Você está na página 1de 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P )

PokokBahasan

: Kekambuhan

Sub PokokBahasan

: Peran keluarga dalam penanganan kekambuhan


pada pasien gangguan jiwa.

Sasaran

: Pasien dan Keluarga Pasien

Hari / Tanggal

: Sabtu, 04 Oktober 2014

Waktu

: Pukul 09.30 WITA

Tempat

: Ruang tunggu poli klinik RSJP NTB

A. LatarBelakang
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang di
dasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio- Psiko- SosioSpritual yang komperhensif. Klien dapat berupa individu, keluarga dan
komunitas baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Bentuk asuhan keperawatan jiwa meluputi pencegahan primer adalah
pendidikan kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial.
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem
pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien
berada dirumah.
Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam upaya
pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Melihat fenomena diatas,
maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pendidikan tentang peran keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus
Memberikan pendidikan kesehatan tentang :

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pengertian Kekambuhan
Prevalensi dari kekambuhan
Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
Dampak kekambuhan
Perawatan klien di rumah
Peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan.

C. Pelaksanaan :
a. Hari / Tgl
: Sabtu, 04 Oktober 2014
b. Waktu
: 45 Menit
c. Sasaran
: Pasien dan Keluarga
d. Tempat
: Poliklinik RSJ NTB
D. Pembagian Tugas
a) Presentator
: Meilda Sari
b) Moderator
: Isnaini Okta Amaliah
c) Observer
: Joni Indra Pranata
E. Metode
: Ceramah, Diskusi
F. Media
: Leaflet
G. Materi
:
a) Pengertian Kekambuhan
b) Prevalensi dari kekambuhan
c) Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa
d) Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
e) Dampak kekambuhan
f) Perawatan klien di rumah
g) Peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan.
H. Seting Tempat
Peserta duduk dikursi, anggota kelompok duduk berbaur dengan pasien
dan keluarga pasien, penyaji didepan.
I. Rencana Kegiatan
Kegiatan
1. PEMBUKAAN
a.
Memberi salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan Tujuan
d. Memberikan kesempatan untuk bertanya
2. KEGIATAN INTI
a.
Melakukan apersepsi
b. Menjelaskan
kekambuhan

pengertian

dari

Waktu

Respon Keluarga

10 Menit

Menjawab salam
Mendengarkan
Mendengarkan
Bertanya

25 menit

Menjawab
Mendengarkan
Mendengarkan

c. Menjelaskan prevalensi dari kekambuhan


d. Menjelaskan
tanda
dan
gejala
kekambuhan klien gangguan jiwa
e. Menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi/ penyebab kekambuhan
klien
f. Menjelaskan dampak kekambuhan
g. Menjelaskan perawatan klien di rumah
h. Menjelaskan peran klien dan keluarga
dalam pencegahan kekambuhan
i. Memberikan kesempatan klien atau
keluarga untuk bertanya
3. PENUTUP
a. Melakukan evaluasi
b. Memberikan reinforcement
c. Menimpulkan kegiatan
d. Salam penutup

Mendengarkan
Mendengarkan
Bertanya

10 Menit

Menjawab
Mendengarkan
Menyimpulkan
bersama.
Menjawab salam

J. Evaluasi
Pertanyaan :
a)
b)
c)
d)

Apa yang dimaksud dengan kekambuhan ?


Bagaimana prevalensi dari kekambuhan ?
Bagaimana Tanda/Gejala dari kekambuhan ?
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi atau penyebab

kekambuhan?
e) Apa saja dampak kekambuhan?
f) Bagaimana perawatan klien di rumah?
g) Apa yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah kekambuhan ?

PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN KEKAMBUHAN


PASIEN GANGGUAN JIWA
A. Kekambuhan
Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya
mereda (Dorland, 2002).
Kekambuhan yaitu kembalinya gejala gejala penyakit sehingga
cukup parah dan mengganggu aktivitas sehari hari dan memerlukan rawat
inap dan rawat jalan yang tidak terjadwal (Boyd dan Nihart, 1998)

Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali suatu


penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam faktor
penyebab. Pencegahan kekambuhan adalah mencegah terjadinya peristiwa
timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh
kemajuan. Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan
50% pada tahun pertama, dan 79% pada tahun ke dua. Kekambuhan biasa
terjadi karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh.
B. Prevalensi Kekambuhan
Masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa juga masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia. Data Profil Kesehatan Indonesia (2008)
menunjukkan bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185 penduduk mengalami
gangguan jiwa. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2007,
diketahui bahwa prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga
terdapat 140/1000 penduduk usia 15 tahun ke atas, dan diperkirakan sejak
awal tahun 2009 jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa sebesar
25% dari populasi penduduk di Indonesia.
Secara global angkan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa ini
mencapai 50% hingga 92% yang disebabkan karena ketidakpatuhan dalam
berobat maupun karena kurangnya dukungan dan kondisi kehidupan yang
rentan dengan meningkatan stress.

C. Tanda tanda kekambuhan


Tahap I :
Penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan (overextension),
sering mengeluh cemas terus menerus, tak dapat konsentrasi, lupa kata

kata dalam pertengahan kalimat, adanya hambatan mental dalam aktivitas dan
penampilan diri yang menurun.
Tahap II :
Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction conciusness),
depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia, mengeluh sakit di seluruh
tubuh (somatisasi), menarik diri dari aktivitas sehari hari dan membatasi
stimulus eksternal.
TahapIII :
kadang kadang menunjukan penampilan psikotik, hipomania, gangguan
persepsi, gangguan isi pikir dan gagal memakai mekanisme pembelaan yang
matang
TahapIV :
Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham
secara terus menerus
TahapV :
Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga sebagai
penipu. Dapat pula penderita mengamuk.
TahapVI :
penderita nampak seperti robot dn bingung serta gelisah.
Jika muncul tanda tanda di atas segera :
a) bant klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan
b) segera control ke RS, sehingga segera mendapat pertolongan.
D. Penyebab kekambuhan
Faktor faktor yang menyebabkan kekambuhan :
1. Tidak teratur minum obat, pemakaian obar neuroleptik yang lama dapat
menyebabkan efek samping tardive dyskinesia (gerakan tidak terkontrol)
2. lingkungan dengan stressor tinggi
3. Keluarga dengan ekspresiemosi yang tinggi
4. Kurangnya aktivitas dan latihan serta suplai nutrisi.
E. Dampak Kekambuhan

Dampak gangguan jiwa bagi keluarga sangat besar, apalagi ada


beberapa anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dampak dari
anggota yang menderita gangguan jiwa bagi keluarga diantaranya keluarga
belum terbiasa dengan adanya gangguan jiwa. Dampak-dampak gangguan
jiwa bagi keluarga, seperti:
a. Penolakan
Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita gangguan
jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut dan
menyakini memiliki penyakit berkelanjutan. Selama episode akut anggota
keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi pada mereka cintai. Pada
proses awal, keluarga akan melindungi orang yang sakit dari orang lain
dan menyalahkan dan merendahkan orang yang sakit untuk perilaku tidak
dapat diterima dan kurangnya prestasi. Sikap ini mengarah pada
ketegangan dalam keluarga, dan isolasi dan kehilangan hubungan yang
bermakna dengan keluarga yang tidak mendukung orang yang sakit.
Tanpa informasi untuk membantu keluarga belajar untuk mengatasi
penyakit mental, keluarga dapat menjadi sangat pesimis tentang masa
depan. Sangat penting bahwa keluarga menemukan sumber informasi yang
membantu

mereka

untuk

memahami

bagaimana

penyakit

itu

mempengaruhi orang tersebut. Mereka perlu tahu bahwa dengan


pengobatan, psikoterapi atau kombinasi keduanya, mayoritas orang
kembali ke gaya kehidupan normal.
b. Stigma
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua dalam
anggota keluarga mengetahuinya. Keluarga menganggap penderita tidak
dapat berkomunikasi layaknya orang normal lainnya. Menyebabkan
beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk mengundang penderita
dalam kegiatan tertentu. Hasil stigma dalam begitu banyak di kehidupan

sehari-hari, Tidak mengherankan, semua ini dapat mengakibatkan


penarikan dari aktif berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Frustrasi, Tidak berdaya dan Kecemasan
Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan tingkah
laku aneh dan tak terduga. Hal ini membingungkan, menakutkan dan
melelahkan. Bahkan ketika orang itu stabil pada obat, apatis dan
kurangnya motivasi bisa membuat frustasi. Anggota keluarga memahami
kesulitan yang penderita miliki. Keluarga dapat menjadi marah marah,
cemas, dan frustasi karena berjuang untuk mendapatkan kembali ke
rutinitas yang sebelumnya penderita lakukan.
d. Kelelahan dan Burnout
Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang yang
dicintai yang memiliki penyakit mental. Mereka mungkin mulai merasa
tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit yang harus
terus-menerus dirawat. Namun seringkali, mereka merasa terjebak dan
lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-hari, terutama jika hanya ada
satu anggota keluarga mungkin merasa benar-benar di luar kendali. Hal ini
bisa terjadi karena orang yang sakit ini tidak memiliki batas yang
ditetapkan di tingkah lakunya. Keluarga dalam hal ini perlu dijelaskan
kembali bahwa dalam merawat penderita tidak boleh merasa letih, karena
dukungan keluarga tidak boleh berhenti untuk selalu men-support
penderita.
e. Duka
Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki penyakit
mental. Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi
dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari kehidupan sehari-hari, dan
penurunan yang dapat terus-menerus. Keluarga dapat menerima kenyataan
penyakit yang dapat diobati, tetapi tidak dapat disembuhkan. Keluarga

berduka ketika orang yang dicintai sulit untuk disembuhkan dan melihat
penderita memiliki potensi berkurang secara substansial bukan sebagai
yang memiliki potensi berubah.
f. Kebutuhan Pribadi dan Mengembangkan Sumber Daya Pribadi
Jika anggota keluarga memburuk akibat stres dan terlalu banyak pekerjaan,
dapat menghasilkan anggota keluarga yang sakit tidak memiliki sistem
pendukung yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, keluarga harus
diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik, mental dan
spiritual yang sehat. Memang ini bisa sangat sulit ketika menghadapi
anggota keluarga yang sakit mereka. Namun, dapat menjadi bantuan yang
luar biasa bagi keluarga untuk menyadari bahwa kebutuhan mereka tidak
boleh diabaikan.
F. Perawatan penderita di rumah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan
dalam merawat pasien di rumah antara lain :
a. Memberikan kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari
hari
b. selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam
melakukan suatu kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja bersama,
bepergian dll.
c. meminta keluarga atau teman untuk menyapa klien, jik klien mulai
menyendiri atau berbicara sendiri
d. mengajak ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat,
misalnya : pengajian, kerja bakti dll
e. berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk ketrampilan sosial
yang dapat dilakukan pasien
f. mengontrol kepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan resep
dokter
g. jika klien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara halus
dan emapti. Hindari tindakan paksa yang menimbulkan trauma bagi
pasien.
h. control suasana lingkungan / pembicaraan yang dapat memancing
terjadinya marah
8

i. mengenali tanda tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan


j. segera control ke dokter/ RS jika muncul perubahan perilaku yang
menyimpang atau obat habis.
G. Pencegahan Kekambuhan
1.

Aktivitas teratur/terjadual

2.

Perhatikan kegiatan sehari-hari pasien

3.

Jadualkan kegiatan sehari-hari pasien (menyapu, mengepel,


mencuci pakaian sendiri, dll)

4.

Beri pujian jika pasien berhasil

5.

Minum obat teratur dan sesuai aturan

6.

Perhatikan dosis, cara, dan waktu minum obat

7.

Dorong pasien untuk meminum obat secara mandiri

8.

Beri pujian jika pasien bisa minum obat secara mandiri

9.

Kontrol teratur

10.

Lakukan kontrol secara teratur ke RS sebelum obat habis

11.

Dukungan keluarga

12.

Dukung pasien dalam segala aktivitas yang positif

13.

Tetap memberi semangat kepada pasien

14.

Dukung pasien untuk kontrol teratur

Você também pode gostar