Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
I Made Dhama Kanaka A 1115048
Anatasia Melinda
1115104
Meili Wati
1115193
1115214
Pembimbing:
BAGIAN OBSTETRI-GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2015
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
BAB II ANGKA KEMATIAN IBU
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
Definisi...................................................................................................3
Angka Kematian Ibu di Asean...............................................................3
Angka Kematian Ibu di Indonesia.........................................................4
Faktor Penyebab Kematian Ibu..............................................................5
2.4.1. Penyebab langsung...............................................................................5
2.4.2. Penyebab tidak langsung ...............................................................6
2.5. Upaya Penurunan Kematian Ibu............................................................7
2.6. Pathway terjadinya kematian ibu...........................................................14
2.7. Capaian Program....................................................................................15
2.8. Rencana Aksi Nasional..........................................................................18
2.8.1. Tujuan....................................................................................................18
2.8.2. Tantangan, strategi dan Program Utama............................................18
2.9. Indikator Keberhasilan................................................................................24
2.9.1. Pencapaian program percepatan penurunan angka kematian ibu. .24
DAFTAR TABEL
17
17
DAFTAR GAMBAR
10
14
Gambar 7. Proporsi Ibu yang mendapat penjelasan tanda bahaya kehamilan 2010
18
BAB I
PENDAHULUAN
keluarga yang
berperan penting dalam mengatur semua terkait urusan rumah tangga, pendidikan
anak dan kesehatan seluruh keluarga.
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, ibu dan anak merupakan anggota
keluarga yang perlu mendapatkan
dampat yang sangat besar terhadap keluarga yang ditinggalkan terutama anaknya.
Oleh karena ltu, upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak mendapat perhatian
khusus. Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting
untuk dilakukan pemantauan.
Angka Kematian lbu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka dalam
menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Masalah kematian ibu
sendiri merupakan masalah internasional. Setiap negara seharusnya memiliki tanggung
jawab untuk menanggulangi dan mencegah bertambahnya kematian ibu di masa
kehamilan dan persalinannya. Tentunya kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap masalah ini sangatlah penting.
Kondisi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kenyataannya masih tinggi
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu
di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran
sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per
100.000 kelahiran hidup dan SDKI tahun 2007, yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Walaupun demikian, penurunan yang ada tidaklah signifikan dan sesuai dengan
target yang ada. Target global MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 adalah
menurunkan Angka Kematian lbu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015.
Oleh karena itu, agar dapat mencapai target MDGs ke-5 yaitu menurunkan AKI
diperlukan upaya yang serius dan sungguh-sungguh dari semua kalangan baik
pemerintah, tenaga medis dan masyarakat. Diharapkan semua pihak mampu dan dapat
memahami berbagai penyebab kematian ibu dan upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah kematian ibu.
BAB II
ANGKA KEMATIAN IBU
2.1. Definisi
Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau
dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan/cedera.
2.2. Angka Kematian Ibu di Asean
Angka kematian ibu masih menjadi masalah di beberapa Negara, terlihat dari masih
tingginya angka kematian ibu. Di Negara angota ASEAN pada tahun 2014 paling tinggi
angka kematian ibu ada di Negara Laos yaitu 220/100.000 kelahiran hidup, disusul oleh
Myanmar 200/100.000 kelahiran hidup, Indonesia 190/100.000 kelahiran hidup,
Kamboja 170/100.000 kelahiran hidup, Filipina 120/100.000 kelahiran hidup, dan yang
paling rendah yaitu Singapura 6/100.000 penduduk. Indonesia berada diurutan ke-3
tertinggi.
Negara
1990
1995
2000
2005
2013
Brunei
Filipina
Indonesia
Kamboja
Laos
Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam
26
110
430
1200
1100
56
580
8
42
140
25
130
360
860
830
45
470
8
37
110
24
120
310
540
600
40
360
19
40
82
25
130
250
320
410
36
260
10
34
60
27
120
190
170
220
29
200
6
26
49
Pada Gambar 3 terlihat bahwa capaian indikator ini dalam 10 tahun terakhir
menunjukkan kecenderungan peningkatan, yaitu dari 74,27% pada tahun 2004 menjadi
90,88% pada tahun 2013. Angka ini sudah mencapai target MDGs pada tahun 2015
sebesar 90%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang cukup tinggi pada tahun
2013 yaitu sebesar 90,88%, namun belum tentu semua persalinan tersebut bertempat di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Gambar 4 . Proporsi Kelahiran Berdasarkan Tempat Bersalin di Indonesia
Sumber: Riskesdas2013,Badan Litbangkes
Salah satu cara untuk mencegah kehamilan adalah ber-KB. Sekitar 38% wanita usia
subur tidak menggunakan KB (pada tahun 2013) sehingga lebih berpeluang hamil dan
meninggal ketika melahirkan. Pada Gambar 5 dapat dilihat kondisi TFR dari tahun
1991-2012, dalam kurun waktu tersebut penurunan angkanya sangatlah lambat, hanya
sebesar 0,4. Dengan meningkatnya cakupan Contraceptive
dan menurunkannya angka Total Fertility Rate (TFR) maka dapat memperkecil Angka
Kematian lbu (AKI).
Dari sisi Ibu, maka upaya menghindari kematian ibu adalah dengan komitmen yang
tinggi untuk dapat menghindari 4 terlalu, yakni:
1
Terlalu Dekat
Dan juga para ibu beserta keluarga dapat mengantisipasi jangan sampai terjadi 3
terlambat, yaitu :
1. Terlambat mengambil keputusan, dapat disebabkan hal berikut ini :
Tenaga
kesehatan
terlambat
melakukan
pencegahan
dan/atau
Masalah geografis
Keluarga Berencana
Namun demikian, oleh karena pendidikan Bidan dilakukan dalam waktu yang
pendek, lebih kurang 54.000 dalam 6 tahun, kualitas sebagian Bidan masih perlu
ditingkatkan agar memenuhi standar kompetensi.
Berdasarkan laporan rutin kesehatan ibu dari dinkes provinsi tahun 2011, sampai
saat ini tercatat ada 66.442 bidan yang bertugas di desa, namun hanya sekitar 54.369
orang, atau 82%, yang tinggal di desa. Selain itu kemampuan bidan di desa dalam
memberikan pertolongan persalinan sesuai standar terkendala dengan sarana tempat
tinggal yang bergabung menjadi Poskesdes. Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2011 menunjukkan bahwa jumlah Poskesdes pada 2011 baru mencapai 53.152
Poskesdes. Selain itu jumlah bidan desa yang telah mendapatkan pelatihan Asuhan
Persalinan Normal (APN) baru mencapai 35.367 orang (52,6%). APN merupakan
pelatihan persalinan yang salah satu komponennya adalah manajemen aktif kala III
(MAK III) untuk mencegah sebagian perdarahan pasca-salin dan penggunaan
Partograf untuk mendeteksi masalah dalam proses persalinan.
Oleh karena tidak semua desa mempunyai Bidan dan hanya separuh Bidan telah
dilatih agar mempunyai keterampilan yang memadai, hal ini memberikan alasan
bahwa pertolongan persalinan yang memenuhi standar dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan (Puskesmas Perawatan atau Puskesmas PONED). Persalinan di fasilitas
kesehatan memberikan beberapa kelebihan yaitu: tenaga kesehatan tidak sendirian
menghadapi persalinan, terutama bila terjadi komplikasi; karena ada tenaga lebih dari
satu orang maka monitoring pasien dapat dilakukan dengan lebih intensif secara
bergantian; mengatasi kekurangan Bidan karena dapat dilakukan rotasi penugasan di
fasilitas kesehatan; karena bukan di rumah pasien maka tekanan keluarga dan kondisi
rumah pasien yang kurang kondusif bagi Bidan dapat dihindarkan;kelengkapan alat
dan obat di fasilitas kesehatan lebih terjamin;dan biasanya fasilitas kesehatan berada
di lokasi yang lebih mudah untuk mencapai RS.
Penerapan standar APN di pelayanan dasar telah sesuai dengan harapan dengan
menurunnya proporsi perdarahan dan infeksi. Namun demikian kualitas asuhan
persalinan juga masih perlu ditingkatkan. Hasil Asesmen Kualitas Pelayanan
Kesehatan Maternal tahun 2012 di 20 Kabupaten/kota di Indonesia menunjukkan
RS
Puskesmas
68,6%
61,4%
52,1%
57,3%
Menggunakan partograf
41,0%
68,3%
19,0%
2,5%
73,8%
83,8%
80,0%
85,0%
60,6%
65,8%
72,5%
77,5%
77,5%
75,0%
20,0%
42,5%
Asuhan Antenatal
Melengkapi riwayat medis
Melengkapi pemeriksaan fisik umum dan obstetrik
Melakukan konseling dan edukasi
Melakukan pemeriksaan penunjang rutin
Melakukan pemeriksaan penunjang bila ada indikasi
Memberikan suplemen dan imunisasi
RS
33,86%
50,00%
24,17%
39,38%
49,00%
62,50%
Puskesmas
48,52%
59,38%
45,00%
19,69%
52,50%
73,13%
Gambar 7. Proporsi Ibu yang mendapat penjelasan tanda bahaya kehamilan 2010
Peningkatan
cakupan
dan
kualitas
pelayanan
kesehatan ibu
Bukti bukti sangat kuat menunjukkan bahwa keselamatan nyawa ibu hamil,
bersalin dan nifas sangat dipengaruhi oleh aksesnya setiap saat terhadap pelayanan
kebidanan yang berkualitas, terutama karena setiap kehamilan dan persalinan
mempunyai resiko mengalami komplikasi yang mengancam jiwa.
Konsep pelayanan kebidanan berkesinambungan yang disampaikan di bab
sebelumnya mendasari sangat pentingnya peningkatan cakupan dan kualitas
pelayanan, sedemikian rupa sehingga setiap ibu hamil dan bersalin yang mengalami
komplikasi mempunyai akses ke pelayanan kesehatan berkualitas secara tepat waktu
dan tepat guna. Pelayanan berkesinambungan ini terutama sangat penting pada
periode proses persalinan dan dalam 24 jam pertama pasca-salin oleh karena di
dalam waktu yang sangat pendek tersebut sebagian besar kematian ibu terjadi.
Akses terhadap pelayanan untuk kasus-kasus tertentu yang dapat memperburuk
kondisi ibu hamil, bersalin dan nifas, dan kasus-kasus yang mempunyai implikasi
kesehatan dan sosial yang luas di masa mendatang, yaitu Anemia, Malaria di daerah
endemis, HIV/AIDS, Asuhan Paska Keguguran dan kehamilan pada remaja, sangat
perlu mendapatkan perhatian.
Gambar 8. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1, K4 dan Persalinan Oleh Tenaga
Kesehatan di Indonesia Tahun 2008-2013
Dari Gambar 8 berikut, dapat dilihat bahwa meski cakupan pelayanan ibu hamil
K4 secara nasional mengalami penurunan, namun cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan mengalami kenaikan. Persentasenya bahkan melebihi cakupan
K4. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah. Pelayanan antenatal
memiliki peranan yang sangat penting, di antaranya agar dapat dilakukan deteksi dan
tata laksana dini komplikasi yang dapat timbul pada saat persalinan. Apabila seorang
ibu datang langsung untuk bersalin di tenaga kesehatan tanpa adanya riwayat
pelayanan antenatal sebelumnya, maka faktor risiko dan kemungkinan komplikasi
saat persalinan akan lebih sulit diantisipasi. Untuk ke depannya diharapkan definisi
operasional Kl hanya menggunakan Kl murni, bukan Kl akses, sehingga cakupan Kl
dan K4 tidak banyak berbeda. Kondisi saat ini dimana belum semua kunjungan Kl
adalah Kl murni, sehingga jika ditemukan kelainan pada saat Ante Natal Care (ANC)
maka tidak cukup waktu untuk pengelolaan kelainan tersebut.
Di samping Kl nya bukan Kl murni, pada saat persalinan dokter tidak terlibat,
juga pada saat ANC, maka pengelolaan kelainannya tidak cukup waktu. Contohnya
penanganan hipertensi pada saat ANC sampai saat melahirkan. Kebijakan yang
dibuat seharusnya mendukung persalinan oleh "empat tangan". Minimal terdapat dua
orang tenaga kesehatan yang membantu persalinan, agar pada saat persalinan ibu dan
anak sama-sama tertangani.
2.Peningkatan Peran Pemerintah Daerah terhadap Peraturan yang
dapat mendukung secara efektif pelaksanaan Program
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem pelayanan publik
lainnya yang pengaturannya dalam beberapa aspek sangat ditentukan oleh kebijakan
dan peraturan daerah (PERDA), seperti penyediaan dan penempatan tenaga
kesehatan dan tenaga penunjang kesehatan, serta penyediaan sarana dan prasarana
kesehatan.
Tenaga kesehatan merupakan ujung tombak dari pelaksanaan program pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu kebijakan penempatan tenaga kesehatan mempunyai
posisi yang sangat strategis sehingga perlu diatur secara jelas dan tegas. Kebijakan
perlu dilengkapi dengan penerapan reward dan phunishment yang jelas, baik
terhadap tenaga spesialis, dokter, bidan, dan tenaga terkait kesehatan lainnya.
Oleh karena hasil pelayanan kesehatan yang optimal sangat dipengaruhi oleh
kualitas pelayanan, maka penjaminan kompetensi tenaga kesehatan perlu
mendapatkan perhatian, melalui berbagai upaya yang meliputi pendidikan
preservice yang adekuat, pelatihan untuk meningkatkan kompetensi tenaga
kesehatan yang telah bekerja (in-service training), penerapan kewenangan tenaga
kesehatan yang sesuai, sertifikasi tenaga dan fasilitas kesehatan, pemberian ijin
praktek tenaga kesehatan dan upaya audit pelayanan terhadap tenaga kesehatan
maupun fasilitas kesehatan. Peran PEMDA dan Pemerintah Pusat dalam pengaturan
ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan sangat diharapkan untuk dapat berfungsi
dengan efektif.
Ketersediaan tenaga yang kompeten saja tidak cukup tanpa didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai, termasuk ketersediaan darah 24/7. Perlu
dilakukan koordinasi yang baik antara UTD RSUD dengan PMI, UTD RS yang
lebih tinggi (provinsi) dan UTD RS swasta dalam penyediaan darah untuk pasien.
Penguatan sistem rujukan perlu mendapatkan dukungan yang kuat dari PEMDA
dan pemangku kepentingan lainnya, sedemikian rupa, sehingga pasien yang dirujuk
segera mendapatkan pertolongan. Dukungan sangat diperlukan mengingat proses
rujukan memerlukan keterlibatan berbagai pihak yaitu masyarakat, tenaga dan
fasilitas kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar, Rumah Sakit (pemerintah
maupun swasta) termasuk UTD RS, dan PMI. Perlu dipertimbangkan upaya-upaya
regionalisasi daerah yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing, agar
ada kejelasan dalam tujuan tempat rujukan. Upaya regionapisasi tersebut antara lain
klaster pulau, klaster daerah pantai, klaster wilayah kota dengan kabupaten terdekat,
dsb.Untuk hal ini, dukungan melalui Peraturan Gubernur mungkin dapat membantu
mempermudah upaya regionalisasi rujukan.
Dalam pelaksanaannya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, peran
sektor swasta tidak dapat diabaikan mengingat kapasitas fasilitas kesehatan
pemerintah yang terbatas dan akhir akhir ini masyarakat sudah mulai cenderung
memilih pelayanan kesehatan swasta terutama di perkotaan. Oleh karena itu, sektor
swasta harus mempunyai peran aktif untuk bersama-sama secara terkoordinasi
memberikan pelayanan kesehatan terbaik sesuai kebutuhan masyarakat, dengan
diatur oleh PERDA.
Penjelasan diatas mengindikasikan peran kuat Pemerintah Daerah untuk
mengatur terselenggaranya pelayanan kesehatan secara optimal kepada masyarakat
sangat esensial, termasuk pengaturan peran berbagai sektor pemerintah, peran
organisasi masyarakat dan peran pihak swasta. Peran sektor pemerintah tingkat
Pusat perlu dikoordinasikan agar saling melengkapi untuk terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang baik di daerah
2.
3.
4.
5.
Penguatan
Pemda
Kabupaten/Kota
dalam
tata
kelola
7.
BAB III
KESIMPULAN
Angka kematian ibu di Indonesia masih tingi yaitu sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup, meskipun angka ini sudah menurun dari tahun 1991 sebesar 390 per
100.000 kelahiran hidup. Masih jauh dari target MDGs ke-5 yaitu menurunkan angka
kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Penyebab
kematian ibu paling banyak yaitu pendarahan diikuti oleh penyakit penyerta pada ibu
hamil, hipertensi, infeksi, abortus dan yang paling kecil adalah partus lama.
Banyak faktor penyebab masih tingginya angka kematian ibu, diantaranya yaitu
kurangnya konseling yang dilakukan kepada ibu hamil, wanita usia subur dan konseling
tentang KB. Selain itu kurangnya pemerataan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
di setiap daerah juga berpengaruh terhadap angka kematian ibu. Tingkat kesadaran ibu
hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke fasilitas kesehatan dan pergi
ke fasilitas kesehatan untuk bersalin juga masih belum mencapai target, sehingga
tindakan untuk mencegah komplikasi penyulit kehamilan sulit terwujud. Sehingga
angka kematian ibu di Indonesia belum mencapai target MDGs 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Al-rahim Umran, Prof. Islam dan KB, PT. Lentera Basritama,
Jakarta, 1997
John W Santrock, Perkembangan anak, Erlangga, Jakarta 2007
Untung Praptohardjo dkk, Sekitar Masalah Aborsi di Indonesia, PKBI
Jawa Tengah, 2007