Você está na página 1de 61

NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN

LUAR NEGERI

B A B IV
NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
LUAR NEGERI
A. PENDAHULUAN
Dalam jangka panjang sasaran pokok pembangunan ialah
terciptanya landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan mendorong perubahan struktur ekonomi, pengerahan
dana-dana pembangunan dalam negeri maupun dana devisa
merupakan salah satu kebijaksanaan utama untuk masa Repelita II. Perkembangan neraca pembayaran harus dapat menunjang proses pembangunan dalam mencapai sasaran yang
bertalian dengan laju pertumbuhan, peningkatan kesempatan
kerja, dan pemerataan pendapatan masyarakat. Kemantapan
pada neraca pembayaran dipengaruhi oleh perkembangan
ekspor dan impor serta kebijaksanaan di bidang lalu lintas
modal. Oleh karena itu usaha-usaha untuk mengembangkan
ekspor melalui diversifikasi dan lain-lain serta pengendalian
impor guna menghemat penggunaan devisa tetap merupakan
kebijaksanaan utama di bidang perdagangan luar negeri.
Seperti halnya di masa yang lampau, perkembangan neraca pembayaran Indonesia selama tahun 1974/75 sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia. Pergolakan dan kemerosotan di bidang produksi, perdagangan dunia serta keuangan
internasional selama tahun 1974/75 merupakan kelanjutan dari
gejolak-gejolak yang telah melanda hubungan antar negara
sejak permulaan tahun tujuh puluhan.
Pengaruh yang tidak menentu dari berbagai krisis sangat
terasa bagi negara-negara yang sedang dalam proses pembangunan. Pengaruh yang tidak menguntungkan ini diperkuat
159

pula oleh kemerosotan dalam ekspor dan dana-dana dari luar

negeri serta peningkatan nilai impor yang dialami negara-negara


yang sedang berkembang akibat kemerosotan dalam kegiatan
produksi dan permintaan negara-negara industri, dan terus
berlangsungnya kenaikan dalam laju inflasi di negaranegara maju.
Selama periode 1960 1970 perekonomian negara-negara
industri telah mengalami pertumbuhan riil sebesar rata-rata
4,8%, antara mana produksi di Amerika Serikat naik rata-rata
4,0%, di Jepang 11,4%, dan di Jerman Barat 4,9%. Tingkat
harga-harga di negara-negara industri menunjukkan suatu
perkembangan yang stabil dengan kenaikan hanya sekitar
3,4% setahun selama dasawarsa tersebut. Di tengah-tengah
keadaan moneter internasional yang tidak stabil, negara-negara
industri dalam tahun 1972 dan 1973 mengalami perkembangan
ekonomi yang pesat. Pertumbuhan produksi riil di negara-negara
industri selama tahun 1972 meningkat dengan 5,7% dan terus
meningkat dengan 6,2% dalam tahun 1973. Jepang mengalami
kenaikan produksi yang paling pesat selama tahun 1973 yaitu
dengan 10,2% sedang kegiatan produksi di Amerika Serikat dan
Jerman Barat masing-masing menunjukkan kenaikan sebesar
5,9% dan 5,3%. Tekanan inflasi di negara-negara industri telah
mulai terasa sejak tahun 1971
dan diperkuat oleh dua faktor.
Pertama, terjadinya kekurangan persediaan di dunia akan
pangan, pupuk, dan bahan mentah lainnya akibat kondisi
produksi yang buruk di dalam tahun 1972. Hal ini terjadi
bersamaan dengan kenaikan penghasilan
di negara-negara
industri, yang telah meningkatkan permintaan dan harga
barang-barang tersebut. Kenaikan harga
pangan dan bahan
baku seperti pupuk pada gilirnya diperkuat lagi oleh tindakantindakan sepekulatif dalam perdagangan internasional. Faktor
yang kedua ialah kenaikan biaya hidup
yang mengakibatkan
kenaikan dalam upah dan biaya produksi sehingga mendorong
pula laju inflasi di negara-negara industri. Pada tahun 1971 laju
inflasi di Amerika Serikat, Jepang,
dan Jerman Barat masingmasing berjumlah 4,5%, 4,6%, dan 7,9%. Selama tahun 1973
160

perkembangan harga di negara-negara

tersebut mengalami kenaikan sebesar masing-masing 5,6%,


11,1%, dan 5,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
sedang laju inflasi yang terjadi di negara-negara industri pada
umumnya dalam tahun 1973 adalah sebesar 7,0%. Sementara
itu negara-negara industri sebagai keseluruhan tetap mengalami surplus pada transaksi berjalan neraca pembayarannya
yang 1ebih besar dibandingkan dengan tahun 1972. Amerika
Serikat mengalami surplus sebanyak US $ 2,4 milyar dibandingkan dengan defisit yang diderita selama tahun 1971 dan
1972. Jepang menunjukkan kemunduran, sedang transaksi
berjalan pada neraca pembayaran Jerman Barat melonjak
dengan surplus sebesar US $ 6,8 milyar. Langkah-langkah yang
ditempuh oleh negara-negara industri di bidang fiskal dan
moneter tidak berhasil untuk menanggulangi inflasi tetapi
malahan menimbulkan stagnasi dan pengangguran. Stagnasi
tersebut telah menurunkan laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara industri, khususnya Amerika Serikat, Jepang, dan
Jerman Barat, di dalam semester kedua tahun 1973 yang kemudian untuk pertama kalinya setelah perang dunia ke-dua
menjadi negatif dalam semester pertama tahun 1974. Selama
tahun 1974 produksi riil di Amerika Serikat dan Jepang masingmasing menurun dengan 2,1% dan 1,8% dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
Negara-negara yang sedang berkembang termasuk lndonesia dengan sendirinya tidak luput dari pengaruh berbagai
gejolak krisis ekonomi dan moneter dunia. Di samping masalah-masalah yang berkaitan dengan proses pembangunannya,
negara-negara yang sedang berkembang di hadapkan dengan
persoalan-persoalan yang bersumber pada ketidak mampuan
negara-negara industri untuk mengendalikan kestabilan kegiatan ekonomi di dalam negara mereka serta kenaikan yang sangat
pesat dalam harga pangan dan bahan-bahan mentah di dunia.
Selama tahun 1972 dan 1973 di mana negara-negara industri
mengalami pertumbuhan produksi riil yang pesat, ekspansi
permintaan akan hasil-hasil primer menyebabkan bahwa volume ekspor negara-negara Pengekspor minyak bumi utama me-

161
511120

nunjukkan kenaikan sebesar berturut-turut 7,0% dan 12,2%


sedangkan nilai ekspor berturut-turut meningkat dengan 21,4% dan
55,5%. Bagi negara-negara yang sedang berkembang lainnya
volume ekspor mengalami kenaikan berturut-turut sebesar
10,5% dan 14,5%; sedangkan nilai ekspor meningkat
dengan
20,0% dan 45,7%. Di lain pihak nilai impor negara- negara
pengekspor minyak bumi dan negara-negara yang sedang
berkembang lainnya selama jangka waktu yang sama masingmasing menunjukkan kenaikan sebesar 20,7% dan
9,0% untuk
tahun 1972 serta 40,0% dan 35,2% dalam tahun 1973. Akibatnya,
dalam tahun 1972 nilai tukar perdagangan
bagi negara-negara
yang sedang berkembang meningkat
dengan 5,0% untuk
negara-negara pengekspor minyak bumi
dan 0,5% untuk
negara-negara yang sedang berkembang lainnya. Selama tahun
1973, perbaikan di dalam nilai tukar perdagangan negara-negara
yang sedang berkembang terus berlangsung, yaitu sebesar 16,7%
untuk negara-negara pengekspor minyak bumi dan 6,5% untuk
negara-negara lainnya. Kenaikan di dalam penghasilan devisa ini
telah memungkinkan banyak negara yang sedang berkembang
untuk meningkatkan investasi dan kegiatan pembangunannya di
dalam negeri.
Penurunan dalam laju pertumbuhan produksi menjelang
akhir tahun 1973 serta kemerosotan dalam produksi negaranegara industri selama tahun 1974 dan semester pertama tahun
1975 telah menyebabkan pula penurunan yang tajam dalam
laju pertumbuhan ekspor di luar minyak bumi dari negaranegara yang sedang berkembang. Volume ekspor negara-negara
yang sedang berkembang di luar negara-negara pengekspor
minyak bumi hanya meningkat dengan 2,0% selama tahun
1974 dibandingkan dengan 14,5% dalam tahun sebelumnya.
Dinyatakan dalam nilai, maka ekspor negara-negara tersebut
meningkat dengan 36,0% selama tahun 1974. Walaupun harga
barang-barang ekspor selama tahun 1974 ternyata jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 1973, nilai tukar perdagangan
bagi
negara-negara
yang
sedang
berkembang
di
luar
162

pengekspor minyak bumi menunjukkan kemunduran sebesar

3,8% dalam tahun 1974 dan diperkirakan akan terus merosot


selama tahun 1975. Hal ini disebabkan oleh karena melonjaknya
harga barang-barang impor seperti pangan, bahan baku, dan
bahan mentah serta harga barang-barang industri oleh karena
inflasi di negara-negara industri. Defisit pada transaksi berja lan dari neraca pembayaran negara-negara tersebut di atas selama
tahun 1974 mendadak menjadi besar sekali sehingga mencapai
jumlah US $ 27,2 milyar dan diperkirakan masih
akan
memburuk lagi selama tahun 1975.
Secara keseluruhan, negara-negara, pengekspor minyak bumi mengalami kemunduran dalam volume ekspor sebesar 1,1%
selama tahun 1974. Dinyatakan dalam nilai maka dalam tahun
1974 ekspor meningkat dengan 183,0%. Akibat, kenaikan di da lam penghasilan ekspor, maka tingkatan volume impor menjadi
jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya dan menunjuk kan kenaikan sebesar 37,0% dalam tahun 1974. Nilai impor
menunjukkan pertumbuhan yang lebih besar lagi oleh karena
tingginya tingkat harga barang-barang impor yaitu sebesar
72,0% selama tahun 1974. Akibatnya nilai tukar perdagangan
untuk negara-negara pengekspor minyak bumi menunjukkan
kenaikan sebesar 128,0% dalam tahun 1974 tetapi kemudian
diperkirakan akan menurun selama tahun 1975. Pengaruh ke naikan harga minyak bumi pada penghasilan ekspor dan peng gunaan tambahan devisa untuk peningkatan impor dan inves tasi di dalam negeri bagi kelompok negara-negara pengekspor
minyak bumi, menunjukkan perbedaan-perbedaan yang besar
menurut besarnya produksi dan ekspor minyak bumi, kapasitas
absorbsi di dalam negeri, dan rencana pembangunan di masing masing negara. Secara keseluruhan, surplus transaksi berjalan
pada neraca pembayaran negara-negara pengekspor minyak
bumi tersebut selama tahun 1974 berjumlah US $ 70,0 milyar
sedangkan untuk tahun 1975 surplus ini diperkirakan akan
menurun.
Kegoncangan serta perkembangan internasional, terkan dung
di dalamnya unsur-unsur ketidakpastian, mencerminkan
163

perubahan-perubahan strukturil yang sedang berlangsung dalam


hubungan antar-negara dan sekaligus membuktikan adanya
keharusan untuk menjalankan kebijaksanaan yang mendorong
pelaksanaan suatu pola perekonomian dunia yang baru. Dewasa
ini masalah-masalah hambatan-hambatan perdagangan, kelangkaan dalam persediaan pangan, sumber-sumber tenaga dan
bahan mentah, ketidak pastian serta fluktuasi dalam nilai valuta negara-negara industri serta laju inflasi internasional merupakan rintangan-rintangan berat terhadap usaha usaha ke arah
perluasan perdagangan internasional, peningkatan arus modal,
dan pinjaman kepada negara-negara yang sedang berkembang
serta kestabilan sistem moneter dunia.
Berdasarkan Deklarasi Menteri-Menteri Perdagangan di
Tokyo sebagai hasil sidang pertama perundingan perdagangan
multilateral dalam rangka General Agreement of Tariffs and
Trade pada tahun 1973, persiapan-persiapan pada pihak negaranegara yang sedang berkembang telah ditingkatkan untuk
menghadapi perundingan yang akan diadakan dalam tahun 1975
ini. Bagi negara-negara yang sedang berkembang tujuan yang
hendak dicapai adalah perluasan dan pembebasan perdagangan
internasional, diversifikasi pasaran serta pola perdagangan luar
negeri dan dengan demikian meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi di dalam negeri.
Dengan berlatar belakang kegoncangan-kegoncangan dunia
dewasa ini dan pengaruh yang sangat merugikan pembangunan negara-negara yang sedang berkembang serta jurang
yang semakin besar antara negara-negara industri dan negaranegara yang sedang berkembang, maka dalam tahun 1974 telah
diterima oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa,
Deklarasi tentang Orde Ekonomi Internasional Baru. Deklarasi
ini mengokohkan perinsip-perinsip dasar sebagai kerangka pembentukan Orde Ekonomi yang baru yang menyangkut antara
lain masalah-masalah bahan mentah dan barang primer, sistim
moneter internasional dan sumber-sumber pembiayaan pemba164

ngunan, industrialisasi, transfer teknologi, dan pengaturan

sumber-sumber alam. Prinsip-prinsip tersebut diatur dalam


suatu Program Kerja tentang Pelaksanaan Orde Ekonomi
Internasional Baru.
B. NERACA PEMBAYARAN
1. Kebijaksanaan Perdagangan dan Keuangan Luar
Negeri.

Sebagaimana dalam periode Repelita I, kebijaksanaan Pemerintah dalam tahun 1974/75 antara lain ditujukan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi, memungkinkan perobahan
struktur ekonomi dan struktur perdagangan luar negeri, memupuk cadangan devisa, dan sekaligus menjaga agar
perkembangan tingkat harga tidak mengalami kegoncangan
sebagai akibat tekanan-tekanan inflasi yang berasal dari dalam
dan luar negeri. Pokok-pokok kebijaksanaan yang ditempuh di
bidang neraca pembayaran meliputi peningkatan dan pengembangan ekspor, pengendalian impor, serta pemanfaatan arus
modal dari luar negeri. Kebijaksanaan tersebut di atas bersamasama dengan kebijaksanaan dan langkah yang dilaksanakan di
sektor-sektor lainnya merupakan suatu usaha yang secara
sadar dan terkoordinir ditujukan untuk mencapai sasaran-sasaran
tersebut di atas. Di samping itu, kebijaksanaan neraca pembayaran ditujukan pula untuk menghadapi pengaruh yang
tidak menguntungkan yang bersumber pada pergolakan ekonomi dunia.
Di bidang ekspor, rehabilitasi serta ekspansi kapasitas
produksi, perbaikan sarana dan prasarana produksi, untuk sebahagian besar telah berhasil dilaksanakan dalam periode Repelita I. Perbaikan sarana pemasaran telah pula mulai dirintis
dalam periode tersebut, sehingga jumlah pelabuhan laut yang
dapat dipergunakan untuk perdagangan luar negeri juga bertambah. Dalam tahun pertama Repelita II (1974/75) kebijaksanaan bidang ekspor barang tradisionil diarahkan untuk meningkatkan daya saing di pasaran internasional, melalui usaha165

usaha standarisasi dan pengawasan mutu barang ekspor, dan


menekan biaya produksi di dalam negeri.
Sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan dalam
Repelita II dan guna mengurangi ketergantungan Indonesia
pada ekspor barang-barang tradisionil termasuk minyak bumi,
serta kegoncangan dalam pasaran dan harga luar negeri, berbagai usaha telah dijalankan untuk mengembangkan ekspor
barang baru dengan potensi pertumbuhan yang tinggi. Beberapa pasar yang dianggap penting terus-menerus dijajagi seperti misalnya negara-negara di Eropa Timur dan Australia.
Usaha-usaha pelaksanaan wilayah pengolahan ekspor dan wilayah bebas bea masuk serta penyediaan fasilitas bonded warehouse telah dilanjutkan selama tahun 1974/75. Tindakan lain
untuk mendorong ekspor hasil-hasil baru adalah dimulainya draw
back system yang untuk pertama kalinya diberikan untuk ekspor
pakaian jadi. Selanjutnya juga telah diambil langkahlangkah
untuk meningkatkan tahap pengolahan barang-barang yang
sekarang ini diekspor dalam bentuk mentah seperti halnya
dengan kayu, kapok, dan kulit.
Di bidang impor, peningkatan kegiatan pembangunan se1ama tahun 1974/75 telah menyebabkan pula kenaikan dalam
permintaan barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal.
Kebijaksanaan impor yang tetap dianut ialah untuk merubah
pola impor sehingga komposisi impor berangsur-angsur bergeser
dari impor barang konsumsi ke impor bahan baku dan barang
modal. Kebijaksanaan ini berkaitan dengan sasaran peningkatan
pertumbuhan industri dan perluasan kesempatan kerja di dalam
negeri. Selama tahun 1974/75 pengaruh dari krisis pangan dan
bahan mentah serta tingkat laju inflasi di negara-negara industri
tetap terasa dalam bentuk terus melonjaknya harga barangbarang impor. Untuk menghadapi perkembangan yang tidak
menguntungkan ini, Pemerintah menganggap perlu untuk
mengadakan stock nasional beberapa barang penting seperti
beras, pupuk, kapas, semen, dan besi beton. Di samping itu, guna
166

menghemat penggunaan devisa.

usaha-usaha ke arah substitusi impor terus dilanjutkan khususnya untuk sektor-sektor industri yang memiliki kapasitas produksi yang tinggi seperti halnya dengan tekstil.
Sebagai pelengkap terhadap sumber-sumber pembiayaan
pembangunan dalam negeri, dalam tahun 1974/75 juga dilanjutkan kebijaksanaan untuk mendorong pemasukan modal luar negeri dalam rangka penanaman modal asing dan mengarahkannya kepada sektor-sektor di mana kemampuan dan faktor-faktor
produksi yang dibawanya belum dimiliki oleh kemampuan nasional. Demikian pula halnya dengan bantuan luar negeri. Sejak
1967 sampai dengan tahun 1973/74 bantuan yang diterima hanyalah pinjaman dengan syarat-syarat yang ringan. Yang dimaksud dengan syarat-syarat ringan adalah persyaratan pinjaman dengan masa pembayaran kembali 25 tahun ke atas,
termasuk tenggang waktu pembayaran kembali antara 7 sampai 10 tahun, dengan tingkat bunga 0 3% setahun.
Meningkatnya penerimaan negara dan penerimaan devisa
telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik
dan neraca pembayaran yang semakin mantap. Keadaan ini
telah memungkinkan Pemerintah untuk di samping pinjaman
yang bersyarat lunak juga menerima dana pinjaman luar negeri dengan syarat-syarat yang kurang lunak di dalam tahun
1974/75. Syarat-syarat kurang lunak ini antara lain berbentuk
jangka waktu pembayaran kembali sekitar 10 sampai 20 tahun,
termasuk tenggang waktu (grace period) sekitar 2 sampai 5
tahun dan bunga sekitar 4 81/2% setahun.
Dengan demikian maka di dalam tahun 1974/75 sebagian
dari pinjaman Bank Dunia tidak lagi diterima dari dana IDA
tetapi dari dana IBRD dengan jangka waktu pembayaran kem- bali
antara 15 sampai 20 tahun dan bunga antara 7,25% sampai 8,50%
setahun. Sebagian pinjaman dari Bank Pembangunan Asia juga
diperoleh dari dana biasa dengan masa pembayaran kembali 20
tahun dan tingkat bunga 8,25% setahun.
167

Dalam tahun 1974/75 telah dilakukan pula, penjajagan ke


negara-negara Amerika Serikat, Belanda, Belgia, Inggeris, Jerman, Kanada, dan Perancis untuk mendapatkan kredit dengan
persyaratan kurang lunak dalam rangka fasilitas kredit ekspor
untuk pembiayaan proyek-proyek di bidang telekomunikasi, listrik, pengairan, jalan dan jembatan, dan lain-lain. Di samping
itu telah diadakan pula penjajagan ke pelbagai negara-negara
sosialis dan negara-negara di Timur Tengah. Pada bulan Januari 1975 telah ditandatangani persetujuan dengan Iran di mana
dinyatakan kesediaan pihak Iran untuk membiayai sebagian
dari biaya devisa pembangunan pabrik pupuk di Jawa Barat
sebesar US $ 200 juta.
Dalam menghadapi perkembangan ekonomi dan perdagangan
internasional yang tidak stabil dewasa ini, berbagai tindakan telah
mulai dilaksanakan dalam tahun 1974/75 dalam rangka kerja
sama ekonomi dengan negara-negara lain khususnya dalam
rangka ASEAN. Langkah-langkah yang telah ditempuh ialah
mendirikan atau memperkuat asosiasi para produsen barang
yang sama seperti karet, kopi, timah, kayu, kelapa, dan minyak
kelapa. Tujuan bentuk kerja sama ini adalah untuk mengatur
langkah yang serasi dalam menghadapi pasaran dunia yang
tidak menentu melalui pembentukan sarana pe-nyangga
(bufferstock),
quota,
ataupun
pengaturan
rasionalisasi
produksi dan ekspor. Mengingat keadaan perekonomian dunia
sekarang, tindakan bersama yang terkoordinir oleh negaranegara yang mempunyai kepentingan yang sama dapat
memberikan sumbangan pada kestabilan dan kelangsungan
pembangunan .di dalam negeri.
Dalam rangka kerjasama ekonomi luar negeri pada tanggal
31 Januari 1975 telah ditandatangani persetujuan bantuan ekonomi dari Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Laos berbentuk pinjaman sebesar US $ 1 juta dengan jangka waktu
pembayaran kembali 30 tahun, termasuk tenggang waktu 1.0
168

tahun, dan tanpa bunga. Separo dari jumlah tersebut dapat

TABEL IV 1
RINGKASAN NERACA PEMBAYARAN, 1972/73 1974/75
(dalam jutaan US dollar)

1972/73
A. BARANG DAN JASA
1.
Ekspor (f.o.b.)
bukan minyakminyak
2. Impor (f.o.b.)
bukan minyakminyak
3. Jasa-jasa (netto)
bukan minyakminyak
4. Transaksi berjalan
bukan minyakminyak
B. PINJAMAN PEMERINTAH
1. Bantuan Program
2. Bantuan Proyek
3. Lain-lain
C. PELUNASAN PINJAMAN PEMERINTAH
eG

1. Hutang-hutang sebelum Juli 1966


2. Hutang-hutang setelah Juli 1966

2)

1973/74

1974/75

1)

1.939
974
965
1.651
1.492
159
845
438
407
557
956
399

3.613
1.905
1.708
3.074
2.613
461

7.186
2.033
5.153
5.107
3.832
1.275

1.295
689
606
756

2.249
1.009
1.240
170
2.808
2.638

481

643

336
145

281
275
87

66

81

54
12

69
12

1.397
641

657
177
333
147
87
68
19

1972/73

3. Pinjaman lain

G. SELISIH YANG TIDAK DIPERHITUNGKAN


1) Angka sementara
2) Pokok pinjaman
3) Termasuk DICS

1)

97

549
433
102

717
145

200

200

11

18

72
13
810

E. SDR

1. Posisi IMF (netto)


2. Hutang jangka pendek (netto)
3. Piutang jangka pendek

480

4. Pelunasan atas pinjaman lain


5. Kredit perdagangan (netto)
6. Modal lainnya

F. LALU-LINTAS MONETER

1974/75

274
20
215

D. PEMASUKAN MODAL LAIN (NETTO)


1. Investasi langsung 3)
2. Pelunasan pinjaman investasi

1973/74

425

360

136

65

417

224

+ 74

87

312

digunakan untuk impor barang dan jasa dari mana saja dan
selebihnya lagi untuk membeli sandang dan hasil produksi industri Indonesia lainnya.
2. Perkembangan Neraca Pembayaran
Perkembangan neraca pembayaran Indonesia dalam tahun
1974/75 sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
kenaikan harga barang-barang ekspor Indonesia dan inflasi
serta resesi dunia. Nilai ekspor dalam tahun 1972/73 berjumlah
US $ 1.939 juta, dalam tahun 1973/74 menjadi US $ 3.613
juta, dan dalam tahun 1974/75 menjadi US $ 7.186 juta, suatu
peningkatan sebesar 98,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (lihat Tabel IV 1).
Pertumbuhan yang tinggi tersebut terutama disebabkan
oleh kenaikan nilai ekspor minyak bumi. Sekalipun produksi
minyak mentah dalam tahun 1974 hanya naik dengan 2,7%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun nilai ekspor
minyak dalam arti bruto dan netto masing-masin ig dalam tahun
1974/75 meningkat dengan US $ 3.445 juta atau 201,7% dan
US $ 1.997 juta atau 311,5%. Jika dalam tahun 1973/74 nilai
ekspor minyak bumi bruto dan netto masing-masing baru
mencapai US $ 1.708 juta dan US $ 641 juta, maka dalam tahun
1974/75 nilai-nilai tersebut telah meningkat menjadi US $ 5.153
juta dan US $ 2.638 juta.
Sebagai akibat dari adanya inflasi dan resesi dunia, terutama yang sangat dirasakan dalam semester II tahun 1974/75,
maka harga dan permintaan barang-barang ekspor yang semula mengalami kenaikan sampai dengan semester I tahun 1974/
75 kemudian turun dalam semester II. Akibatnya, nilai ekspor
bukan minyak yang meningkat dalam semester I mengalami
penurunan yang menyolok dalam semester II tahun 1974/75.
Dengan demikian nilai ekspor bukan minyak secara keseluruhan hanya meningkat dengan 6,7%, yakni dari US $ 1.905 juta
dalam tahun 1973/74 menjadi US $ 2.033 juta dalam tahun
171

1974/75 (lihat Tabel IV 2 dan IV 3).

TABEL IV 2.
NILAI EKSPOR DI LUAR MINYAK BUMI (F.O.B.), 1972/73 1974/75
(dalam jutaan US dollar)
1973/74

1972/73
Nilai

Nilai

(% kenaikan)

1974/75 1)
Nilai

(% kenaikan)

221

383

( 73,3)

627

63,7)

227

449

( 97,8)

544

21,2)

II I.(Oktober Desember)

243

494

(105,3)

449

( 9,1)

IV. (Januari Maret)

283

579

(104,6)

413

( 28,7)

974

1.905

( 95,6)

2.033

I. (April Juni)
II. (Juli September)

JUMLAH
1

) Angka sementara

6,7)

TABEL IV 3
NILAI EKSPOR (F.O.B.), 1972/73 1974/75
(dalam jutaan US dollar)

EKSPOR

1972/73
Sem. Sem.
I
II

Di luar Minyak
Bumi
Minyak Bumi

448

526

974

435

530

965

Jumlah seluruh
ekspor

883 1.05
6

1.93
9

1) Angka sementara

1973/74
1974/75 1)
Sem. Sem.
Jumlah (% Sem. Sem.
Jumlah (%
kenaI kenaII
I
II
ikan)
ikan)
832 1.073 1.90
(95,6) 1.171
862 2.033( 6,7)
5
665 1.045 1.70
(77,0) 2.575 2.578 5.153 (201,7)
8
1.49 2.116
7

3.61
3

(86,3) 13.746 3.440 7.186 ( 98,9)

GRAFIK IV 1
NILAI EKSPOR (F.0.B.), W72/73 1974/75
(dalam jutaan US dollar) 1
7.186

Minyak bumi
Diluar Minyak Bumi

Nilai impor dalam tahun 1974/75 juga menunjukkan kenaikan yang cukup besar yaitu dengan 66,1%, dari US $ 3.074
juta dalam tahun 1973/74 menjadi US $ 5.107 juta (lihat Tabel
IV 1).
Berbeda dengan ekspor di luar minyak bumi, nilai impor
di luar minyak bumi per triwulan selalu menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Dengan demikian maka kenaikan nilai impor di luar minyak
bumi jauh lebih besar daripada kenaikan nilai ekspor di luar
minyak bumi, baik secara absolut maupun relatif. Nilai impor
di luar minyak bumi telah meningkat dengan 46,7%, yaitu dari
US $ 2.613 juta dalam tahun 1973/74 menjadi US $ 3.832 juta
dalam tahun 1974/75. Sementara itu nilai impor minyak bumi
telah meningkat dari US $ 461 juta menjadi US $ 1.275 juta,
atau suatu kenaikan sebesar 176,6%. Dari perbandingan tersebut di atas kelihatan bahwa secara absolut kenaikan nilai
impor bukan minyak adalah lebih besar daripada impor minyak,
tetapi persentase kenaikan impor minyak ternyata lebih besar
daripada impor bukan minyak (lihat Tabel IV 4).
Pengeluaran jasa-jasa netto menunjukkan kenaikan sebesar 73,7% dalam tahun 1974/75 dibandingkan dengan tahun
1973/74, yaitu dari US $ 1.295 juta menjadi US $ 2.249 juta.
Kenaikan jasa-jasa untuk minyak adalah lebih besar daripada
untuk bukan minyak yaitu masing-masing sebesar US $ 634
juta atau 104,6% dan US $ 320 juta atau 46,4%.
Transaksi (berjalan dalam tahun 1974/75 masih menunjukkan defisit sebesar US $ 170 juta dibandingkan dengan defisit tahun 1973/74 ,sebesar US $ 756 juta. Menurunnya defisit
transaksi berjalan tersebut disebabkan oleh karena naiknya
nilai ekspor minyak melebihi kenaikan pengeluaran untuk keperluan impor dan jasa-jasa minyak sehingga terdapat surplus
untuk minyak sebesar US $ 2.638 juta. Hal ini berarti suatu
kenaikan sebesar US $ 1.997 juta atau 311,5% dibandingkan
dengan tahun 1973/74. Transaksi berjalan bukan minyak me175

nunjukkan defisit yang lebih besar untuk tahun 1974/75 di-

TABEL IV 4
NILAI IMPORT DI LUAR MINYAK BUMI (F.O.B), 1972/73 1974/75
(dalam jutaan US dollar)
1972/73
Nilai

1973/74
Nilai

(% kenaikan )

1974/75 1)
Nilai

(% kenaikan)

I.

(April Juni)

322

546

( 69,6)

892

(63 4)

II.

(Juli September)

299

620

(107,4)

938

(51,3)

III. (Oktober Desember)

371

693

( 86,8)

846

(22,1)

IV.

500

754

( 50,8)

1.156

(53,3)

1.492

2.613

( 75,1)

3.832

(46,7)

(Januari Maret)
JUMLAH:

Angka sementara

GRAFIK I V 2
NILAI IMPOR (F. O. B.), 1972/73 - 1974/75
(dalam jutaan US dollar)

5.107

1974/75

1972/73

1973/74 Minyak

Minyak Bumi
Diluar Minyak Bumi

511120

177

bandingkan dengan tahun 1973/74 yaitu masing-masing sebesar US $ 2.808 juta dan US $ 1.397 juta. Meningkatnya defisit tersebut disebabkan karena kenaikan nilai ekspor bukan
minyak yang lebih kecil daripada kenaikan impor dan jasajasa bukan minyak selama tahun 1974/75.
Di sektor pinjaman Pemerintah, selain terdapat pemasukan dana sebesar US $ 657 juta, yang terdiri dari bantuan program US $ 177 juta, bantuan proyek US $ 333 juta; dan lainlain sebesar US $ 147 juta, juga terdapat pelunasan hutanghutang pokok dan bunga masing-masing sebesar US $ 87 juta
dan US $ 60 juta. Komponen bunga hutang yang dibayar termasuk dalam pengeluaran jasa-jasa bukan minyak.
Dalam pos Pemasukan Modal Lain (netto) selama tahun
1974/75 terjadi arus modal keluar sebesar US $ 97 juta. Pada
tahun-tahun sebelumnya selalu terjadi pemasukan modal netto
seperti pada tahun 1972/73 dan 1974/75 masing-masing
sebesar US $ 480 juta dan US $ 549 juta. Investasi langsung netto
selama tahun 1974/75 adalah sebesar US $ 572 juta, sedangkan
pinjaman lain-lain termasuk pinjaman pelbagai perusahaanperusahaan negara secara netto adalah US $ 128 juta. Oleh
karena tidak dipenuhinya kewajiban Pertamina untuk menyerahkan sebagian hasil devisa minyak kepada Pemerintah dan
akibat pelunasan hutang-hutang Pertamina jangka pendek
pada luar negeri, maka jumlah devisa sebesar US 735 juta telah
dibukukan sebagai arus modal keluar. Modal yang keluar lainnya berjumlah US $ 75 juta, sehingga pos modal lainnya menunjukkan pengeluaran sebesar US $ 810 juta. Akibatnya, seluruh pos Pemasukan Modal Lain secara netto menunjukkan
defisit sebesar US $ 97 juta di dalam tahun 1974/75, sedang
dalam tahun 1973/74 menunjukkan surplus sebesar US $ 549
juta.
Setelah memperhitungkan komponen-komponen lain dalam
neraca pembayaran maka dalam tahun 1974/75 cadangan devisa mengalami penurunan sebesar US $ 9 juta (lihat Tabel
178

IV 1).

C. EKSPOR
Kebijaksanaan dalam tahun 1974/75 untuk bidang ekspor
tetap melanjutkan kebijaksanaan yang telah lalu, yang ditujukan untuk meningkatkan ekspor guna pemupukan devisa
yang sangat diperlukan bagi pembiayaan impor barang dan
jasa
yang belum cukup diproduksi di dalam negeri.
Nilai ekspor di luar minyak bumi dalam tahun 1973/74
mengalami kenaikan yang besar sekali, yakni sebesar 95,6%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari US $ 974 juta
menjadi US $ 1.905 juta (lihat Tabel IV 2). Kenaikan ekspor
tersebut masih berlangsung hingga semester I tahun 1974/75.
Berturut-turut selama triwulan I dan triwulan II tahun 1974/75
ekspor di luar minyak bumi telah meningkat dengan 63,7% dan
21,2% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Mulai triwulan III sampai dengan triwulan IV ekspor
merosot masing-masing sebesar 9,1% dan 28,7%. Kemerosotan yang
tidak lazim terjadi ini disebabkan oleh resesi dunia yang sudah
mulai pada awal tahun 1974/75 tetapi yang akibatnya
baru
dirasakan dalam semester II tahun tersebut. Dengan demikian
maka untuk seluruh tahun, ekspor di luar minyak bumi hanya
meningkat dengan 6,7%, yakni dari US $ 1.905 juta
dalam
tahun 1973/74 menjadi US $ 2.033 juta dalam tahun 1974/75.
Ekspor minyak bumi menunjukkan kenaikan yang semakin
besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dalam
dua tahun terakhir ini, yaitu tahun 1973/74 dan 1974/75, ekspor
minyak bumi telah meningkat dengan 77,0% dan 201,7% (lihat
Tabel IV 3). Kenaikan ekspor minyak tersebut terutama
disebabkan kenaikan harga di luar negeri dan kenaikan bagian
penghasilan minyak yang diterima oleh Pemerintah. Harga
minyak telah meningkat dari US $ 10,80 menjadi US $ 11,70
tiap barrel dalam bulan April 1974 dan kemudian menjadi
US $ 12,60 tiap barrel dalam bulan Juli 1974. Selain itu sejak
bulan Januari 1974 persentase bagian penghasilan minyak yang
179

diterima Pemerintah naik dari 65% menjadi 85% untuk bagian

harga di atas harga dasar yang dipergunakan untuk menghitung besarnya penerimaan pemerintah dari perusahaan-perusanaan asing.
Dalam Tabel IV 3 dapat dilihat bahwa nilai ekspor masing-massing semester tahun 1974/75 menunjukkan kenaikan
dibandingkan dengan semester yang bersangkutan pada tahun
1973/74. Semester I 1974/75 mengalami kenaikan sebesar
150,2% yaitu dari US $ 1.497 juta menjadi US $ 3.746 juta,
sedangkan semester II naik dengan 62,6% dari US $ 2.116
juta menjadi US $ 3.440 juta. Seperti telah dikemukakan di
atas, kenaikan pada semester II ini bukan disebabkan oleh
kenaikan pada ekspor di luar minyak bumi, akan tetapi oleh
kenaikan pada ekspor minyak bumi.
Nilai ekspor di luar minyak bumi selama tahun 1974/75
untuk beberapa jenis barang mengalami kenaikan sedangkan
untuk beberapa jenis lainnya mengalami penurunan. Dari Tabel
IV 5 dapat dilihat bahwa ekspor kayu mengalami penurunan
sebesar 14,6% dalam tahun 1974/75, dari US $ 720,1 juta
menjadi US $ 615,0 juta. Dalam tahun 1973/74 ekspor kayu
menunjukkan kenaikan sebesar 161,8%.
Selama tahun 1974/75 volume ekspor kayu telah menurun
dengan 20,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dalam
triwulan II 1974/75 telah terjadi kelesuan dalam industri kayu
di negara-negara industri sehingga pasaran kayu Indonesia
mengalami kesulitan. Meskipun nilai ekspor kayu menurun
namun kayu masih tetap menduduki tempat pertama untuk
ekspor di luar minyak bumi.
Hal yang sama juga terjadi pada ekspor karet yang pada
tahun 1973/74 mengalami kenaikan sebesar 128,8%, tetapi
pada tahun 1974/75 mengalami penurunan 12,0%. Penurunan
ekspor karet terjadi karena penurunan harga internasional dan
volume ekspor. Harga karet RSS III di New York mengalami
kemerosotan per triwulannya sepanjang tahun 1974/75, yakni
180

dari US $ 0,42/lbs pada bulan Maret 1974 menjadi US $ 0,20/lbs

pada bulan Maret 1975. Volume ekspor karet juga telah menu- run
dengan 6,3%, yakni dari 900,6 ribu ton dalam tahun 1973/ 74
menjadi 843,8 ribu ton dalam tahun 1974/75.
Tembakau dan lada mengalami hal yang sama yaitu masing-masing naik dengan 42,9% dan 47,6% pada tahun 1973/
74, kemudian mengalami penurunan masing-masing dengan
21,9% dan 30,0% pada tahun 1974/75. Seperti halnya dengan
kayu, penurunan nilai ekspor kedua komoditi ini disebabkan
oleh penurunan volume ekspornya. Seperti tampak pada Tabel
IV 6, rata-rata harga lada di pasar internasional meningkat
dengan 42,1% selama tahun 1974/75.
Ekspor kopi yang pada tahun 1973/74 mengalami penurunan sebesar 4,8%, pada tahun 1974/75 naik kembali dengan
16,2%. Kenaikan ini selain disebabkan oleh kenaikan harga,
juga oleh kenaikan volume sebesar 13,3%. Harga kopi Robusta
ex Palembang di pasaran New York selama tahun 1974/75
mengalami kenaikan sebesar 4,7%.
Barang-barang ekspor lainnya baik dalam tahun 1973/74
maupun 1974/75 terus mengalami kenaikan. Dilihat dari besarnya persentase kenaikan dalam tahun 1974/75 maka terdapat kenaikan untuk minyak sawit (105,5%), hasil-hasil tambang di luar timah (74,1%), timah (69,8%), teh (58,7%), biji
sawit (49,1%), tapioka dan bahan makanan lainnya (35,6%),
bungkil kopra (17,9%), dan kopi (16,2%) (lihat Tabel IV 5),
D. IMPOR
Kebijaksanaan impor selama tahun 1974/75 diarahkan
untuk menunjang kepasitas dan kegiatan produksi, menjaga
kemantapan harga-harga dan menjamin kelancaran perdagangan barang-barang impor di dalam negeri. Pada lain pihak
telah diambil langkah-langkah untuk menghemat penggunaan
devisa untuk barang-barang yang telah dapat dihasilkan dalam
negeri guna menjaga penggunaan devisa seepisien mungkin.
181

Kegoncangan dalam pasaran dan harga luar negeri telah


menyebabkan kenaikan dalam nilai impor yang sangat menyo-

TABEL IV - 5
VOLUME DAN NILAI BEBERAPA BAHAN EKSPOR D1 LUAR MINYAK BUMI, 1972/73 - 1974/75 1),
(volume dalam ribuan ton dan nilai dalam jutaan US dollar)
1973/74

1972/73

1974176
2)

% kenaikanlpenurunan
Volume

Nilai

Volume

Nilai

Volume
Volume

1.
2.

Kayu
Karet

3.
4.

Minyak Sawit
Timah

5.

Hasil tambang
diluar Tmah
Kepi

6.

% kenalkan/penurunan

Nilai

Nilai

Volume

Nilai

12.698,
6
827,3

275,1 ( 1)

15.708,4

720,1 ( 1)

+ 23,7

+ 161,8

12.430,6

615,0 ( 1 )

- 20,9

211,5 ( 2)

900,6

483,9 ( 2)

246,0
208

41,9 ( 6)
70,1 ( 4)

277,9
21,0

89,4 ( 5)
97,9 ( 3)

+ 13,0
+ 1,0

+ 128,8
+ 113,4

843,8
303,1

425,9 ( 2)
183,7 ( 3)

39,7

23,6

166,2 ( 4)

- 6,3
+ 9,1
+ 12,4

+ 103,5
+69,8

2.460,7
111,3

28,9 (10)
83,0 ( 3)

2.543,6

77,6 ( 7)
79,0 ( 6)

+ 167,5

2.710,8

95,8

- 13,9

8,9

3,4

14,6
12,0

4,8

108,5

135,1 ( 5)
91,8 ( 6)

+ 6,6
+ 13,3

+ 74,1
+ 16,2

+ 113,0

75,3

91,6 ( 7)

- 11,0

7.

Hewan dan hasil


hewan lainnya

100,7

42,4 ( 5)

84,6

90,3 ( 4)

16,0

8.

Tapioca dan bahan


makanan lainnya
Teh

907,7
45,6

37,4 ( 7)
30,9 ( 9)

1.145,9
45,7

56,4. ( 8)
31,2 (10)

+ 26,2
0,0

+
+

50,8
1,0

1.388,5
51,2

76,5 ( 8)
49,5 ( 9)

+ 21,2
+ 12,0

- 35,6
+ 58,7

10.
11.

Tembakau
Bungkil kopra

27,0
306,0

31,9 ( 8 )
13,8 ( 12)

34,7
222,8

45,6 ( 9)
19,5 (12)

+ 28,5
- 27,2

+
+

42,9
39,9

25,7
236,2

35,6 (10)

- 25,9
+ 6,0

- 21,9
+ 17,9

12.

Lada

24,5

20,8 ( 11)

25,2

30,7 (11)

2,9

47,6

13,6

- 30,0

Biji Sawit

51,6

3,7 ( 14)

36,6

5,7 (13)

61,2

5,8 ( 13)
76,8

20,8

2,7 (14)
76,2

54,1
53,4

30,2
-

+ 49,1

Kopra
Lain-lain

+
-

- 17,5

14.
15.

- 29,1
- 66,0

21,5 (12)
8,5 (13)

- 46,0

13.

(14)

9.

JUMLAH

974,0

1.905,0

Nomor dalam kurung adalah urutan menurut besarnva nilai ekspor pada Tahun bersangkutan
2) Angka sementara
1)

23,0 (11)

1,4

109,1
+

95,6

2.033,0

6,7

GRAFIK IV 3
NILAI BEBERAPA BAHAN EKSPOR DILUAR MINYAK BUMI
1972/73 1974/75
(dalam jutaan US dollar)
K AYU

KARET

720,1

483,9

1972/73 1973/74 1 1974/75

1972/73 1973/74 I 1974/75

166,2

97,9.
70,1

1972/73. 1973/74

1974/ 75

MINYAK SAWIT
(lanjutan Grafik IV - 3)
KOPI

TIMAH
TEH

(Lanjutan Grafik IV 3)

20

15

10

GRAFIK IV 6
PERKEMBANGAN BANTUAN LUAR NEGERI (IGGI)
1972/73 1974/75
(dalam jutaan US dollar)

186

GRAFIK IV 4
HARGA BEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR 1972/73 1974/75

187

lok selama tahun 1973/74 dan yang terus meningkat dalam


tahun 1974/75. Dalam tahun 1974/75 harga-harga barang
impor di luar negeri masih tetap tinggi. Untuk menjaga kemungkinan pengaruh harga tersebut ke dalam, negeri yang
dapat menyebabkan meningkatnya inflasi, maka untuk barangbarang yang sangat diperlukan di dalam negeri oleh Pemerintah diusahakan agar barang-barang tersebut terjamin pengadaannya seperti misalnya beras, pupuk, semen, besi beton,
kapas, dan lain-lain. Selain untuk dapat menjamin kebutuhan
barang-barang tersebut di atas juga untuk memantapkan harga
barang-barang dalam negeri.
Nilai impor selama tahun 1974/75 menunjukkan kenaikan
sebesar 66,1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu
dari US $ 3.074 juta pada tahun 1974 juta pada tahun 1973/
74 menjadi US. $.5.107 pada tahun 1974/75. Impor di luar
minyak bumi meningkat dengan 46,5% dari US. $. 613 juta
pada tahun 1973/74 menjadi US. $. 3.832 juta pada tahun 1974/
75, sedangkan impor minyak bumi naik dengan 176,6% dari
US
$ 461 juta menjadi US. $. 1.275 juta pada tahun-tahun tersebut
(Tabel IV 1 dan IV 4).
Selain dari pada kenaikan harga-harga barang impor
maka kenaikan dari pada nilai impor pada tahun 1974/75
juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan ekonomi di dalam negeri, yang masih membutuhkan bahan baku
dan barang modal dari luar negeri. Impor yang berupa bahan
baku menunjukkan 49,9% dari pada keseluruhan impor, kemudian berturut-turut barang modal dan barang konsumsi masingmasing sebesar 28,1% dan 22,0% (Tabel IV 7). Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, telah terjadi pergeseran
yang cukup besar dari impor barang konsumsi ke bahan baku.
Impor besar yang dilakukan karena produksi dalam negeri belum mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan
pada tahun 1974/75 bernilai US $ 439,5 juta dibandingkan
US $ 549,5 juta pada tahun sebelumnya. Nilai impor beras
188

yang masih besar ini selain disebabkan karena tingginya harga

TABEL IV 7
PERKEMBANGAN IMPOR TANPA MINYAK BUMI
MENURUT GOLONGAN EKONOMI,
1972/73 1974/75
(dalam persentase)
Golongan Ekonomi

1972/73

1973/74

1974/75 *)

1.

Barang Konsumsi

30,7

34,1

22,0

2.
3.

Bahan Baku
Barang Modal

38,5

39,6

49,9

30,8

26,3

28,1

100,0

100,0

100,0

JUMLAH
*) Angka sementara.

beras di pasaran dunia, juga disebabkan oleh karena volume


impor yang meningkat dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah untuk memupuk persediaan beras yang cukup
besar.
Impor pupuk dalam tahun 1974/75 berjumlah US
$ 1.036,2 juta yang berarti suatu kenaikan sebesar US
$ 800,8 juta atau 340,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Tabel IV 8). Tingginya impor pupuk dalam
tahun
ini selain d.isebabkan tingkat harga yang tinggi di luar negeri juga
dimaksudkan untuk menjamin kebutuhan pupuk dalam
pelaksanaan Bimas dan Inmas dengan menyediakan cadangan
yang cukup be3ar di dalam negeri.
E.

PINJAMAN
DAL ASING

LUAR

NEGERI

DAN

PENANAMAN

MO-

Selain sumber dana untuk pembangunan yang berasal dari


dalam negeri, baik dari tabungan Pemerintah maupun dari
masyarakat, maka tersedia pula sumber dana yang berasal
dari

189

luar negeri baik berupa bantuan luar negeri maupun penanaman


modal secara langsung.

GRAFIK V - 5
PERKEMBANGAN. IMPOR TANPA MINYAK BUMI,
GOLONGAN EKONOMI
(dalam persentase)

MENURUT
1972/73 - 1974/75

1972!73
1974/75

Barang KonsumsI
Bohan Baku
Barong Modal
1973/74

190

TABEL IV - 8 .

P E R K E M B A N G A N I M P O R D I LUAR MINYAK B U M I M E N U R U T
GOLONGAN EKONOMI, 1) 1 9 7 2 / 7 3 - 1 9 7 4 / 7 5
( c . i . f . dalam jutaan US dollar)
Golongan

Ekonomi

A. BARANG-BARANG KONSUMSI
I. Pangan
1. Beras
2. Tepung terigu
3. Gula pasir
4. Lain-lain
II. Bukan pangan
5. Tekstil
6. Lain-Iain
B. BAHAN BAKU/PENOLONG
1 . Kapas kasar
2. Benang tenun kapas
3. Benang tenun lain
4. Bahan kimia
5. Preparat kimia dan farmasi
6. Pupuk
7. Semen
8. Besi baton, besi dan baja
batangan
9. Lain-lain
C.

BARANG MODAL
1. Pipa besi atau baja
2. Mesin-mesin tenaga
3. Mesin untuk keperluan industri
dan perdagangan
4. Motor listrik dan transporMotor
5. Bis, truk dan traktor
6. Lain-lain
Jum1ah:

1) Berdasarkan pembukuan L/C.


2) Angka sementara.

1972/73

1973/74

1974/752)

524,9

1.002,7

919,0

19,8
229,1

20,9
348,8

658,0

1.164,9

28,5
339,4
2.089,0

55,7
29,0
54,0
61,1
55,2
59,2
20,6
46,0

106,5
27,7
67,8
89,3
49,2
235,4
29,8
118,6

34,2
17,7
70,2
96,9
36,4
1.036,2
64,0
142,2

277,2

440,6

591,2

276,0
208,6
0,3
21,2
45,9

633,0
549,5
2,6
64,6
16,3

551,1
439,5
-93,3
18,3

527,9
23,2
46,9
197,2

774,2

1.179,6

11,8
58,8
413,5

13,7
68,5
467,9

16,8

39,1

48,5

61,5
182,3

139,4
111,6

295,2
285,8

1.710,8

2.941,8

4.187,6

Dalam tahun 1974/75 bantuan secara keseluruhan berjumlah US $ 956,3 juta, sedang dalam tahun 1973/74 yang
berjumlah US $ 856,1 juta. Meskipun secara keseluruhan
jumlah bantuan bertambah pada tahun 1974/75, tetapi terdapat
perubahan di dalam komposisi menurut bentuk bantuan tersebut. Bantuan yang berupa devisa kredit turun dengan 49,6%.
Hal ini dimungkinkan karena makin kuatnya cadangan devisa
kita sehingga bentuk bantuan digeser dari devisa kredit ke bantuan pangan dan bantuan proyek yang masing-masing telah
meningkat, dengan 29,4% dan 26,1% dibandingkan dengan
tahun 1973/74 (Tabel IV 9).
T A B E L IV 9.
P E R K E M B A N G A N B A N T U A N L U A R N E G E R I (IGGI), *)
1972/73 -- 1974/75
(dalam jutaan US dollar)

1972/73
Nilai

(%kenaikan/penutupan

1973/74
Nilai

1974/75

(%kenaikan/penutupan

Nilai

(%kenaikan/penutupan

Devisa Kredit
(Termasuk Bantuan Kapas)

284,7

( 42,2)

166,6

(-41,5)

84,0

(-49,6)

Bantuan Pa-ngan

131,9 ( -12,4)

78,9

(-40,2)

102,1

(-29,4)

Bantuan Pro-yek

406,5

( 38,9)

610,6

(50,2)

770,2

(-26,1)

823,1

( 27,9)

856,1

(4,0)

956,3

(-11,7)

*) Angka-angka berdasarkan persetujuan.

Komposisi bentuk bantuan dalam tahun 1974/75 terdiri


atas Devisa Kredit (termasuk Bantuan Kapas) sebesar US
192

$ 84,0 juta, Bantuan Pangan US $ 102,1 juta, dan Bantuan


Proyek US $ 770,2 juta (lihat Tabel IV 10). Dari tabel ter-

TABEL IV - 6
HARGA BEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR, 1972113-1974175,
Karet l)

Kopi 2)

Minyak
Sawit 3)

Lada 4)

Timah 5)

Juni

15,43

35,58

205

September

15,09

1.452
1.557

22,0
23,0

19,06

231
213

46,00
4t,45

Desember

37,48
36,33

44,50

1,593

35,0

Maret

26,90

42,28

265

52,25

1.736

30,0

Juni

31,55
32,14

41,50
42,33

426
435

53,00
62,55

1.757

28,5

2.070

31,0

45,54

575
620

62,00
79,92

2.738
3.524

30,0
31,0

Tahun

1972/73

1973/74

Bulan

September
Desember
1974/75

6)

Maret

42,43

43,31
62,31

Juni

34,08
28,63

51,46
41,64

630
785

89,36
88,85

3.718

30,0

3.934

36,0

27,62

46,42

680

94,00

3.076

37,5

27,83

42,86

449

90,00

3.043

35,0

18,20
37,11

37,66
45,14

225
485

45,64
63,18

1.564,21
2.348,42

26,1

+104 %

+ 19,9 %

+115,6

+ 38,4%

+ 50,1%

+ 11,9

47,25
+4,7%

650
+34,0%

89,77
+ 42,1%

3.448,57
+ 46,8%

33,9
+ 16,1%

54,04

630

73,37

3.229,58

29,3

27,60

44,49

481

94,00

3.146,32

39,7

- 40,2%

- 17,7%

- 23,7%

+ 28,1%

- 2,6%

+ 35,5%

September
Desember
Maret 7)

Rata-rata

1972/73

Rata-rata

1973/74

Perubahan 1972/73 - 1973/74


Rata-rata
1974/75
Perubahan 1973/74 -1974/75
Rata-rata Triw. IV 1973/74
7)
Rata-rata T ri w. I V 1974/75
Perubahan Triw. IV 1973/74 Triw. IV 1974/75

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Kayu

30,27
13,4%
46,16

29,2

Karet RSS II, New York dalam US $ ct/lb


Kopi Robusta ex Palembang, New York dalam US $ ct/lb
Minyak Sawit ex Sumatera, London dalam US $/long ton
Lada, Lada hitam ex Lampung, New York dalam US $ ct/lb
Timah, London dalam /Long ton
Kayu, US Lumber, Tokyo dalam 000 per metric ton
Angka sementara.

193
511120

sebut tampak bahwa persentase Devisa Kredit dibandingkan,


dengan keseluruhan pinjaman dari tahun ke tahun tidak hanya
menjadi makin kecil tetapi juga ,nilai absolutnya semakin
menurun.
TABEL IV 10
KOMPOSISI BANTUAN LUAR NEGERI,
1972/73 1974/75

Macam
Bantuan

1972/73
Juta
US $

1973/74
Juta
%
US $

1974/75
Juta
%
US $

Devisa Kredit
(Termasuk Bantuan Kapas)

284,7

34,6

166,6

19,5

84,0

8,8

Bantuan Pangan

131,9

16,0

78,9

9,2

102,1

10,7

Bantuan Proyek

406,5

49,4

610,6

71,3

770,2

80,5

JUMLAH

823,1

100,0

856,1

100,0

956.3

100,0

Bantuan pangan juga terus menunjukkan nilai absolut


yang menurun sampai dengan 1973/74, sedang pada tahun
1974/75 mengalami kenaikan dari US $ 78,9 juta pada tahun
1973/74 menjadi US $ 102,1 juta. Sebaliknya bantuan proyek, baik
nilai absolutnya maupun proporsinya terus meningkat
dari
tahun ke tahun sehingga mencapai jumlah US $ 770,2
juta
(80,5%) dibandingkan dengan US $ 610,6 juta (71,3%)
pada
tahun 1973/74.
Dari Tabel IV 11 dapat dilihat negara dan badan-badan
internasional yang memberikan bantuan. Dalam tahun 1974/
75 IDA merupakan pemberi pinjaman terbesar yaitu US
$ 305,0 juta dibandingkan dengan US $ 135,3 juta pada tahun
1973/74. Kemudian menyusul secara berturut-turut Amerika
Serikat, Jepang, ADB masing-masing sebesar US $ 176,0 juta,
US $ 140,2 juta dan US $ 91,3 juta.
194

TABEL IV - 11
PERSETUJUAN BANTUAN LUAR NEGERI, 1) 1972/73 - 1974/75
(dalam jutaan US dollar)
Negara

1972/73

Amerika Serikat
Australia
Belanda
Belgia
Denmark
Inggeris
Italia
Jepang
Jerman Barat
Kanada
Perancis
Selandia Baru
Swiss
ADB
IDA
Austria

268,0
28,9
44,1
6,2
4,3
26,1

JUMLAH

1973/74
150,0
31,4
54,3
9,2

1974/75
176,0
30,1
67,2
10,6

25,0
120,0

30,5
6,3
226,2
60,2
67,0
39,3
3,5
9,6
33,3
135,3

91,3
305,0
0,6

823,1

856,1

956,3

207,2
47,0
19,0
25,4
1,9

3,4
140,2
73,2
16,9
37,1
4,7

1) Dalam rangka IGGI.

Selama tahun 1974/75 perkembangan yang pesat dalam realisasi penanaman modal asing yang telah terjadi dalam tahun
1973/74 terus berlangsung. Tabel IV - 1 menunjukkan bahwa
dalam tahun 1974/75 investasi langsung dari luar negeri telah
meningkat dengan 65,6% yaitu dari US $ 433 juta dalam tahun
1973/74 menjadi US $ 717 juta dalam tahun 1974/75. Nilai
seluruh investasi yang telah disetujui dan direncanakan hingga bulan Pebruari 1975 dalam rangka penanaman modal asing
berjumlah US $ 4.575 juta. Menurut lapangan usaha, nilai investasi seluruhnya yang paling besar adalah untuk sektor industri dan sektor pertambangan.
195

F. PEMBAYARAN KEMBALI PINJAMAN LUAR NEGERI


Sejak tercapainya kata sepakat dengan negara-negara
yang tergabung dalam Paris Club dalam bulan April 1970
dan diselesaikannya persetujuan bilateral baik dengan negaranegara yang merupakan anggauta Paris Club maupun dengan
negara-negara Eropa Timur, maka masalah penundaan pinjaman
sebelum 1 Juli 1966 untuk sebagian besar telah dapat diselesaikan.
Dalam menghadapi masalah pinjaman luar negeri, Pemerintah tetap berpegang pada kebijaksanaan untuk mengusahakan syarat-syarat pelunasan dan bunga yang seringan mungkin guna mengurangi beban pembayaran kembali di masa
mendatang. Guna meningkatkan cadangan devisa yang diperlukan dalam menjaga kelangsungan kegiatan pembangunan,
maka pelunasan pinjaman diusahakan agar hendaknya tidak
mengganggu kemantapan neraca pembayaran. Dalam tahun
1974/75 jumlah pembayaran kembali pinjaman yang terjadi
sebelum 1 Juli 1966 adalah US $ 68 juta, sedang pelunasan
pokok dan pembayaran bunga pinjaman setelah Juli 1966 berjumlah US $ 79 juta. Seluruh pembayaran kembali pinjaman
luar negeri dalam tahun 1974/75 berjumlah US $ 147 juta dan
merupakan hanya 3,1% dari hasil ekspor bukan minyak
bumi dan ekspor minyak atas dasar netto. Pada tahun 1973/
74 jumlah pembayaran kembali pinjaman luar negeri adalah
sebesar US $ 131 juta atau 5,1% dari hasil ekspor (Tabel
IV 12). Dibandingkan dengan tahun 1972/73 maka tampak
bahwa persentase pelunasan pinjaman terhadap hasil ekspor
terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pada
satu pihak beban pelunasan dapat ditekan sedang pada lain
pihak ekspor telah berkembang dengan pesat.

196

TABEL IV 12
PELUNASAN PINJAMAN LUAR NEGERI, 1972/73 1974/75
(dalam jutaan US dollar)

Tahun

1)
2)

Pelunasan
Pinjaman 1)

Nilai
Ekspor 2)

(% dari Nilai
Ekspor)

1972173
1973/74

106
131

1.373
2.546

(7,7)
(5,1)

1974/75

147

4.671

(3,1)

Pokok dan bunga pinjaman Pemerintah


Termasuk ekspor minyak bumi atas dasar netto.

197

Você também pode gostar