Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PEMBAHASAN
ASKEB IV
IUGR dan IUFD
1.1 IUGR
Disusun oleh:
1.1.1
Fijriyati Vicci
Hendrika Dina Samara
Liana Cahyani
Puji Astuti
Restu Puji Noviatri
Pengertian IUGR
2012/2013
Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai berat badan
dibawah 10 16 persentil dari kurva berat badan bayi yang normal). Dalam 5
tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation
(IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih
ditekankan untuk mental. Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin
terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu
kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri
normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai
kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin
dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin
memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia
kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur
(37 minggu).
BAB I
Kelas : IV B
yang kecil dan risiko kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar
baik pada saat dilahirkan ataupun setelah melahirkan.
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan
untuk jumlah bulan kehamilan. Istilah lain untuk IUGR ketuban adalah
pembatasan pertumbuhan. Bayi baru lahir dengan IUGR seringkali
digambarkan kecil untuk usia gestational (SGA).
Janin dengan IUGR ketuban sering diperkirakan memiliki berat kurang dari
10 Perseratus. Ini berarti janin weighs kurang dari 90 persen dari semua
fetuses yang sama gestational usia.
Dispropotionate IUGR
Proportionate IUGR
1.1.1
a.
Patofisiologi IUGR
Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
1.1.2
Etiologi IUGR
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau
abnormalitas yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau
menyebabkan ukuran sel menurun.Hal tersebut mungkin terjadi ketika janin
tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena infeksi.
Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya kecil),
kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1)
2)
Maternal
Diabetes Melitus
Infeksi
Perokok
plasenta
3)
Kelainan kongenital
1.1.3
Insufisiensi plasenta
Preeklamsi
hipertensi kronik
masalah atau
penyakit yang berhubungan dengan keadaan tersebut,
seperti kehamilan kembar, diabetes melitus, penyakit jantung atau seperti
penyakit kolagen.
1.1.4
Janin kembar
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan
penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga
dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih
kecil dari yang seharusnya.
Janin
1.1.5
Komplikasi IUGR
Janin
Langsung:
Asfiksia
Hipoglikemi
Aspirasi mekonium
DIC
Hipotermi
Polisitemia
Hiperviskositas sindrom
Gangguan gastrointestinal
b.
Tidak langsung
2.
Ibu
Preeklampsi
Penyakit jantung
Malnutrisi
1.1.6
Pemeriksaan Bidan
Penilaian Antepertum
IUGR dikonfirmasi oleh USG menentukan etiologinya
2)
Bila openyebab diketahui tidak akan mengubah fetal outcome secara
besar
3)
Karyotype fetus hendaknya ditentukan bila ditemukan adanya
anomali struptur
4)
Satu dari diantar 10 IUGR dengan anomaly mempunyai kromosom
yang abnormal
5)
Seandainya amniosintesis dilakukan lakukan pemeriksaan untuk
rubella atau CMV dengan culture atau PCR.
b.
Penilaian Fetus
1)
Fetus IUGR dilakukan pemeriksaan serial USG dan surveillance
antenatal
2)
Non Stress Test (NST), profil biofisik, velosimetri Doppler, Constraction
stress test dan penilaian cairan anion
3)
c.
1)
Waktu yang optimal untuk persalinan tergantung pada keadaan ibu
dan fetus
2)
Banyak kematian fetus in utero terjadi setelah 36 minggu persalinan
lakukan sebelum 36 minggu
3)
IUGR pada saat dekat waktu melahirkan, yang harus dilakukan adalah
segera dilahirkan.
4)
IUGR jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari
pada janin ini dan apabila kelainan kromosom dicurigai maka amniosentesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta dan
pemeriksaan darah janin dianjurkan.
5)
Jika ada dugaan gangguan pertumbuhan intrauterin, yang dapat kita
usahakan adalah :
Bila diketahui penyebabnya, hindari obat atau penyakitnya.
Istirahat rebah agar fungsi plasenta membaik.
Perbaikan gizi ibu jika perlu.
Pengakhiran kehamilan dengan induksi persalinan atau SC.
1.1.7
1.
Asuhan Bidan
Pada Ibu :
a.
setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta
infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan
nutrisi yang baik. Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka
harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk
diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin
menggunakan USG setiap 3-4minggu.
b.
pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi
suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil
tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok
berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan.
c.
pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan
ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi
setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin
serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya
dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan
meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
2.
Pada Bayi :
a.
b.
Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostix jika hipoglikemi harus
segera diatasi.
c.
d.
e.
Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita
aspirasi mekonium.
1.1.8
kegagalan induksi
malpresentasi
disproporsi
1.1.10
1.2
1.2.1
Kasus IUGR
IUFD
Pengertian IUFD
Menurut WHO kematian janin atau yang sering disebut IUFD adalah
keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan.
Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal death
(IUFD), yaitu janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram
atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau
lebih atau pada trimester kedua. Jika terjadi pada trimester pertama disebut
keguguran atau abortus. Kematian janin adalah hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.
Dapat juga diartikan bahwa IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil
konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28
minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000 gram)
dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah
kehamilan 20 minggu.
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20
minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. Ini menyebabkan
komplikasi pada sekitar 1% kehamilan. Dengan munculnya cara diagnostik
dan terapeutik yang lebih baru pada 2 dasawarsa yang lalu, penanganan
IUFD telah beralih dari pemantauan berpengharapan ke campur tangan
yang lebih aktif. (Hacker, 2001).
Kematian janin dalam rahim ialah kematian janin dalam uterus yang
beratnya 500 gram atau lebih, usia kehamilan telah mencapai 20 minggu
atau lebih. (Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia,
1991).
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang
dari 20 minggu. Kematian janin dalam kehamilan adalah kematian janin
dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsungpada usia
kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas.(Rustam
Muchtar, 1998).
1.2.2
Patofisiologis IUFD
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUFD) karena beberapa factor
antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut
menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak
mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan
dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia
adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada
janin adalah irefersibel. Kerja organ organ maupu aliran darah janin tidak
seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).
1.2.3
Etiologi IUFD
e.
Sifilis
f.
Penyakit jantung
g.
Hipertensi
h.
i.
Inkompatability rhesus
j.
AIDS
i.
3. Faktor intrapartum
a.
Perdarahan antepartum
b.
Partus lama
c.
Anastesi
d.
Partus macet
e.
Persalinan presipitatus
f.
Persalinan sungsang
g.
Obat-obatan
1. Faktor plasenta.
4. Faktor janin
a.
Insufisiensi plasenta
a.
Prematuritas
b.
Infark plasenta
b.
Postmaturitas
c.
Solusio plasenta
c.
Kelainan bawaan
d.
Plasenta previa
d.
Perdarahan otak
2. Faktor ibu
a.
a.
Diabetes mellitus
b.
b.
c.
Nefritis kronis
c.
Vassa praevia
d.
d.
g.
kehamilan ganda
h.
infeksi
i.
diabetes
a.
j.
genitourinaria
b.
c.
1.2.5
d.
1.2.4
e.
Diagnosis :
f.
a. Nilai DJJ
g.
h.
i.
ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik
seperti bayi lahir mati.
j.
b.
c.
a.
Diagnosis :
abrupsio plasenta
b.
plasenta previa
c.
d.
polihidramnion
e.
f.
Gejala dan tannda selau ada. Gejala dan tanda kadang kadang ada
Diagnosis kemungkinan :
Gerakan janinberkurang
atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau menetap.
Perdarahan pervaginam
sesudah hamil 22 minggu. Syok Uterus tegang / kaku. Gawat janin atau DJJ
tidak terdengar. Solusio plasenta, gerakan janin dan DJJ tidak ada
Perdarahan Nyeri perut hebat Syok Perut kembung / cairan bebas intra
abdominal Kontur uterus abnormal Abdomen nyeri. Bagian bagian janin
teraba. Denyut nadi bu cepat Rupture uteri. Gerakan janin berkurang atau
hilang.
DJJ
abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur
mekonium Gawat janin. Gerakan janin / DJJ hilang Tanda tanda kehamilan
berhenti. Tinggi fundus uteri berkurang. Pembesaran uterus berkurang
Kematian janin.
1.2.6
Komplikasi IUGR
2.
3.
4.
Induksi dan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesterone
atau dengan
1.2.8
Asuhan Bidan
1.
Selama menunggu diagnose pasti, ibu akan mengalami syok dan
ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan
berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam
menerima segala kemungkinan yang ada.
2.
Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter
spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongent foto abdomen, begitu
pula dengan hasil labor dan plano test
3.
Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh
Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi
sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan
hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan
persalinan dengan gejala kecemasan
4.
Induksi persalinan setelah kematian intrauteri berbeda dengan induksi
lainnya dalam dua hal. Pertama, tidak perlu memperhitungkan kesehatan
bayi, jadi efek samping dan komplikasi hanya perlu dipertimbangkan dari
sudut pandang ibu saja. Kedua, kebanyakan induksi terencana pada bayi
hidup dilakukan mendekati aterm, sementara induksi untuk bayi meninggal
biasa pada kisaran usia gestasi yang lebih luas
5.
Sebelum induksi, TD harus diukur, uji proteinuria untuk menyingkirkan
adanya eklampsia, suhu harus dicatat terutama pada kasus pecah ketuban.
Bila ada kecurigaan bayi telah meninggal beberapa minggu sebelumnya,
periksa darah ibu untuk menghitung trombosit dan pemeriksaan
pembekuan darah karena biasa muncul masalah koagulasi intravaskuler
diseminata (KID)
1.2.7
6.
Pemberian peredaan nyeri dapat dipertimbangkan karena ibu harus
menjalani pengalaman melahirkan yang keduanya secara psikologis dan
fisik menyakitkan (Smith, 1999).
1.
Pemeriksaan Bidan
Observasi dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnose
7.
Bila kematian intrauterine lebih dari 4 minggu, maka dicurigai ibu
mengalamiabrupsio plasenta yang beresiko perdarahan post partum. Untuk
itu pada kasus ini diindikasikan pelaksanaan aktif kala III
8.
Setelah kelahiran, bantu proses bersedih pada orang tua dengan
memberikan dukungan dan menciptakan kenangan-kenangan
1.2.9
1)
Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu
kehamilan.
Persiapan:
Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu: pemeriksaan trombosit,
fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.
Tindakan:
1.
Kuretasi vakum
2.
Kuretase tajam
3.
2)
Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu
sampai 20 minggu.
Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah
pemberian pertama.
Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau
pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes
per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
3)
1.2.10
Prognosis
1.2.11
Kasus IUFD
BAB II
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
2.1
Kesimpulan
2013 (4)
2.2
Saran
September (4)
Varicella
MakalahASKEB IVPenyakitTBC (Tuberkulosis) Disusuno...
Mola Hidatidosa
Mengenai Saya
Puji Astuti