Você está na página 1de 20

MATERI KULIAH

AUDIT UNTUK DANA PEMILU


Pelaksanaan Audit Atas Dana Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden untuk Tujuan Kepatuhan atas Pelaksanaan Kampanye
Disusun untuk Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Pengauditan II
Kelas C Batch III STAR BPKP Tahun/Angkatan. 2015

Dosen Pengampu:
Drs. Wartono, MSi., Akt, CPA, CA

Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.

Agung Sunandar
Happy Bayu P
Luhur Budi N. P
Rinto Ariwibowo
Zulfa Nur Rohmah

F131 5 008
F131 5 108
F131 5 058
F131 5 080
F131 5 099

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

PENGANTAR

1. Latar Belakang Masalah


Pelaksanaan Pemilihan Umum pada dasarnya merupakan peristiwa politik yang
memiliki dampak pertanggungjawaban luas kepada masyarakat, oleh karena itu
proses atau prosedur tentang pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia diatur
oleh Undang-undang serta peraturan pelaksanaannya. Prosedur dan praktek
pemilihan umum erat kaitannya dengan aspek ketaatan untuk mendukung
pertanggungjawaban baik secara formal maupun inforomal kepada masyarakat.
Oleh karena itu prosedur assurance diperlukan dalam memberikan keyakinan
yang memadai, proses assurance dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan dilakukan melalui prosedur audit.
Pemilihan umum di Indonesia secara umum dibagi menjadi tiga bagian prosedur
yang terpisah sesuai dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Umum dengan penjelasan sebagai beirkut:
a. Pemilihan Umum secara umum sebagaimana dijelaskan pada pasal 1 (1)
Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. Pemilihan umum untuk kepentingan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 (3) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
adalah Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. Pemilihan umum untuk kepentingan pemilihan pejabat kepala daerah
(Gubernur, Bupati/Walikota) sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 (4)
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota adalah Pemilihan untuk memilih
gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2

d. Pemilihan Umum untuk pemilihan anggota legislatif pusat/daerah (Anggota


Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah) sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 (2) Pemilu Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah adalah Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Makalah ini secara khusus akan membahas tentang pelaksanaan dukungan
assurance dalam bentuk audit kepatuhan atas pelaksanaan pemilihan umum
presiden dan wakil presiden.
Prosedur audit untuk mendukung assurance pelaksanaan pemilihan umum
Presiden dan Wakil Presiden diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2009 sementara peraturan pelaksanaan atas undang-undang tersebut
diatur dalam:
1.1 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 17 Tahun
2014 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2014;
1.2 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 55 Tahun 2009 tentang Pedoman
Audit Laporan Penerimaan Dan Penggunaan Dana Kampanye Pasangan
Calon Presiden Dan Wakil Presiden Serta Tim Kampanye Dalam Pemilihan
Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2009.
Peraturan tersebut diatas secara umum menjelaskan tentang pentingnya
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kampanye calon Presiden dan Wakil
Presiden terhadap kriteria peraturan perundangan yang berlaku.
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah tentang pelaksanaan assurance dalam bentuk pelaksanaan
audit kepatuhan atas atas pelaksanaan pemilihan umum presiden dan wakil
presiden dengan rincian sebagai berikut:

2.1 Ketentuan penyelenggaraan dana kampanye calon presiden dan wakil


presiden dalam pelaksanaan pemilihan umum;
2.2 Prosedur audit kepatuhan atas penyelenggaraan dan pertanggungjawaban
atas dana pemilihan umum presiden dan wakil presiden.
3. Pembatasan Masalah
Makalah ini secara umum membahas tentang pelaksanaan kegiatan assurance
berupa audit kepatuhan atas pengelolaan dana kampanye pemilihan umum
presiden dan wakil presiden sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 55 Tahun 2009 tentang Pedoman Audit Laporan
Penerimaan Dan Penggunaan Dana Kampanye Pasangan Calon Presiden Dan
Wakil Presiden Serta Tim Kampanye Dalam Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2009.
3.1 Penyajian pembahasan dengan pendekatan prosedur dan format penyajian
laporan audit sehingga dapat dipahami mengenai:
3.2 Pola penyelenggaraan dana kampanye yang sesuai dan tidak sesuai dengan
kriteria peraturan perundangan;
3.3 prosedur pelaksanaan kegiatan audit, pihak yang berwenang dan berkaitan
dengan perikatan audit serta kriteria yang digunakan;
3.4 Penyajian Laporan Audit kepatuhan dan prosedur pertanggungjawaban
kegiatan audit.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 55 Tahun 2009 merupakan peraturan
umum yang masih berlaku sampai dengan saat penulisan makalah ini, namun
terdapat kecenderungan untuk terjadi perubahan peraturan seiring dengan waktu
pemilihan umum presiden dan wakil presiden yang dilakukan lima tahun sekali.
penyajian makalah dengan menggunakan referensi tersebut pada dasarnya hanya
untuk memberi gambaran tentang gambaran umum pelaksanaan audit dana
kampanye secara umum.

PEMBAHASAN
1. PENYELENGGARAAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN
DAN WAKIL PRESIDEN
Penyelenggaranan pemilihan umum presiden dan wakil presiden diatur melalui
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 menjelaskan tentang
ketentuan umum penyelenggaraan pemilihan umum Presiden dan Wakil
Presiden dan kaitannya dengan pertanggungjawaban keuangan atas dana
tertentu pada bagian:
1.1 Dana kampanye merupakan dana untuk kepentingan kegiatan untuk
meyakinkan para Pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program
Pasangan Calon berupa sumbangan yang sah menurut hukum dan
bersifat tidak mengikat dan dapat berasal dari perseorangan, kelompok,
perusahaan, dan/atau badan usaha nonpemerintah;
1.2 Dana Kampanye menjadi tanggung jawab Pasangan Calon yang dapat
diperoleh dari Pasangan Calon yang bersangkutan; Partai Politik dan/atau
Gabungan Partai Politik yang mengusulkan Pasangan Calon; dan pihak
laini, dana kampanye dapat berupa uang, barang, dan/atau jasa;
1.3 Pertanggungjawaban atas dana kampanye menjadi tanggungjawab atas
pelaksana kampanye dan calon serta dipertanggungjwabkan melalui
mekanisme undang-undang.
Berikut ini merupakan ketentuan kriteria kepatuhan atas dana kampanye
sebagaimana diatur dalam Undang-undang tersebut diatas:
No

ProdukHukum

A
1

PENGELOLAAN UMUM
Dana
Kampanye
yang
berasal
dari
perseorangan
tidak
boleh
melebihi
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

Dana Kampanye yang berasal dari kelompok,


perusahaan,
atau
badan
usaha
nonpemerintah
tidak boleh melebihi Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah)
Pemberi sumbangan harus mencantumkan
identitas yang jelas

Kriteria

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

No

ProdukHukum

Kriteria

Dana Kampanye berupa uang wajib dicatat


dalam pembukuan khusus danaKampanye
dan ditempatkan pada rekening khusus dana
Kampanye Pasangan Calon pada Bank
Dana Kampanye berupa sumbangan dalam
bentuk barang dan/atau jasa
dicatat
berdasarkan harga pasar yang wajar pada
saat sumbangan itu diterima
Dana Kampanye
wajib dicatat dalam
pembukuan penerimaan dan pengeluaran
khusus dana Kampanye yang terpisah dari
pembukuan keuangan Pasangan Calon
masing-masing
Pembukuan dana Kampanye
dimulai sejak 3 (tiga) hari setelah Pasangan
Calon ditetapkan sebagai Peserta Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden dan ditutup 7
(tujuh) hari sebelum penyampaian laporan
penerimaan dan pengeluaran dana Kampanye
kantor akuntan publik yang ditunjuk KPU
Dalam rangka Kampanye, Pasangan Calon
dan tim Kampanye di tingkat pusat wajib
memiliki rekening khusus dana Kampanye

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

10

11

12

13

Rekening khusus dana Kampanye Pasangan


Calon dan tim Kampanye didaftarkan
ke KPU paling lama 7 (tujuh) hari setelah
Pasangan Calon ditetapkan sebagai peserta
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden oleh KPU
Pasangan
Calon
dilarang
menerima
sumbangan pihak lain yang berasal dari:
a. pihak asing;
b. penyumbang yang tidak benar atau tidak
jelas identitasnya;
c. hasil tindak pidana dan menyembunyikan
atau menyamarkan hasil tindak pidana;
d. Pemerintah, pemerintah daerah, badan
usaha milik negara, dan badan usaha milik
daerah; atau
e. pemerintah desa atau sebutan lain dan
badan usaha milik desa.
Pelaksana Kampanye
yang menerima
sumbangan tidak dibenarkan menggunakan
dana tersebut dan wajib melaporkannya
kepada KPU dan menyerahkan sumbangan
tersebut ke kas negara paling lambat 14
(empat belas) hari setelah masa Kampanye
berakhir
Pelaksana Kampanye yang tidak memenuhi
ketentuan dikenai sanksi sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang
Setiap orang yang menggunakan anggaran
Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha
milik negara (BUMN), badan usaha milik
daerah (BUMD), pemerintah desa atau
sebutan lain dan badan usaha milik desa untuk
disumbangkan
atau
diberikan
kepada

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

No

B
1

C
1

ProdukHukum

Kriteria

pelaksana
Kampanye
dikenai
sanksi
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
KETENTUAN PELAPORAN
Pasangan Calon dan tim Kampanye di tingkat
pusat
melaporkan
penerimaan
dana
Kampanye kepada KPU 1 (satu) hari sebelum
dimulai Kampanye dan 1 (satu) hari setelah
berakhirnya Kampanye
Laporan penerimaan dana Kampanye ke KPU
mencantumkan
nama
atau
identitas
penyumbang, alamat, dan nomor telepon yang
dapat dihubungi
KPU mengumumkan laporan penerimaan
dana Kampanye setiap Pasangan Calon
kepada masyarakat melalui media massa 1
(satu) hari setelah menerima laporan dana
Kampanye dari Pasangan Calon
Pasangan Calon dan tim Kampanye di tingkat
pusat
melaporkan
penggunaan
dana
Kampanye kepada KPU, KPU provinsi, KPU
kabupaten/kota paling lama 14 (empat belas)
hari sejak berakhirnya masa Kampanye
KPU, KPU provinsi, KPU kabupaten/kota
menyampaikan laporan penerimaan dan
penggunaan dana Kampanye yang diterima
dari Pasangan Calon dan tim Kampanye
kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk
paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya
laporan
Kantor akuntan publik menyampaikan hasil
audit kepada KPU, KPU provinsi dan KPU
kabupaten/kota paling lama 45 (empat puluh
lima) hari sejak diterimanya laporan
KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota
memberitahukan hasil audit dana Kampanye
kepada masing-masing Pasangan Calon dan
tim Kampanye paling lama 7 (tujuh) hari
setelah KPU, KPU provinsi dan KPU
kabupaten/kota menerima hasil audit dari
kantor akuntan publik
KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota
mengumumkan hasil audit dana Kampanye
kepada masyarakat paling lama 10 (sepuluh)
hari setelah diterimanya laporan hasil audit
dari kantor akuntan publik
KETENTUAN PERTANGGUNGJAWABAN
KPU menetapkan kantor akuntan publik yang
memenuhi persyaratan di setiap provinsi.

Kantor akuntan publik paling sedikit memenuhi


persyaratan sebagai berikut:
a. membuat pernyataan tertulis di atas kertas
bermeterai cukup bahwa rekan yang
bertanggung jawab atas pemeriksaan
laporan dana Kampanye tidak berafiliasi
secara ataupun tidak langsung dengan

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

No

ProdukHukum

Kriteria

Pasangan Calon dan/atau tim Kampanye;


dan
b. membuat pernyataan tertulis di atas kertas
bermeterai cukup bahwa rekan yang
bertanggung jawab atas pemeriksaan
laporan
dana
Kampanye
bukan
merupakan anggota atau pengurus Partai
Politik yang mengusulkan Calon.
Biaya jasa akuntan publik dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja negara.

Dalam hal kantor akuntan publik yang


ditetapkan oleh KPU sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 101 ayat (1) dalam proses
pelaksanaan audit diketahui tidak memberikan
informasi yang benar mengenai persyaratan,
KPU membatalkan penetapan kantor akuntan
publik yang bersangkutan
Kantor akuntan publik yang dibatalkan
pekerjaannya tidak berhak mendapatkan
pembayaran jasa
KPU menetapkan kantor akuntan publik
pengganti untuk melanjutkan pelaksanaan
audit atas laporan dana Kampanye Pasangan
Calon yang bersangkutan

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2009

2. Prosedur Audit
Prosedur audit merupakan langkah kerja terstruktur yang dilaksanakan oleh
pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangan dalam
melaksanakan kegiatan compliance audit pelaksanaan pemilihan umum
presiden dan wakil presiden.
3.1 Dasar Hukum Pelaksanaan Audit dan Kriteria yang Digunakan
3.1.1

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan


Pemilihan Umum;

3.1.2

Undang-undang Nomor Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden Tahun 2009;

3.1.3

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 17 Tahun 2014 tentang Dana Kampanye Peserta
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014;

3.1.4

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 55 Tahun 2009 tentang


Pedoman Audit Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana
Kampanye Pasangan Calon Presiden Dan Wakil Presiden Serta
Tim Kampanye Dalam Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil
Presiden Tahun 2009.

3.2 Pihak-pihak yang Terlibat


3.2.1

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagaimana diatur dalam


Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 pasal 8 jo Undang-undang
Nomor 42 Tahun 2008 pasal 101 sebagai penunjuk Kantor
Akuntan Publik yang melaksanakan kegiatan Audit atas Dana
Kampanye;

3.2.2

Akuntan Publik sebagai pihak professional yang melaksanakan


kegiatan audit ketaatan atas dana kampanye berdasarkan atas
perikatan kerja dengan pihak atestee (Komisi Pemilihan Umum);

3.2.3

Pihak pelaksana kegiatan kampanye dan calon peserta pemilihan


umum presiden dan wakil presiden selaku pihak pelaksana
kegiatan dan penerima dana kampanye dari berbagai pihak. Pihak
pelaksana kegiatan kampanye dapat juga diartikan sebagai Tim
Kampanye (TK).
Tim kampanye tingkat pusat atau tim kampanye nasional (TKN)
adalah tim yang dibentuk oleh Pasangan Calon berkoordinasi
dengan partai politik dan/atau gabungan partai politik pengusul,
yang bertugas menyusun seluruh kegiatan tahapan kampanye
dan

membantu

penyelenggaraan

kampanye,

serta

bertanggungjawab atas pelaksanaan teknis penyelenggaraan


kampanye. TKN dapat membentuk tim kampanye daerah, yaitu
tim kampanye tingkat provinsi dan tim kampanye tingkat
kabupaten/kota;
3.2.4

Pihak ketiga yang menyerahkan atau memberikan dana


kampanye kepada pihak pelaksana kegiatan kampanye dan calon
peserta pemilihan umum calon presiden dan wakil presiden.

3.3 Prosedur Persiapan/Pendahuluan


Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 pasal 101 menjelaskan tentang
ketentuan dalam penunjukan dan perubahan Kantor Akuntan Publik
9

sebagai phak professional yang melaksanakan kegiatan audit atas dana


kampanye. Ketentuan terebut menyebutkan bahwa setelah perikatan
efektif, pihak auditor wajib melaksanakan kegiatan audit sesuai dengan
standar atau pedoman audit sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 55 Tahun 2009 tentang Pedoman Audit
Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana Kampanye Pasangan Calon
Presiden Dan Wakil Presiden serta Tim Kampanye Dalam Pemilihan
Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2009.
Kegiatan pendahuluan audit pada dasarnya dimulai pada saat seluruh
dokumen adminitratif diserahkan oleh pihak pelaksana kampanye
dan/atau calon presiden dan wakil presiden secara lengkap kepada
Komisi Pemilhan Umum, dokumen administratif tersebut merupakan
dokumen pertanggungjawaban berupa laporan atas perhimpunan dana
kampanye dan pertanggungjawaban atas dana kampanye. Laporan
Pertanggungjawaban

Penggunaan/Penggunaan

Dana

Kampanye

(LPPDK) adalah laporan dana kampanye yang menyajikan ikhtisar saldo


awal, penerimaan, penggunaan, dan saldo akhir dana kampanye Pemilu
yang disusun oleh Pasangan Calon atau tim kampanye terkait
sehubungan dengan kegiatan kampanye yang diserahkan kepada KAP
untuk diaudit melalui KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.
LPPDK (beserta laporan pendukung terkait) tingkat nasional adalah
LPPDK
(beserta laporan pendukung terkait) yang menyajikan informasi dana
kampanye di tingkat pusat, tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota
yang telah dikonsolidasi secara nasional:
LPPDK (beserta laporan pendukung terkait) terdiri dari:
a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab atas Laporan Penerimaan dan
Penggunaan Dana Kampanye.
b. LPPDK sesuai dengan tingkatannya (nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota), yang didukung oleh (1) Laporan Penerimaan Dana
Kampanye, (2) Laporan Penggunaan Dana Kampanye, dan (3) Daftar
Saldo Dana Kampanye.

10

LDK Penerimaan adalah laporan dana kampanye yang menyajikan


transaksi penerimaan dana kampanye menurut klasifikasi pemberi dana
(pasangan calon, partai politik, perseorangan, badan usaha, dan lainnya)
dan bentuk dana (uang, barang, jasa, atau lainnya). Dana yang berasal
dari perseorangan dan badan usaha disebut sumbangan dari pihak lain.
Berikut ini merupakan grafis penerimaan dana dari tim pelaksana
kampanye yang diserahkan kepada KPU pada saat sebelum kampanye
dan setelah kampanye:

Masa Pengumpulan Dana


Kampanye

MASA
KAMPANYE

Masa
Pertanggungjawaban
Dana Kampanye

Komisi Pemilihan
Umum
Mengumumkan Max
1 Hari Pasca Terima

Sementara kegiatan adminitratif pasca kampanye adalah pengumpulan


Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Kampanye oleh pihak
pelaksana kampanye kepada KPU dengan mekanisme sebagai berikut:
Pengumpulan Dana
Kampanye

TANGGUNGJWAB
PASCA KAMPANYE

Masa Kampanye

PUBLIK

CALON

DILAPORKAN MAX 14 HARI


PASCA KAMPANYE
HASIL AUDIT MAX 7 HARI

MAX 10 PASCA LAP


KPU
LAP PENERIMAAN
DANA (1 & 2)

KPU MAX 7 HARI MENUNJUK/


MENYERAHKAN KE KAP

KAP
MAX 45 HARI S.D. HASIL AUDIT

11

HASIL AUDIT

3.4 Pelaksanaan Audit


3.4.1 Umum
Dapatkan LPPDK beserta laporan pendukung terkait, seperti yang
tercantum dalam Tanda Terima Penyerahan LPPDK. Contoh
Tanda Terima Penyerahan LPPDKdisajikan dalam Lampiran A
Pedoman ini.
Tentukan ketaatan Pasangan Calon dan tim kampanye terkait
terhadap periode pencatatan dan pelaporan yang dicakup oleh
LPPDK beserta laporan pendukung terkait, berdasarkan ketentuan
dan peraturan yang berlaku, seperti yang tercantum dalam Bagian
III dari Pedoman ini.
3.4.2 RKDK
Tentukan ketaatan Pasangan Calon dan tim kampanye terkait
dalam pembukaan RKDK di bank yang mengacu pada peraturan
yang berlaku dengan melakukan prosedur di bawah ini :
a. Cocokkan tanggal pembukaan RKDK dengan ketentuan yang
berlaku, yaitu RKDK dibentuk paling lambat tujuh hari setelah
Pasangan Calon ditetapkan sebagai peserta Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden oleh KPU (5 Juni 2009).
b. Tentukan

kesesuaian

kepemilikan

RKDK

dengan

cara

membandingkan nama pemilik RKDK antara informasi yang


tercantum dalam rekening koran dengan nama Pasangan
Calon dan/atau tim kampanye terkait.
Tentukan kelengkapan pencatatan transaksi penerimaan dan
penggunaandana

kampanye

Pemilu

dengan

cara

memilih

minimum 30 transaksi yang tercantumdalam RKDK secara acak,


tetapi harus mewakili ketercakupan: (i) transaksi penerimaan dan
penggunaan dana kampanye, dan (ii) seluruh periode yang
tercakup dalam RKDK, serta menelusuri transaksi tersebut ke LDK
Penerimaan dan LDK Penggunaan untuk menentukan tercatat
tidaknya transaksi tersebut.

12

Catatan :
Jika jumlah keseluruhan transaksi penerimaan dan pengeluaran
dana kampanyePemilu yang tercantum dalam RKDK kurang dari
30 transaksi, maka pengujian kelengkapan pencatatan dilakukan
untuk seluruh transaksi tersebut.
3.4.3

LDK Penerimaan Awal, LDK Penerimaan I, Dan LDK Penerimaan


Tentukan keakurasian matematis (penjumlahan, pengurangan,
dan sebagainya) dari seluruh transaksi yang tercantum dalam LDK
Penerimaan Awal, LDK Penerimaan I, dan LDK Penerimaan II
dengan cara melakukan perhitungan kembali.
Bandingkan jumlah penerimaan menurut klasifikasi pemberi dana
dan bentuk dana antara nilai yang tercantum dalam LDK
Penerimaan Awal, LDK Penerimaan I, dan LDK Penerimaan II,
dengan nilai yang tercantum dalam LPPDK.

Jika terdapat

perbedaan antara keduanya, tindak lanjuti dengan melakukan


prosedur yang relevan, seperti menanyakan alasan terjadinya
perbedaan tersebut kepada Pasangan Calon dan tim kampanye
terkait dan melakukan verifikasi atas bukti yang terkait berdasarkan
penjelasan yang diterima, serta prosedur lainnya yang relevan
untuk menyimpulkan alasan terjadinya perbedaan tersebut.
Tentukan ketaatan atas batasan jumlah maksimum penerimaan
sumbangan

(uang, barang, jasa, atau bentuk lainnya) dengan

mengacu pada ketentuan dan peraturan yang berlaku. Jika


terdapat ketidaktaatan terhadap batasan sumbangan,

sajikan

dalam bentuk daftar yang mencakup nama pemberi dana dan


identitas terkait, serta jumlah dana yang diberikan.
Catatan :
a. Mengingat batasan atas nilai sumbangan berlaku untuk jumlah
sumbangan secara akumulatif (dan bukan berdasarkan
transaksi) untuk setiap pemberi dana, maka LDK Penerimaan
Awal, LDK Penerimaan I, dan LDK Penerimaan II wajib
direkapitulasi oleh Pasangan Calon atau tim kampanye terkait
berdasarkan nama pemberi dana.
13

b. Khusus untuk LDK Penerimaan tingkat nasional, selain dilihat


dari tingkat pusat, pengujian batasan sumbangan juga dilihat
secara nasional. Untuk itu nama pemberi dana dalam LDK
Penerimaan

tingkat

nasional

telah

direkapitulasi

(telah

dikonsolidasi/digabung dari tingkat kabupaten/kota, provinsi,


sampai dengan pusat).
Periksa transaksi penerimaan untuk melihat ada tidaknya transaksi
penerimaan yang dilarang berdasarkan ketentuan dan peraturan
yang berlaku. Jika terjadi pelanggaran dari ketentuan tersebut,
tentukan ketaatan Pasangan Calon dan tim kampanye terkait
terhadap ketepatan waktu pelaporan dan penyetoran sumbangan
yang dilarang tersebut kepada KPU dengan cara memeriksa bukti
lapor kepada KPU dan bukti Surat Setoran Penerimaan Negara
Bukan Pajak (SSPNBP)
Tentukan ketaatan pencatatan transaksi penerimaan dalam LDK
Penerimaan Awal, LDK Penerimaan I, dan LDK Penerimaan II
dengan cara memilih minimum 30 transaksi yang tercantum dalam
LDK Penerimaan Awal, LDK Penerimaan I, dan LDK Penerimaan
II secara acak, tetapi harus mewakili ketercakupan: (i) seluruh
periode yang tercakup dalam LDK Penerimaan, (ii) klasifikasi
penerimaan, (iii) sebaran geografis pemberi dana, dan jika relevan,
(iv) pemberian dana dari pusat ke provinsi/kabupaten atau dari
provinsi ke kabupaten.
Catatan :
Jika jumlah keseluruhan transaksi penerimaan dana kampanye
Pemilu yang tercantum dalam LDK Penerimaan kurang dari 30
transaksi, maka pengujian dilakukan untuk seluruh transaksi
tersebut.

Khusus

untuk

LDK

Penerimaan

pada

tingkat

kabupaten/kota, pemilihan transaksi tersebut di atas bukan 30


transaksi, melainkan cukup hanya 20 transaksi saja
Atas sampel yang dipilih pada paragraf sebelumnya, lakukan
prosedur di bawah ini :

14

a. Bandingkan nama, No. identitas, dan alamat pemberi dana


yang tercantum dalam LDK Penerimaan dengan fotokopi
identitas penyumbang tersebut.

Identitas penyumbang

perorangan dibuktikan dengan fotokopi KTP yang masih


berlaku atau identitas lain yang sah, dan fotokopi NPWP.
Identitas kelompok,

perusahaan, dan/atau badan usaha

bukan pemerintah dibuktikan dengan fotokopi akta pendirian


dan fotokopi NPWP. Kewajiban melampirkan fotokopi
NPWP berlaku untuk nilai sumbangan sebesar Rp20 juta
atau lebih.
b. Telusuri transaksi tersebut ke bukti pendukungnya untuk
memastikan: (i) keberadaan transaksi, (ii) klasifikasi
pemberi dana dan bentuk dana, dan (iii) keakurasian
pengukuran dan penilaian.
c.

Berdasarkan

bukti

pendukung

yang

diperoleh

dan

diperiksa, dokumentasikan hasil pengujian tersebut di atas


dalam kertas kerja yang mencakup informasi sebagai
berikut (namun tidak terbatas pada): (i) tanggal transaksi, (ii)
No. referensi transaksi (jika ada), (iii) nama, No. identitas,
alamat, NPWP, dan No.

telepon pemberi dana, (iv)

klasifikasi pemberi dana, (v) bentuk dana, dan (vi) jumlah


dana.
d. Telusuri transaksi penerimaan tersebut ke RKDK untuk
menentukan kelengkapan pencatatan transaksi penerimaan
dana kampanye dalam RKDK.
e. Kirim

konfirmasi

positif

untuk

mengkonfirmasikan

keberadaan dan keakurasian sumbangan. Konfirmasi harus


dikirimkan
konfirmasi

secara
terkait

langsung oleh
sebagai

KAP. Buat

kertas

kerja

daftar
untuk

mendokumentasikan pengiriman konfirmasi tersebut.


f. Lakukan wawancara dengan pemberi dana melalui telepon
untuk menentukan keberadaan dan mengetahui kondisi
pemberi sumbangan, serta tanyakan dan dokumentasikan
informasi di bawah ini dalam kertas kerja :
15

g. Identitas pemberi dana;


h. Kebenaran pemberi dana sebagai penyumbang dan
besaran sumbangan;
i.

Jika pemberi dana ternyata tidak memberikan sumbangan,


tanyakan jika pemberi dana mengetahui atau memberikan
izin kepada pihak lain untuk menggunakan identitasnya
sebagai penyumbang;

j.

Menanyakan

sumber

dana

yang

digunakan

untuk

memberikan sumbangan dan hal-hal lain yang dipandang


perlu oleh KAP untuk memberikan informasi mengenai
kewajaran atau kepatutan pemberi dana dalam pemberian
sumbangan tersebut;
k. Mendapatkan representasi secara lisan dari pemberi dana
bahwa sumbangan yang diberikan bukan merupakan
sumbangan yang dilarang menurut ketentuan dan peraturan
yang berlaku.
l.

Lakukan kunjungan terhadap pemberi dana sebesar 30% dari


jumlah sampel tersebut di atas dengan didampingi oleh
perwakilan tim kampanye untuk menentukan keberadaan dan
mengetahui kondisi pemberi sumbangan, yang dipilih secara
acak tetapi harus mewakili ketercakupan : (i) klasifikasi pemberi
dana dan (ii) sebaran geografis pemberi dana. Lakukan
wawancara mengenai informasi yang disebutkan dalam
paragraf di atas dan dokumentasikan hasil wawancara tersebut
dalam kertas kerja.

m. Bandingkan informasi yang didapatkan dari hasil penelusuran


ke bukti pendukung, konfirmasi, wawancara melalui telepon,
dan kunjungan tersebut di atas dengan informasi yang tercatat
dalam LDK Penerimaan. Jika terdapat perbedaan antara
keduanya, tindak lanjuti dengan melakukan prosedur yang
relevan, seperti menanyakan alasan terjadinya perbedaan
tersebut kepada Pasangan Calon dan tim kampanye terkait dan
melakukan verifikasi atas bukti terkait berdasarkan penjelasan

16

yang diterima, serta prosedur lainnya yang relevan untuk


menyimpulkan alasan terjadinya perbedaan tersebut.
n. Untuk sumbangan yang 1 diterima dalam bentuk bukan kas,
tentukan kesesuaian pencatatan nilai sumbangan berdasarkan
harga pasar wajar yang berlaku di wilayah yang bersangkutan
ketika sumbangan diterima.
3.4.4 Penggunaan Dana Kampanye
Tentukan keakurasian matematis (penjumlahan, pengurangan,
dan sebagainya) dari seluruh transaksi yang tercantum dalam LDK
Penggunaan dengan cara melakukan perhitungan kembali.
Bandingkan

jumlah

penggunaan

dana

kampanye

menurut

klasifikasi penggunaan (operasi, modal, dan lainnya) dan bentuk


penggunaan (kas dan bukan kas) antara nilai yang tercantum
dalam LDK Penggunaan dengan nilai yang tercantum dalam
LPPDK. Jika terdapat perbedaan antara keduanya, tindak lanjuti
dengan melakukan prosedur yang relevan, seperti menanyakan
alasan terjadinya
perbedaan tersebut kepada Pasangan Calon dan tim kampanye
terkait dan melakukan verifikasi atas bukti yang terkait berdasarkan
penjelasan yang diterima, serta prosedur lainnya yang relevan
untuk menyimpulkan alasan terjadinya perbedaan tersebut.
Tentukan ketaatan pencatatan transaksi penggunaan dalam LDK
Penggunaan dengan cara memilih minimum 30 transaksi yang
tercantum dalam LDK Penggunaan secara acak, tetapi harus
mewakili ketercakupan : (i) seluruh periode yang tercakup dalam
LDK Penggunaan dan (ii) klasifikasi penggunaan.
Catatan :
Jika jumlah keseluruhan transaksi penggunaan dana kampanye
Pemilu yang tercantum dalam LDK Penggunaan kurang dari 30
transaksi, maka pengujian dilakukan untuk seluruh transaksi
tersebut.

Khusus

untuk

LDK

Penggunaan

pada

tingkat

kabupaten/kota, pemilihan transaksi tersebut di atas bukan 30


transaksi, melainkan cukup hanya 20 transaksi saja.
17

Atas sampel yang dipilih pada paragraf sebelumnya, lakukan


prosedur di bawah ini :
a. Telusuri transaksi tersebut ke bukti pendukungnya untuk
memastikan:

(i)

keberadaan

transaksi,

penggunaan dan bentuk dana, dan (iii)

(ii)

klasifikasi

keakurasian

pengukuran dan penilaian.


b. Berdasarkan bukti pendukung yang diperoleh dan diperiksa,
dokumentasikan hasil pengujian tersebut di atas dalam kertas
kerja yang mencakup informasi sebagai berikut (namun tidak
terbatas pada): (i) tanggal transaksi, (ii) No. referensi transaksi
(jika ada), (iii) keterangan transaksi atau aktivitas, (iv) bentuk
dana, (v) klasifikasi penggunaan, dan (vi) jumlah penggunaan.
c. Telusuri transaksi penggunaan tersebut ke RKDK untuk
menentukan kelengkapan pencatatan transaksi penggunaan
dana kampanye dalam RKDK.
d. Bandingkan informasi yang didapatkan dari hasil prosedur
tersebut di atas dengan informasi yang tercatat dalam LDK
Penggunaan. Jika terdapat perbedaan antara keduanya, tindak
lanjuti dengan melakukan prosedur yang relevan, seperti
menanyakan alasan terjadinya perbedaan tersebut kepada
Pasangan Calon dan tim kampanye terkait dan melakukan
verifikasi atas bukti terkait berdasarkan penjelasan yang
diterima, serta prosedur lainnya yang 1 relevan untuk
menyimpulkan alasan terjadinya perbedaan tersebut.
e. Untuk penggunaan dalam bentuk bukan kas, tentukan
kesesuaian pencatatan nilai penggunaan berdasarkan harga
pasar wajar yang berlaku di wilayah yang bersangkutan ketika
penggunaan terjadi.
3.4.5 Saldo Akhir Dana Kampanye
Untuk saldo akhir dana kampanye berupa kas, cocokkan saldo
tersebut antara informasi yang tercantum dalam LPPDK dengan
informasi yang tercantum dalam RKDK. Jika terdapat perbedaan
antara keduanya, tindak lanjuti dengan melakukan prosedur yang

18

relevan, seperti menanyakan alasan terjadinya perbedaan tersebut


kepada Pasangan Calon dan tim kampanye terkait dan melakukan
verifikasi atas bukti yang terkait berdasarkan penjelasan yang
diterima, serta prosedur lainnya yang relevan untuk menyimpulkan
alasan terjadinya perbedaan tersebut.

Untuk saldo akhir dana

kampanye dalam bentuk bukan kas, lakukan prosedur di bawah ini:


c. Untuk barang modal, telurusi bukti kepemilikannya dan
lakukan inspeksi atas keberadaan fisiknya.
d. Untuk saldo akhir dalam bentuk bukan kas selain barang
modal, lakukan inspeksi atas keberadaan fisiknya (jika
dipandang perlu).
3.4.6 Surat Representasi Pasangan Calon Dan Tim Kampanye Terkait
Dapatkan surat representasi dari Pasangan Calon dan tim
kampanye terkait sehubungan dengan LPPDK beserta laporan
pendukung terkait. Surat representasi tersebut berbeda dengan
Surat Pernyataan Tanggung Jawab atas Laporan Penerimaan dan
Penggunaan Dana Kampanye.
Sesuai

dengan

standar

profesi

yang

berlaku,

penolakan

penyerahan surat representasi oleh Pasangan Calon dan tim


kampanye terkait kepada KAP dipandang merupakan pembatasan
terhadap pelaksanaan perikatan prosedur yang disepakati, oleh
karena itu, KAP dapat melakukan salah satu dari tindakan-tindakan
sebagai

berikut:

(i)

mengungkapkan

hal

tersebut

dalam

laporannya, atau (ii) mengundurkan diri dari perikatan.


3.5 Prosedur Penyajian Laporan Hasil Audit
Sistematika penyajian pelaporan hasil audit dana kampanye Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden, seperti yang tercantum dalam adalah
sebagai berikut :
a. Laporan akuntan independen atas penerapan prosedur yang
disepakati.
b. Lingkup dan Tanggung Jawab Perikatan.
c. Prosedur dan Temuan/Hasil dari Prosedur.
19

d. Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana Kampanye.


e. Gambaran Umum Pasangan Calon dan Tim Kampanye.
i

Dapat berupa sumbangan yang sah menurut hukum dan bersifat tidak mengikat dan dapat berasal
dari perseorangan, kelompok, perusahaan, dan/atau badan usaha nonpemerintah

20

Você também pode gostar