Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Desa adalah suatu wilayah yang secara hukum berada dibawah pemerintahan
pemerintah kabupaten atau kota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 60 tahun
2014, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Suatu desa dipimpin oleh seorang kepala desa. Dalam masa
jabatannya memimpin desa, kepala desa dibantu oleh perangkat desa.
Berdasarkan sensus yang diadakan pada tahun 2000 sebesar 60% masyarakat
Indonesia masih bertempat tinggal di pedesaan. Oleh karena itu, desa memiliki peran
yang sangat penting sebagai penunjang keberhasilan program dari pemerintah pusat.
Untuk dapat mewujudkan perannya sebagai penunjang keberhasilan program
pemerintah, desa memerlukan pendanaan yang cukup untuk dapat menjalankan
program yang telah disusun. Agar dapat melaksanakan perannya dalam mengatur
dan mengurus komunitasnya, desa berdasarkan ketentuan peraturan pemerintah
nomor 72 tahun 2005, diberikan kewenangan yang mencakup:
a) Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;
b) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa;
c) Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota; dan
d) Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa.
Adanya peraturan pemerintah tersebut menjelaskan bahwa adanya desentralisasi
hingga tingkat desa. Oleh karena itu, untuk menunjang pendanaan pemerintah desa,
pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang Alokasi Dana Desa
(ADD).
Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota. Alokasi Dana Desa diberikan
kepada pemerintah desa dengan tujuan untuk digunakan sebagai penunjang pendanaan
pembangunan fasilitas dan pemberdayaan desa.
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengalokasian dana untuk Alokasi Dana Desa menurut UndangUndang dan Peraturan Pemerintah?
2. Bagaimana penyaluran dana Alokasi Dana Desa menurut Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah?
3. Bagaimana penggunaan Alokasi Dana Desa menurut Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah?
4. Bagaimana evaluasi Alokasi Dana Desa berdasarkan Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah?
c. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan proses pengalokasian dana Alokasi Dana Desa berdasarkan
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
2. Menjelaskan proses penyaluran dana Alokasi Dana Desa menurut UndangUndang dan Peraturan Pemerintah
3. Menjelaskan penggunaan Alokasi Dana Desa berdasarkan Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah
4. Menjelaskan proses evaluasi Alokasi Dana Desa berdasarkan Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah
II.
PEMBAHASAN
1. Pengalokasian Dana Alokasi Dana Desa menurut Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah
Proses pengalokasian dana Alokasi Dana Desa (ADD) telah ditetapkan dalam
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Peraturan pemerintah yang
mengatur tentang pengalokasian ADD salah satunya adalah Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No 93 tahun 2015. Dalam PMK No 93 tahun 2015 tertulis
pada pasal 4 ayat 1 bahwa rincian dana desa setiap kabupaten/kota
berdasarkan alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk,
angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis desa setiap
kabupaten/kota dihitung dengan bobot sebagai berikut :
a) 25% untuk jumlah penduduk desa;
b) 35% untuk angka kemiskinan desa;
c) 10% untuk luas wilayah desa; dan
d) 30% untuk tingkat kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota
Kemudian pada pasal 5 ayat 1 dituliskan bahwa data jumlah penduduk desa,
angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan IKK kabupaten/kota
untuk
membiayai
pembangunan
dan
masyarakat.
Sedangkan penggunaan dana desa berdasarkan
pemberdayaan
Permenkeu Nomor
Pasal 21
1. Dana Desa digunakan untuk membiayaai penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.
2. Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk
membiayaai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
3. Penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan prioritas penggunaan Dana Desa yang ditetapkan oleh Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
4. Prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilengkapi dengan Pedoman Umum pelaksanaan penggunaan Dana Desa.
Pasal 22
Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Dana Desa berpedoman pada
pedoman umum penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (4) dan pedoman teknis yang diterbitkan oleh bupati/walikota.
Pasal 23
1. Dana Desa dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang tidak termasuk
dalam prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
1 ayat ( 3 ) setelah mendapat persetujuan bupati/walikota.
2. Persetujuan bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
diberikan pada saat evaluasi rancangan peraturan Desa mengenai APB Desa.
3. Dalam memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ,
bupati/walikota memastikan pengalokasian Dana Desa untuk kegiatan yang
menjadi prioritas telah terpenuhi dan/atau kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat telah terpenuhi.
Pasal 24
1. Kepala Desa bertanggung jawab atas penggunaan Dana Desa.
2. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat melakukan pendampingan atas
penggunaan Dana Desa.
3. Tata cara pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Pasal 25
1. Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi penggunaan Dana Desa
kepada bupati/walikota setiap semester.
2. Penyampaian laporan realisasi penggunaan Dana Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan :
a. semester I, paling lambat minggu keempat bulan Juli tahun anggaran
berjalan; dan
b. semester II, paling lambat minggu keempat bulan Januari tahun anggaran
berikutnya.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA