Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
(VARIASI FAKTOR EKSPOSI DENGAN GRID DAN NON GRID TERHADAP NILAI
DENSITAS RADIOGRAF)
1
1,2,3
ABSTRAK. Densitas, kontras, sharpness dan detail adalah parameter kualitas radiograf.
Densitas adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film radiograf dan densitas dipengaruhi
oleh beberapa aspek seperti kilovolt, miliampere second, focus film distance dan ketebalan
objek. Karena faktor diatas sehingga faktor eksposi diatur sedemikian rupa, dengan pengaturan
faktor eksposi tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil densitas. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui nilai densitas pada hasil radiograf dengan menggunakan grid dan non grid
terhadap nilai densitas.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental kuantitatif. Data diperoleh menggunakan
nilai densitas yang dihasilkan dengan menggunakan dua lembar film yang menngunakan grid
dan non grid dengan satu kali ekspos pada masing-masing film. Digunakan pula stepwedge
sebagai objek, dan kemudian dilakukan pengukuran menggunakan densitometer. selanjutnya
data dianalisis menggunakan software SPSS versi 17.
Hasil penelitian menunjukan bahwa menentukan nilai faktor eksposi menggunakan grid
dan non grid bisa melakukan perhitunggan menggunakan grid faktor dan tabel konvensasi grid
faktor, karena nilai densitas yang dihasilkan tidak signifikan setelah dilakukan pengujian
menggunakan software SPSS versi 17 dengan metode independen-sample t-tes dengan nilai sig
= 0,107 ( > 0,05) hal ini menunjukan bahwa H0 diterima, dan H1 ditolak.
Kata kunci : densitas, grid, non grid, variasi faktor eksposi, stepwedge.
A;
LATAR BELAKANG
Fungsi grid sendiri adalah menyerap radiasi hambur dari pasien supaya tidak sampai
ke film sehinga kualitas gambaran (kontras) meningkat. Untuk bagian tubuh yang
tebalnya lebih dari 10 cm dan kerapatan jaringan tinggi, serta menggunakan kVp 60
sebaiknya menggunakan grid. Adapun bahan grid terdiri dari bahan-bahan seperti timbal
(Pb) yang disebut lead strip dan alumunium (Al) interspace yang tersusun secara
berselang-selang sehingga membentuk lempengan, dengan susunan seperti ini sehingga
grid mampu menyerap radiasi hambur oleh Pb dan dapat meneruskan radiasi primer oleh
alumunium. (Bushong, 1988)
Grid memiliki beberapa tipe, antaralain: grid linear (linear grid), grid terpusat
(focused grid), grid terpusat semu (pseudufocused grid), dan grid berpotongan (cross
grid). Sedangkan grid ditinjau dari pergerakannya ada dua jenis yaitu: grid diam
(stationary grid) dan grid bergerak (moving grid). Dalam suatu grid ada perbandingan
antara tinggi tebal (h) dengan luas interspace (D) yang disebut dengan istilah Rasio Grid.
(Priantoro, 2011)
Tetapi dengan kontruksi grid seperti itu tidak hanya radiasi hambur saja yang diserap
Pb tetapi radiasi primer juga sebagian ikut terserap oleh Pb, sehingga faktor eksposi akan
ditambah jika mengunakan grid. Dan grid memiliki beberapa rasio, seperti 5:1 ; 8:1 ;
10:1 ; 16:1. Dan semakin tinggi rasio, maka semakin tinggi juga faktor eksposi yang di
perlukan. (Priantoro, 2011)
Dengan adanya rasio grid dan kenaikan faktor eksposi untuk menyesuaikan dengan
penggunaan grid dengan ratio yang berbeda, penulis ingin mencari tahu apakah ada
perbedaan densitas anatara hasil radiograf yang munggunakan grid dan tidak
menggunakan grid, dari alasan itulah penulis mengangkat judul VARIASI FAKTOR
EKSPOSI DENGAN GRID DAN NON GRID TERHADAP NILAI DENSITAS
RADIOGRAF.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menulis rumusan masalah untuk
membatasi pembahasn yang akan di bahas. Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1; Bagaimana menentukan variasi faktor eksposi dengan grid dan non grid?
2; Apakah ada perbedaan densitas radiograf dengan varisai faktor eksposi
menggunakan grid dan non grid?
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah tersebut adalah sebgai berikut:
1;
Untuk mengetahui variasi faktor eksposi dengan grid dan non grid.
2;
Bagi penulis
Menambah pengetahuan tentang variasi paktor eksposi dengan
menggunakan grid dan non grid.
2;
Bagi pembaca
Bisa menambah wawasan radiografi tenang variasi eksposi dengan
menggunakan grid dan non grid.
3;
Bagi institusi
Menambah khasanah ilmu tentang radiografi, variasi eksposi dengan
menggunakan grid dan non grid.
B; Landasan Teori
1; Sinar-x
Menurut Priantoro dkk. Sinar x merupakan jenis gelombang elektromagnetik,
memiliki panjang gelombang lebih pendek dari 1 Angstrom, dan memiliki energi yang
kuat untuk menembus bahan. Gelombang sinar x tidak dapat dilihat, dan bersifat
sebagai radiasi pengion yang mampu menghasilkan ion-ion pada setiap bahan yang
dikenainya.
2; Faktor Eksposi
a; Pengaruh kV Terhadap Gambaran
Menurut Rahman (2005), untuk mendapatkan gambaran yang baik, dibutuhkan
penggunaan faktor eksposi yang tepat termasuk kV. Pada pasien yang gemuk
cenderung digunakan kV yang lebih tinggi dengan alasan supaya sinar-x bisa
menembus pasien dan membentuk gambaran di film. Apabila penggunaan kV tidak
tepat maka akan terjadi pembentukan gambaran yang bisa dianggap salah yaitu over
eksposure atau gambaran dengan densitas tinggi akibat penggunaan faktor eksposi
yang terlalu tinggi dan under ekspose atau gambaran dengan densitas yang rendah
akibat penggunaan faktor eksposi yang terlalu rendah.
b; Pengaruh Kenaikan mAs Terhadap Gambaran
Kenaikan mAs akan diikuti dengan banyaknya jumlah elektron yang dihasilkan
dan mempengaruhi banyaknya foton sinar-x yang dihasilkan atau dengan kata lain
mAs berhubungan dengan kuantitas sinar-x yang dihasilkan. Kuantitas sinar-x akan
mempengaruhi densitas (derajat kehitaman) gambar pada film yang dihasilkan.
Semakin tinggi mAs yang digunakan akan semakin tinggi densitas yang dihasilkan.
Ketika pembuatan pencitraan radiograf dengan mengunakan grid tentu ada kenaikan
faktor eksposi, berikut adalah tabel
Grid Ratio
6:1
Penyesuaian
3 x mAs dari mAs tanpa Grid
8:1
12:1
16:1
3; Grid
4
4
1
Radiasi hambur yang dihasilkan oleh sinar x yang dihamburkan oleh pasien dengan
2
efek Compton apabila sampai ke film dapat menyebabkan penurunan kontras. Oleh
karena itu dibutuhkan alat filtrasi yang bisa mengurangi radiasi hambur yang sampai ke
film. Dan salah satu cara yang paling efektif untuk mengurangi radiasi hambur tersebut
adalah penggunaan grid.
Grid pada umumnya digunakan untuk : bagian tubuh yang tebalnya kurang lebih 10
cm, kerapatan jaringan yang besar terdiri dari jaringan lunak dan tulang, pengunaan
faktor eksposi kVp diatas 60. (Carlton. 2001)
Grid adalah lempengan yang terdiri dari susunan Pb (timbal) dan Al (alumunium)
yang tersusun menjadi lead strip dan interspace. Grid mempunyai fungsi menyerap
radiasi hambur dari pasien supaya tidak sampai ke film sehingga kualitas gambar
(kontras) meningkat. (Priantoro, dkk. 2011)
a; Kontuksi Grid
Konstuksi grid terdiri dari beberapa hal yaitu bahan dasar grid, ratio grid dan
frekuensi grid
1; Bahan dasar Grid
Girid terdiri dari serangkaian garis bahan radioopaque yang
diselingi
Keterangan :
Grid ratio =
h
Grid dengan ratio tinggi lebih efektif
dalam membersihkan radiasi hambur
...(1)
D
daripada grid dengan rasio rendah, karena sudut deviasi diperbolehkan oleh grid
rasio tinggi, sedangkan grid rasio rendah kurang diperbolehkan (Bushong,1988)
1;
2;
keterangan :
Focal spot
Angel
of
deviation
allowed
85% dari radiasi scatter, sedangkan grid 16: 1 dapat membersihkan sebanyak
97%. (Bushong. 1988)
3; Grid frekuensi / N (garis / inchi)
Grid frekuensi didefinisikan banyaknya garis-garis Pb per inchi atau per
centimeter. Grid dibuat pada rentang frekuensi 60 sampai 110 baris per inci (25
sampai 45 garis/cm). (Bushong. 1988)
Grid yang umum digunakan memiliki frekuensi 85-103 garis / inchi (33-41
garis /cm). Semakin banyak N semakin kurang garis-garis grid yang tampak
pada film. Frekuensi grid dihitung dengan membagi ketebalan satu pasang garis
(T + D), dinyatakan dalam m, dalam 1 cm:
Keterangan :
1; T = Ketebal Pb
Grid frequency=
10,000 m/cm
(T + D) m/line pair
...(2)
2; D = Ketebal Interfal Pb
3; 1 cm = 10.000 m
b; Jenis-jenis Grid
1;
b; Grid
terpusat
Adalah grid
lempengan
(Bushong, 1988)
(Focused Grid)
yang
memiliki
lempengan-
dan mengarah ke fokus, karena itu grid ini jalur timbalnya tidak boleh terbalik
dan dalam penggunaannya tidak boleh terbalik. (Bushong. 1988)
berpotonaan (Bushong,1988)
Kemudian jika dua grid dengan tipe yang diketahui dipasang silang
dengan pemasangan yang benar, kombinasi dari kedua grid ini sangat efisien
mengurangi radiasi hambur. Dalam hal ini pemakaian grid dengan ratio tinggi
jika disilangkan akan lebih baik dengan ratio yang rendah. (Bushong, 1988)
c; Grid ditinjau dari segi pergerakannya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a; Grid diam (Stationary Grid)
Adalah grid yang dalam penggunaannya diam pada waktu di adakan
eksposi. Grid ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Gustav Backy pada
tahun 1913. Grid ini biasanya digunakan di ruang gawat darurat karena
dalam kegunaannya lebih praktis dipindahkan sesuai kebutuhan. (Bushong
1988).
b; Grid Bergerak (Moving Grid)
Adalah grid yang bergerak waktu dieksposi. Lamanya pergerakan suatu
grid biasanya sesuai dengan lamanya penyinaran. Pergerakan grid tersebut
berguna untuk menghindari adanya garis-garis timbal pada gambaran
Grid faktor=
Semakin tinggi ratio suatu grid, maka akan mempunyai faktor grid
yang tinggi juga (Priantoro dkk, 2011).
C; METODE PENELITIAN
1;
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
penelitian eksperimental kuantitatif. Data diperoleh dari nilai densitas radiograf yang
dihasilkan menggunakan alat ukur yaitu densitometer dengan variasi faktor eksposi
menggunakan grid dan non grid.
2;
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a; Persiapkan semua peralatan yang akan digunakan untuk melakukan pengujian
meliputi pesawat sinar-x, Stepwedge, densitometer, kaset, film dan prosessing.
b; Hidupkan pesawat sinar-x kemudian atur faktor eksposi yang telah ditentukan.
c; Siapkan kaset yang sudah terisi film yang akan dilakukan pengujian.
d; Letakan Stepwedge diatas permukan kaset.
e; Ekspose dengan menggunakan faktor eksposi : 10 mAs, 60 kV.
f;
g; Letakan grid 1:8 diatas kaset dan letakan Stepwedge diatas grid.
h; Ekspose dengan menggunakan faktor eksposi sesuai perhitungaan dari rumus grid
faktor dengan ratio grid 8:1 (grid faktor = 4).
Grid faktor=
4=
Prosessing film
10
2; Hasil Perhitungan
Selanjutnya penulis melakukan penelitian perbandingan densitas radiograf dengan
menggunakan grid dan non grid yang dihasilkan dengan menggunakan objek berupa
stepwedge dan di lakukan pemotretan sebanyak 6 kali dengan variasi faktor eksposi
mAs menggunakan grid dan non grid. Pemotretan dilakukan 3 kali dengan
menggunakan grid dan 3 kali pemotretan tanpa menggunakan grid, hal ini di lakukan
agar data yang dihasilkan lebih akurat dalam mengetahui nilai densitas yang dihasilkan
dan pengukuran menggunakan densitometer di kampus Politeknik Al-Islam Bandung.
Setelah dilakukan pengukuran nilai densitas maka di dapatkan nilai densitas yang di
hasilkan dari masing-masing sampel dengan variasi faktor eksposi dengan
menggunakan grid dan non grid, kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan uji t-tes
jika distribusi data normal dan uji mann-whitney jika distribusi data tidak normal.
Semua analisis ini menggunakan software statistik dengan SPSS versi 17.
Hasil secara kuantitatif pada masing-masing variasi faktor eksposi menggunakan
grid dan non grid yang akan di jelaskan secara rinci.
a; Nilai Densitas tanpa menggunakan grid
Dari hasil pengukuran densitas menggunakan densitometer dengan cara
mengukur densitas dari tiga titik yaitu daerah tepi kiri, tengah, dan tepi kanan maka
di dapatkan nilai densitas dari setiap pemotretan dengan objek stepwedge yang di
jelaskan pada tabel 4.1
Step
1
2
3
4
5
6
7
8
Nilai Densitas
Rata-Rata
0.19
0.21
0.23
0.27
0.33
0.40
0.50
0.63
11
9
10
11
0.68
0.88
1.11
0.84
1.07
1.36
0.83
1.06
1.33
0.78
1.00
1.27
df
.183
Sig.
11
.200*
Step
1
2
3
4
5
Nilai Densitas
Rata-Rata
0.26
0.29
0.35
0.44
0.57
12
6
7
8
9
10
11
0.73
0.95
1.15
1.34
1.52
1.67
0.73
0.96
1.16
1.36
1.57
1.74
0.72
0.92
1.10
1.29
1.50
1.67
0.73
0.94
1.14
1.33
1.53
1.69
Setelah diketahui hasil pengukuran densitas kemudian nilai densitas dari setiap
sempel disatukan agar didapatkan akurasi data yang signifikan. Setelah itu dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 17 menggunakan metode uji
normalitas data Kolmogorov-smirnov test untuk mengetahui data yang di hasilkan
berdistribusi normal atau tidak seperti pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
rata
df
.158
Sig.
11
.200*
Grid faktor=
13
4=
14
11
Normal Parametersa,,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.11544650
Absolute
.147
Positive
.099
Negative
-.147
Kolmogorov-Smirnov Z
.488
.971
nilai_non_grid_dan_with_grid
non_grid_with_grid
11 .5282
.35698
.10763
11 .8427
.51601
.15558
15
nilai_non_grid_dan_with_grid
Equal
variances
assumed
Sig.
2.848
.107
antara film yang menggunakan grid dan tidak menggunakan grid dengan nilai
<0,05.
Maka ketika H0 bernilai >0,05 sedangkan nilai sig = 0,107 maka H 0
diterima. Dan H0 memiliki arti Ditolak jika hasil pengujian ada perbedaan
dengan nilai <0,05. Dengan demikian H1 ditolak karena nilai <0,05.
E; Kesimpulan
Dari hasil penelitian variasi faktor eksposi dengan menggunakan grid dan non
grid terhadap nilai desitas radiograf yang dilakukan di RS.Muhammadiyah Bandung
pada bulan mei sampai bulan juni 2016 dapat disimpulkan sebagai berikut.
1; Untuk menentukan faktor eksposi dengan menggunakan grid bisa digunakan rumus
grid faktor dan tabel konvensasi grid faktor.
2; H1 ditolak karena nilai <0,05. Dengan demikian H0 diterima karena nilai -
value = 0,107, sehingga >0,05 yaitu tidak ada perbedaan signifikan nilai
densitas antara menggunakan grid dan non grid
F; Daftar Pustaka
16
2013.
Sensitometri.
[Online].
Tersedia
http://anggraeniwinda.blogspot.co.id/2013/10/sensitometry.html [Rabu, 30
Oktober 2013]
Dinata,
Firzan.
2011.
Grid
Radiografi.
[Online].
Tersedia
https://firzandinata.wordpress.com/2011/10/05/grid-radiografi/ [
October 5,