai kondisi yang sehat super
normal (normal super healty) dan sehat super-super (super-super healty), yang oleh
Maslow disebut peakers (transcenderr) dan non-peakers (non-transcenders). Peakers
memiliki pengalaman-pengalaman puncak yang memberikan wawasan yang jelas
tentang diri mereka dan dunia mereka. kelompok ini cenderung menjadi lebih mistik,
puitis, dan saleh.
Teori yang dikemukakan Maslow yang disebutnya sebagai pribadi yang lepas dari
realitas fisik dan menyatu dengan kekuatan transcendental ini dinilainya sebagai tingkat
dari kesempurnaan manusia sebagai pribadi (self). Gambaran tentang kesempurnaan
tingkat kepribadian manusia ini agak mirip dengan konsep insan al-kamil, pribadi
manusia sempurna yang kembali pada fitrah kesuciannya. Fitrah ini menurut M.
(30:)
artinya:
maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); tetaplah atas fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. (QS 30:30).
Dalam al-Quran dan Terjemahnya (Departemen Agama) dijelaskan bahwa fitrah Allah.
Maksudnya ciptaan Allah. Manusia dicipatakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu
agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu wajar. Mereka
tidak beragama tauhid itu hanya lantaran pengaruh lingkungan.
Muhammad As-Shobuny, mentafsirkannya menjadi sikap ikhlas dan tunduk kepada
Islam sebagai agama Allah dan menjadikan kecenderungan untuk tunduk kepada
agama yang benar, yaitu Islam. dan Allah menjadikan pada diri manusia untuk tunduk
pada fitrah tauhid. dalam berbagai sumber, psikologi agama menurut pendekatan Islam
telah mengungkapkan hubungan manusia dengan agama.
bermakna. Diantara hasrat itu terungkap dalam keinginan manusia untuk memiliki
kebebasan dalam menemukan makna hidup. Kebebasan seperti itu dilakukannya
antara lain melalui karya-karya yang diciptakannya, hal-hal yang dialami dan dihayati
(termasuk agama dan cinta kasih) atau dalam sikap atas keadaan dan penderitaan
yang tak mungkin dielakkan. Adapun makna hidup adalah hal-hal yang memberikan
nilai khusus bagi seseorang, yang bila dipenuhi akan menjadikan hidupnya berharga
dan akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagia. Dalam logoterapi dikenal dua
peringkat makna hidup, yaitu makna hidup pribadi dan makna hidup paripurna.
Maka hidup paripurna bersifat mutlak dam universal, serta dapat saja dijadikan
landasan dan sumber makna hidup pribadi. Bagi mereka yang tidak atau kurang
penghayatannya terhadap agama, mungkin saja pandangan falsafah atau ideology
tertentu dianggap memiliki nilai-nilai universal dan paripurna. Sedangkan bagi penganut
agama, maka Tuhan merupakan sumber nilai Yang Maha Sempurna dengan agama
sebagai perwujudan tuntutan-Nya. Di sinilah barangkali letak peranan agama dalam
membina kesehatan mental, berdasarkan pendekatan logoterapi. Karena
bagaimanapun, suatu ketika dalam kondisi yang berada dalam keadaan tanpa daya,
manusia akan kehilangan pegangan dan bersikap pasrah. Dalam kondisi yang serupa
ini ajaran agama paling tidak akan membangkitkan makna dalam hidupnya. Makna
hidup pribadi menurut logoterapi hanya dapat dan harus ditemukan sendiri.
Selanjutnya, logoterapi menunjukkan tiga bidang kegiatan yang secara potensial
memberi peluang kepada seseorang untuk menemukan makna hidup bagi dirinya
sendiri. ketiga itu adalah:
1.
Kegiatan berkarya, bekerja, dan mencipta, serta melaksanakan dengan sebaikbaiknya tugas dan kewajiban masing-masing.
2.
Keyakinan dan penghayatan atas nilai-nilai tertentu (kebenaran, keindahan,
kebaikan, keimanan,n dan lainnya), dan
3.
Sikap tepat yang diambil dalam keadaan dan penderitaan yang tidak terelakkan.
Dalam menghadapi sikap yang tak terhidarkan lagi pada kondisi yang ketiga, menurut
logoterapi, maka ibadah merupakan salah-satu cara yang dapat digunakan untuk
membuka pandangan seseorang akan nilai-nilai potensial dan makna hidup yang
terdapat dalam diri dan sekitarnya.
Terapi Keagamaan
Orang yang tidak merasa tenang, aman serta tenteram dalam hatinya adalah orang
yang sakit ruhani atau mentalnya, tulis H. Carl Witherington. Para ahli psikiatri
1. Pengertian Terapi
ialah usaha penaggulangan suatu penyakit atau gejalah yang ada dalam diri makhluk
hidup.
1.
2. Bentuk-Bentuk Terapi
terapi bermacam bentuk ada yang secara lisan yaitu dengan diberi norma-norma
agama, ada pula berbentuk seperti pijat, dan operasi.
Bentuk kakusutan fungsional ini bertingkat. yaitu psychopath, psychoneurose, dan
psikotis. Psychoneurose ditandai bahwa seorang tidak mengikuti tuntutan-tuntutan
masyarakat. pengidap psychoneurose menunjukkan perilaku menyimpang. Sedangkan,
penderita psikotis dinilai mengalami kekusutan mental yang berbahaya sehingga
memerlukan perawatan khusus.
Usaha penanggulangan kekusutan ruhani atau mental ini sebenarnya dapat dilakukan
sejak dini oleh yang bersangkutan. dengan mencari cara yang tepat untuk
menyesuaikan diri dengan memilih norma-norma moral, maka kakusutan mental akan
terselesaikan.
Penyelesaian dengan memilih penyesuaian diri dengan norma-norma moral yang luhur
seperti bekerja dengan jujur, resignasi, sublimasi, kompensasi. dalam konteks ini
terlihat hubungan agama sebagai terapi kekusutan mental. Sebab, nilai-nilai luhur
termuat dalam ajaran agama bagaimanapun dapat digunakan untuk penyesuaian dan
pengendalian diri, hingga terhindar dari konflik batin.
Pendekatan terapi keagamaan ini dapat dirujuk dari informasi al-Quran sendiri sebagai
kitab suci. Diantara konsep terapi gangguan mental ini adalah pernyataan Allah: dalam
surat Yunus dan surat Isra.
.(57: )
.(82: )
artinya:
Wahai manusia, sesungguhnya sudah datang dari Tuhanmu al-Quran yang
mengandung pengajaran, penawar bagi penyakit batin (jiwa), tuntunan serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman. (QS Yunus: 57).
Dan kami turunkan al-Quran yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (QS Isra: 82).
Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman, dan tenteram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat
dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan). Dalam al-Quran petunjuk mengenai penyerahan diri
cukup banyak.
1.
B. Musibah
Musibah merupakan pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan karena
dianggap merugikan oleh korban yang terkena musibah. Berdasarkan asal katanya,
musibah berarti lemparan yang kamudian digunakan dalam makna bahaya, celaka,
atau bencana dan bala. menurut Al-Qurtubi, musibah adalah apa saja yang menyakiti
dan menimpa pada diri seorang, atau sesuatu yang berbahaya dan menyusahkan
manusia, betapapun kacilnya. Musibah dapat menimbulkan penderitaan maupun
kesengsaraan bagi korbannya. Terkadang berlangsung dalam waktu yang panjang,
atau bahkan seumur hidup. Oleh karena itu, setiap orang berusaha untuk menghindar
diri dari kemungkinan tertimpa musibah.
1.
1. Sebab terjadinya Musibah
Penyebab terjadinya musibah bermacam-macam. ada yang disebabkan oleh perbuatan
manusia secara langsung, ataupun penglolaan alam yang keliru, serta yang murni
disebabkan oleh alam.
1.
2. Macam-Macam Musibah
yang mendalam terhadap nilai-nilai ajaran agama, bagaimanapun akan lebih mudah
dan cepat menguasai gejolak batinnya. Agama menjadi pilihan dan rujukan untuk
mengatasi konflik yang terjadi pada dirinya. Di kala musibah manimbulkan rasa
kehilangan dari apa yang dimilikinya selama ini, hatinya akan dibimbing oleh nilai-nilai
yang terkandung dalam ajaran agamanya. Manusia pada dasarnya memang bukan
pemilik mutlak. Apa saja yang ia miliki, termasuk tubuh dan nyawa, hakikatnya adalah
kepunyaan Allah. Sebagai pemilik mutlak, Tuhan menganugrahkan kepada manusia
nikmat-Nya berupa kehidupan ataupun kekayaan. Statusnya hanya sebagai titipan
amanah. Dalam menjalani kehidupannya manusia senantiasa berada dalam sebuah
arena ujian yang sarat dengan berbagai cobaan.
Salah satu fungsi agama dalam kehidupan manusia, menurut Elizabeth K. Nottingham,
adalah sebagai penyelamat. Dalam kondisi ketidakberdayaan, secara psikologis nilainilai ajaran agama dapat membantu meneteramkan goncangan batin. Dengan kembali
kepada tuntunan agama, korban berusaha menyadarkan dirinya, bahwa musibah
merupakan resiko yang harus dihadapi dalam menjalani kehidupan lebih dari itu ia
menjadi sadar bahwa ia bukan pemilik mutlak dari segala yang menjadi miliknya.
Keluarga, kerabat, bahkan dirinya adalah milik sang pencipta. Semua miliknya hanyalah
titipan yang sewaktu-waktu akan diambil oleh sang pemilik mutlak.
Ditengah-tengah kegoncangan batin korban dapat pula menelusuri hikmah atau nilainilai positif yang terkandung didalamnya. Apakah musibah yang dialaminya sebagai
balasan (Itibar) ataukah ujian (ikhtibar). Bila derita yang dialaminya merupakan balasan
dari perbuatan yang pernah dilakukannya, maka musibah akan menyadarkannya akan
kesalahan masa lalu. Tak diragukan lagi, sebagian besar musibah dan bencana itu
terjadi akibat ulah manusia sendiri. Al-Quran menyatakan: Dan apa saja yang usibah
yang menimpa kamu maka adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri.(Mubsin
Qiraati, 2001:93) Tuntunan ini, setidaknya akan membawanya kepada kesadaran untuk
memperbaiki diri.
Sebaliknya bila deritanya dianggapnya sebagai ujian, maka ia akan berusaha untuk
bersabar. Menerima dengan sabar dan tulus,hingga derita yang berat akan terasa
ringan. Perasaan batinnya diredakan oleh keyakinan, bahwa musibah yang dialaminya
merupakan bagian dari ketentuan dan takdir dari Tuhan. Keyakinan ini akan
menghilangkan beban batin yang menghempit perasaan di kala mengalami musibah.
Dalam suasana perasaaan seperti itu, agama berfungsi sebagai sublimatif. Derita dan
musibah yang dialami disublimasikan ke nilai-nilai luhur yang sejalan dengan ajaran