Você está na página 1de 5

30 Oktober 2013.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika , memperkenalkan konsep Tri Hita


Karana dihadapan para peserta seminar Internasional tentang bisnis, manajemen dan lingkungan
yang diselenggarakan oleh Universitas Mercu Buana Jakarta, di Hotel Inna Kuta Beach, Kuta,
Selasa (29/10). Menurut Gubernur seminar ini sejalan dengan seminar yang diselenggarakan
pada saat pelaksanaan APEC Summit di Nusa Dua beberapa minggu yang lalu, yang
bertema Sustainable Development based on Tri Hita Karana. Tri Hita Karana sebagai konsep
hidup masyarakat Bali dimana selalu menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan Sudah diadopsi masyarakat
dunia sebagai konsep pembangunan dunia.
Tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat tidak akan bisa
tercapai kalau hubungan ketiga unsur tersebut tidak seimbang dan harmonis, ujar Gubernur.
Dipaparkan Gubernur di Bali konsep ini di implementasikan dalam segala aspek kehidupan
sehingga Bali dijuluki dengan banyak nama yaitu the Island of Paradise, The Island of God, The
Island of peace and the Island of Love. Situasi dan kondisi inilah yang membuat pulau Bali
selalu dijadikan referensi untuk pelaksanaan event besar seperti, Miss World, APEC Summit,
Bali Democracy Forum, Buli Culture Forum, WTO summit dan lain-lain, pungkasnya.
Gubernur mengharapkan dari seminar ini dapat dihasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk
pembangunan ekonomi dan lingkungan Bali.
Seminar yang bertajuk A Comprehensive Study in Asian Ekonomi ini menghadirkan beberapa
pembicara internasional seperti: Prof. Dr Edwardo Marzan Jr dari Philipina, Prof. Dr. Carmen
Costea dari Rumania dan Prof. Dr. Saadiah Mohamad dari Malaysia dan akan berlangsung
sampai tanggal 30 Oktober 2013. Seminar ini terselenggara dengan bekerjasama dengan
beberapa Universitas di Indonesia yaitu Universitas Presiden, Jakarta, Universitas Pancasila
Jakarta, Universitas Pembangunan Nasional, Jakarta, Unversitas Mahasaraswati, Denpasar, dan
Universitas Dwijendra, Denpasar. Dalam seminar ini akan dibahas sebanyak 61 paper dan diikuti
oleh 194 peserta yang terdiri dari para dosen, para pelaku bisnis, peneliti, mahasiswa dan lainlain baik dari Indonesia maupun luar negeri.
Dalam acara pembukaan ini juga hadir, Deputi kebijakan Fiskal dan Moneter Kementerian
Kordinator Ekonomi, Bobby Hamzar.

BALI MANDARA WUJUDKAN KEMANDIRIAN BALI


oleh:
Made Mangku Pastika
(Gubernur Bali)
SULUHBALI.CO

Banyak kalangan masih mempertanyakan apakah program Bali Mandara mampu membuat Bali
ini mandiri, mengingat sangat banyak kebutuhan pokok masyarakat Bali saat ini didatangkan
dari luar Bali, mulai dari keperluan pokok sehari-hari sampai pada sarana upakara, seperti
busung, kelapa, ayam dan bebek. Saya memberikan apresiasi atas pertanyaan tersebut, dan
Saya menilainya sebagai sebuah otokritik yang konstruktif, untuk senantiasa membuat kita eling
dan ngeh, ingat dan waspada, terhadap potensi tantangan dan ancaman ke depan, di samping
kita tengah berjuang sekuat tenaga untuk membangun Bali saat ini.
Kemandirian tentu tidak diartikan kita menutup pasar terhadap produsen luar daerah.
Kemandirian daerah tidak dapat dilepaskan dari potensi dan daya saing daerah. Semestinya
dengan potensi yang kita miliki dan sumber daya manusia yang kreatif, semua atau paling tidak
sebagian besar keperluan hidup dapat dipenuhi masyarakat Bali sendiri. Kemajuan pembangunan
Bali menjadi magnet bagi daerah lain untuk datang dan merebut pasar di Bali. Sudah sewajarnya
pasar Bali dipenuhi oleh produk barang dari berbagai daerah di tanah air, mulai dari kebutuhan
pangan, sandang dan papan, sampai pada barang-barang keperluan upacara agama. Demikian
pula dalam bidang tenaga kerja, membanjirnya tenaga kerja sektor formal maupun informal dari
luar Bali, menjadi ancaman serius bagi angkatan kerja lokal, sekaligus tantangan dalam upaya
penanggulangan pengangguran. Terlebih memasuki masyarakat ekonomi ASEAN 2015, Bali
dengan segala aspek yang dimiliki, mulai dari produk barang, jasa, sampai kualitas sumber daya
manusianya harus memiliki daya saing global.
Bali Mandara sebagai konsepsi dasar pembangunan daerah, dirumuskan dengan berpedoman
pada pengalaman pembangunan masa lalu, potensi, permasalahan dan tantangan saat ini, serta
tantangan dan prospek Bali ke depan. Jadi kemandirian daerah sebetulnya secara implisit sudah
menjadi target dan sasaran pembangunan daerah saat ini.
Sebagai visi pembangunan daerah, Bali Mandara dengan berbagai program prioritas pengentasan
kemiskinan merupakan sebuah konsep pembangunan yang bertahap, berjenjang, dan berlanjut.
Artinya, berbagai permasalahan dan tantangan pembangunan akan diatasi secara gradual, tentu
dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.

Dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, program Bali Mandara berpijak pada 5 (lima)
pilar, yaitu: pro-growth, pro-poor, pro-job, pro-environment, dan pro-culture. Pro-growth.
Pertumbuhan ekonomi Bali yang terus meningkat dan berada di atas rata-rata nasional
merupakan sebuah kemajuan nyata pembangunan saat ini. Bahkan pertumbuhan tersebut, Saya
upayakan diikuti dengan pemerataan di seluruh Bali, dan multiflier effect lebih meluas dari setiap
sektor unggulan, melalui pembangunan beberapa infrastruktur strategis di Bali utara, Bali barat,
dan Bali timur.
Pro-poor. Program pembangunan berpihak pada masyarakat miskin, dengan tujuan
mengentaskan kemiskinan secara menyeluruh. Masyarakat miskin, karena mereka tidak punya
rumah layak, lalu mereka sakit, karena tidak bisa berobat mereka tidak bisa bekerja, sehingga
tidak punya penghasilan layak, tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya, dan seterusnya. Rantai
kemiskinan ini harus dipotong dengan berbagai program, seperti Jaminan Kesehatan Bali
Mandara (JKBM), Bedah Rumah, Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri), beasiswa miskin,
pendidikan kecakapan hidup, dan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu).
Pro-job. Kemajuan pembangunan telah memberikan dampak perluasan lapangan kerja dan
pengurangan pengangguran di Bali. Angka pengangguran di Bali saat ini sebesar 1,87%
merupakan angka pengangguran terkecil di tanah air. Berbagai jenis pendidikan kecakapan hidup
membuat masyarakat Bali siap bersaing merebut bahkan menciptakan pasar kerja sendiri.
Demikian pula dengan pembinaan UMKM secara lebih intensif, akan mendorong perkembangan
ekonomi kerakyatan, sekaligus juga memperluas lapangan kerja. Sementara program Simantri
terbukti telah mampu menarik minat masyarakat, termasuk generasi muda untuk bertani.
Pro-environment. Filosofi Tri Hita Karana harus tetap menjadi landasan pembangunan.
Penjabarannya antara lain melalui program prioritas Bali Green Province, yang bertujuan
memelihara dan melestarikan lingkungan dan alam Bali. Sementara program Simantri bertujuan
memajukan sektor pertanian dalam arti luas, meliputi pertanian, perikanan, perkebunan dan
peternakan. Apabila kemajuan pertanian ini terwujud, tentu semua produknya akan mampu
memenuhi kebutuhan pasar daerah, mulai dari busung dan kelapa, ayam, bebek, bahkan sapi
Bali akan semakin berkembang populasinya.
Pro-culture. Kebudayaan daerah yang adiluhung menjadi pilar perkembangan pariwisata budaya,
sebagai salah satu sektor utama pembangunan daerah. Budaya yang bernafaskan agama Hindu
dan berakar pada kehidupan agraris masyarakat menyebabkan Bali menjadi unik, sekaligus
menjadi keunggulan dan daya tarik utama kemajuan pariwisata. Bali Mandara memberikan
perhatian serius pada upaya penggalian, pengembangan, dan pelestarian kebudayaan daerah,
mulai dari perhatian dan pemberdayaan organisasi tradisional seperti desa pakraman, banjar,
subak, dan sekaa-sekaa berikut parajuru-nya, sampai pada pelestarian unsurunsur budaya
lainnya, seperti Bahasa Bali, Kesenian dan upacara-upacara adat/agama.

Pemberdayaan Masyarakat

Secara substansial, program Bali Mandara adalah juga pemberdayaan masyarakat Bali, yang
dilaksanakan secara simultan, bermuara pada pengentasan kemiskinan dan kemandirian
masyarakat.
Ada tiga kluster penanganan kemiskinan di Bali. Pertama, memberikan ikan kepada kelompok
rumah tangga sangat miskin. Program ini seperti bedah rumah, JKBM, beasiswa miskin, bantuan
sembako, dan perlindungan sosial lainnya. Kedua, memberikan pancing kepada kelompok
rumah tangga miskin. Program ini misalnya pembentukan kelompok simantri, kelompokkelompok usaha mikro kecil, program pendidikan kecakapan hidup, dan sejenisnya. Ketiga,
memberikan sampan kepada kelompok rumah tangga hampir miskin. Program ini meliputi
pemberian modal usaha, penyediaan pasar, jaminan kredit, dan sejenisnya.

Aktivitas di salah satu kelompok tani anggota Simantri.


Sebagai contoh kemajuan realisasi program, sampai akhir tahun 2013 telah dibentuk 325 unit
Simantri di 325 desa, sedangkan pada tahun 2014 akan dibentuk 100 unit. Sementara program
Gerbangsadu sebagai program pemberdayaan ekonomi perdesaan, dengan bantuan sebesar Rp 1
milyar, yang diperuntukkan bagi desa yang memiliki penduduk miskin di atas 35%, pada tahun
2013 ini sudah menyasar 82 desa, atau seluruh desa sasaran. Sementara pada tahun 2014 akan
dialokasikan menyasar 50 desa. Jadi program pemberdayaan masyarakat terus ditingkatkan baik
kuantitas, kualitas, maupun efektivitasnya.
Angka kemiskinan masyarakat Bali dalam lima tahun terakhir menurun cepat, saat ini 3,95%,
menurut beberapa pakar sudah memasuki hard rock. Angka ini selanjutnya akan sangat sulit
untuk turun, atau mengalami penurunan yang sangat lambat, mengingat faktor dasar penyebab
kemiskinan bukan sepenuhnya masalah ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan selain ekonomi
sangat penting diterapkan, seperti pendekatan sosiologis dan pendekatan budaya. Budaya miskin
masyarakat Bali masih ada, misalnya malas-malasan, suka berjudi, gengsi mengambil pekerjaan,
dan sejenisnya, yang harus dikikis habis apabila kita ingin menghapus kemiskinan dari pulau
Dewata.
Saya yakin angka kemiskinan saat ini dapat kita tekan menembus hard rock tersebut, melalui
optimalisasi program Bali Mandara, serta tentunya partisipasi aktif seluruh komponen

masyarakat. Sejalan dengan itu, Saya tetap berharap masukan konstruktif dari semua pihak,
mulai dari pengawasan terhadap implementasi program, sampai pada solusi terhadap berbagai
permasalahan yang ada. Bali Mandara adalah program yang juga untuk mewujudkan Bali yang
mandiri. Masyarakat Bali yang maju, aman, damai, dan sejahtera, adalah masyarakat Bali yang
juga mampu memenuhi segala keperluan hidup dasar dan sosialnya, tanpa sangat tergantung
pada daerah luar. Semoga dapat kita wujudkan! Terima kasih.

Você também pode gostar