Você está na página 1de 8

ALIRAN ESENSIALISME

a. Pengertian Esensialisme
Sebagai mana progresivisme, esensialisme dikenal sebagai gerakan
pendidikan danjuga sebagai aliran filsafat pendidikan. Essensialisme berusaha
mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat
inti atau hakikat fundamental, atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan
sesuatu. Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada
generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu karenaitu Esensialisme
tergolong tradisionalisme.
Esensialisme

tumbuh

sebagai

protes

atau

perlawanan

terhadap

progresivisme. Sekitar tahun 1930 timbul organisasi yang bernama esensialist


Committee for the Advancement of Education. Salah seorang tokoh yang terkenal
adalah Wiliam C. bagley, Arthur K. Ellis, dkk dalam bukunya mengemukakan
bahwa Esensialisme berakar dari aliran filsafat idialisme dan realisme. Wiliam C.
bagley (1876-1946)adalah pemimpin gerakan Eensialisme dalam dalam melawan
gerakan progresivisme dari John Dedey dan W. H. kilpatrick.
b. Sejarah Perkembanggan Esensialis
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang
berbeda dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad
11, 12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang
dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan
dan kesenian serta kebudayaan purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi
purbakala. Renaissance itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan sebagai puncak
timbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari
aktivitas manusia.14 Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930 dengan
beberapa orang pelopornya seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick
Breed dan Isac L. Kandell. Pada tahun 1938 mereka membentuk suatu lembaga
yang disebut dengan the essensialist committee for the advancement of American
Education sementara Bagley sebagai pelopor esensialsme adalah seorang guru
besar pada Teacher College Colombia University. Bagley yakin bahwa fungsi

utama sekolah adalah mentransmiskan warisan budaya dan sejarah kepada


generasi muda.
Bagley dan rekan-rekannya yang memiliki kesamaan pemikiran dalam hal
pendidikan sangat kritis terhadap ppraktek pendidikan progresif. Mereka
berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual
dan moral anak muda. Setelah perang dunia ke-2, kritk terhadap pendidikan
progresiv telah tersebar luar dan tampak merujuk pada kesimpulan : sekolah gagal
dalam tugas mereka mentransmisikan warisan-warisan intelektual dan sosial.
Esensialisme,

yang

memiliki

beberapa

kesamaan

dengan

perenialisme,

berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang
harus diberikan sekolah-sekolah kepada para siswa dalam suatu cara yang
sistematis dan berdisiplin.
Aliran ini populer pada tahun 1930 an dengan populernya Wiliam Bagley
(1874-1946). Pada awal abad ke-20 aliran ini dikritik sebagai aliran kaku untuk
mempersiapkan siswa memasuku dunia dewasa. Namun, dengan suksesnya Ui
Sopiet dalam meluncurkan Sputnik pada tahun 1957, minat pada aliran ini
kembali hidup. Pada tahun 1983 The Presidents Commission on Excellence in
Education di AS menerbitkan laporan, A Nation at Risk, yang memperlihatkan
kehidupan penganut aliran esensialis.
c. Ciri-ciri Aliran Esensialisme
Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai
tinjauan yang berbeda dengan progressivisme mengenai pendidikan dan
kebudayaan.

Jika

progressivisme

menganggap

pendidikan

yang

penuh

fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan doktrin
tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah dan berkembang, maka aliran
Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar
pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya
pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan tidak
menentu serta kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah diatas pijakan nilai

yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah teruji oleh waktu, tahan lama dan
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan terseleksi
Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan
filsafat yang korelatif, selama empat abad belakangan ini, dengan perhitungan
zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan Esensialistis
awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke
sembilan belas. Idealisme dan Realisme

adalahaliran-aliran filsafat yang

membentuk corak Esensialisme. Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing


ini bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat ini bertemu sebagai pendukung
Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu. Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat
utama masing-masing. Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen
esensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik;
sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandanganpandangannya bersifat spiritual.
Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama
dengan substansi gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik duni fenomenal ini ada jiwa
yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan
Tuhan. Dengan menguji menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia
akan dapat mencapai kebenaran, yang sumbernya adalah Tuhan sendiri.
Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William
C. Bagley adalah sebagai berikut :
minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar
awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri
siswa.
pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat
dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada
spsies manusia.
oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan
pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut.

esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan,


sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori
yang lemah.
d. Tokoh- tokoh Aliran Esensialisme
Esensialisme didasri atas pandanga humanis yang merupakan reaksi
tehadap hidup yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan meterialistik.
Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran
idealisme dan realisme. Beberapa tokoh utama dalam penyebaran aliran
esensialisme adalah:
Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan
permulaan abad 16, yang merupakan tikoh pertama yang menolak pandangan
hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha agar kurikulum sekolah
bersifat humanistis dan bersifat internayional, sehingga bisa mencakup lapisan
menengah dan kaum Aristokrat.
Johann Amos Comenius, yang hidup di seputar tahun 1592-1670, adalah
seorang yang memiliki pandangan realitas dan dogmatis. Comenius berpendapat
bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak
tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
John Locke, tokoh dari inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 sebagai
pemikir dunia berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan
situasi dan kondisi.
Johann Henrich Pestalozzi, sebagai seorang tokoh yang berpandangan
naturalistis yang hidup pada tahun 1746-1827. Pestalozzi memiliki kepercayaan
bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada manusia
terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya.
Johann Friederich Frobel, 1782-1852 sebagai tokoh yang berpandangan
kosmis-sintetis dengan keyakinannya bahwa manusia adalah mahluk ciptaan
tuhan yang merupakan bagian dari alam ini, sehingga manusia tunduk dan
mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam.

Johann Friederich Harbert, yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagai salah
seorang murid dari Immanuel Kant yang berpandangan kritis, Harbert
berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang
dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-hukum
kesusilaan dan inilah yang disebut proses pencapayan tujuan pendidikan oleh
Harbert sebagai pengajaran yang mendidik.
William T. Harris, tokoh dari Amerika Serikat hidup pada tahun 1835-1909.
Harris yang pandanganmya dipengaruhi oleh Hegel berusaha menerapkan
idealisme obyektif pada pendidikan umum. Tugas pendidikan baginya adalah
mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan
kesatuan spiritual
e. Pandangan-pandangan Aliran Esensialisme
1. Pandangan relita (ontologi)
Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa
dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada
ada pula. Pendapat ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan citacita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Tujuan umum aliran
esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi
pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu
menggerakkan kehendak manusia.
Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam miniatur dunia yang bisa
dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan keagungan. Maka dalam
sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola
idealisme, realisme dan sebagainya. Adapun uraian mengenai realisme dan
idealisme ialah:
Realisme yang mendukung esensialisme yang disebut realisme obyektif karena
mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam serta tcmpat manusia di
dalamnya. Ilmu pengetahuan yang mempengaruhi aliran realisme dapat dilihat
dari fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat dipelajari bahwa tiap aspek dari
alam fisika dapat dipahami berdasarkan adanya tata yang jalan khusus. Dengan
demikian berarti bahwa suatu kejadian yang paling sederhana pun dapat

ditafsirkan menurut hukum alam di antaranya daya tarik bumi. Sedangkan oleh
ilmu-ilmu lain dikembangkanlah teori mekanisme, dan dunia itu ada dan
terbangun atas dasar sebab akibat, tarikan dan tekanan mesin yang sangat besar.
ldealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis
dibandingkan dengan realisme obyektif. Maksudnya adalah bahwa pandanganpandangannya bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu.
Dengan landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakikatnya
adalah jiwa atau spirit, idealisme menetapkan suatu pendirian bahwa segala
sesuatu yang ada ini adalah nyata.
Hegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama
menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah
penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori
sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh
hukum-hukum yang sejenis.
2. Pandangan tentang pengetahuan (Epistimologi)
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk
mengerti epistimologi esensialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari relita
sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, makna manusia pasti mengetahui dalam
tingkat kualitas apa rasionya manpu memikirkan kesemestaan itu.dan berdasarkan
kualitas itulah manusia memproduksi secara tepat pengetahuannya dalam bidangbidang: ilmu alam, biologi, sosial, estetika, dan agama.
3. Pandangan tentang nilai (axiologi)
Nilai, seperti hanyalah pengetahuan berakar pada dan diperoleh dari
sumber-sumber obyektif. Sedangkan sifat-sifat nilai terganung dari pandangan
yang timbul dari relisme dan idealisme. Menurut realisme, kualitas nilai tidak
dapat ditentukan secara konsepsuil terlebih dahulu, melainkan tergantung dari apa
atau lanjutnya akan tergantung pula dari sikap subyek. Menurut idealisme, sesuatu
yang nampak pada dunia temporal itu belum tentu mempunyai nilai bagi manusia.
Sebb nilai itu berakar pada hal-hal yang temporal saja seperti halnya awan putih
pada pagi hari masih tampak, tetapi siang atau sore hari sudah hilang.

4. Pandangan tentang pendidikan


Pendidikan
Bagi penganut Esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk
memelihara kebudayaan, Edukation as Cultural Conservation. Mereka percaya
bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Sebab kebudayaan tersebut telah teuji dalam
segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan adalah esensial yang mempu
mengemban hari, kini dan masa depan umat manusia.
Tujuan pendidikan
Pendidikan bertujuan mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin
solidaritas sosial dan kesejahteraan umum.
Sekolah
Fungsi utama sekolah adalah memelihara nilai-nilai yang telah turuntemurun, dan menjadi penuntun penyesuayan orang (individu) kepada masyarakat.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang berpusat pada masyarakat, society
centeret school, yaitu sekolah yang mengutamakan kebutuhan dan minat
masyarakat.
Kurikulum
Kurikulum (isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh seorang
dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat, society centered. Hal ini sesuai
dengan dasar filsafat idealisme dan realisme yang menyatakan bahwa masyarakat
dan alam (relisme) atau masyarakat dan yang absolut (idealisme) mempunyai
perana menentukan bagaimana seharusnya individu (pesarta di dik)hidup.
Metode
Dalam hal metode pendidikan Esensialisme menyarankan agar sekolahsekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang merhubungan dengan
disiplin mental. Metode problem solving memang ada manfaatnya, tetapi bukan
prosedur yang dapat diterapkan dalam seluruh kegiatan belajar.
Peranan guru dan peserta didik
Guru atau pendidik berperan sebagai mediator atau jembatan antara
dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Guru harus disiapkan
sedemikian rupa agar secara teknis mampu melaksanakan perannya sebagai

pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang terdidik yang
dapat dipercaya. Dengan denikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada
guru, bukan pada peserta didik. Peran peserta didik adalah belajar, bukuan untuk
mengatur pelajaran. Menurut idealisme belajar, yaitu menyesuaikan diri pada
kebaikan dan kebenaran seperti yang telah ditetapkan oleh yang absolut.
Sedangkan menurut realisme belajar berarti penyesuaian diri terhadap masyarakat
dan alam. Belajar berarti menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilainilai sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan
diteruskan kepada angktan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Amri,Amsal. 2009 .Studi filsafat pendidikan. Banda Aceh: Yayasan PeNA
Wahyudin,Dinn dkk. 2010 .pengantar pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka
Prasetya. 2002 . filsafat pendidikan.Bandung: Pustaka Setia

Você também pode gostar