Você está na página 1de 3

Percetakan Bali Post.

Bali
Dr. I G B Rai Utama, S.E., M.Agr., M.A
Reklamasi, Bisnis Pariwisata yang Meminggirkan Masyarakat Lokal
Metode reklamasi adalah pembangunan dengan padat modal dan akan
meminggirkan peran masyarakat local. Pariwisata apapun jenis, metode dan
namanya hendaknya dibangun berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Prinsip pengelolaan kepariwisataan hendaknya dibangun dengan
melibatkan masyarakat local sehingga masyarakat local akan merasa memiliki
untuk peduli terhadap keberlanjutan pariwisata. Masyarakat local harusnya menjadi
pelaku bukan menjadi penonton. Pembangunan pariwisata harus untuk
membangkitkan bisnis lainnya multiflier effects baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam masyarakat terhadap usaha/ bisnis mereka. Sebuah pembangunan
pariwisata idealnya harus dapat menciptakan keseimbangan antara permintaan dan
penawaran yang berujung pada kepuasaan wisatawan. Indikator keberhasilan dari
pembangunan pariwisata adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat local,
meningkatnya kualitas para wisatawan karena mereka puas dan akhirnya loyal
terhadap destinasi serta semakin meningkatnya kualitas profit para pengusaha
sehingga perannya terhadap pembangunan sebuah destinasi amat diharapkan oleh
semua pihak.
Ke Mana Dana TWBI Rp 1 Triliun?
Wajar Ada Dugaan Kongkalikong
Dari Rp 30 triliun yang direncanakan untuk reklamasi Teluk Benoa, PT TWBI sudah
mengeluarkan dana Rp 1 triliun. Direktur TWBI mengatakan dana tersebut
digunakan untuk membantu CSR Forum Peduli Mangrove dimana setiap bulannya,
forum bentukan Artha Graha ini mendapat Rp 350 juta selama dua tahun terakhir.
Dana tersebut selain untuk merawat hutang mangrove juga digunakan untuk
kegiatan kegiatan sembako murah bersubsidi.
Adanya sinyalemen dana ini mengalir ke beberapa pihak, isu ini sudah berhembus
saat pilgub Bali 2013. Akademisi Unud Dr Gede Sudjana Budhi, S.E., M.Si
menegaskan bahwa PT TWBI menghabiskan banyak dana adalah untuk memenuhi
kepentingan bisnis mereka, seperti studi pemetaan Teluk Benoa.
Anggota Komisi I DPRD Bali yang membidangi hukum dan pemerintahan Nyoman
Tirtawan mengaku bahwa pernyataan PT TWBI terkait dana 1 triliun yang
dikeluarkannya belum memuaskan. Kuat dugaan dana illegal ini untuk memuluskan
rencana reklamasi. Kuat dugaan adanya kongkalikong atau permainan dalam proses
perizinan reklamasi ini yang dari awal prosesnya sudah tidak transparan dan
akuntabel.
Bali, Antara Mass Tourism dan Blue Economy
Bali kini dihadapkan dengan dua pilihan dimana harus menjada pariwisata
berkelanjutan dengan menjada alam dan lingkungan yang menjadi daya tarik
pariwisata mengarah pada ekonomi biru (blue economy). Tetapi pada realitanya

cenderung berkembang menjadi pariwisata massal (mass tourism) yang lebih


mengutamakan kuantitas daripada kualitas wisatawannya.
Ekonomi biru adalah memanfaatkan modal alam dan teknologi berorientasi pada
pelestarian alam untuk pengurangan biaya produksi dan konsumsi, memperbaiki
mutu hidup manusia dan makhluk alam, pengurangan risiko lingkungan hidup demi
eksistensi, dan keharmonisan kehidupan alam manusia. Namun yang terjadi di Bali,
pariwisata budaya Bali telah bergeser ke mass tourism. Cirinya adalah
pembangunan hotel yang tak terbendung. Mass Tourism kurang memperhatikan
aspek lingkungan dan kurang memberdayakan masyarakat local. Drs. I Made
Sendra, M.Si, Pariwisata Bali seharusnya sesuai dengan Perda tentang Cultural
Tourism sesuai ajaran Tri Hita Karana. Tidak hanya orientasi kepada kaum kapitalis
atau pemilik modal. Prof Dr Ketut Rahyuda, MSIE berpandangan pembangunan apa
saja yang tidak memperhatikan pembangunan berkelanjutan maka dalam jangka
menengah dan jangka panjang pencemaran dan perusakan lingkungan pasti akan
terjadi. Apalagi tujuan pembangunan di Teluk Benoa sudah dapat dipastikan adalah
pembangunan yang sangat bergantung pada profit. Risiko lain adalah
perkembangan ekonomi yang tidak terkendli terutama terjadi kehancuran ekonomi
rakyat, UMKM, dan usaha mikro di daerah Bali Selatan
Pariwisata Kanibalisme
Viraguna Bagoes Oka mengatakan bisnis pariwisata kanibalisme adalah yang besar
menyingkirkan yang kecil. Penting bagi para pejabat maupun pemimpin Bali saat ini
untuk dapat membaca yang tersirat bukan tersurat secara legal formalistic saja
dalam setiap situasi.
Pemimpin Bali penting untuk lebih mendahulukan mengamankan kekhasan
hubungan lingkungan, masyarakat daan budaya serta pola mengggalakkan
pendekatan small is beautiful Bali dari pola sekaa, banjar, desa pakraman. Hentikan
mega proyek untuk Bali sehingga beban dan daya dukung Bali selatan tidak
melampui keharmonisan. Saatnya mengalihkan mega proyek ke daerah luar Bali
sekaligus mengalihkan derasnya urbanisasi dari Jawa dan bagian lain di Nusa
Tenggara.
Sumber pendanaan mega proyek harus transparan dan akuntabel sebab
ditenggarai berasa dari uang panas yang tidak jelas sumbernya. Patut diduga kuat
berasal dari money laundering baik dari dalam maupun luar negeri. Karena masih
kental dalam ingatan bahwa tersangka pencucian uang seperti Fuad Amin, Djoko
Susilo, Gubernur Banten dan lainnya sebagain besar mencuci uangnya di Bali yang
sudah terungkap totalnya mencapai puluhan aset properti atau hotel mewah yang
mencapai nilai triliunan rupiah.
Ketut Ardana menyatakan penegakan hukum yang rendah dari pemerintah terkait
pembangunan pariwisata sehingga belum mampu membendung pembangunan
hotel yang terjadi. Pembangunan akomodasi pariwisata yang massif dan tidak
terkontrol berdampak luas pada kualitas pariwisata yang terus merosot. Pada tahun
1980-an wisatawan ke Bali memiliki spending money mencapai 300 dollar per orang
dengan length of stay mencapai 14 hari. Sedangkan 10 tahun belakangan, wisman
yang dating tinggi mencapai 2,5 juta per tahun namun spending money hanya

mencapai 100 dollar dan length of stay hanya mencapai 3 hari. Banyak akomodasi
menimbulkan perang tarif,sehingga wisatawan yang dating spendingnya rendah
lenghth of stay juga rendah, karena dengan modal yang pas-pasan mereka sudah
bisa ke Bali.

Você também pode gostar