Você está na página 1de 55

ATELEKTASIS

A. DEFINISI
Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis dan tidak
mengandung udara (Djojodibroto, 2009).
Atelektasis adalah suatu keadaan kolapsnya jaringan paru atau pengembangan paru
yang tidak sempurna akibat penyumbatan persial atau total dari saluran udara (bronkus
maupun bronkiolus) atau akibat parnapasan yang sangat dangkal. (Bararah Taqiyyah ,
2013).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai bronkiolus dilapisi oleh
membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara,
laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan
mengandung pita suara. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti
sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan
sebagai suatu pohon dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Bronkus terdiri
dari bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebar dan
merupakan kelanjutan dari trakea, cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis, percabangan ini berjalan menuju terus
menjadi bronkus yang ukurannya sangat kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis
yaitu saluran udara yang mengandung alveoli, setelah bronkus terminalis terdapat asinus
yaitu tempat pertukaran gas.
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak dalam rongga
dada atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis.
Pembuluh darah paru-paru dan bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap
paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar
daripada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru
kiri dibagi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai
dengan segmen bronkusnya. Suatu lapisan yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan
elastis dikenal sebagai pleura yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan
menyelubungi setiap paru-paru (pleura vesiralis).

Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis. Sirkulasi
bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronchial berasal dari aortatorakalis dan
berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang besar mengalirkan
darahnya ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan
mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan
darah vena pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak berperan pada pertukaran gas, darah
yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung. Arteri
pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran keparuparu di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paruparu yang halus mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan
untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian
dikembalikan melalui vena pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan
kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik (Price, 2006).
C. FISIKA DAN BIOKIMIA
Biofisika merupakan studi interdisipliner yang mempelajari fenomena fenomena
dan masalah masalah biologis dengan metode, prinsip, teknik, dan pendekatan fisika.
Yang dipelajari dalam cabang ilmu biofisika adalah semua level organisasi biologis, dari
tingkat molekuler sampai tingkat ekosistem. Biofisika mempunyai hubungan yang saling
melengkapi dengan biokimia, nanoteknologi, bioengineering, agrofisik, dan biosistem.
Biofisika sendiri dikenal sebagai jembatan penghubung antara biologi dan fisika (White
1974).
Dalam ilmu dasar fisika, telah dipelajari tentang fluida. Baik itu fluida statis
maupun dinamis. Fluida (zat alir) adalah zat yang dapat mengalir misalnya zat cair dan
gas. Fluida memiliki sifat tidak menolak perubahan bentuk dan kemampuan mengalir.
sifat ini dikarenakan tidak dapat mengadakan tegangan geser dalam ekuilibrium statis.
Konsekuensi dari sifat ini adalah Hukum Pascal yang menekankan pentingnya tegangan
dalam mengarakteristisasi bentuk fluid. Sehingga fluida adalah zat yang mampu
terdeformasi secara berkesinambungan dengan mudah walaupun hanya diberi tegangan
geser sedikit (Cameron 1999).

Fluida statis yaitu materi yang mempelajari tentang fluida yang tetap berdiam di
tempatnya dan tak ada yang bergerak atau berpindah. Sedangkan fluida dinamis adalah
materi yang mempelajari fluida yang sedang bergerak.
Di dalam tubuh terdapat fluida yang tetap maupun yang bergerak. Fluida ini
biasanya mengisi bagian atau rongga tertentu dalam tubuh. Kebanyakan sebagai zat
pengisi dalam sel (sitoplasma), tetapi ada juga yang mengisi rongga alveoli pada paru
paru. Cairan yang mengisi alveolus tentu saja mempunyai tegangan permukaan tertentu
seperti fluida lain (Gabriel 1988).
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan ke dalam pada cairan (White 1974).
Alveoli secara fisik mirip dengan jutaan gelembung yang terhubung satu sama
lain. Alveoli memiliki kecenderungan mengecil karena tegangan permukaan dari lapisan
cairannya yang unik. Lapisan ini, suatu jenis surfaktan, sangat penting untuk fungsi paru.
Tidak adanya surfaktan pada beberapa neonatus, terutama bayi premature, menyebabkan
sindrom distress pernapasan (RDS) idiopatik atau penyakit membran hialin (Cameron
1999).
Untuk memahami fisika alveolus, kita perlu memahami fisika gelembung.
Tekanan di dalam gelembung berbanding terbalik dengan jari jari dan berbanding lurus

P 4 R
dengan tegangan permukaan (gamma). Hubungan pastinya adalah

, suatu

bentuk dari hukum Laplace. Perhatikan gelembung sabun pada mulut sebuah tabung yang
dipisahkan oleh sebuah katup, seperti gambar.

(Poullis 1990)
Karena gelembung kecil mempunyai tekanan internal lebih besar (R lebih kecil),
gelembung tersebut akan menyalurkan udara ke dalam gelembung besar. Walaupun
alveolus tidak sama persis dengan gelembung sabun, alveolus yang lebih kecil cenderung
kolaps. Keadaan dimana banyak dari alveolus yang kolaps disebut atelektasis. Penyebab

mengapa tidak banyak alveolus yang kolaps adalah adanya tegangan permukaan (surface
tension) yang khas dari surfaktan (Gabriel 1988).
Tegangan permukaan suatu cairan dapat diketahui dengan mengukur berapa
besar gaya yang diperlukan untuk menarik sebuah lingkaran kawat dari permukaan cairan
yang bersih. Tegangan permukaan pertemuan permukaan air-udara 72 x 10-5 N/m. untuk
pertemuan plasma-udara sekitar 40 sampai 50 x 10-5 N/m, sedangkan tegangan
permukaan larutan detergen-udara berkisar dari 25 sampai 45 x 10-5 N/m. ukuran
kualitatif suatu tegangan permukaan diukur dari berapa lama gelembung kecil dari suatu
cairan dapat bertahan. Semakin rendah tegangan permukaan, semakin lama gelembung
bertahan. Pengamatan menunjukkan bahwa gelembung yang dikeluarkan dari paru
bersifat sangat stabil, bisa bertahan berjam jam. Dapat disimpulkan bahwa gelembung
tersebut memiliki tegangan permukaan yang sangat rendah sehingga tekanan di dalam
gelembung juga rendah (White 1974).
Tegangan permukaan surfaktan yang melapisi alveolus orang sehat berperan
sangat penting dalam fungsi paru. Tegangan permukaan surfaktan tidaklah konstan.

(Poullis 1990)
Menunjukkan tegangan permukaan sebuah film/lapisan ekstrak paru normal yang
mengandung surfaktan. Perhatikan penurunan besar seiring berkurangnya luas
permukaan. Karakteristik ini menyebabkan tegangan permukaan alveolus mengecil
seiring dengan mengecilnya alveolus saat ekspirasi. Untuk masing masing alveolus
terdapat suatu ukuran saat tegangan permukaannya turun cukup cepat sehingga tekanan
mulai menurun bukan terus meningkat, dan hal ini menyebabkan alveolus menjadi stabil
sekitar seperempat dari ukuran maksimumnya. Alveolus yang tidak dilapisi surfaktan,

seperti pada bayi RDS, kolaps seperti gelembung kecil, dan diperlukan tekanan yang
cukup besar untuk membukanya kembali. Bayi dengan RDS mungkin tidak mempunyai
energi untuk bernapas dengan paru yang keregangannya rendah. Salah satu terapinya
adalah bernapas dengan tekanan positif untuk membantu membuka alveolus.
Kurva P-V untuk potongan paru manusia

(Poullis 1990)
Apabila paru kolaps total, diperlukan tekanan cukup besar untuk mulai
mengembangkannya, serupa dengan upaya ekstra untuk mulai meniup balon karet. Dari
titik ini, paru mengembang dengan agak mudah sampai mendekati ukuran maksimumnya.
Kurva tekanan saat deflasi berbeda dengan saat inflasi. Saat tekanan turun menjadi nol,
paru tetap menahan sebagian udara. Diperlukan tekanan yang lebih kecil untuk
mengembangkan paru lagi, walaupun reinflasi tidak akan mengikuti kurva deflasi. Proses
siklis dengan kurva kurva yang berlainan diikuti oleh dua belahan dari siklus dikatakan
memperlihatkan histerisis. Daerah di bawah lengkung sebanding dengan energi yang
hilang sebagai panas selama siklus.
Kolapsnya paru paru atau alveolus disebut atelektasis. Alveolus yang kolaps
tidak mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta dalam pertukaran gas. Hal ini
akan mengurangi luas permukaan yang diperlukan untuk melakukan difusi (Gabriel
1988).

(Anonim 2009)
Kolapsnya alveolus yang belum terbuka disebut atelektasis primer. Sedangkan
alveolus yang sebelumnya terbuka lalu kolaps disebut atelektasis sekunder.
D. Patofisiologi
Pada atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara
ke dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan.Udara yang sudah terdapat
dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan
alveolus kolaps. Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik
atau ekstrinsik.Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh secret atau
eksudat yang tertahan.Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh
pembesaran kelenjar getah benih.
Mekanisme pertahanan fisiologik yang bekerja mempertahankan sterilitas saluran
nafas bagian bawah bertindak mencegah atelektasis dengan menghalangi terjadinya
obstruksi. Mekanisme-mekanisme yang beperan yaitu silia yang dibantu oleh batuk untuk
memindahkan sekret yang berbahaya ke dalam faring posterior. Mekanisme lain yang
bertujuan mencegah atelektasis adalah ventilasi kolateral. Hanya inspirasi dalam saja
yang efektif untuk membuka pori-pori Kohn dan menimbulkan ventilasi kolateral ke
dalam alveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan (dalam keadaan normal
absorpsi gas ke dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas-gas darah
sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer akibat lebih banyaknya O2 yang
diabsorpsi ke dalam jaringan daripada CO2 yang diekskresikan).
1. Atelektasis Obstruktif
Berhubungan dengan obstruksi bronkus, kapiler darah akan mengabsorbsi
udara di sekitar alveolus, dan menyebabkan retraksi paru dan akan terjadi kolaps

dalam beberapa jam. Pada stadium awal, darah melakukan perfusi paru tanpa
udara, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi sehingga
arterial mengalami hipoksemia. Jaringan hipoksia hasil dari transudasi cairan ke
dalam alveoli menyebabkan edema paru, yang mencegah atelektasis komplit.
Ketika paru paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan
mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis
dan bronkiektasis.5,6
2. Atelektasis Non-Obstruktif
Penyebab utama yaitu oleh karena tidak adanya hubungan antara pleura
viseralis dan pleura parietalis. Efusi pleura maupun pneumothorax menyebabkan
atelektasis pasif. Efusi pleura yang mengenai lobus bawah lebih sering dibanding
dengan pneumothorax yang sering menyebabkan kolaps pada lobus atas.
Atelektasis adhesive lebih sering dihubungkan dengan kurangnya surfaktan.
Surfaktan mengandung phispolipid dipalmitoy phosphatidyicholine, yang
mencegah kolaps paru dengan mengurangi tegangan permukaan alveoli.
Berkurang atau tidaknya produksi surfaktan biasanya terjadi pada ARDS,
pneumonitis radiasi, ataupun akibat trauma paru sehingga alveoli tidak stabil dan
kolaps. Kerusakan parenkim paru pun dapat menyebabkan atelektasis sikatrik
yang membuat tarikan tarikan yang bila terlalu banyak membuat paru kolaps,
sedangkan replacement atelektasis dapat disebabkan oleh tumor
sepertibronchialveolar carcinoma.5,6
3. Platlike atelektasis (Focal atelectasis)
Disebut juga discoid atau subsegmental atelektasis, tipe ini sering
ditemukan pada penderita obstruksi bronkus dan didapatkan pada keadaan
hipoventilasi, emboli paru, infeksi saluran pernafasan bagian bawah dengan
horizontal atau platlike. Atelektasis minimal dapat terjadi karena ventilasi
regional yang tidak adekuat dan abnormalitas formasi surfaktan akibat hipoksia,
iskemia, hiperoxia, dan ekspos berbagai toksin.5,6
4. Postoperative atelektasis
Atelektasis merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang
melakukan anastesi ataupun bedah dapat mengakibatkan atelektasis karena

disfungsi dari diafragma dan berkurangnya aktivitas surfaktan. Atelektasis ini


biasanya pada bagian basal (bawah) paru ataupun segmen tertentu.5
E. FARMAKOLOGI
Penanganan atelektasis adalah membuat penderita bisa bernafas dalam,
menghilangkan sumbatan pada saluran nafas, atau keduanya.
Terapi diberikan berdasarkan penyebabnya. Jika terdapat sumbatan, maka perlu
dilakukan penanganan untuk mengatasinya, misalnya membersihkan jalan nafas dengan
alat penghisap khusus atau pembedahan untuk mengatasi tumor.
Beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk membantu mengembangkan kembali
paru-paru yang kollaps, antara lain :
Batuk
menepuk-nepuk dada pada daerah yang kollaps untuk melepaskan lendir di dalam

saluran nafas
berbaring pada sisi paru-paru yang sehat, sehingga paru-paru yang terkena bisa

kembali mengembang
latihan bernafas dalam
memposisikan tubuh dengan kepala lebih rendah dari dada, sehingga lendir bisa
keluar dari paru-paru dengan lebih baik
Setelah sumbatan hilang, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis

akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan kerusakan. Namun, jika
atelektasis telah menetap selama beberapa bulan, maka paru-paru mungkin sulit untuk
mengembang kembali.
Alat bantu nafas bisa diberikan untuk kasus tertentu. Selain itu, jika infeksinya
bersifat menetap atau berulang, sehingga menyulitkan atau menyebabkan perdarahan,
maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat.
Berbagai obat yang bisa digunakan pada gangguan paru tertentu, sesuai dengan
kondisi masing-masing penderita :

Bronkodilator. Obat ini sebaiknya tidak digunakan oleh orang dengan kondisi berikut
: mempunyai penyakit jantung, diabetes, hipertiroid, kanker prostat, kecuali atas
petunjuk & pengawasan dari dokter.

Contoh obat bronkodilator adalah : Salbutamol, Salmeterol kemudian Aminophyllin

dan Theophyllin.
Obat untuk membantu mengencerkan lendir di dalam saluran nafas seperti misalnya

Bromhexine
Antibiotik, bisa diberikan jika terdapat infeksi bakteri, tergantung dari jenis infeksi

dan kondisi penderita.


Contoh obat golongan penisilin adalah : Amoxicillin, Ampicillin dan Cloxacillin.
Sekitar 1 dari 15 orang mempunyai reaksi alergi setelah mengkonsumsi antibiotika
golongan penisilin. Beberapa orang bahkan bisa mengalami reaksi alergi yang parah
yang disebut dengan syok anafilaksis. Bila mempunyai alergi terhadap antibiotika
sebaiknya beritahukan ke dokter saat berkonsultasi. Antibiotika lain ada adalah
golongan makrolida, contoh obat golongan makrolida adalah Erythromycin,
Spiramycin, Azythromycin dan Clarythromycin. Pilihan obat antibiotika & dosis
obat yang digunakan tergantung dari hasil pemeriksaan dokter mengenai kondisi

yang dialami.
F. TERAPI DIET
14 makanan yang secara alami dapat membersihkan paru-paru. Dengan menjaga
paru-paru tetap bersih, fungsi paru-paru yang kamu miliki akan tetap sehat dan dapat
bekerja secara maksimal.
a. Buah dan Sayur yang Mengandung Karotinoid
Beberapa buah dan sayur yang memiliki kandungan karonoid adalah wortel, ubi jalar,
sayuran hijau gelap dan tomat. Karena khasiatnya, bahkan karotinoid digunakan
untuk dijadikan antioksidan untuk mengurangi risiko kanker paru-paru.
b. Makanan dengan Asam Lemak Omega-3
Makanan yang kaya akan asam lemak omega 3 secara bertahap mampu
menyembuhkan asma. Asam lemak omega 3 dapat ditemukan pada ikan salmon,
tuna, trout, kacang-kacangan dan juga biji rami.
c. Sayuran
Sayuran seperti kubis, brokoli dan kol memiliki kandungan yang sangat baik untuk
paru-paru. Jadi, selalu sertakan sayuran dalam setiap menu makananmu setiap hari.
d. Makanan yang Mengandung Folat
Dalam tubuh, folat yang berasal dari makanan seperti bayam, asparagus, buah jeruk,
kacang dan alpukat akan diubah menjadi asam folat. Makanan tersebut juga secara
bertahap melindungi paru-paru dari kanker.

e. Makanan Bervitamin C
Vitamin C adalah salah satu nutrisi yang sangat penting untuk kesehatan paru-paru.
Kamu dapat memperoleh vitamin C dari buah-buahan seperti jeruk. Buah kiwi,
stroberi, anggur, nanas dan mangga juga memiliki kandungan vitamin C yang tinggi.
f. Bawang Putih
Bawang putih memiliki zat yang disebut allicin yang mampu melawan infeksi dan
mengurangi peradangan pada paru-paru. Zat ini akan sangat baik bagi penderita asma
dan infeksi paru-paru.
g. Buah Berry
Flavonoid, karotenoid, lutein dan zeaxanthin yang terdapat dalam berry dapat
menghilangkan karsinogen dari paru-paru. Adapun jenis buah berry yang bisa kamu
coba yaitu blueberry, raspberry ataupun blackberry.
h. Apel
Apel merupakan salah satu makanan yang baik untuk paru-paru. Selain mudah
diperoleh, harganya pun lumayan terjangkau. Bahkan, telah tersedia berbagai jus apel
yang bisa dengan praktis langsung dinikmati.
i. Jahe
Menambahkan jahe ke dalam masakan, atau menjadikannya minuman hangat akan
memberikan efek yang baik untuk paru-paru.
j. Kunyit
Rempah yang mirip jahe ini juga mampu meringankan peradangan pada paru-paru.
Zat curcumin yang terdapat didalamnya menghilangkan zat penyebab kanker paruparu.
k. Delima
Buah delima berguna untuk meningkatkan suplai darah dan menghilangkan zat
beracun dari paru-paru.
l. Anggur
Anggur secara alami mampu membersihkan paru-paru dengan vitamin dan mineral
yang terkandung di dalamnya.
m. Makanan yang Mengandung Magnesium
Magnesium merupakan salah satu mineral terbaik untuk menyembuhkan asma.
Beberapa makanan yang mengandung magnesium diantaranya adalah kacangkacangan, alpukat, pisang, ikan dan buah-buahan kering.

n. Air Putih
Air adalah elemen terpenting yang membantu kerja paru-paru untuk meningkatkan
sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

G. ASKEP NANDA NIC-NOC


KONSEP ASKEP
a. Pengkajian
1) Pengkajian Identitas
Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaaan, pendidikan terakhir,
alamat
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang seperti gelisah, bingung, cemas dan demam

Riwayat kesehatan dahulu


Apakah pernah mengalami asma, pneumonia dll.

Riwayat kesehatan keluarga


Apakah ad diantara anggota keluarga pasien ada yang mengalami penyakit
yang sama dengan pasien.
Kebiasaan sehari-hari
Biologis

Pola makan : frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara makan, makanan

yang disukai dan tidak disukai.

Pola minum : frekuensi

Pola tidur : jumlah tidur, kesulitan dalam tidur

Aktifitas sehari-hari : Kegiatan yang dilakukan dari bangun tidur sampai


mau tidur krmbali
Psikologis

Keadaan emosi : kondisi psikologis

2. Dasar Data Pengkajian Pasien


Aktivitas/Istirahat
Gejala
: Kelemahan, kelelahan
Tanda
: penurunan toleransi terhadap aktivitas
Sirkulasi
Gejala
: Riwayat penyakit asma, pneumonia
Tanda
: Sianosis.
Intergritas Ego
Gejala
: Ketakutan, gelisah
Nyeri/Kenyamanan
Gejala
: Nyeri dada, meningkat gangguan pernapasan dan batuk
Tanda
: Berhati-hati pada area yang sakit
Pernapasan
Gejala
: Kesulitan bernapas Riwayat adanya Pneumonia dan Asma
Tanda
: Perkusi : bunyi pekak di atas area yang terisi cairan
Bunyi napas
: menurun atau tak ada (sisi yang terlibat)
Kulit
: pucat, sianosis, berkeringat
Mental
: gelisah, bingung, cemas
Keamanan
Gejala
: Riwayat pembedahan, adanya trauma dada,Demam 39,4 C
Tanda
: berkeringat, Gemetar
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala
: Riwayat mengalami terapioksigen yang berlebihan
Rencana Pemulangan
: Bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan/perawatan rumah.
Pemeriksaan Diagnostik
Sinar x dada
: menyatakan adanya daerah bebas udara di paru-paru
GDA/nadi oksimetri
: Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada

Makroskpis

; Paru-paru yang kolaps tampak cekung, berwarna merah

kebiruan, padat, dan pleura pada daerah tersebut mengkerut.


Mikroskopis :
a. Alveolus yang menyempit tampak sebagai celah yang
memanjang
b. Sumbatan pada pembuluh darah septum alveolus.
b. Diagnosa Keperawatan & Rencana Keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafas : adanya eksudat
di alveolus
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Ditandai dengan :
- Perubahan frekuensi dan irama nafas
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
- Dispneu, Penurunan suara nafas
- Gelisah
Recana Keperawatan
NOC :
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Aspiration Control
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat
jalan nafas
NIC :
Airway suction

Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning


Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion

nasotrakeal
Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan

dari nasotrakeal
Monitor status oksigen pasien
Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

2. Impaired Gas Exchange (Gangguan Pertukaran Gas) b/d perubahan membran


kapiler-alveolar.
Definisi : Lebih atau kurang eliminasi oksigenasi dan atau karbondioksida.
Ditandai dengan
-

Perubahan frekuensi dan irama nafas


Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
Dispneu, Penurunan suara nafas
Gelisah
Hypoxia
Takikardi

frekuensi dan kedalaman nafas abnormal


Hipoksemia

Rencana Keperawatan
NOC :
Respiratory Status : Gas exchange
Respiratory Status : ventilation
VitalSign Status
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
2. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
4. Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC :
Airway Management

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Barikan pelembab udara
Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring

Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi

otot supraclavicular dan intercostal


Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne

stokes, biot
Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara

tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada

jalan napas utama


auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

3. Pola Nafas tidak efektif b/d Penurunan energi/kelelahan


Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Ditandai dengan
- Nafas pendek
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
Rencana Keperawatan
NOC :
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
NIC :
Airway Management

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen

Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea


Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

4. Intoleransi aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan


kebutuhan
Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.
Ditandai dengan
-

melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.


Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.

Rencana Keperawatan
NOC :
Energy conservation
Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC :
Energy Management

Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas


Dorong untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan

progran terapi yang tepat.


Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik,

psikologi dan social


Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk

aktivitas yang diinginkan


Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

5. Nyeri b/d Agen injuri fisik


Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang
dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Ditandai dengan
-

Laporan secara verbal atau non verbal


Fakta dari observasi
Gerakan melindungi
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)

Rencana Keperawatan
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


2.
3.
4.
5.

nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)


Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

NIC :
Pain Management

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi


Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri

pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan

kontrol nyeri masa lampau


Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan


Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter

personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi : nafas dalam
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian

obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

Cek riwayat alergi


Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu


Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

6. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan kognitif


Definisi : Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic
spesifik.
Ditandai dengan
-

memverbalisasikan adanya masalah


perilaku tidak sesuai.

Rencana Keperawatan
NOC :
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.
NIC :
Teaching : disease Process

Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit

yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.


Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara

yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
Hindari jaminan yang kosong
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat atau diindikasikan


Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

7. Kecemasan b\d kurang pengetahuan dan hospitalisasi


Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang
disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya.
Ditandai dengan
-

Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas

Rencana Keperawatan
NOC :
Anxiety control

Coping
Impulse control
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol
cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

Gunakan pendekatan yang menenangkan


Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

8. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik


Definisi : Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri
Ditandai dengan
-

ketidakmampuan untuk mandi,


ketidakmampuan untuk berpakaian,
ketidakmampuan untuk makan,
ketidakmampuan untuk toileting

Rencana Keperawatan

NOC :
Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
Kriteria Hasil :
1. Klien terbebas dari bau badan
2. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
3. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
NIC :
Self Care assistane : ADLs

Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.


Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,

berpakaian, berhias, toileting dan makan.


Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai

kemampuan yang dimiliki.


Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak

mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan

bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.


Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

H. MANAJMEN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A UMUR 66 TAHUN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
ATELEKTASIS

Tinjauan kasus
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a.) Identitas
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Tanggal masul RS
Tanggal pengkajian
Diagnose
Alamat

: Tn. A
: 66 Tahun
: Lakilaki
: Menikah
: SMA
: Buruh
: Islam
: 3 Oktober 2016
: 5 Oktober 2016
: Atelektasis
: Jl. Durian

b.) Identitas penanggung jawab


Nama
: Tn. Z
Umur
: 36 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Tani
Alamat
: Jl. Durian

2. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat kesehatan
1.) Riwayat kesehatan sekarang
a.) Keluhan utama saat MRS
Sejak tanggal 3 oktober 2016 klien mengeluh sesak nafas, dan sesak
dirasa semakin berat. esak nafas dirakan tiba-tiba setelah klien pulang

dari kerja dan sesak yang dirasa tidak berkurang dengan istirahat.
Keluhan sesak disertai dengan nyeri dada yang hilang timbul
b.) Keluhan utama saat dikaji
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 oktober 2016 pukul
09.00 klien mengeluh sesak nafas. Keluhan sesak ini dirasa bertambah
dirasa bila klien beraktifitas dan saat klien berbaring atau telentang,
keluhan akan berkurang juka klien posisi tidur setengah duduk dengan
diganjal oleh bantal. Keluhan sesak dirasakan seperti ada suatu benda
yang mengganjal pada bagian dada serta sesak dirasakn terus menerus
2.) Riwayat kesehatan dahulu
Pada tahun 2012 klien pernah masuk rumah sakit dengan keluhan
kecelakaan saat bekerja, dengan pekerjaan sebagai seorang buruh bangunan
klien mengalami kecelakaan pada tempat kerja, klien terbentur bagian dada
kemudian klien dirawat diRS. Setelah kejidian tersebut pada tahun yang
sama klien masuk RS dengan keluhan sesak nafas . sejak saat itu sesak
nafas sering dirasakan oleh klien .
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri pada bagian hidung, tidak terdapat
secret pada bagian hidung, bentuk dada klien simetri, klien tampak
mengguanakan otot bantu nafas, auskultasi suara nafas melemah, klien
mengalami dispneu karena sesak dengan frekuensi RR : 30x/mnt
b. Sistem cardiovascular
Konjungtiva tampak pucat, akral dingin, tidak ada sianosis pada ujung
ekstremitas, CRT kembali dalam 3 detik, palpasi arteri radialis teraba
berdenyut kuat dengan frekuensi 102x/mnt, tekanan darah 100/60 mmHg
c. Sistem pencernaan
Mukosa bibir lembab, tidak ada iritasi pada bigian mulut, gigi tanggal 2, bising
usus 8-12x/mnt
d. Sistem perkemihan
Tidak ada nyeri saat berkemih atau gangguan berkemih serta tidak terjadi
ditensi kandung kemih
e. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

f. Sistem persyarafan
GCS
: E4, V5, M6
Orientasi : baik, mengenali orang, tempat dan waktu
Px nervus : tidak ada gangguan nervus I-XII
g. Sistem musculoskeletal
Kekuatan otot
, tidak ada nyeri sendi serta nyeri tulang
5

h. System integument
5
5
Turgor kulit baik, warna kulit saomatang
4. Pola aktivitas sehari-hari
NO

AKTIVITA

.
1.

S
Nutrisi

SEBELUM SAKIT

SAAT SAKIT

Frekuensi makan 3x sehari,

Saat sakit tidak terjadi

nafsu makan baik dan tidak

perubahan nafsu makan pada

memiliki makanan

klien, hanya saja jenis

pantangan

makanan yang diganti dengan


makanan lembek (bubur),

2.

3.

4.

Cairan

Eliminasi

Istirahat,

Frekuensi minum klien 8

porsi makan dihabiskan


Saat sakit tidak terjadi

gelas / hari, klien senang

perubahan pola minum klien

mengkonsumsi kopi
Klien tidak mengalami

Saat sakit tidak terjadi

kesulitan dan gangguan

gangguan pada pola eliminasi

pada pola eliminasi baik

klien

BAK maupun BAB


Plola tidur klien baik

Pola tidur sedikit terganggu

tidur

karena klien sulit untuk


berbaring karena sesak yang
dirasakan, sehingga klien
tidur dengan bersandar pada

5.

Personal
hygine

Klien mandi 3x sehari

susunan bantal
Klien mandi 1x sehari, karena
klien harus membatasi
aktifitasnya

6.

Aktivitas &

Klien merupakan seorang

Selama dirawat di RS klien

latihan

petani sehingga aktifitas

masih membatasi aktvitas dan

klien sehari-hari adalah

aktvitas sehari-hari klien

bertani

dibantu oleh keluarga dan


perawat

5. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
Hasil
Nilai normal

pemeriksaa

satuan

n
Hematologi
Hemoglobin

10,3

13-18

gr/dl

Leukosit

9100

3,8-10 rb

/mm 3

Hematokrit

38

40-52

Trombosit

499.000

150.000-440.000

/mm 3

SGOT

33

17-15

u/L

SGPT

31

21-72

u/L

Natrium

136

135-145

mEq/L

Kalium

3,5

3,6-5,3

mEq/L

Kimia klinik

6. Therapy
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 2x1 / IV

Dexametasone 3x1 / IV
Ranitidine 2x1/IV
7. Analisa data
N
O
1.

DATA
DS :
-

ETIOLOGI
terjebak udara pada paru

Klien mengeluh

MASALAH
Gangguan
pertukaran gas

sesak nafas
Klien mengatakan
sesak bertambah

Udara diserap aliran darah

berat jika
-

Tidak ada saluran u/ meloloskan udara yang terjebak


beraktifitas
Klien mengatakan

sesak juga dirasakn


-

jika tidur terlentang


Klien mngatakan

Ventilasi kolateral

sesak dirasakan
terum menerus

Udara lolos melalui pori alveoli

DO :
-

KU : Lemah
Frekuensi

30x/mnt
Auskultasi suara

nafas melemah danGangguan pertukaran gas


dangkal
Ekspansi paru
Gangguan

menurun
Konjungtiva tampak

gg. pengembangan
paru
pernafasan : Ventilasi dan pervusi tidak seimbang

penembangan paru

pucat
2.

DS :
-

Klien mengeluh

Atelektasis

sesak

Pola nafas cepat dan


dangkal

Ketidakefektifan
pola nafas

DO :

Terjadi dengan cepat

Akral terba dingin


Frekuensi nafas

30x/mnt
Klien tampak posisi

Pola nafas cepat dan


dangkal

tidur setengah duduk


dengan diganjal

3.

DS :
-

bantal
Pola nafas cepat
Klien mengeluh sulit
beraktifitas karena

sesak
Klien mngeluh sesak
dirasa akan tambah

Ketikefektifan pola
nafas

Atelektasis

Intoleransi
aktivitas

Dispneu
Asupan oksigen pada
jaringan menurun

berat jika
beraktivitas

Suplai O2 menurun

DO :
-

Klien tampak

membatasi aktifitas
Aktivitas klien

tampak dibantu
Klien tampak lebih

Intoleransi
aktivitas

banyak beristirahat

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguang pertukaran gas b/d ventilasi dan perfusi tidak seimbang
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi

3. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimabangan antara suplai O2 dan kebutuhan


O2

9. RENCANA KEPERAWATAN
10.
11.

12. DIAGN
OSA

16. TUJUA
KRITE
RIA

N
19.

20. Ganggua

HASIL
27. Setelah

1. Monitor TTV terutama

1. Mengetahui frekuensi RR

respirasi
2. Monitor suara nafas, catat

klien
2. Pada pasien gangguan

dilakuka

pertukara

n gas b/d

tindakan

ventilasi

keperaw

dan

atan,

perfusi

tidak

tidak

terjadi

seimban

ganggua

amati penggunaan otot

tambahan

21.

pertukar

adanya suara nafas


tambahan
28.
3. Monitor pola napas klien
29.
4. Catat pergerakan dada,

30.

22.

an gas

5. Posisikan klien tidur

DS :
-

dengan

dengan setengah duduk


6. Kolaborasi pemberian obat

Klien
mengeluh sesak

18. RASIONAL

N&

KEPER
AWATA

13. RENCANA KEPERAWATAN


17. INTERVENSI

kriteria
hasil :

pernapasan sering terjadi


adanya suara nafas
tambahan
3. Pasien sesak pola nafas
tidak teratur dan harus
dimonitor
4. Pasien sesak biasanya
mneggunakan otot
pernafasan tambahan
5. Memaksimalkan ventilasi
31.
6. Mengurangi gejala yang
dialami pasien

nafas
Klien

Tidak ada

mengatakan

keluhan sesak
Sesak

berkurang
Menunjukan

sesak
bertambah

peningkatan

berat jika
-

beraktifitas
Klien

dalam rentang

mengatakan

normal = 16

sesak juga
dirasakn jika
-

tidur terlentang
Klien
mngatakan
sesak dirasakan
terum menerus
23.
24. DO :

KU : Lemah
Frekuensi
pernafasan :

30x/mnt
Auskultasi
suara nafas

ventilasi
Respirasi

20x/mnt
Saat
beraktivitas
klien tidak
merasa sesak

melemah dan
-

dangkal
Ekspansi paru

menurun
Konjungtiva
tampak pucat
25.
26.

32.
33.
34.

35. DIAGN
OSA
KEPER
AWATA
N

42.

44.

43. Ketidake

39. TUJUAN

36. RENCANA KEPERAWATAN


40. INTERVENSI

41. RASIONAL

&
KRITER
IA
HASIL
47. Setelah

fektifan

dilakukan

pola

tindakan

nafas b/d

keperawat

hiperven

an, pola

tilasi

nafas
kembali

1. Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara nafas,
catat aadanya suara nafas
tambahan
3. Monitor RR setelah dan
sebelum melakukan
aktifitas

1. Memudahkan jalan nafas


50.
2. Mengetahui adanya suara
nafas tambahan
3. Sesak biasanya terjadi
karena aktifitas
4. Mengurangi sesak
5. Melihat apakah O2
mengalir dan tidak ada

DS :
-

efektif.
Klien

Dengan

mengeluh

criteria

sesak

hasil :

45. DO :
-

Akral terba

dingin
Frekuensi nafas

30x/mnt
Klien tampak
posisi tidur

Menunjukkan

4. Berikan O2
5. Monitor aliran O2
48.
6. Tingkatkan istirahat
49.

hambatan
6. Dengan istirahat sesak
akn berkurang
7. Pemberian obat untuk
mengurangi sesak

7. Kolaborasi pemberian obat

pernafasan
-

regular
Sesak berkurang

atau hilang
RR dalam batas
normal

setengah duduk
dengan
-

diganjal bantal
Pola nafas
cepat
46.

51.
52.

53. DIAGN
OSA
KEPER
AWATA
N

57. TUJU
AN &
KRIT
ERIA
HASIL

54. RENCANA KEPERAWATAN


58. INTERVENSI

59. RASIONAL

60.

61. Intoleran

64. Setelah

si

dilakuk

aktifitas

an

b/d

tindaka

ketidakse

imabanga

kepera

n antara

watan,

suplai O2

tidak

dan

ada

kebutuha

intolera

n O2

62.

dalam

DS :
-

beraktif
Klien mengeluh

itas,

sulit beraktifitas
-

dengan

karena sesak
Klien mngeluh

criteria
hasil :

sesak dirasa
akan tambah

keluhan sesak

berat jika

setelah

beraktivitas
63. DO :
-

KU Lemah

Tidak ada

beraktifitas
Aktivitas
dapat

1. Bantu klien untuk


mengetahui aktivitas apa
yang dapat dilakukan
2. Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
4. Monitor respon respirasi
terhadap aktivitas
5. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
66.
6. Anjurkan keluarga untuk
membantu aktifitas klien

1. Melatih klien beraktivitas


67.
68.
2. Mengetahui apa keluhan
yang dirasakn klien
69.
3. Mengetahui factor dari
intoleran aktifitas
4. Pasien intoleran biasanya
mengalami sesak
5. Pasien intoleran akibat
sesak biasanya pola tidur
terganggu
6. Untuk mempermudah
aktifitas pasien

Klien tampak

dilakukan

membatasi
-

aktifitas
Aktivitas klien

tampak dibantu
Klien tampak
lebih banyak
beristirahat

sendiri
KU cukup
65.

70. IMPLEMENTASI & EVALUASI


71.

73.

Hari/
72.

75.

76.
IMPLEMENTASI

EVALUASI

O
tangga 74.

77.

X
78.

9.30

88. S : - Klien masih


79. Memoonitor TTV

mengeluh sesak nafas

terutama respirasi d/h :

Klien mengatakan sesak

TD 100/60 mmHg, Nadi

masih bertambah berat jika

102x/mnt, RR: 30x/mnt

beraktifitas
Klien masih mengatakan

80. 09.40

sesak juga dirasakn jika tidur

81. Memonitor suara nafas,


catat
82. adanya

suara nafas

terlentang
Klien mngatakan sesak
dirasakan terum menerus

tambahan d/h suara nafa

89. O : - KU : Lemah

melemah

Frekuensi pernafasan :

30x/mnt
Auskultasi suara nafas

melemah dan dangkal


Ekspansi paru menurun
Konjungtiva tampak pucat

9.43
83. Memonitor pola napas
klien d/h pola nafas
cepat [irregular] klien
sesak

90. A : Gangguan

9.43

pertukaran gas belum


84. Mencatat pergerakan

teratasi

dada, amati penggunaan

91. P : lanjutkan

otot tambahan d/h klien

intervensi

tampak menggunakan
otot tambahan saat
bernafas
85. 09.45
86. Menganjurkan klien
tidur dengan setengah

92.
93.

duduk d/h klien diatur


posisi semifowler
87.
94.

95.

96. 09.45

108.

2.

97. Memposisikan pasien

S : - Klien mengatakan sesak masih

untuk memaksimalkan

terasa namun berkurang

ventilasi d/h klien mau

109.

melakukan instruksi

O : - Akral terba dingin

9.46
98. Mengauskultasi suara

setengah duduk dengan

nafas, catat adanya suara


nafas tambahan d/h

Frekuensi nafas 30x/mnt


Klien tampak posisi tidur

suara nafas melemah

diganjal bantal
Pola nafas cepat
110. A : pola nafas tidak

9.50

efektif belum teratasi


99. Memonitor RR setelah

111. P : lanjutkan

dan sebelum melakukan


aktifitas d/h sebelum
aktfitas RR : 30x/mnt,
setelah aktftas RR
meningkat
100.
10.00
101.
Memberikan O2 d/h klien
terpasan O2 3lt/mnt
102.
10.02
103.
Memonitor aliran O2 d/h
aliran O2 lancar tanpa
ada hambatan
104.
10.02

intervensi
112.

105.
Meningkatkan istirahat d/h
klien tampak sedang
beristirahat
106.
11.00
107.
Kolaborasi pemberian obat d/h klien
diberi dexametsone u/ mengurangi
sesak
113.

114.

115.

128.

10.05

S : - Klien mengeluh sulit

116.

beraktifitas karena

Membantu klien untuk

sesak

mengetahui aktivitas apa

Klien mngeluh sesak dirasa

yang dapat dilakukan

akan tambah berat jika

d/h aktivitas yang dapat

beraktivitas

dilakukan hanya dapat

129.

menjangkau benda

O :- KU Lemah

disamping klien

Klien tampak membatasi

aktifitas
Aktivitas klien tampak

dibantu
Klien tampak lebih banyak

117.
10.05
118.
Mendorong klien untuk

beristirahat

mengungkapkan

130.

perasaan terhadap

A : Intoleransi aktifitas belum

keterbatasan d/h klien

teratasi
131.

mau mengatakan
keluhan dan perasaan
klien
119.
10.08
120.
Mengkaji adanya factor

P : Lanjutkan intervensi

yang menyebabkan
kelelahan d/h klien
sesak jika beraktifitas
121.
10.08
122.
Memonitor respon respirasi
terhadap aktivitas d/h
RR meningkat
123.
10.10
124.
Memonitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien d/h klien tidak
bisa tidur dengan
nyaman karena harus
dengan posisi setengan
duduk
125.
126.
10.10
127.
Menganjurkan keluarga
untuk membantu
aktifitas klien d/h
keluarga tampak
membantu klien
132.
I. PENCEGAHAN
133.

Pencegahan Primer pada Atelektasis

1. Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan dengan
berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan.
2. Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan
dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu
mekanis untuk membantu pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus
menerus ke paru-paru sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran
pernafasan tidak dapat menciut
3. Tingkatkan ekspensi dada yang repat selama bernapas untuk penyebaran udara dalam
paru-paru secara menyeluruh.
134.
135.
136.

Pencegahan sekunder pada atelektasis

1. Dorong klien untuk napas dalam dan bentuk efektif untuk mencegah penumpulan sekresi
dan untuk mengeluarkan eksidat.
2. Ubah posisiklien dengan sering dan teratur, terutama dari posisi telentang ke posisi tegak,
untuk meningkatkan ventilasi dan mencegak akumulasi sekresi.
3. Berikan medikasi atau sedatif secara biajaksana untuk mencegah depresi pernapasan.
4. Lakukan pengisapan untuk mengeluarkan sekresi trakheobron khiolar.
5. Lakukan drainase postural dan perkusi dada.
6. Dorong aktivitas atau ambulasi dini.
7. Ajarkan teknik sporometri insensif yang tepat.
137.

Pencegahan tersier pada atelektasis

1. Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk
teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
138.

139.

J. PENELITIAN INTERVENSI KEPERAWATAN


140.

BAB IV

141.
142.

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

143.
144.
145.
146.
147.

A. Pembahasan

148.

Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif


bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi
sesuai evidance base dan kondisi nyata yang dihadapi dan dialami oleh pasien,
khususnya pada Tn. N yang dirawat mulai tanggal 5-8 April 2014 di ruang
Yudistira RSUD Kota Semarang. Fokus dari pembahasan ini sesuai dengan
kebutuhan dasar manusia yaitu pernafasan.

149.

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan.


Langkah ini berisi tentang penerapakan pengetahuan dan pengalaman untuk
mengumpulkan data tentang pasien, sehingga diperoleh gambaran kebutuhan
pasien yang nantinya digunakan untuk membuat diagnosis keperawatan dan
menetapkan prioritas yang akurat (Hidayat, 2006). Adapun data-data yang
dikumpulkan dalam pengkajian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi.

150.

Pengkajian pada Tn. N dilakukan pada tanggal 5 April 2014 pukul 08.25
WIB, dengan melakukan wawancara kepada perawat ruangan, pasien dan
keluarganya; observasi dilakukan dengan mengamati kondisi pasien selama
dirawat di rumah sakit; dan melihat catatan rekam medis pasien. Hasil dari
pengkajian sebagai berikut:

151.

152.

Data subjektif Tn. N memperlihatkan bahwa pasien mengatakan sesak


nafas berulang; batuk ngekel dan dahak sulit keluar, serta nyeri dada sebelah kanan
seperti ditusuk-tusuk jarum. Pasien juga menyatakan mual dan penurunan nafsu
makan. Sementara data objektif memperlihatkan bahwa RR 28x/menit, batuk terus,

153.

rokhi dan wheezing, hiperaktivitas bronkus, sputum dahak kental, dan terpasang O2
nasal kanul 3 L/menit. Pasien

juga memperlihatkan mukosa mulut agak kering, konjuktiva anemia (Hb


10,6 g%mg/dl; leukosit 17.600; LED 100, hematokrit 31,1), BB 49 kg TB 165 cm,

154.

IMT 18,4 kg/m .


155.

Data pengkajian kemudian diklasifikasikan menjadi data mayor dan data


minor. Data mayor adalah data yang harus ada untuk merumuskan diagnosa
keperawatan (minimal 1 datum), sedangkan data minor adalah data yang boleh ada
dan boleh tidak ada untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Data mayor pada
kasus Tn. N bersumber dari data subjektif dan data objektif. Data mayor meliputi
batuk terus, sesak nafas berulang; batuk ngekel dan dahak sulit keluar, nyeri dada
sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk jarum, rokhi dan wheezing, hiperaktivitas

156.

bronkus, dan terpasang O2 nasal kanul 3 L/menit. Data minor meliputi mual dan
penurunan nafsu makan, mukosa mulut agak kering, konjuktiva anemia (Hb 10,6 g
%mg/dl; leukosit 17.600; LED 100, hematokrit 31,1), BB 49 kg TB 165 cm, IMT
2

18,4 kg/m

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan


objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis
keperawatan (Hidayat, 2006). Berdasarkan data yang diperoleh pada Tn. N di
ruang Yudistira RSUD Kota Semarang maka disimpulkan bahwa diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan tinjauan teori yang ada adalah bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.

157.

Diagnosa keperawatan yang diprioritaskan adalah bersihan jalan nafas


tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. Hal ini didasarkan bahwa
masalah ini dapat menimbulkan risiko gagal nafas pada pasien Tn. N dan akhirnya
dapat menyebabkan kematian.

158.

Menurut PDPI (2003), batuk merupakan keluhan pertama yang


biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada
awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari.
Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan mukoid
kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin
bertambahnya parahnya batuk.

159.

Pasien PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,


sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama
sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap.
Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa pasien PPOK berobat ke rumah
sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat
mengalami eksaserbasi akut (PDPI, 2003). Pada kasus penelitian ini, Tn. N
dibawa oleh keluarganya ke RSUD Kota Semarang karena mengalami sesak
nafas berat.

160.

Rencana keperawatan merupakan preskripsi untuk perilaku spesifik


yang diharapkan dari pasien atau tindakan keperawatan dipilih untuk
membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan. Harapannya adalah
perilaku akan dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan keluarga dalam
cara yang dapat diprediksi yang berhubungan dengan masalah
diidentifikasikan dan tujuan yan telah dipilih (Hidayat, 2006).

161.

162.

Pada penelitian ini diagnosa keperawatan adalah bersihan jalan nafas


tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, sehingga perecanaan
keperawatan ditujukan sebagai upaya agar bersihan jalan nafas efektif dengan
berkurangnya/hilangnya penumpukan sekret.

163.

Terapi bersihan jalan nafas tidak efektif dilakukan dengan batuk


efektif. Batuk efektif merupakan aktifitas keperawatan untuk membersihkan
sekresi pada jalan nafas.

164.

Batuk efektif merupakan suatu teknik batuk yang menekankan


inspirasi dengan tujuan merangsang terbukanya sistem kolateral;
meningkatkan distribusi ventilasi; meningkatkan volume paru; dan
memfasilitasi pembersihan saluran nafas. Dengan demikian batuk efektif
dapat meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi
sekresi (pneumonia, atelektasis, dan demam). Penerapan batuk efektif ini
membantu pasien untuk batuk dengan benar sehingga pasien dapat
menghemat energi serta tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal (Muttaqim, 2012). Batuk efektif antara lain dapat
dilakukan dalam bentuk posisi semi flower, latihan nafas dalam, dan
latihan batuk efektif.

165.

Menurut Muttaqim (2012), posisi semi flower (setengah duduk)


adalah posisi tidur pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi daripada
posisi panggul dan kaki. Pada posisi semi flower kepala dan dada

166.

dinaikkan dengan sudut 30 -45 . Posisi ini digunakan untuk pasien yang
mengalami masalahan pernafasan dan pasien dengan gangguan jantung.
167.

Latihan nafas dalam ditujukan untuk klien yang mempunyai


masalah dengan kapasitas dan ventilasi paru. Tujuan utama pemberian
latian nafas dalam adalah agar masalahan keperawatan klien terutama
ketidakefektifan pola nafas dan bersihan jalan nafas dapat secepatnya
diatasi oleh perawat

168.

Latihan batuk efektif merupakan aktivitas perawat untuk


membersihkan sekresi pada jalan nafas. Tujuan batuk efektif adalah
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi
sekresi (pneumonia, atelektasis, dan demam). Pemberian latihan efektif
dilaksanakan terutama pada klien dengan masalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas dan masalah risiko tinggi infeksi saluran pernafasan
bagian bawah

169.

yang berhubungan dengan akumulasi sekret pada jalan nafas


yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun (Muttaqim,
2012).

170.

Pada kasus Tn. N, rencana keperawatan untuk bersihan jalan


nafas melalui batuk efektif meliputi mengajarkan teknik batuk efektif,
latihan nafas dalam, mengajarkan batuk dengan posisi semi flower, dan
membersihkan sekret dari mulut dan trakea penghisapan.

171.

172.
173.

Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana


tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan (Hidayat, 2006). Pada penelitian
ini, implementasi keperawatan direncakanan dengan tujuan mengatasi
masalah bersihan jalan nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan
penumpukan sekret.

174.

Untuk mencapai tujuan ini maka Tn. N diajari posisi semi flower,
latihan nafas dalam dan teknik batuk efektif, dan menganjurkan banyak
minum air putih. Posisi semi flower adalah sikap dalam posisi duduk 1560 derajat. Prosedur dari posisi ini adalah mengangkat kepala dari tempat
tidur ke permukaan yang tepat (45-90 derajat) dengan meletakkan bantal
di bawah pasien sesuai keinginan pasien dan menaikkan lutut dari tempat
tidur yang rendah untuk menghindari adanya tekanan di bawah jarak
poplital (di bawah lutut). Dengan teknik ini pasien akan mendapatkan
perasaan lega (nyaman) saat mengalami sesak nafas (Muttaqim, 2012).

175.

176.

Tn. N juga diajari latihan nafas dalam. Latihan nafas dalam


adalah bernafas dengan perlahan dan menggunakan diafragma sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh. Latihan ini bertujuan untuk mencapai

177.

ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi


kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan
relaksasi otot, menghilangkan kecemasan, menyingkirkan pola aktifitas
otot-otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi,
melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap,
serta mengurangi kerja bernafas (Muttaqim, 2012).

178.

Tn. N diajari pula batuk efektif. Batuk efektif merupakan suatu


metode batuk dengan benar, sehingga pasien dapat menghemat energi
sehingga tidak mudah lelah saat mengeluarkan dahak secara maksimal.
Batuk merupakan gerakan yang dilakukan oleh tubuh sebagai mekanisme
alamiah terutama untuk melindungi paru-paru. Gerakan inilah yang
kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai terapi untuk
menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernafasan akibat
sejumlah penyakit. Batuk efektif ini mampu mempertahankan kepatenan
jalan nafas sehingga memungkinkan pasien mengeluarkan sekret dari
jalan nafas bagian atas dan bawah (Muttaqim, 2012). Batuk efektif
dilakukan melalui gerakan yang terancana atau dilatih terlebih dahulu.
Pada pasien Tn. N karena terjadi penumpukan sputum dan produksinya
besar maka didorong untuk batuk setiap jam saat terjaga dan setiap 2-3
jam saat tidur.

179.

180.

Prosedur batuk efektif yang diajarkan kepada Tn. N adalah (a)


ambil nafas secara perlahan dan akhiri dengan mengeluarkan nafas secara
perlahan selama 3-4 detik; (b) tarik nafas secara diafragma secara
perlahan dan nyaman, serta jangan sampai overventilasi paru-paru; (c)
setelah menarik nafas secara perlahan, tahan nafas selama 3 detik,
dilakukan untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk
huff secara efektif; (d) angkat dagu agak ke atas dan gunakan otot perut
untuk melakukan pengeluaran nafas cepat sebanyak tiga kali dengan
saluran nafas dan mulut terbuka,

181.

keluarkan dengan bunyi ha, ha, ha atau huff, huff, huff; (e)
kontrol nafas kemudian ambil nafas pelan dua kali; (f) ulangi teknik batuk
di atas sampai mukus sampai belakang tenggorokan; dan (g) setelah itu
batukan dan keluarkan mukus (Muttaqim, 2012).

182.

Untuk membantu mengurangi sekret dari jalan nafas, Tn. N


dianjurkan banyak mengkonsumsi minum air putih. Minum ini dilakukan
setelah makan supaya tidak menyebabkan cepat kenyang.

183.

184.
185.

Evaluasi keperawatan memuat kriteria keberhasilan proses dan


keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah di rumuskan sebelumnya (Hidayat, 2006).

186.

187.

Hasil evaluasi untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas yang


berhubungan dengan penumpukan sekret memperlihatkan bahwa pasien
sudah tidak merasakan sesak nafas lagi dan sekret dapat dikeluarkan.
Pasien sudah dapat melakukan batuk efektif, tidak lagi terdengar rokhi
dan wheezing. Kondisi vital pasien membaik, yaitu TD 140/80 mmHg; N
80x/menit; dan RR 21x/menit. Hasil ini memperlihatkan bahwa masalah
teratasi. Meski demikian intervensi tetap dilanjutkan dengan tujuan
mempertahankan kondisi yang sudah baik, bahkan kualitas kesehatan
semakin lebih baik.

188.

Nugroho & Kristiani (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Batuk


Efektif dalam Pengeluaran Dahak pada Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri
mengungkapkan bahwa penerapan batuk efektif berpengaruh terhadap pengeluaran
dahak pada pasien yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Jumlah
pasien yang mengalami kesulitan dalam mengeluarkan dahak sesudah
mendapatkan latihan batuk efektif lebih sedikit dibandingkan sebelum
mendapatkan latihan.

189.

190.
191.
192.

B. Simpulan

193.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan tentang penerapan batuk efektif


pada Tn. N yang sedang mendapatkan perawatan di ruang Yudistira RSUD Kota
Semarang mulai tanggal 5 April 2014, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

194.

Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 5 April 2014 menunjukkan


bahwa Tn. N mengalami sesak nafas berulang, wheezing, rokhi, batuk kronis
berdahak, hiperaktivitas bronkus, nyeri dada sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk
jarum, serta produksi sputum tinggi dan sulit dikeluarkan. Tn. N juga mengalami
penurunan berat badan (72 kg menjadi 68 kg; tinggi badan 165 cm), kurus, BMI

195.

rendah (25 kg/m ), mual, muntah, dan anemia (Hb 10,6 g%mg/dl; leukosit 17.600;
LED 100, hematokrit 31,1).
196.

Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah bersihan jalan nafas tidak


efektif yang berhubungan dengan penumpukan sekret.

197.

Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn. N adalah mengajari posisi


semi flower, teknik batuk efektif, latihan nafas dalam, membersihkan sekret dari
mulut dan trakea penghisapan.

198.

Tindakan dilakukan selama tiga hari, yaitu mengajari posisi semi


flower, teknik batuk efektif, latihan nafas dalam, membersihkan sekret dari
mulut dan trakea penghisapan. Hasil evaluasi selama tiga hari setelah dilakukan
tindakan keperawatan adalah bersihan

199.

jalan nafas efektif yang diindikasikan dengan Tn. N tidak mengalami


sesak nafas, sekret bisa keluar, dapat melakukan batuk efektif, serta tidak ada
rokhi dan wheezing.

200.

Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis mengajukan saran bahwa


untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas yang tidak efektif yang
berhubungan dengan penumpukan sekret pada pasien PPOK dapat diatasi
dengan mengajari posisi semi flower, teknik batuk efektif, latihan nafas dalam,
membersihkan sekret dari mulut dan trakea penghisapan.

201.

202.
K.

203. DAFTAR PUSTAKA


204. Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Gramedia
205. Brenda, Brace, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
206. http://doktersehat.com/atelektasis-paru-paru-menciut/#ixzz4MP9cTIZw
207. http://doktersehat.com/atelektasis-paru-paru-menciut/#ixzz4MP9cU5KY
208.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/162/jtptunimus-gdl-feraniaita-

8079-3-babiv.pdf

Você também pode gostar