Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. PENDAHULUAN
Dimasa yang serba cepat, keinginan manusia untuk berproduksi dan bersaing dengan cepat, efektif dan
ekonomis, menjadi dasar untuk pengembangan perkakas dan mesin-mesin perkakas. Persaingan tersebut
memberikan motivasi utama dalam pembuatan mesin perkakas yang memiliki ketelitian, akurasi dan
presisi, sehingga dapat membuat bentuk sesuai dengan design (model), sedangkan untuk
mempertahankan bentuk yang sesuai dengan design sering terbentur dengan masalah keausan pada
pahat. Penyebab utama dari keausan disebabkan oleh temperatur yang tinggi sebagai akibat gesekan dua
benda yaitu benda kerja dan pahat potong, yang berpengaruh terhadap umur pahat dan kekasaran
permukaan benda kerja yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Keausan
adalah suatu kehilangan bertahap dari permukaan pahat yang dibawa oleh aksi mekanis. Hal tersebut jika
tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan proses pemesinan dari suatu komponen akan tidak
sempurna, dalam hal ini akan menyebabkan tingginya nilai kekasaran permukaan.
Pahat mempunyai peranan penting dalam melakukan suatu proses pemesinan. Karena kesalahan dalam
menggunakan pahat sekecil apapun dapat mempengaruhi hasil dari proses produksi. Jadi dalam hal ini
yang harus menjadi pemikiran adalah bagaimana memilih dan menentukan bahan pahat yang akan
digunakan pada mesin produksi. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat keausan pada mata
pahat itu sendiri dan kehalusan atau kekasaran permukaan yang akan dihasilkan dapat terkendali.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pada jarak berapakah keausan pahat potong HSS
mulai terjadi dan pengaruhnya terhadap terhadap kualitas permukaan benda kerja pada proses pemesinan
dalam hal ini adalah mesin bubut.
Hal| 26
ISSN 2085-2762
Seminar Nasional Teknik Mesin
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2. METODOLOGI PENELITIAN
Berikut ditampilkan (Gambar.1) diagram alir penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh keausan sudut utama pahat potong (Kro)HSS terhadap kualitas permukaan benda kerja pada
proses pemesinan dalam hal ini adalah mesin bubut:
Tujuan penelitian,
mendapatkan nilai
keausan pahat pada
proses pemesinan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Batasan
masalah
Metode
penulisan
Mesin bubut
Benda uji St37
Vc = 20.72 m/min
f = 0.037 mm/s
n = 330 rpm
a = 0.3 mm
Kro = 45o
1. Studi literatur
2. Pengujian
3. Interview
TAHAP I
Pengujian I: Melakukan
persiapan pahat, termometer
non contact, benda kerja dan
pahat
Kurang/salah
TAHAP II
Cukup
Data II
Analisis
TAHAP III
1.
2.
3.
4.
5.
Pengujian II:
Melakukan
pembubutan:
Ambil
data
Grafik, Analisis
1.
2.
3.
4.
Data
Lampiran dan tabel
Perhitungan
Sumber tertulis dan tidak
tertulis
Kesimpulan
TAHAP IV
End
ISSN 2085-2762
Seminar Nasional Teknik Mesin
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Adapun beberapa tahapan yang diperlukan untuk melakukan persiapan Pengujian I, yaitu:
1) Mencatat suhu awal pahat, kemudian dilakukan pengukuran suhu selama proses pemakanan benda
kerja berlangsung. Pengukuran suhu tersebut menggunakan thermometer non-contact.
2) Mengambil ukuran panjang awal pahat (tool) sebagai parameter untuk mengetahui seberapa besar
keausan (pengurangan dimensi) dari pahat tersebut dengan menggunakan alat mikrometer dan
mikroskop. Dalam hal ini, panjang awal pahat adalah 70.36 mm.
Pahat HSS Kro = 45o
3) Menyiapkan benda kerja jenisnya adalah baja ST37 dengan ukuran 20 mm panjang 500 mm.
4) Meratakan kedua permukaan benda uji dan membuatkan lubang senter yang berfungsi sebagai
dudukan senter kepala lepas.
5) Mesin bubut yang digunakan dalam pengujian ini mempunyai spesifikasi data sebagai berikut:
a. Mesin bubut : Konvensional
b. Tipe
: YAM-CL40100G
Hal| 28
ISSN 2085-2762
Seminar Nasional Teknik Mesin
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
c. Daya motor : 3,7 kW
d. Voltage
: 330 volt
6) Pasangkan benda kerja pada cekam (chuck) dan pasang pula pada senter kepala lepas untuk menahan
benda kerja juga harus dilakukan untuk mengurangi getaran yang ditimbulkan oleh putaran mesin
bubut saat melakukan proses.
7) Mengatur parameter pemesinan pada mesin bubut, untuk awal proses pembubutan benda uji I,
seperti:
a.
b.
c.
d.
= 0,037 mm/s
= 330 rpm
= 0,3 mm
= 20.72 m/menit
8) Melakukan proses bubut sesuai dengan tahap pengujian yang telah direncanakan, yaitu:
a. Melakukan proses pembubutan dengan jarak pembubutan 1 cm bersamaan itu pula diukur suhu
prosesnya, kemudian setiap mencapai jarak 1 cm, pahat dilepas untuk diukur keausannya dengan
alat mikroskop. Hal tersebut diatas dilakukan secara kontinyu sebanyak 10 kali. Sehunggga akan
diperoleh 10 data jarak pemakanan benda kerja, 10 tempetarur proses pembubutan dan 10 data
tingkat keausan pahat.
b. Melakukan proses pembubutan dengan jarak pembubutan 2 cm bersamaan itu pula diukur suhu
prosesnya. Setiap mencapai jarak 2 cm, pahat dilepas untuk diukur keausannya dengan alat
mikroskop. Hal tersebut diatas dilakukan secara kontinyu sebanyak 10 kali. Sehingga akan
diperoleh 10 data jarak pemakanan benda kerja, 10 temperatur proses pembubutan dan 10 data
tingkat keausan pahat.
c. Melakukan proses pembubutan dengan jarak pembubutan 3 cm bersamaan itu pula diukur suhu
prosesnya. Setiap mencapai jarak 3 cm, pahat dilepas untuk diukur keausannya dengan alat
mikroskop. Hal tersebut diatas dilakukan secara kontinyu sebanyak 10 kali. Sehingga akan
diperoleh 10 data jarak pemakanan benda kerja, 10 temperatur proses pembubutan dan 10 data
tingkat keausan pahat.
Hal| 29
ISSN 2085-2762
Seminar Nasional Teknik Mesin
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Pengujian Kekasaran Permukaan
Pengujian kekasaran permukaan dilakukan setelah proses pembubutan selesai, adapun tahapan pengujian
kekasaran permukaan adalah sebagai berikut:
1) Kalibrasi alat ukur kekasaran permukaan Surface tester dengan standar kekasaran permukaan Ra
(Pm) sebesar 3.00 Pm dan menggunakan standar sampel 2.5 mm, lama melakukan kalibrasi r 10
menit.
2) Meletakkan benda kerja yang akan diuji pada tempat dudukan yang dibuat dengan balok berbentuk
V yang disesuaikan dengan tinggi alat ukur kekasaran permukaan Surface dengan benda uji.
Gambar. 6 Kedudukan Benda Uji dan Alat Ukur Kekasaran Permukaan Surface Tester
3) Melakukan pengujian dilakukan pada benda uji dalam hal ini ada 3 benda uji yang akan dilakukan
pengujian. Untuk mempermudah penguji, maka dilakukan penandaan pada benda uji dengan
memberikan kode ST37/a/01 sampai dengan ST37/a/03 Adapun banyaknya pengukuran dilakukan
pada benda kerja (baja ST37) yang telah melalui proses pembubutan adalah sebagai berikut:
a. Data pengujian diambil 10 kali setiap 1 cm
b. Data pengujian diambil 10 kali setiap 2 cm
c. Data pengujian diambil 10 kali setiap 3 cm
4) Perhatikan dan catat data pada alat uji pengukuran kekasaran permukaan yang berupa angka digital.
Jumlah data keseluruhan setiap 1 benda uji sebanyak 10 data. Hasil pengukuran tidak selalu
mendapatkan hasil data yang benar, sehingga dilakukan pengulangan pengukuran.
5) Untuk benda uji ke-2 dan ke-3 dilakukan cara yang sama dengan cara yang dilakukan pada benda uji
ke-1.
6) Perhitungan rata-rata dari data-data pengukuran kekasaran permukaan.
7) Dari hasil pengujian akan diperoleh data-data berupa Rz, Rt dan Ra (Pm) yang berguna sebagai
analisa dan grafik. Bila data tersebut yang diambil belum cukup untuk membantu menganalisa dan
membuat grafik, maka dapat dilakukan kembali untuk mendapatkan kecukupan data untuk
membantu analisa dan grafik.
2.3 Tahap III : Pengumpulan Data
Setelah melakukan dan melewati beberapa pengujian, maka penguji dapat melakukan pengumpulan data
dan dapat menganalisa.
Grafik
Grafik ini dapat dihasilkan dengan mengolah dan mengumpulkan data. Grafik yang dibubut yaitu dengan
membandingkan data kekasaran permukaan antara Ra teoritis & Ra emperis setiap benda uji.
Analisa
Untuk dapat memeriksa keadaan sebenarnya dari hasil penelitian ini diperluan beberapa hal yang dapat
membantu suatu analisa yaitu:
a. Data I dan II
b. Grafik Rateoritis & Raemperis
Dalam analisa penelitian ini menggunakan perhitungan dengan menganalisa kekasaran permukaan secara
teoritis, dimana telah diketahui nilai dari sudut yang digunakan. Persamaan yang digunakan dalam
perhitungan Ra secara teoritis adalah:
Hal| 30
ISSN 2085-2762
Seminar Nasional Teknik Mesin
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
f
max
Ra
teoritis
0.256 Rt
Rt = hmax
uc
[Persamaan. 1]
[Persamaan. 2]
. [Persamaan. 3]
m
b. Kecepatan potong (VC) sebesar 20.72
min
mm
c.
d.
e.
f.
r
Gerak makan f = 0,037
Putaran mesin (n) = 330 rpm
Kedalaman potong (a) = 0.3 mm
Sudut potong utama pahat (Kro) yang digunakan yaitu 45o.
Tabel.1 Data Temperatur Pahat Potong
Benda Uji
Pengujian
St37/a/01
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Panjang
Awal
70.36
70.36
70.36
70.36
70.36
70.36
70.36
70.36
70.36
70.36
T1
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
Panjang
Akhir
70.36
70.36
70.35
70.35
70.35
70.35
70.35
70.35
70.34
70.34
T2
32.5
32.6
32.4
32.3
32.2
32.4
32.6
32.7
32.5
32.4
2) Pengujian II
Pengujian yang bertujuan mendapatkan nilai tingkat keausan atau pengurangan ukuran dari ujung
pahat potong, yaitu dengan melakukan pengukuran dengan alat mikroskop. Sedangkan untuk benda
kerjanya diukur tingkat kekasaran yang dihasilkan dari proses pembubutan dengan menggunakan
Surftest 201 SJ.
Tabel.2 Data Pengujian Kekasaran Permukaan
Benda Uji
ST37
I
II
III
Rata-Rata
2,46
1,72
2,71
ISSN 2085-2762
Seminar Nasional Teknik Mesin
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Analisa Keausan Pahat Potong
Keausan pahat potong dilakukan dengan bantuan mikroskop dan kertas semiblok untuk membantu
pembacaan ukuran pengurangan dimensi pahat potong, sebagai contoh pengukuran keausan dapat dilihat
dibawah ini:
Dari gambar diatas didapat hasil pengurangan dimensi pada ujung pahat potong adalah sebesar 1,2 mm.
Pengukuran ini dilakukan secara kontinyu sebanyak10 data yang diambil tiap benda uji.
Pm) Empiris
Analisa Data Kekasaran Permukaan Ra (P
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat ukur kekasaran permukaan, maka
diperoleh data-data yang diperlukan untuk mendapatkan Ra (Pm) empiris.
Tabel.3 Data Rata-Rata Ra empiris
Benda Uji
ST 37
I
II
III
Total rata-rata
Ra
2.46
1.72
2.71
2.30
Kekasaran Permukaan
Kekasaran yang dipengaruhi oleh geometri pahat potong yang sering disebut sebagai kekasaran
permukaan ideal atau teoritis. Dari Grafik. 1 untuk material ST37 didapat nilai Ra teoritis lebih halus di
banding dengan Ra empiris , hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata antara Ra teoritis dan Ra empiris nya. Dari 1
cm pengujian Ra empiris didapat hasil yang tidak stabil, terutama pada pengujian pertama dan ketujuh yang
mempunyai nilai kekasaran paling besar. Karena pada pengujian pertama terdapat beban kejut yang besar
setiap awal proses pengujian. Sedangkan pada pengujian ketujuh mulai terbentuknya radius pada pahat
potong.
Hal| 32
ISSN 2085-2762
Seminar Nasional Teknik Mesin
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
4
3.5
Ra teoritis , Ra empiris
3
2.5
Ra teoritis
Ra empiris
1.5
1
0.5
0
0
10
11
Pengujian ke-n
Pada Gambar. 2 untuk material ST37 didapat nilai Ra teoritis lebih halus di banding dengan Ra empiris , hal
ini dapat dilihat dari nilai rata-rata antara Ra teoritis dan Ra empiris nya. Pada pengujian kedua ini (per 2 cm)
pengujian Ra empiris didapat hasil yang stabil, nilai kekasaran paling besar hanya diawal proses pengujian.
Kestabilan angka kekasaran tersebut dikarenakan sudah terbentuknya radius pada pahat potong.
4
Rateoritis , Raempiris
3.5
3
2.5
Rateoritis
Raempiris
1.5
1
0.5
0
0
10
11
Pengujian ke-n
Sedangkan pada Grafik. 3 didapat nilai Ra teoritis lebih halus di banding dengan Ra empiris , hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata antara Ra teoritis dan Ra empiris nya. Pada pengujian ketiga ini (per 3 cm) pengujian
Ra empiris didapat hasil yang lebih stabil dibandingkan pengujian pertama dengan nilai kekasaran yang
lebih besar dari pengujian kedua, dikarenakan sudah mulai ada keausan pada ujung pahat potong yang
dipengaruhi oleh timbulnya temperatur pemotongan akibat panjangnya jarak pemakanan.
Rateoritis, Raempiris
3.5
3
2.5
2
Ra teoritis
Ra empiris
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223
Pengujian ke-n
Grafik.4 memperlihatkan rata-rata Ra empiris lebih kasar dari pada Ra teoritis , hal ini disebabkan karena
Ra teoritis dalam keadaan ideal (kondisi material dan proses pemesinannya tidak dipengaruhi oleh
Hal| 33
ISSN 2085-2762
Seminar Nasional Teknik Mesin
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
lingkungan sedangkan Ra empiris sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor-faktor proses
pemesinan) yang dimaksud dengan faktor-faktor pemesinan antara lain:
1.
2.
3.
4.
1.5
1
0.5
0
0
0.5
1.5
2.5
3.5
Pengujian Ke-n
Grafik. 4 Grafik Rata-rata Ra teoritis vs Rata-rata Ra empiris pada pengujian