Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
a. Pengertian Esensialisme
Sebagai mana progresivisme, esensialisme dikenal sebagai gerakan
pendidikan danjuga sebagai aliran filsafat pendidikan. Essensialisme berusaha
mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat
inti atau hakikat fundamental, atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan
sesuatu. Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada
generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu karenaitu Esensialisme
tergolong tradisionalisme.
Esensialisme
tumbuh
sebagai
protes
atau
perlawanan
terhadap
yang
memiliki
beberapa
kesamaan
dengan
perenialisme,
berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang
harus diberikan sekolah-sekolah kepada para siswa dalam suatu cara yang
sistematis dan berdisiplin.
Aliran ini populer pada tahun 1930 an dengan populernya Wiliam Bagley
(1874-1946). Pada awal abad ke-20 aliran ini dikritik sebagai aliran kaku untuk
mempersiapkan siswa memasuku dunia dewasa. Namun, dengan suksesnya Ui
Sopiet dalam meluncurkan Sputnik pada tahun 1957, minat pada aliran ini
kembali hidup. Pada tahun 1983 The Presidents Commission on Excellence in
Education di AS menerbitkan laporan, A Nation at Risk, yang memperlihatkan
kehidupan penganut aliran esensialis.
c. Ciri-ciri Aliran Esensialisme
Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai
tinjauan yang berbeda dengan progressivisme mengenai pendidikan dan
kebudayaan.
Jika
progressivisme
menganggap
pendidikan
yang
penuh
fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan doktrin
tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah dan berkembang, maka aliran
Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar
pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya
pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan tidak
menentu serta kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah diatas pijakan nilai
yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah teruji oleh waktu, tahan lama dan
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan terseleksi
Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan
filsafat yang korelatif, selama empat abad belakangan ini, dengan perhitungan
zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan Esensialistis
awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke
sembilan belas. Idealisme dan Realisme
Johann Friederich Harbert, yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagai salah
seorang murid dari Immanuel Kant yang berpandangan kritis, Harbert
berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang
dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-hukum
kesusilaan dan inilah yang disebut proses pencapayan tujuan pendidikan oleh
Harbert sebagai pengajaran yang mendidik.
William T. Harris, tokoh dari Amerika Serikat hidup pada tahun 1835-1909.
Harris yang pandanganmya dipengaruhi oleh Hegel berusaha menerapkan
idealisme obyektif pada pendidikan umum. Tugas pendidikan baginya adalah
mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan
kesatuan spiritual
e. Pandangan-pandangan Aliran Esensialisme
1. Pandangan relita (ontologi)
Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa
dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada
ada pula. Pendapat ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan citacita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Tujuan umum aliran
esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi
pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu
menggerakkan kehendak manusia.
Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam miniatur dunia yang bisa
dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan keagungan. Maka dalam
sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola
idealisme, realisme dan sebagainya. Adapun uraian mengenai realisme dan
idealisme ialah:
Realisme yang mendukung esensialisme yang disebut realisme obyektif karena
mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam serta tcmpat manusia di
dalamnya. Ilmu pengetahuan yang mempengaruhi aliran realisme dapat dilihat
dari fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat dipelajari bahwa tiap aspek dari
alam fisika dapat dipahami berdasarkan adanya tata yang jalan khusus. Dengan
demikian berarti bahwa suatu kejadian yang paling sederhana pun dapat
ditafsirkan menurut hukum alam di antaranya daya tarik bumi. Sedangkan oleh
ilmu-ilmu lain dikembangkanlah teori mekanisme, dan dunia itu ada dan
terbangun atas dasar sebab akibat, tarikan dan tekanan mesin yang sangat besar.
ldealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis
dibandingkan dengan realisme obyektif. Maksudnya adalah bahwa pandanganpandangannya bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu.
Dengan landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakikatnya
adalah jiwa atau spirit, idealisme menetapkan suatu pendirian bahwa segala
sesuatu yang ada ini adalah nyata.
Hegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama
menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah
penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori
sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh
hukum-hukum yang sejenis.
2. Pandangan tentang pengetahuan (Epistimologi)
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk
mengerti epistimologi esensialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari relita
sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, makna manusia pasti mengetahui dalam
tingkat kualitas apa rasionya manpu memikirkan kesemestaan itu.dan berdasarkan
kualitas itulah manusia memproduksi secara tepat pengetahuannya dalam bidangbidang: ilmu alam, biologi, sosial, estetika, dan agama.
3. Pandangan tentang nilai (axiologi)
Nilai, seperti hanyalah pengetahuan berakar pada dan diperoleh dari
sumber-sumber obyektif. Sedangkan sifat-sifat nilai terganung dari pandangan
yang timbul dari relisme dan idealisme. Menurut realisme, kualitas nilai tidak
dapat ditentukan secara konsepsuil terlebih dahulu, melainkan tergantung dari apa
atau lanjutnya akan tergantung pula dari sikap subyek. Menurut idealisme, sesuatu
yang nampak pada dunia temporal itu belum tentu mempunyai nilai bagi manusia.
Sebb nilai itu berakar pada hal-hal yang temporal saja seperti halnya awan putih
pada pagi hari masih tampak, tetapi siang atau sore hari sudah hilang.
pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang terdidik yang
dapat dipercaya. Dengan denikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada
guru, bukan pada peserta didik. Peran peserta didik adalah belajar, bukuan untuk
mengatur pelajaran. Menurut idealisme belajar, yaitu menyesuaikan diri pada
kebaikan dan kebenaran seperti yang telah ditetapkan oleh yang absolut.
Sedangkan menurut realisme belajar berarti penyesuaian diri terhadap masyarakat
dan alam. Belajar berarti menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilainilai sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan
diteruskan kepada angktan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amri,Amsal. 2009 .Studi filsafat pendidikan. Banda Aceh: Yayasan PeNA
Wahyudin,Dinn dkk. 2010 .pengantar pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka
Prasetya. 2002 . filsafat pendidikan.Bandung: Pustaka Setia