Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Endang Pudji Astuti
A14104065
RINGKASAN
ENDANG PUDJI ASTUTI. Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen
Terhadap Beras Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur (Di bawah
bimbingan RITA NURMALINA).
Bustaman (2003) menyatakan bahwa beras sangat penting terkait jumlah
produsen dan konsumennya di Indonesia. Dari sisi produsen, usahatani padi di
Indonesia melibatkan 25,4 juta rumah tangga. Sedangkan dari sisi konsumen,
lebih dari 90 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, bahkan 30 persen
dari total pengeluaran rumah tangga miskin dipergunakan untuk membeli beras.
Ini menunjukkan posisi beras yang sangat strategis sebagai penopang ketahanan
pangan di Indonesia, stabilitas ekonomi, dan lapangan kerja.
Konsumsi beras perkapita yang tinggi, disertai jumlah penduduk Indonesia
yang sebagian besar mengkonsumsi beras menyebabkan total konsumsi beras
nasional yang tinggi setiap tahunnya. Bagi negara dengan kebutuhan beras yang
besar seperti Indonesia, bergantung pada pasar impor jelas berisiko.
Perilaku konsumen dalam pembelian bahan pangan terus berkembang.
Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan terjadinya tuntutan terhadap
kualitas. Perubahan struktur demografi seperti tingkat pendidikan, pengetahuan,
gaya hidup, teknologi, transportasi, dan komunikasi mempengaruhi preferensi dan
kepuasan konsumen. Sejalan dengan upaya peningkatan produktivitas bagi
pemenuhan kebutuhan, beras yang dihasilkan seharusnya dapat memenuhi
keinginan konsumen yang terus berkembang seiring berjalannya waktu.
Konsumen beras terdiri dari beragam kelas sosial, baik ditinjau dari
pekerjaan, pendapatan, kekayaan, dan variabel kelas sosial lainnya. Menurut
Selamet (2003), kelas sosial sangat berpengaruh terhadap perbedaan sikap serta
tindakan yang diambil konsumen dalam proses keputusan pembelian beras dan
atribut-atribut yang dianggap penting. Hal ini mengakibatkan adanya kebutuhan
strategi pemasaran yang berbeda bagi setiap kelas sosial.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji karakteristik konsumen beras, (2)
menganalisis proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam
pembelian beras, (3) menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut-atribut
beras, dan (4) menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras, dan
(5) menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan studi
perilaku konsumen. Pemilihan tempat dilakukan dengan sengaja dengan
mempertimbangkan Kecamatan Mulyorejo memiliki responden dengan latar
belakang status sosial ekonomi yang beragam. Penelitian dilakukan bulan
Februari-Maret 2008. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Convinience Sampling.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk
meringkas dan mempermudah pemahaman mengenai karakteristik dan proses
pengambilan keputusan dalam pembelian beras oleh responden. Selain itu,
digunakan juga Important&Performance Analisis (IPA) dan Customer
Satisfaction Index (CSI) untuk melihat preferensi dan kepuasan konsumen
terhadap atribut-atribut beras.
Hasil dari analisis karakteristik responden adalah sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan, telah menikah, pekerjaan ibu rumah tangga, bersuku
Jawa, dan berada dalam usia matang sebagai pengambil keputusan terkait dengan
konsumsi beras. Beberapa perbedaan karakteristik responden berdasarkan kelas
sosial terkait tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga per bulan. Semakin
tinggi kelas sosial, tingkat pendidikan dan rata-rata pendapatan per bulan
keluarganya akan semakin tinggi. Hal ini mempengaruhi perilaku konsumen
dalam mengkonsumsi beras.
Motivasi utama mengkonsumsi beras adalah kebiasaan, Responden
mendapatkan informasi sebagian besar dari penjual, namun informasi yang paling
dipercaya adalah informasi dari diri sendiri (ingatan). Pertimbangan awal yang
utama bagi kelas bawah dalam membeli beras adalah harga beras, sedangkan bagi
kelas menengah dan kelas atas adalah penampakan fisik. Beras yang dikonsumsi
adalan beras domestik dan pembelian direncanakan. Kelas bawah melakukan
pembelian hampir setiap hari dan tempat pembelian terbanyak adalah warung.
Kelas menengah melakukan pembelian sebulan sekali dan tempat pembelian
terbanyak adalah pasar tradisional. Kelas atas melakukan pembelian sebulan
sekali dan tempat pembelian terbanyak adalah supermarket/mall. Sebagian besar
responden berniat melakukan pembelian berulang. Semakin tinggi kelas sosial,
rata-rata harga beras yang dikonsumsi semakin tinggi.
Berdasarkan perhitungan CSI dan IPA pada seluruh responden, diketahui
bahwa kepuasan total konsumen yang telah terpenuhi oleh atribut-atribut beras
yang berada dalam penelitian ini sebesar 70,03 persen. Sisanya belum terpuaskan
karena atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen seperti keseragaman
butir, daya tahan beras, dan harga beras kinerjanya belum memuaskan.
Setelah dilakukan analisis pada masing-masing kelas, nilai CSI
menunjukkan bahwa kepuasan total pada ketiga kelas sosial seluruhnya berada
pada range puas. Semakin tinggi kelas sosial kepuasan konsumen terhadap
beras yang dikonsumsi semakin tinggi. Nilai CSI kelas atas sebesar 77,05 persen.
Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi.
Berdasarkan hasil dari proses keputusan pembelian dan IPA, diketahui bahwa
sebagian besar gap tersebut dipengaruhi oleh kinerja dua atribut beras yang
dianggap penting namun kinerjanya belum memuaskan, yaitu kemudahan
mendapatkan beras dan pelayanan di tempat pembelian beras.
Nilai CSI kelas menengah 67,87 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh
atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi, yaitu broken, keseragaman butir
beras, dan daya tahan beras untuk disimpan. Nilai CSI kelas bawah 67,86 persen.
Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi,
yaitu aroma nasi saat dimasak, kebersihan beras, broken, dan harga beras.
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, diperoleh rekomendasi
bauran pemasaran yang terdiri dari strategi produk, harga, distribusi, dan promosi.
Kualitas produk sebaiknya terus ditingkatkan. Kontinyuitas dan pelayanan di
tempat penjualan beras penting bagi kelas atas. Bagi kelas bawah, sangat penting
untuk menyediakan beras yang terjangkau. Promosi sebaiknya dilakukan melalui
penjual beras, spanduk, dan katalog harga supermarket.
Oleh :
Endang Pudji Astuti
A14104065
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Judul Skripsi
Nama
NRP
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal lulus :
PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap langkah selalu
dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
Penulisan skripsi yang berjudul Analisis Preferensi dan Kepuasan
Konsumen terhadap Beras di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur
bertujuan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan, preferensi dan
kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras, serta menyusun rekomendasi
bauran pemasaran yang tepat berdasarkan hasil analisis perilaku konsumen.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi dan dimiliki penulis selama
berlangsungnya penelitian. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL..........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xiii
I.
II.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..
1.2 Perumusan Masalah....
1.3 Tujuan Penelitian...
1.4 Kegunaan Penelitian..
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.
1
6
10
11
11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Padi..
2.2 Teknologi Pascapanen Padi...
2.3 Karakteristik Beras
2.4 Standardisasi Beras di Indonesia...
2.5 Penelitian Terdahulu.....
12
13
15
16
18
24
24
25
28
30
34
35
36
38
42
43
43
43
44
47
51
51
52
53
54
55
55
57
60
64
67
73
76
79
84
91
99
104
104
105
106
108
109
110
111
114
135
135
137
137
138
V.
VI.
141
LAMPIRAN
145
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
101
102
105
106
107
110
111
112
117
118
119
120
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.
5
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
156
157
158
159
160
165
BAB I
PENDAHULUAN
Balai
Besar
Penelitian
Tanaman
Padi.
2008.
Seminar
Nasional
Padi.
http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=118&Itemid=46&limit=1
&limitstart=2 (8 April 2008)
Jenis Pangan
Padi-padian
Umbi-umbian
Ikan
Daging
Telur dan susu
Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
Buah-buahan
Minyak dan lemak
Konsumsi Energi/kapita/hari
(kal)
992,93
51,08
44,56
31,27
43,35
40,2
64,42
36,95
234,5
Konsumsi Protein/kapita/hari
(gr)
23,33
0,41
7,49
1,95
2,51
2,66
5,88
0,39
0,45
2
3
beras nasional yang tinggi setiap tahunnya. Berikut merupakan data total
konsumsi beras Indonesia tahun 2000-2005.
Tabel 2 Data Konsumsi Beras di Indonesia Tahun 2000-2005
Jumlah Penduduk
(000 jiwa)
205.843
209.732
212.003
215.276
217.854
220.969
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Konsumsi/kapita
(kg)
103,532
102,440
100,048
100,360
98,748
95,888
Total Konsumsi
(000 ton)
21.311
21.448
21.210
21.605
21.512
21.188
cenderung
menurun
dari
tahun
ke
tahun
terkait
dengan
beras.
Namun
demikian,
tahun-tahun
berikutnya
hasil
stagnasi dan degradasi teknologi; (2) kesuburan tanah yang makin menurun; (3)
kejenuhan intensitas tanam; (4) rendemen penggilingan yang semakin menurun;
(5) serangan hama dan penyakit; dan (6) iklim yang tidak normal. Ini
menyebabkan menurunnya hasil dan total produksi padi dalam bentuk beras
sehingga berdampak negatif baik dalam profitabilitas usahatani maupun produksi
beras nasional. Kinerja produksi padi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 2.
Saat ini Indonesia juga mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Beberapa negara yang menjadi lumbung beras impor bagi Indonesia
diantaranya adalah Thailand dan Vietnam (Lampiran 3). Amang dan Sawit (1999)
menyatakan bahwa beras di pasar dunia amat tipis, yaitu 4-7 persen dari total
produksi dunia. Pasarnya jauh dari sempurna karena sekitar 80 persen ekspor
beras dikuasai oleh beberapa negara. Negara-negara produsen beras dapat dilihat
pada Lampiran 4. Beras yang dijual di pasar dunia merupakan sisa konsumsi
domestik (residual goods). Pasar yang tipis dan oligopolistik ini yang membuat
harga beras lebih tidak stabil ketimbang komoditas lain seperti gandum, jagung,
dan kedelai. Bagi negara besar seperti Indonesia, bergantung pada pasar impor
jelas berisiko.
Mengingat pentingnya beras bagi masyarakat Indonesia, sejalan dengan
adanya upaya peningkatan produktivitas, beras yang dihasilkan seharusnya dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus berkembang seiring
berjalannya waktu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seharusnya diperhatikan
segala aspek yang mencakup kuantitas, kualitas dan kontinuitas bagi para
konsumen beras.
beras impor. Dalam usaha meningkatkan produksi beras, sejumlah varietas padi
unggul telah disebarluaskan. Keanekaragaman varietas tersebut juga memberi
keragaman sifat dan mutu beras yang dihasilkan. Peningkatan produksi untuk
memenuhi pasaran menyebabkan konsumen lebih leluasa memilih mutu beras
yang dikehendaki (Damardjati, 1982 dalam Ambarinanti, 2007).
Banyaknya
pilihan produk beras baik berupa jenis beras, kemasan, harga, rasa, dan hal
lainnya serta perbedaan dan pengaruh lingkungan budaya, kelas sosial, daya beli,
motivasi, dan gaya hidup membentuk perilaku konsumen yang berbeda-beda. Hal
ini menuntut para produsen untuk menyediakan produk beras yang sesuai dengan
keinginan konsumen, khususnya segmen pasar yang dituju.
Selama ini pemerintah berusaha keras pada peningkatan kuantitas dan
produktivitas beras untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Namun selain
peningkatan kuantitas, preferensi dan kepuasan yang terus berkembang menuntut
adanya peningkatan pada kualitas beras yang selama ini dikonsumsi. Untuk
menghasilkan beras yang sesuai dengan harapan konsumen, langkah awal yang
harus diperhatikan produsen adalah pengetahuan mengenai perilaku konsumen.
Pengetahuan mengenai preferensi perlu dilakukan agar setiap keputusan yang
diambil tidak bertentangan dengan harapan konsumen, mengingat semua
keputusan konsumsi ada ditangan konsumen. Sedangkan pengetahuan mengenai
kepuasan konsumen perlu diketahui agar dapat ditingkatkan kinerja produk yang
dinilai konsumen masih kurang memuaskan.
Pulau Jawa memiliki peran besar dalam produksi padi nasional. Akibat
lahan yang lebih subur, jaringan irigasi yang tersedia, dan teknologi usahatani
yang lebih maju dibandingkan di luar Jawa, produksi padi di Jawa cukup tinggi.
Responden adalah konsumen beras yang telah mengerti prosedur tanya jawab
dalam kuesioner dan telah memiliki aksesibilitas pribadi dalam mengambil
keputusan, serta bersedia mengisi kuesioner yang telah disediakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
merupakan tanaman pertanian kuno yang asal usulnya masih diperdebatkan. Bukti
sejarah di Propinsi Zheijiang, Cina Selatan, menunjukkan bahwa penanaman padi
di Asia telah dimulai 7000 tahun yang lalu. Beberapa Negara yang diduga menjadi
daerah asal padi adalah India Utara bagian Timur, Bangladesh Utara, dan daerah
yang membatasi Negara Burma, Thailand, Laos, Vietnam, Cina bagian Selatan.
Tinjauan tersebut bertentangan dengan hikayat-hikayat kuno Jawa yang
menyatakan bahwa tanaman padi adalah tanaman asli Indonesia dan merupakan
keturunan dari Dewi Sri dan Retna Dumila. Padi yang merupakan keturunan Dewi
Sri pada akhirnya menjadi padi sawah, sedangkan padi yang merupakan keturunan
Retna Dumila menjelma menjadi padi gogo (Siregar, 1981).
Hitchcock dalam Manurung dan Ismunaji (1988) mengklasifikasikan
padi (Oriza Sativa) sebagai famili Gramineae. Berdasarkan klasifikasi ini,
tanaman padi dimasukkan dalam sub-famili Festucoidae. Genus Oryza
mempunyai 20 spesies, tetapi yang dibudidayakan adalah Oryza Sativa L. di Asia
dan Oryza Glaberrima Steund di Afrika. Berdasarkan penelitian Lu dan Chang
dalam Manurung dan Ismunaji (1988), proses evolusi dari Oryza Sativa
berkembang mnejadi tiga ras ecogeographic, yakni Sinica (Japonoca), Indica, dan
Javanica. Namun yang sekarang ini berkembang di Indonesia adalah Oriza Sativa
Japonica.
2.2
memiliki kulit ari dan sekam. Ada dua cara pengolahan untuk mengubah gabah
menjadi beras, yaitu secara tradisional dengan ditumbuk, dan secara modern
dengan alat-alat atau mesin. Walaupun saat ini masih ada pengolahan dengan cara
ditumbuk, namun sebagian besar pengolahannya telah beralih pada pengolahan
modern.
Untuk mengubah beras menjadi gabah, ada dua fase pengolahan. Fase
pertama adalah melapaskan kulit atau sekam dari caryopsis yang menghasilkan
beras pecah kulit. Beras ini memiliki kandungan vitamin B yang tinggi, tepatnya
pada bagian pericarp. Namun berasnya kurang enak dimakan dan tidak dapat
disimpan lama karena baunya mudah apek.
Pada fase kedua, lapisan caryopsis dan pericarp dikikis, yaitu dengan
cara disosoh. Derajad kejernihan dari beras yang keluar dari mesin penyosoh
tersebut tergantung setelan mesin penyosoh yang disesuaikan dengan mutu beras
yang diinginkan. Semakin jernih beras yang diinginkan, semakin banyak bagian
beras bernilai gizi yang disosoh sehingga menjadi dedak. Walaupun nilai gizinya
berkurang, namun penampakannya menjadi lebih menarik di mata konsumen
(Siregar dalam Selamet, 2003). Nilai gizi yang berkurang diantaranya adalah
karbohidrat dan protein menurun sekitar satu persen dan lemak menurun sekitar
setengah persen.
Menurut Suismono dan Damardjati dalam Suryana (2003), berdasarkan
teknik penggilingan, penggilingan padi dikelompokkan menjadi tiga kelompok,
yaitu : (1) sistem penggilingan padi diskontinyu; (2) sistem penggolongan padi
kepala) menjadi berkurang setelah pemolesan, karena sebagian butir utuh menjadi
patah akibat gesekan selama proses pemolesan (Thahir et al., 1999).
2.3
Karakteristik Beras
Beras secara biologi adalah bagian biji yang terdiri dari : (1) aleuron,
lapisan terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit; (2)
endospermia, tempat sebagian besar pati dan protein beras; dan (3) embrio yang
marupakan calon tanaman baru. 4 Komposisi zat gizi beras dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi Zat Gizi Beras Per 100 gram
Komponen Gizi
Energi (kkal)
Protein (gr)
Total Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)
Total Fiber (gr)
Total Gula (gr)
Kalsium (mg)
Magnesium (mg)
Fosfor (mg)
Kalium (mg)
Kadar
358,00
6,50
0,52
79,15
2,80
3,00
4,23
23,00
95,00
Komponen Gizi
Natrium (mg)
Seng (mg)
Tembaga (mg)
Mangan (mg)
Selenium (mg)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Vitamin B6 (mg)
Kadar
1,00
1,10
0,21
1,04
15,10
0,56
0,05
4,11
0,17
Apabila beras disimpan pada suhu diatas 15 C, setelah 3-4 bulan, beras akan
mengalami perubahan aroma dan rasa. Semakin tinggi suhu udara dan semakin
lama beras disimpan, akan semakin menurun rasa dan aroma nasinya.
Ukuran beras secara umum digolongkan atas butir sangat panjang (> 7
mm), panjang (6-6,9 mm), sedang (5-5,9 mm) dan pendek (< 5 mm). sedangkan
bentuknya digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu lonjong (ramping), sedang, dan
bulat (Lampiran 9). Di pasaran internasional, beras ukuran panjang mempunyai
preferensi yang tinggi serta memberikan perbedaan harga yang jelas. Berbeda
dengan di Indonesia, ukuran biji beras tidak memberikan perbedaan terhadap
harga beras (Damardjati dan Oka dalam Damardjati, 1995).
2.4
nasional. Kriteria mutu yang ditetapkan Deptan dan BULOG seperti yang ada
pada Tabel 4 bertujuan untuk penyimpanan pangan yang didasarkan atas fisik
beras dan kurang memperhatikan preferensi konsumen sehingga kurang dapat
digunakan di pasaran bebas. Keterangan tabel 4 dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tabel 4 Persyaratan Kualitas Beras Pengadaan Dalam Negeri Tahun 2003
No
1
2
3
4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
I. Persyaratan Umum
Bebas hama dan penyakit yang hidup
Bebas bau apek, asam atau bau-bau asing lainnya
Bersih dari campuran dedak dan katul
Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan baik secara visual
maupun secara organoleptik
II. Persyaratan Khusus
Satuan
Mutu
Mutu
Mutu
Mutu
Mutu
Komponen Mutu
Pengukuran
I
II
III
IV
V
Derajat Sosoh
Min (%)
100
100
100
95 min
85 min
Kadar Air
Max (%)
14
14
14
14
15
Beras Kepala
Min (%)
100
95 min
84 min
73 min
60 min
Butir Utuh
Min (%)
60
50
40
35
35
Butir patah
Max (%)
0
5
15
25
35
Butir Menir
Max (%)
0
0
1
2
5
Butir Merah
Max (%)
0
0
1
3
3
Butir Kuning/Rusak
Max (%)
0
0
1
3
5
Butir Mengapur
Max (%)
0
0
1
3
5
Butir Asing
Max (%)
0
0
0,02
0,05
0,2
3
Butir Gabah
Max
0
0
1
2
Butir/100 gr
10
Campuran Varetas Lain
Max (%)
5
5
5
10
2.5
Penelitian Terdahulu
Jufri (2006) melakukan penelitian tentang analisis perilaku konsumen
dan strategi pemasaran beras Super Ciherang LDM Sri Jaya Karawang. Penelitian
dilakukan secara sengaja di Kecamatan Tempuran, Karawang, Jawa Barat.
Sampel yang diambil sebanyak 92 orang yang sudah pernah mengkonsumsi Super
Ciherang LDM Sri Jaya Karawang. Data yang diperoleh dianalisis dengan tabulasi
sederhana, analisis komponen utama, dan analisis konjoin.
Dalam penelitian ini, dikemukakan bahwa manfaat yang dicari adalah
untuk memenuhi kebutuhan pokok karena makan nasi (beras) sudah menjadi
kebiasaan. Namun dalam mengkonsumsi beras, terdapat indikator kualitas yang
sangat diperhatikan pada atribut beras. Hal itu adalah keragaman butir beras,
warna beras, kepulenan nasi, kemekaran beras, dan ukuran kemasan beras.
Strategi pemasaran yang perlu dibenahi meliputi strategi produk, harga,
distribusi, dan promosi. Untuk strategi produk, diharapkan LDM Sri Jaya
Karawang dapat menyediakan beras dengan tingkat keseragaman yang tinggi,
berwarna putih, nasinya pulen, beraroma, mekar dan memperbanyak beras dengan
kemasan 20 kg. Pada strategi harga, harus diupayakan harga yang beragam
terutama untuk beras eceran/kiloan dan pemberian potongan harga untuk
pembelian partisi besar. Pemasaran beras kepada konsumen kelas atas dan kelas
menengah sebaiknya dilakukan melalui pasar swalayan karena konsumen
menginginkan tempat berbelanja yang mudah dicapai, kualitas produk yang baik,
pelayanan yang memuaskan, dan suasana yang nyaman. Strategi distribusi untuk
kelas bawah yaitu dengan menyediakan beragam beras, baik harga maupun
jenisnya, serta kedekatan pedagang dengan lokasi perumahan. Promosi dapat
dilakukan dengan komunikasi lisan antara pedagang dengan pembeli. Untuk
konsumen kelas menengah atas, penyampaian informasi dapat dilakukan dengan
menggunakan
katalog
harga
yang
biasa
dikeluarkan
supermarket
dan
pelayanan dengan target pasar, serta menyediakan beragam jenis dan harga beras
di tempat penjualan.
Penelitian yang dilakukan Yuniarti (2002) mengenai analisis perilaku
konsumen produk beras kemasan pada kaum wanita. Dari 100 responden yang
dilibatkan, didapat kesimpulan bahwa kaum wanita, baik ibu rumah tangga
maupun wanita bekerja, dalam mengkonsumsi beras, melalui tahap-tahap
pengambilan keputusan. Proses tersebut dipengaruhi berbagai macam faktor
pembeda yang turut mempengaruhi perilaku dan keputusan pembelian mereka
seperti sumber informasi yang diperoleh, penilaian terhadap produk beras
kemasan, hingga preferensi konsumen terhadap produk tersebut.
Dikatakan bahwa perilaku konsumen beras kemasan saat ini dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, pendapatan yang meningkat, gaya hidup, dan
bertambahnya beragam produk beras kemasan. Hal ini menyebabkan konsumen
mulai membandingkan harga dan mutu produk, meminta pengemasan yang lebih
baik dan menarik, dan lebih peka terhadap informasi dan periklanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (1999) mengenai konsep standar
mutu beras berdasarkan preferensi konsumen dan pedagang beras di Surabaya
mengemukakan bahwa secara umum perhatian responden terhadap mutu beras
telah demikian tingginya. Ini terlihat dari banyaknya responden yang memilih
kriteria mutu sebagai faktor yang paling menentukan jika mereka membeli beras.
Dari sampel yang diwawancarai sebanyak 80 orang, sebanyak 70 persen rumah
tangga dan 85,7 persen rumah makan memilih kriteria mutu sebagai faktor yang
paling menentukan dalam pembelian beras, selain rasa beras dan faktor lainnya.
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk
kehidupan pribadi atau kelompoknya. Konsumen juga dapat didefinisikan sebagai
setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain
dan tidak untuk diperdagangkan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).
Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai
barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya. Tujuan utama dari
mengkonsumsi barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan dan diukur
sebagai kepuasan yang diperoleh. Besarnya kepuasan konsumen diukur dari
sejumlah nilai yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadap
biaya yang dikeluarkan (Kotler, 2000).
Menurut Engel et al. (1994) perilaku konsumen adalah tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk
dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Definisi lain dari perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang
mensyaratkan aktivitas individu yang mengevaluasi, memperoleh, menggunakan,
atau mengatur barang dan jasa (Simamora, 2004), sedangkan menurut Sumarwan
(2004) perilaku konsumen adalah semua kegiatan tindakan serta proses psikologis
yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas
atau kegiatan mengevaluasi.
Perilaku konsumen merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh
produsen dengan tujuan memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari
perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan
dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk
memperoleh produk dan jasa yang mereka inginkan. Dimana didalamnya
menyangkut pembahasan tentang jenis alasan, waktu, tempat, dan frekuensi
pemakaian suatu produk barang dan jasa. Perilaku konsumen mencerminkan
tanggapan mereka terhadap berbagai rangsangan dari produk dan dari mereka
sendiri yang berupa pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses
psikologis.
3.1.2
Karakteristik
Karakteristik konsumsi menurut Sumarwan (2004) meliputi pengetahuan
3.1.3
harus melalui beberapa tahap tertentu. Tahapan ini dimulai dengan pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
hasil pembelian konsumen terhadap produk yang dibeli. Tahapan-tahapan tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut.
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
Gambar 1. Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan
Sumber : Engel et al. (1994)
Tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan tersebut adalah :
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu
kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali. Adanya kebutuhan tersebut disebabkan
konsumen merasakan adanya ketidaksesuaian antara keadaan yang nyata dengan
keadaan yang diinginkan. Ketika ketidaksesuaian itu melebihi suatu tingkat
tertentu, maka kebutuhan dikenali (Engel et al., 1994). Pengenalan kebutuhan
muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan yang
3.1.4
begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor, menyebabkan keputusan yang
diambil setiap konsumen berbeda-beda. Menurut Engel et al. (1994) terdapat tiga
atau berhubungan erat dengan kita, yaitu kelompok acuan ataupun pemimpin
opini. Kelompok acuan didefinisikan sebagai orang atau kelompok yang
mempengaruhi secara bermakna perilaku individu.
Keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh
terhadap sikap, perilaku individu, dan perilaku pembelian. Setiap anggota
keluarga memegang peranan penting mencakup penjaga pintu, pemberi pengaruh,
pengambil keputusan, pembeli, dan pemakai.
Situasi dapat memberikan pengaruh yang kuat dalam perilaku
konsumen. pengaruh situasi ini dapat timbul dari pengaruh fisik (lokasi, tata
ruang, suara, warna), lingkungan sosial (orang lain), waktu atau momen, tugas
(tujuan dan sasaran), serta keadaan antasedan (suasana hati dan kondisi sementara
konsumen).
pendapatan, dan pandidikan. Gaya hidup merupakan pola yang digerakkan orang
untuk menghabiskan sumberdaya yang dimiliki.
(2000)
menyebutkan
bahwa
pembelian
yang
dilakukan
3.1.5
Atribut Produk
Menurut Engel et al. (1994), keunikan suatu produk dapat dengan mudah
menarik perhatian konsumen. Keunikan ini dapat terlihat dari atribut-atribut yang
dimiliki oleh suatu produk. Atribut produk adalah karakteristik suatu produk yang
berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan di mana atribut
tersebut tergantung pada jenis produk dan tujuannya. Atribut produk terdiri dari
tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau rupa (features), fungsi (function), dan manfaat
(benefit). Penjual perlu mengetahui sikap konsumen yang mendukung atau tidak
mendukung produk mereka. Penjual perlu sekali mengetahui alasan pada sikap ini,
terutama pada atribut yang diinginkan konsumen seperti tipe ciri dan tipe manfaat.
Atribut pada tipe ciri dapat berupa ukuran, karakteristik suatu produk (rasa, warna,
harga), komponen atau bagian-bagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, servis
atau jasa, penampilan, harga, susunan maupun trademark atau tanda merek dan
lain-lain. Sementara tipe manfaat dapat berupa kegunaan, kesenangan yang
berhubungan dengan indera, dan non material seperti kesehatan dan kemudahan
serta kenyamanan.
Sedangkan menurut Limbong dan Sitorus (1987) yang dimaksud dengan
atribut produk adalah mutu, penampilan, pilihan gaya, merek, pengemasan, dan
jenis produk. Sementara menurut Kotler (2000), atribut adalah mutu ciri dan
model produk.
3.1.6
Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka
oleh seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi. Menurut
Kotler (2000), preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari
berbagai pilihan produk yang ada. Teori preferensi digunakan untuk menganalisis
tingkat kepuasan bagi konsumen, misalnya bila seseorang konsumen ingin
mengkonsumsi produk dengan sumberdaya terbatas maka ia harus memilih
alternatif sehingga nilai guna atau utilitas yang diperoleh mencapai optimal.
Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan
dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk. Atribut
fisik yang ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama
3.1.7
Kepuasan Konsumen
Engel et al., (1994) mengungkapkan bahwa kepuasan merupakan hasil
evaluasi pasca konsumsi, bahwa sesuatu yang dipilih melebihi atau tidak melebihi
harapannya. Tingkat kepuasan konsumen dapat digambarkan seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.
Tujuan Perusahaan
Harapan Konsumen
terhadap Produk
Produk
Selain
mengumpulkan
informasi
tentang
kepuasan
pelanggan,
3.1.8
semua keinginan dan kebutuhannya tanpa batas. Pilihan yang nantinya diambil
adalah pilihan yang menghasilkan kepuasan optimal bagi konsumen. Pilihan yang
mungkin dipilih konsumen tersebut dapat dinyatakan pada garis anggaran. Garis
c
b
Garis Anggaran
a
Kuantitas barang A
Kurva Indiferen
Kuantitas barang A
Garis pendapatan-konsumsi
E3
E2
E1
Kuantitas
barang A
3.1.9
Skala Likert
Menurut Simamora (2005), skala Likert adalah skala yang memberi
pelanggan
secara
menyeluruh
dengan
pendekatan
yang
dihasilkan empat kuadran yang terbentuk dari tingkat kepentingan dan tingkat
kinerja. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah seberapa penting suatu atribut
bagi pelanggan. Sedangkan tingkat kinerja adalah kinerja aktual dari atribut yang
dirasakan oleh konsumen. Tingkat kinerja ini erat kaitannya dengan penilaian
konsumen.
Setiap kuadran yang terbentuk merupakan penilaian dari konsumen
terhadap atribut-atribut produk. Dari kuadran-kuadran tersebut akan didapat
kesimpulan mengenai produk yang ada di pasaran saat ini dan produk yang
diharapkan konsumen sehingga dapat diambil tindakan bagi produsen terkait
dengan upaya menghasilkan suatu produk yang dapat memuaskan konsumen.
konsumen. promosi menjadi hal yang penting saat ini karena dalam pemasaran
modern konsumen memerlukan lebih banyak pengembangan produk yang baik,
penawaran dengan harga yang menarik, dan kemudahan untuk dijangkau.
Bauran komunikasi pemasaran terdiri dari lima komponen utama, yaitu :
(1) periklanan, semua bentuk penyajian dan promosi non personal atas ide,
barang, atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan sponsor tertentu, (2) promosi
penjualan, terdiri dari berbagai insentif jangka pendek yang mendorong keinginan
untuk mencoba atau membeli suatu produk atau jasa, (3) hubungan masyarakat
dan publisitas, berbagai program untuk mempromosikan dan atau melindungi citra
perusahaan atau masing-masing produknya, (4) penjualan pribadi, interaksi
langsung dengan pembeli atau lebih guna untuk presentasi, menjawab pertanyaan
dan penerimaan pesanan, dan (5) pemasaran langsung, penghubung non personal
lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan pelanggan dan mendapatkan
tanggapan langsung dari pelanggan, dan calon pelanggan tertentu.
menjawab pertanyaan-pertanyaan
sehubungan dengan status objek yang sedang diteliti saat ini. Metode yang
digunakan dalam menganalisis preferensi konsumen adalah Important &
Performance Analisys (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil dari
analisis ini adalah preferensi konsumen mengenai atribut-atribut beras. Apa saja
atribut yang dianggap sangat penting, penting, biasa, tidak penting, bahkan sangat
tidak penting dari suatu produk, dalam hal ini adalah beras. Selain itu, penelitian
ini juga akan menunjukkan kinerja atribut-atribut beras yang selama ini berada di
pasaran, serta kepuasan konsumen secara keseluruhan terhadap atribut-atribut
beras.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait dengan
preferensi konsumen saat ini sehingga dapat menjadi dasar dalam rekomendasi
strategi pemasaran mengenai tindakan apa yang harus dilakukan untuk
memperbaiki kinerja sesuai harapan konsumen.
Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi lebih dari 90 % penduduk Indonesia
Permintaan beras nasional yang tinggi karena peningkatan jumlah penduduk
Berkembangnya preferensi konsumen terhadap kualitas dan kontinyuitas beras
Karakteristik
Proses keputusan
pembelian
Analisis Deskriptif
Perbedaan
Individu
Pengaruh
Lingkungan
Proses
Psikologis
Tingkat kepentingan
konsumen terhadap
atribut beras
Tingkat kepuasan
konsumen terhadap
atribut beras
Important
&Performance
Analisys (IPA)
Customer
Satisfaction
Index (CSI)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
4.2
4.3
16.360
N
=
= 99,39 (dibulatkan ke atas menjadi 100)
2
1 + Ne
1 + 16.360 (0,1) 2
Keterangan :
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
e = persen
kelonggaran
ketidaktelitian
karena
kesalahan
4.4
penelitian
ini
adalah
berupa
kuesioner,
yang
disusun
untuk
kuesioner. Kategori responden yang diambil adalah orang yang telah mengerti
prosedur tanya jawab dalam kuesioner dan telah memiliki aksesibilitas pribadi
dalam mengambil keputusan mengenai pembelian beras.
4.5
4.6.1
Analisis Deskriptif
Analisis ini adalah analisis yang menghasilkan output data sampai pada
taraf deskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik
sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang
diberikan selalu memiliki dampak faktual yang jelas sehingga semuanya selalu
dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh (Winartha, 2006).
Metode analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang
identitas dan latar belakang konsumen secara keseluruhan serta untuk mengetahui
proses pengambilan keputusan konsumen. Langkah awal dalam analisis deskriptif
adalah membuat tabel frekuensi sederhana berdasarkan data dan informasi yang
diperoleh dari kuesioner. Data tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan
jawaban yang sama,
4.6.2
kepuasan
pelanggan
secara
menyeluruh
dengan
pendekatan
yang
WF =
MISi
x 100%
Total MIS
Rumusnya :
WAT = WS1+WS2+.+WS20
(4). Manghitung customer satisfaction index (CSI), yaitu weighted average total
(WAT) dibagi highest scale (HS) atau skala maksimal yang digunakan
(penelitian ini menggunakan skala maksimal 5), kemudian dikali 100 %.
Rumusnya :
CSI =
WAT
x 100%
HS
mn
b
Dimana :
m = skor tertinggi
n = skor terendah
b = jumlah kelas atau kategori yang akan dibuat
100 % 0 %
= 20 %
5
20 % < CSI 40 %
tidak puas
40 % < CSI 60 %
biasa
60 % < CSI 80 %
puas
sangat puas
4.6.3
1, tidak baik dengan nilai 2, biasa dengan nilai 3, baik dengan nilai 4, sampai
kinerja yang dianggap sangat baik dengan nilai 5.
Dalam analisis data ini terdapat dua buah variabel yang diwakili oleh huruf
X dan Y, dimana X menunjukkan tingkat kinerja suatu produk, sementara Y
menunjukkan tingkat kepentingan konsumen. Bobot penilaian atribut produk
setiap responden (Xi) dan bobot penilaian kepentingan setiap responden (Yi)
dirata-rata dan diformulasikan ke dalam diagram kartesius. Masing-masing atribut
diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor rata-rata penilaian terhadap
kinerja ( X ) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X, sementara posisi
atribut pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rata-rata tingkat kepentingan atribut
( Y ). Rumusnya :
X=
Xi
n
dan
Y=
Yi
n
X=
Xi
i =1
dan
Y=
Yi
i =1
Dimana :
X
Penting
Y
I
II
Prioritas utama
Prioritas Prestasi
KEPENTINGAN
Tidak Penting
III
IV
Prioritas Rendah
Berlebihan
X
Tidak Baik
KINERJA
Baik
karena memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang tinggi. Semua atribut
harus tetap dipertahankan karena atribut-atribut ini merupakan keunggulan
dari produk tersebut.
4.6
Definisi Operasional
1. Konsumen adalah setiap orang yang melakukan pembelian suatu produk atau
jasa dengan tujuan untuk mengkonsumsi produk atau jasa tersebut, dalam
penelitian ini produk yang dimaksud adalah beras.
2. Responden adalah konsumen beras yang telah mengerti prosedur tanya jawab
5. Kelas Atas kelompok responden yang berasal dari Keluarga Sejahtera Tahap
mencari informasi baru mengenai beras lain di pasaran. Tahap ini dijelaskan
dengan mengetahui jenis pangan pokok dan jenis beras yang diketahui
responden, sumber informasi, informasi yang dianggap penting untuk
diketahui, serta sumber informasi yang paling dipercaya responden untuk
pengambilan keputusan.
11. Tahap Evaluasi Alternatif adalah proses dimana suatu alternatif pilihan jenis
penilaian terhadap beras yang telah dibeli atau dikonsumsinya. Tahap ini
diukur dari tingkat kepuasan konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka ia
akan melakukan pembelian ulang. Namun jika konsumen merasa tidak puas,
maka ia akan mengalihkan pembelian ke tempat, produk atau jenis beras
lainnya.
14. Faktor Pengaruh Lingkungan adalah faktor yang mempengaruhi proses
15. Faktor Perbedaan Individu adalah faktor internal yang menggerakkan dan
Harga
adalah
strategi
yang
berhubungan
dengan
bentuk
BAB V
KARAKTERISTIK UMUM DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK UMUM SAMPEL
5.1
Sebelah Utara
: Kelurahan Kalijudan
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Luas (Ha)
200
50
1
1
3
30
3
1
11
301
Persentase (%)
66.67
16, 67
0,33
0,33
1
10
1
0,33
3,67
100,00
Jumlah (KK)
596
797
711
698
1397
4199
Persentase (%)
14,19
18,98
16,93
16,62
33.27
100,00
tiga kelas lainnya. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa pemukiman real
b
c
2
a
b
3
a
b
c
4
5
a
b
6
a
b
7
a
b
8
a
b
c
d
II
Mata Pencaharian
JASA/PERDAGANGAN
Jasa Pemerintahan/Non Pemerintahan
Pegawai Negeri
1). Pegawai Negeri Sipil (PNS)
2). ABRI
3). Guru
4). Dokter
5). Bidan
6). Mantri Kesehatan/Perawat
Pensiunan
Pegawai Swasta`
Jasa lembaga Keuangan
Perbankan
Asuransi
Jasa Perdagangan
Warung
Kios
Toko
Jasa Penginapan (Kos)
Jasa Angkutan/Transportasi
Angkutan bermotor
Mobil Kendaraan Umum
Jasa Hiburan/Tontonan
Bioskop
Billyard
Jasa Pelayanan Hukum dan Penasehat
Notaris
Pengacara
Jasa Ketrampilan
Tukang Kayu
Tukang Batu
Tukang Jahit/Bordir
Tukang Cukur
INDUSTRI
Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
413
54
174
130
4
7
16
3.695
6,25
0,82
2,63
1,97
0,06
0.11
0,24
55,89
15
2
0,23
0,03
125
130
27
115
1,89
1,97
0,41
1,74
12
19
0,18
0,29
1
3
0,02
0,05
2
3
0,03
0,05
250
515
11
6
882
6.611
3,78
7,79
0,17
0,09
13,34
100.00
5.2
Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang terbagi
dalam tiga kelas, yaitu kelas bawah 33 orang, kelas menengah 33 orang, dan kelas
atas 34 orang. Responden kelas bawah adalah penduduk Kelurahan Mulyorejo
yang bertempat tinggal di Perkampungan Lama (RW 1 sampai 4), yang hampir
seluruhnya termasuk dalam kategori Keluarga Sejahtera I. Responden kelas
menengah adalah penduduk yang bertempat tinggal di Wisma Permai (RW 5).
Sedangkan untuk responden kelas atas, dipilih lokasi perumahan elit di RW 9 dan
RW 10.
Karakteristik responden dilihat dari usia, jenis kelamin, suku bangsa,
status pernikahan, jumlah penghuni rumah tangga, pendidikan terakhir, pekerjaan
responden, pekerjaan pasangan, dan pendapatan rata-rata keluarga per bulan.
Karakteristik umum responden dalam penelitian ini secara terperinci dapat dilihat
pada Tabel 8.
Usia responden berkisar antara 20 79 tahun. Ini merupakan usia yang
cukup matang dalam pengambilan keputusan tentang beras yang dikonsumsi, baik
oleh diri sendiri dan keluarga. Tidak ada range yang sangat mendominasi usia
responden, namun responden terbanyak adalah konsumen berusia 40 49 tahun
(26 persen), sebagian besar diisi oleh kelas menengah. Diikuti konsumen yang
berusia 50 59 tahun (24 persen), yang sebagian besar diisi oleh kelas atas.
Selanjutnya konsumen yang berusia 30 39 tahun (20 persen), sebagian besar
berasal dari kelas bawah.
besar pengambil keputusan mengenai beras adalah seorang perempuan yang telah
menikah atau seorang istri.
Jumlah penghuni rumah tangga sebagian besar berjumlah 4 6 orang
(67 persen). Kelas atas cenderung memiliki lebih banyak penghuni rumah
dibandingkan kelas bawah dan menengah. Hal ini dikarenakan kelas atas sebagian
besar mempunyai pembantu. Sedangkan kelas bawah penghuni rumah terdiri dari
anggota keluarga saja. Jumlah penghuni rumah akan berpengaruh pada jumlah
beras yang dibeli setiap bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir
responden terbanyak adalah SMA (31 persen), S1 (26 persen), dan SD (15
persen). Apabila dilihat dari masing-masing kelas, kelas bawah didominasi oleh
responden berpendidikan SD. Kelas menengah didominasi oleh responden
berpendidikan SMA, sedangkan kelas atas mayoritas Sarjana. Dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi kelas sosial, maka semakin tinggi pula pendidikannya.
Tingkat pendidikan ini menyebabkan semakin peka terhadap informasi dalam
proses keputusan pembelian beras.
Dilihat dari sisi pekerjaan, sebagian besar responden adalah ibu rumah
tangga (40 persen), wiraswasta (21 persen), dan pegawai negeri (20 persen).
Apabila dirinci pada masing-masing kelas, terlihat bahwa responden kelas bawah
dan kelas atas sebagian besar menjadi ibu rumah tangga. Sedangkan responden
kelas menengah sebagian besar adalah pegawai negeri. Alasan menjadi ibu rumah
tangga bagi responden kelas bawah berbeda dengan responden kelas atas.
Responden kelas bawah cenderung beralasan tidak punya pendidikan yang cukup,
sehingga tidak ada alternatif bekerja lainnya selain ibu rumah tangga. Sedangkan
alasan responden kelas atas yang tidak bekerja adalah pendapatan keluarga telah
cukup, dan alasan lainnya seperti tidak diperbolehkan bekerja oleh suami sehingga
bisa lebih konsentrasi melakukan kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan
dari segi pekerjaan pasangan, sebagian besar responden memiliki suami yang
berwiraswasta (40 persen), pegawai negeri (22 persen), dan pegawai swasta (13
persen). Jika dilihat dari masing-masing kelaspun, pekerjaan pasangan yang
terbanyak adalah sebagai wiraswasta.
Tingkat pendidikan secara tidak langsung juga berpengaruh pada
penghasilan per bulan. Ini dikarenakan tingkat pendidikan akan mempengaruhi
pekerjaan seseorang. Pendapatan yang dihitung pada penelitian ini adalah
pendapatan rata-rata keluarga per bulan. Pendapatan rata-rata keluarga per bulan
yaitu pendapatan seluruh anggota keluarga yang bekerja dan dipakai untuk
pengeluaran keluarga.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga kelas bawah per
bulan paling banyak berkisar di bawah Rp 500.000,00. Pendapatan kelas
menengah paling banyak terdapat pada range Rp 1.500.000,00 sampai kurang dari
Rp 2.500.000,00, sedangkan penghasilan kelas atas dominan diatas Rp
4.500.000,00 per bulannya. Hal ini sesuai dengan indikator BKKBN yaitu
semakin tinggi pendapatan keluarga, maka semakin tinggi pula tingkatan keluarga
sejahtera. Semakin tinggi pendapatan, maka seseorang akan lebih leluasa dalam
pemilihan beras yang akan dikonsumsi. Pendapatan yang berbeda akan
mempengaruhi pilihan beras yang berbeda pula pada setiap konsumen.
Total
2
11
9
8
2
1
8
3
11
5
4
2
1
6
6
11
9
1
11
20
26
24
15
4
32
1
31
2
34
0
97
3
14
19
0
0
0
0
0
0
0
18
8
0
2
2
1
0
1
1
20
6
4
1
0
0
1
0
2
52
33
4
3
2
1
1
1
3
29
2
32
0
34
0
95
2
Pendidikan
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
Akademi
S1
S2
S3
6
14
6
6
1
0
0
0
1
1
3
12
7
9
0
1
0
0
0
13
0
17
1
2
7
15
9
31
8
26
1
3
Jumlah Penghuni
Rumah
0-3
46
79
10 - 12
13
16
3
0
8
21
3
1
0
23
7
4
21
60
13
5
Pekerjaan
Ibu RT
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Pensiunan
Mahasiswa
Pembantu
Buruh
17
0
3
8
0
0
1
4
8
12
5
4
1
3
0
0
15
8
2
9
0
0
0
0
40
20
10
21
1
3
1
4
Total
2
2
16
0
2
1
6
2
11
4
12
5
0
0
0
1
9
7
12
6
0
0
0
0
22
13
40
11
2
1
6
3
19
14
0
0
0
0
0
3
15
11
4
0
0
0
0
11
10
13
19
17
15
22
14
13
BAB VI
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BERAS
masyarakat
Indonesia
yang
cenderung
meningkat
sehingga
6.1
Pengenalan Kebutuhan
nasi
sebagai
bahan
pangan
yang
lebih
mengenyangkan
dibandingkan bahan pangan pokok lainnya juga merupakan alasan hedonis karena
penelitian dari Australian Human Nutrition Unit menyatakan bahwa beras berada
pada urutan kesepuluh dalam indeks kekenyangan bahan pangan (Holt, 1999
dalam Suryana, 2003).
Tabel 10 Frekuensi Responden Mengkonsumsi Nasi Dalam Sehari
Frekuensi
Satu kali sehari
Dua kali sehari
Tiga kali sehari
Lebih dari tiga kali sehari
Total
Rata-rata konsumsi beras
per kg per orang per hari
Frekuensi mengkonsumsi nasi masih terpusat pada makan nasi tiga kali
dalam sehari (65 persen). Pada setiap kelas, baik kelas bawah, menengah, dan
kelas atas, frekuensi mengkonsumsi nasi tiga kali sehari juga menempati urutan
pertama. Ini menunjukkan rata-rata konsumsi beras masyarakat Indonesia masih
tinggi. Sebesar 23 persen responden mengkonsumsi nasi dua kali sehari.
Selanjutnya 8 persen responden mengkonsumsi nasi lebih dari tiga kali sehari,
seluruhnya merupakan responden kelas bawah. Sisanya (4 persen) mengkonsumsi
nasi satu kali sehari, yang terdiri dari 1 responden kelas bawah, dan 3 responden
kelas atas. Terdapat perbedaan alasan antara responden kelas bawah dan kelas atas
dalam mengkonsumsi nasi satu kali sehari. Responden kelas bawah beralasan
pendapatan keluarganya tidak cukup untuk makan nasi lebih dari satu kali sehari.
Oleh karena itu, diganti oleh makanan pokok lainnya seperti singkong dan nasi
jagung. Sedangkan alasan responden kelas atas adalah diversifikasi pangan,
sehingga konsumsi nasi sengaja diganti pangan pokok lain seperti roti, sereal, dan
kentang.
6.2
Pencarian Informasi
Keluarga menjadi sumber informasi terpercaya ketiga setelah diri sendiri dan
penjual beras karena informasi yang diberikan oleh keluarga biasanya tidak jauh
berbeda dengan informasi internal responden sehingga informasi tersebut
dianggap benar oleh responden. Selain itu, sumber informasi yang dipercaya
adalah teman atau kenalan (7 persen) dan iklan (2 persen). Kepercayaan terhadap
teman atau kenalan dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan responden. Semakin
responden dekat dengan teman atau kenalan itu, tentu akan semakin besar tingkat
kepercayaan responden mengenai informasi yang diberikan teman atau kenalan.
Iklan menempati urutan terakhir dalam tingkat kepercayaan responden. Hal ini
dikarenakan informasi yang didapat dari iklan seringkali tidak sesuai dengan apa
yang ada dalam kenyataan sehari-hari.
Tabel 12 Sumber Informasi Yang Paling Mempengaruhi Responden
Sumber Informasi
Penjual
Teman/kenalan
Keluarga
Iklan
Diri sendiri
Total
Varietas beras yang paling sering disebutkan oleh responden adalah Pandan
wangi (26 persen) dan Rojolele (19 persen) seperti data pada Tabel 13. Hal ini
dikarenakan varietas beras yang sudah terkenal. Kelas sosial yang berbeda
memberikan perbedaan yang nyata pada jumlah varietas beras yang diingat. Kelas
bawah mengingat hanya sedikit varietas beras, sedangkan kelas menengah dan
atas mengingat cukup banyak karena pembelian beras kelas atas dan menengah
memakai kemasan yang tercantum nama varietas beras.
6.3
Total
(%)
4
8
5
26
19
2
5
31
100
Evaluasi Alternatif
seorang responden. Variabel yang dianggap paling penting akan diberi nilai
minimal yaitu satu. Semakin besar nilai yang diberikan konsumen, maka semakin
menunjukkan bahwa variabel tersebut semakin tidak dipertimbangkan oleh
konsumen dalam keputusan pembeliannya. Setelah itu, nilai-nilai tersebut
dijumlahkan per atributnya. Variabel yang memiliki nilai total terkecil adalah
atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam memutuskan pembelian
beras. Sebaliknya, atribut yang memiliki nilai total paling besar adalah atribut
yang paling tidak dipertimbangkan konsumen. Berikut ini merupakan total nilai
yang diberikan setiap kelas.
Tabel 14 Total Nilai Terhadap Variabel-variabel Awal Yang Dipertimbangkan
Responden Sebelum Membeli Beras
Variabel
Awal
Kepulenan
Aroma
Penampakan
Beras
Tempat
Pembelian
Daya Tahan
Merek dan
Kemasan
Varietas
Harga
Kemudahan
Mendapatkan
Iklan
Total
3,09
175
3,18
186
3,38
550
10
196
249
3,56
4,53
149
263
2,71
4,78
186
222
3,38
4,04
531
734
9,65
13,35
249
70
178
4,53
1,27
3,24
241
151
216
4,38
2,75
3,93
232
216
200
4,22
3,93
3,64
722
437
586
13,13
7,95
10,66
320
1815
5,81
33
321
1815
5,84
33
328
1870
5,96
34
969
5500
17,61
100
Setelah didapat nilai total untuk setiap atribut dan nilai total keseluruhan,
lalu dicari persentasenya untuk setiap atribut. Ini dilakukan agar dapat diketahui
lebih jelas perbandingan setiap variabel dalam satu kelas maupun dengan kelas
lainnya dalam persen. Tabel 15 menunjukkan peringkat dari variabel-variabel
yang dipertimbangkan responden dalam pembelian beras. Peringkat ini
merupakan kelanjutan dari Tabel 14. Peringkat pertama dari Tabel 15 merupakan
variabel yang mempunyai nilai total dan persentase terkecil dalam Tabel 14.
Peringkat pertama merupakan variabel yang paling dipertimbangkan responden
dalam pembelian beras.
Tabel 15 Urutan Variabel-variabel Awal Yang Dipertimbangkan Responden
Sebelum Membeli Beras
Variabel
Awal
Kepulenan
Aroma
Penampakan
Beras
Tempat
Pembelian
Daya Tahan
Merek dan
Kemasan
Varietas
Harga
Kemudahan
Mendapatkan
Iklan
4 (2)
7
8 (1)
4
9
4 (1)
7
5
9
8 (2)
1
5
8
5
7
8
6
5
8
4
7
10
10
Pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, atribut yang
paling dipertimbangkan konsumen adalah kepulenan. Namun apabila dilihat pada
setiap kelas, kepulenan termasuk pada peringkat dua pada setiap kelas, baik kelas
bawah, menengah, dan kelas atas. Hal ini menunjukkan bahwa kepulenan adalah
atribut yang sangat penting bagi responden secara keseluruhan, namun bukan
yang paling dominan dalam setiap kelas.
Bagi kelas bawah, yang terpenting adalah harga beras mengingat
pendapatan yang mereka peroleh sangat terbatas. Bagi kelas menengah dan kelas
atas, variabel yang terpenting adalah penampakan beras. Hal ini dikarenakan
tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan kelas
bawah, sehingga kelas menengah dan kelas atas menuntut adanya kualitas yang
baik untuk beras yang dikonsumsi, salah satunya adalah dari penampakan beras
secara fisik. Secara keseluruhan penampakan fisik menempati urutan kedua
sebagai variabel yang dipertimbangkan responden.
Aroma menempati urutan ketiga secara keseluruhan responden. Pada
kelas bawah, atribut ini menempati urutan keenam, sedangkan pada kelas
menengah dan kelas atas, atribut ini menempati urutan ketiga.
Atribut yang menempati urutan keempat menurut konsumen secara
keseluruhan adalah harga. Kelas bawah menganggap harga adalah hal yang paling
utama sebagai variabel yang dipertimbangkan responden. Kelas menengah
menempatkan harga pada urutan kelima, sedangkan kelas atas pada urutan
keenam. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kelas sosial, semakin tidak
dipertimbangkan harga dibandingkan variabel lainnya. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi kelas sosial, pendapatan yang dimiliki juga semakin besar
sehingga akan lebih mengutamakan kualitas dan kepuasan dalam mengkonsumsi
suatu produk dibandingkan harga produk tersebut.
Daya tahan adalah atribut yang menempati urutan kelima secara
keseluruhan. Berdasarkan kelas sosial, daya tahan menempati urutan ketujuh
untuk kelas bawah, urutan keempat bagi kelas menengah dan kelas atas. Kelas
bawah sebagian besar membeli beras dalam jumlah sedikit sehingga tidak
mementingkan daya tahan beras. Sedangkan pada kelas menengah dan kelas atas
yang membeli beras dalam jumlah relatif banyak, tentu mempertimbangkan daya
tahan sebagai variabel yang penting.
Tempat pembelian menempati urutan keenam menurut responden secara
keseluruhan. Responden menganggap tempat pembelian yang strategis sangat
penting. Kelas bawah dan kelas atas menempatkan tempat pembelian pada urutan
keempat, sedangkan kelas menengah urutan kelima. Sebagian besar responden
kelas atas menganggap tempat pembelian sangat penting karena mereka menyukai
tempat pembelian yang nyaman. Responden kelas bawah menganggap tempat
pembelian sebagai variabel yang penting untuk dipertimbangkan karena sebagian
besar dari kelas ini memilih tempat yang dekat sehingga tidak banyak keluar biaya
untuk melakukan pembelian beras karena frekuensi pembelian beras kelas bawah
lebih besar dibandingkan kelas sosial lainnya. Selain itu, kelas bawah juga
mempertimbangkan diperbolehkannya berhutang dalam menentukan tempat
pembelian beras mereka.
Kemudahan memperoleh beras menjadi urutan ketujuh. Kelas atasdan
kelas bawah menempatkan atribut ini pada urutan kelima, sedangkan kelas
menengah pada urutan ketujuh. Kelas atas mempertimbangkan variabel ini
dikarenakan kelas atas mengkonsumsi lebih beragam beras sehingga terkadang
beras tertentu tidak selalu tersedia di tempat pembelian beras. Kelas bawah
memepertimbangkan variabel ini karena pemilihan beras sangat terbatas bagi
mereka. Hanya beras tertentu yang dapat terjangkau oleh mereka.
Varietas, serta merek dan kemasan secara keseluruhan menempati urutan
ke-8 dan ke-9. Penilaian total ini tidak jauh berbeda dengan penilaian setiap kelas
sosial. Ini menunjukkan atribut tersebut tidak terlalu dipertimbangkan dalam
pembelian beras. Namun terlihat juga bahwa kelas atas lebih mempertimbangkan
variabel merek dan kemasan dibandingkan kelas bawah dan kelas menengah. Ini
menunjukkan tuntutan kelas atas terhadap kualitas beras lebih tinggi daripada
kedua kelas sosial lainnya.
6.4
Proses Pembelian
Total
97
3
100
Kemudahan mendapatkan
Harga terjangkau
Mengutamakan produk dalam negeri
Total
Alasan Utama
Kualitas lebih baik
Lebih enak
Total
Direncanakan
terlebih
dahulu
dengan
menentukan varietas/merek yang akan dibeli
Direncanakan terlebih dahulu tanpa menentukan
varietas/merek yang akan dibeli
Tidak direncanakan/spontan
Total
Total
(%)
66
13
10
30
3
33
1
33
0
34
4
100
pandan wangi sebagai beras yang paling sering dikonsumsi. Sedangkan 44 persen
responden termasuk dalan kelompok lain-lain, yaitu tidak tahu, tidak ingat, dan
salah menyebutkan merek.
Tabel 19 Varietas Beras Yang Sering Dikonsumsi Responden
Varietas
Cianjur
IR
Sentra ramos
Pandan wangi
Rojolele
Lain-lain
Total (%)
Harga rata-rata beras
yang sering
dikonsumsi (Rp/kg)
6.124
Total
(%)
4
5
7
25
15
44
100
9.950
Sebagian besar responden membeli beras satu bulan sekali (43 persen)
dan 2-6 hari sekali (19 persen) seperti yang terlihat pada Tabel 20. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelas sosial yang tinggi memiliki frekuensi
pembelian yang sedikit namun dalam jumlah yang besar.
Tabel 20 Jangka Waktu Pembelian Beras Dalam Satu Bulan
Jangka Waktu
1 bulan sekali
2 minggu sekali
1 minggu sekali
2 6 hari sekali
Setiap hari
Total (%)
Total (%)
43
18
12
19
8
100
Total
(%)
26
17
14
21
22
100
(33 persen), supermarket atau mall (29 persen), pasar tradisional (25
persen), toko beras dan agen (12 persen), dan juga ada yang di penggilingan (1
persen). Warung merupakan tempat pembelian dominan responden kelas bawah
dengan pertimbangan tidak ada sarana transportasi pribadi sehingga responden
memilih tempat pembelian yang mudah dijangkau dan tidak mengeluarkan
ongkos. Selain itu, di warung biasanya konsumen boleh membeli dengan cara
berhutang. Sisanya membeli beras di pasar tradisional karena pertimbangan lebih
murah.
Tabel 22 Tempat Pembelian Beras Yang Biasa Dikunjungi Responden
Tempat Pembelian
Pasar tradisional
Warung
Supermarket&mall
Toko khusus beras&agen
Penggilingan
Total (%)
Total
(%)
25
33
29
12
1
100
Total
(%)
44
5
9
7
9
16
10
100
menjadi peran seorang istri. Ini dikarenakan istri yang bekerja sehingga akan lebih
mudah bagi keluarga tersebut bila keputusan pembelian beras diserahkan pada
suami. Sisanya (2 persen) memutuskan sendiri beras yang akan dikonsumsi
karena belum menikah dan tinggal jauh dari orang tua.
Tabel 24 Pengambil Keputusan Pembelian Beras
Pengambil
Keputusan
Istri
Suami
Diri sendiri
Total (%)
6.5
30
1
2
33
31
2
0
33
34
0
0
34
Total
(%)
95
3
2
100
Pasca Pembelian
dan gabah (11 persen). Keluhan ketiga adalah beras tercampur dengan beras lain
(9 persen). Selanjutnya adalah baunya apek (8 persen) dan berat netto tidak sesuai
ukuran (6 persen). Selain itu, terdapat terdapat keluhan lain seperti broken, tidak
tahan lama, pera, ketersediaan tidak kontinyu, dan pelayanan yang kurang
memuaskan.
Keluhan responden kelas bawah yang terbanyak adalah mahalnya harga
beras dan selanjutnya baunya apek. Keluhan kelas menengah dan kelas atas lebih
beragam dibandingkan kelas bawah. Keluhan kelas menengah yang terbanyak
adalah kurang bersih, sedangkan kelas atas adalah tercampurnya beras yang
mereka beli dengan beras jenis lain.
Tabel 26 Keluhan Dalam Pembelian Beras Yang Sering Dialami Responden
Alasan
Total
(%)
6
11
4
9
8
12
3
3
3
1
60
Kelas sosial yang paling dapat menerima keluhan adalah kelas bawah.
Terbukti bahwa jumlah terbanyak dari cara menanggapi keluhan adalah tidak
melakukan apa-apa (22 persen). Sedangkan kelas menengah (7 persen) dan kelas
atas (3 persen) menanggapi keluhan dengan menyampaikan pada penjual namun
tetap membeli beras dengan jenis dan tempat yang sama.
Bagi kelas menengah dan kelas atas, tetap membeli beras dengan jenis
yang sama di tempat yang sama menandakan bahwa keluhan tersebut masih
berada dalam batas toleransi responden. Cara responden kelas bawah menghadapi
keluhan dengan tidak melakukan apa-apa disebabkan latar belakang pendidikan
yang rendah sehingga tidak terbiasa mengeluaskan pendapat atas ketidakpuasan.
Selain itu, mereka menyadari bahwa keluhan yang mereka alami terhadap kualitas
beras dikarenakan ketidakmampuan mereka untuk membeli beras dengan kualitas
lebih baik.
Tabel 27 Cara Responden Menanggapi Keluhan
Cara Menghadapi Keluhan
Total
(%)
36
22
0
0
7
1
4
3
6
3
32
7
7
33
33
34
100
menjawab ini paling banyak pada kelas atas seperti yang terlihat pada Tabel 28.
Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kelas sosial seseorang, maka semakin
tidak terpangaruh pada perubahan harga beras. Sisanya (30 persen) akan
mengganti dengan beras yang lebih murah namun harus tetap beras. Ini
menandakan budaya memakan nasi yang sudah sangat melekat sehingga sangat
sulit diganti dengan jenis pangan pokok lainnya.
Tabel 28 Perilaku Konsumen Beras Apabila Harga Beras Naik
Niat Pembelian Berulang
13
20
33
2
32
34
Total
(%)
0
30
70
100
Total
(%)
23
19
50
23
15
47
2
33
1
33
0
34
3
100
Total
(%)
86
14
100
BAB VII
TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA
ATRIBUT BERAS
dan kepuasan konsumen terhadap beras ditinjau dari tingkat kepentingan dan
tingkat kinerja 19 atribut beras.
Konsumen memiliki sikap berbeda-beda dalam menimbang atribut yang
dianggap penting. Mereka akan memberikan perhatian besar pada atribut yang
memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering disegmentasikan
berdasarkan atribut yang menonjol dalam kelompok konsumen yang berbeda
(Kotler, 2000). Belakangan ini preferensi dan kepuasan konsumen mengenai beras
terus berkembang. Hal ini salah satunya disebabkan oleh tingkat pendidikan dan
pendapatan yang cenderung meningkat sehingga mempengaruhi permintaan
konsumen terhadap beras.
Berdasarkan perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) pada Tabel
31, kepuasan total konsumen yang telah terpenuhi oleh atribut-atribut beras yang
berada dalam penelitian ini sebesar 70,03 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh
kinerja atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi.
Tabel 31 Perhitungan CSI Total
Atribut
Yi
WF
A. Kepulenan nasi
4.19
0.063697
B. Aroma Nasi
3.78
0.057464
C. Warna beras
4.02
0.061113
D. Kebersihan Beras
4.36
0.066282
E. Keutuhan butir beras (broken)
3.69
0.056096
F. Keseragaman butir beras (tidak tercampur)
3.56
0.054120
G. Nama varietas beras
2.96
0.044998
H. Daya tahan beras untuk disimpan
3.72
0.056552
I. Kemasan beras
2.83
0.043022
J. Merek
2.45
0.037245
K. Iklan Beras
2.21
0.033597
L. Harga beras
3.82
0.058072
M. Lokasi penjual beras
3.76
0.057160
N. Keragaman varietas di tempat pembelian beras
3.10
0.047127
O. Keragaman harga di tempat pembelian beras
3.31
0.050319
P. Kenyamanan tempat pembelian
3.28
0.049863
Q. Pemberian informasi oleh pedagang
3.43
0.052144
R. Pelayanan di tempat pembelian beras
3.34
0.050775
S. Kemudahan memperoleh beras
3.97
0.060353
Total
65.78
1
CSI = (3.501280/5) x 100 % = 70.03 %
Xi
3.88
3.49
3.69
3.65
3.53
3.40
3.48
3.34
3.38
3.36
3.10
3.01
3.81
3.52
3.49
3.32
3.56
3.24
3.88
66.13
WS
0.247145
0.200550
0.225506
0.241928
0.198019
0.184007
0.156595
0.188884
0.145415
0.125144
0.104150
0.174798
0.217780
0.165886
0.175614
0.165546
0.185631
0.164512
0.234168
3.501280
Tingkat Kepentingan
n
Xi
Y
Yi
Tingkat Kinerja
n
419
378
402
436
369
356
296
372
283
245
221
382
376
310
331
328
343
334
397
388
349
369
365
353
340
348
334
338
336
310
301
381
352
349
332
356
324
388
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Jumlah
Jumlah Atribut
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
4.19
3.78
4.02
4.36
3.69
3.56
2.96
3.72
2.83
2.45
2.21
3.82
3.76
3.10
3.31
3.28
3.43
3.34
3.97
65.78
19
Jumlah
Jumlah Atribut
3.462105
X
3.88
3.49
3.69
3.65
3.53
3.4
3.48
3.34
3.38
3.36
3.1
3.01
3.81
3.52
3.49
3.32
3.56
3.24
3.88
66.13
19
3.480526
4.5
D
A
C
Tingkat Kepentingan
4.0
S
M
3.5
3.462
N
G
3.0
2.5
K
2.0
3.0
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
Tingkat Kinerja
nilai rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja atribut beras. Perhitungan CSI
terhadap atribut-atribut beras pada setiap kelas sosial dapat dilihat pada Tabel 33,
34, dan 35.
Perhitungan dalam analisis ini dimulai dengan menentukan weighted
factor yang diperoleh dari pembagian antara nilai rata-rata kepentingan setiap
atribut (Xi) dengan total keseluruhan tingkat kepentingan atribut ( Xi). Nilai
Yi
4.212121
4.090909
4.363636
4.545455
4.121212
Weighted
Factor
0.05732
0.05567
0.059381
0.061856
0.056082
Kepulenan nasi
Aroma Nasi
Warna beras
Kabersihan beras
Keutuhan butir beras (broken)
Keseragaman butir beras (tidak
tercampur)
Nama varietas beras
Daya tahan beras untuk disimpan
Kemasan beras
Merek
Iklan Beras
Harga beras
Lokasi penjual beras
Keragaman varietas di tempat
pembelian beras
Keragaman harga di tempat
pembelian beras
Kenyamanan tempat pembelian
Pemberian informasi oleh pedagang
Pelayanan di tempat pembelian
beras
Kemudahan memperoleh beras
Total
4.151515
3.878788
3.848485
4.424242
4.090909
Weighted
Score
0.237963
0.215933
0.228529
0.273664
0.229428
4.272727
3.757576
4.303030
3.666667
3.090909
2.363636
3.727273
3.818182
0.058144
0.051134
0.058557
0.049897
0.042062
0.032165
0.050722
0.051959
4.181818
3.878788
4.060606
3.636364
3.666667
2.818182
3.969697
3.545455
0.243149
0.198338
0.237776
0.181443
0.154227
0.090647
0.201350
0.184217
3.818182
0.051959
3.848485
0.199963
3.666667
3.939394
3.575758
0.049897
0.053608
0.04866
3.969697
3.878788
3.666667
0.198076
0.207935
0.178419
3.545455
3.515152
72.57576
0.192990
0.198588
3.852634
4.000000
0.054433
4.151515
0.056495
73.48485
1
3.852634
x 100 % = 77.05 %
CSI =
5
Xi
Yi
Kepulenan nasi
Aroma Nasi
Warna beras
Kabersihan beras
Keutuhan butir beras (broken)
Keseragaman butir beras (tidak
tercampur)
Nama varietas beras
Daya tahan beras untuk
disimpan
Kemasan beras
Merek
Iklan Beras
Harga beras
Lokasi penjual beras
Keragaman varietas di tempat
pembelian beras
Keragaman harga di tempat
pembelian beras
Kenyamanan tempat pembelian
Pemberian informasi oleh
pedagang
Pelayanan di tempat pembelian
beras
Kemudahan memperoleh beras
Total
4.242424
3.878788
4.060606
4.454545
3.818182
Weighted
Factor
0.063723
0.058261
0.060992
0.066909
0.057351
3.727273
3.545455
3.757576
3.878788
3.333333
Weighted
Score
0.237514
0.206563
0.229183
0.259527
0.191170
3.515152
2.909091
0.052799
0.043696
2.878788
3.515152
0.151998
0.153598
4.121212
3.090909
2.212121
2.000000
3.545455
3.757576
0.061903
0.046427
0.033227
0.030041
0.053254
0.056441
2.484848
3.454545
3.424242
2.727273
3.484848
3.545455
0.153819
0.160384
0.113778
0.08193
0.185584
0.200108
3.181818
0.047792
3.393939
0.162205
3.424242
3.333333
0.051434
0.050068
3.121212
2.878788
0.160536
0.144136
3.545455
0.053254
3.69697
0.19688
3.030303
4.060606
63.93939
0.15586
0.247666
3.393624
3.424242
0.051434
4.060606
0.060992
66.57576
1
3.393624
x 100 % = 67.87 %
CSI =
5
Xi
Yi
Weighted Factor
Xi
Kepulenan nasi
Aroma Nasi
Warna beras
Kabersihan beras
Keutuhan butir beras (broken)
Keseragaman butir beras (tidak
tercampur)
Nama varietas beras
Daya tahan beras untuk
disimpan
Kemasan beras
Merek
Iklan Beras
Harga beras
Lokasi penjual beras
Keragaman varietas di tempat
pembelian beras
Keragaman harga di tempat
pembelian beras
Kenyamanan tempat pembelian
Pemberian informasi oleh
pedagang
Pelayanan di tempat pembelian
beras
Kemudahan memperoleh beras
Total
4.242424
3.484846
3.757576
4.212121
3.242424
0.071575
0.058793
0.063395
0.071063
0.054703
3.878788
3.151515
3.575758
2.757576
3.272727
Weighted
Score
0.277623
0.185288
0.226684
0.195963
0.17903
3.000000
2.303030
0.050613
0.038855
3.242424
3.151515
0.164110
0.122452
2.848485
1.818182
2.121212
2.333333
4.303030
3.818182
0.048057
0.030675
0.035787
0.039366
0.072597
0.064417
3.575758
3.151515
3.090909
3.848485
2.454545
4.151515
0.171841
0.096672
0.110615
0.151500
0.178193
0.267429
2.393939
0.040389
3.424242
0.1383
2.939394
2.666667
0.049591
0.044990
3.484848
3.303030
0.172817
0.148603
3.272727
0.055215
3.424242
0.189069
2.696970
0.045501
3.242424
3.818182
0.064417
4.181818
59.27273
1
64.36364
3.393103
x 100 % = 67.86 %
CSI kelas bawah =
5
0.147534
0.269381
3.393103
Tingkat
kepentingan
akan
mempengaruhi
kepuasan
konsumen.
7.2.1
Nilai rata-rata tingkat kepentingan responden kelas atas dapat dilihat pada
Tabel 36. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kebersihan dari benda selain
beras merupakan atribut yang dianggap paling penting dibandingkan atributatribut lainnya. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata tingkat kepentingan
tertinggi (4,55) yang dimiliki oleh atribut kebersihan beras. Iklan beras memiliki
nilai rata-rata terendah (2,36). Hal ini menunjukkan bahwa iklan beras merupakan
atribut yang dianggap paling tidak penting oleh konsumen.
7.2.2
Atribut-atribut Beras
Kepulenan nasi
Aroma nasi
Warna beras
Kebersihan beras
Keutuhan butir beras (broken)
Keseragaman butir beras (tidak tercampur)
Varietas beras
Daya tahan beras
Kemasan beras
Merek
Iklan Beras
Harga beras
Lokasi penjual beras
Keragaman varietas di tempat pembelian beras
Keragaman harga di tempat pembelian beras
Kenyamanan tempat pembelian
Informasi oleh pedagang
Pelayanan di tempat pembelian beras
Kemudahan memperoleh beras
Y
4,21
4,09
4,36
4,55
4,12
4,27
3,76
4,30
3,67
3,09
2,36
3,73
3,82
3,82
3,67
3,94
3,58
4,00
4,15
Urutan
Kepentingan
5
8
2
1
7
4
12
3
14 (1)
16
17
13
11(2)
11 (1)
14 (2)
10
15
9
6
7.2.3
Atribut-atribut Beras
Kepulenan nasi
Aroma nasi
Warna beras
Kebersihan beras
Keutuhan butir beras (broken)
Keseragaman butir beras (tidak tercampur)
Varietas beras
Daya tahan beras
Kemasan beras
Merek
Iklan Beras
Harga beras
Lokasi penjual beras
Keragaman varietas di tempat pembelian beras
Keragaman harga di tempat pembelian beras
Kenyamanan tempat pembelian
Informasi oleh pedagang
Pelayanan di tempat pembelian beras
Kemudahan memperoleh beras
Y
4,24
3,88
4,06
4,45
3,82
3,52
2,91
4,12
3,09
2,21
2,00
3,55
3,76
3,18
3,42
3,33
3,55
3,42
4,06
Urutan
Kepentingan
2
5
4 (1)
1
6
9
14
3
13
15
16
8 (1)
7
12
10 (1)
11
8 (2)
10 (2)
4 (2)
kemasan beras dianggap tidak mempengaruhi rasa beras yang akan dikonsumsi
sehingga tidak dianggap penting.
Tabel 38 Tingkat Kepentingan Atribut Beras Responden Kelas Bawah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Atribut-atribut Beras
Kepulenan nasi
Aroma nasi
Warna beras
Kebersihan beras
Keutuhan butir beras (broken)
Keseragaman butir beras (tidak tercampur)
Varietas beras
Daya tahan beras
Kemasan beras
Merek
Iklan Beras
Harga beras
Lokasi penjual beras
Keragaman varietas di tempat pembelian beras
Keragaman harga di tempat pembelian beras
Kenyamanan tempat pembelian
Informasi oleh pedagang
Pelayanan di tempat pembelian beras
Kemudahan memperoleh beras
Y
4,24
3,48
3,76
4,21
3,24
3,00
2,30
2,85
1,82
2,12
2,33
4,30
3,82
2,39
2,94
2,67
3,27
2,70
3,82
Urutan
Kepentingan
2
6
5
3
8
9
16
11
18
17
15
1
4 (1)
14
10
13
7
12
4 (2)
Apabila dibandingkan antara ketiga kelas yang ada dalam penelitian ini,
harga beras merupakan atribut terpenting bagi kelas bawah. Kelas menengah
menempatkan harga dalam urutan ke-8, sedangkan bagi kelas atas harga
menempati urutan ke-13. Terlihat bahwa semakin tinggi kelas sosial seseorang,
harga menjadi atribut yang semakin tidak dipertimbangkan dalam mengkonsumsi
beras.
Salah satu indikator keluarga sejahtera adalah pendapatan. Dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi kelas sosial seseorang, maka semakin tinggi pula
pendapatan yang diperolehnya. Tingginya pendapatan tersebut menyebabkan
pengeluaran yang dialokasikan untuk beras merupakan sebagian kecil dari
pendapatannya. Hal ini menyebabkan harga menjadi atribut yang dianggap tidak
penting seiring meningkatnya kelas sosial seseorang.
Yang terpenting bagi kelas menengah dan kelas atas dalam penelitian ini
adalah bersih dari benda selain beras. Walaupun kelas menengah dan kelas atas
sama-sama mengutamakan kebersihan beras dalam mengkonsumsi beras, nilai
rata-rata kepentingan kelas atas (4,55) lebih tinggi dibandingkan kelas bawah
(4,45). Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kelas sosial seseorang, maka
kebersihan beras merupakan atribut menjadi sangat penting dalam mengkonsumsi
beras. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, ini terkait tingkat pendidikan
dan pendapatan konsumen. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
dia akan semakin memperhatikan kualitas beras yang dikonsumsinya, dalam hal
ini adalah kebersihan. Selain itu, semakin tinggi pendapatan, maka akan semakin
leluasa memilih beras yang tersedia di pasar.
Atribut iklan sangat tidak penting bagi kelas atas dan kelas menengah
karena mempunyai nilai rata-rata kepentingan terendah pada kelas bawah,
menengah, maupun atas. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, iklan beras
sangat terbatas. Ini menyebabkan konsumen menjadi terbiasa mencari informasi
mengenai beras dengan bertanya langsung pada penjual beras atau bertanya pada
kenalan. Ini membuat iklan beras menjadi atribut yang dianggap tidak penting.
Bagi kelas bawah, yang paling dianggap tidak penting adalah kemasan beras
karena tidak berpengaruh pada rasa beras yang dikonsumsi.
Tingkat kinerja yang akan dibahas adalah tingkat kinerja setiap atribut
pada kelas sosial yang berbeda. Tingkat kinerja ini mencerminkan kepuasan
konsumen terhadap setiap atribut beras. Semakin tinggi nilai yang diperoleh,
7.3.1
Nilai rata-rata tingkat kinerja untuk setiap atribut yang didapat dari
responden kelas atas dapat dilihat pada Tabel 39. Dari tabel tersebut dapat dilihat
bahwa atribut yang memiliki tingkat kinerja terendah adalah iklan beras,
sedangkan atribut yang memiliki tingkat kinerja tertinggi adalah kebersihan beras.
Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata tingkat kinerja terendah (2,82) yang
dimiliki oleh atribut iklan beras dan nilai rata-rata tingkat kinerja tertinggi (4,42)
yang dimiliki oleh atribut kebersihan beras.
Iklan beras dianggap sangat tidak memuaskan bagi konsumen kelas atas.
Konsumen pada kelas ini menganggap iklan beras sangat terbatas dan tidak
menarik. Apabila ada iklan beras, informasi yang diberikan dalam iklan sangat
sedikit. Kebersihan beras menjadi atribut yang dianggap sangat memuaskan
karena beras yang dikonsumsi oleh konsumen kelas atas dianggap sangat bersih
dari gabah, kerikil, ataupun serangga.
7.2.2
Atribut-atribut Beras
Kepulenan nasi
Aroma nasi
Warna beras
Kebersihan beras
Keutuhan butir beras (broken)
Keseragaman butir beras (tidak tercampur)
Varietas beras
Daya tahan beras
Kemasan beras
Merek
Iklan Beras
Harga beras
Lokasi penjual beras
Keragaman varietas di tempat pembelian beras
Keragaman harga di tempat pembelian beras
Kenyamanan tempat pembelian
Informasi oleh pedagang
Pelayanan di tempat pembelian beras
Kemudahan memperoleh beras
X
4,15
3,88
3,85
4,42
4,09
4,18
3,88
4,06
3,64
3,67
2,82
3,18
3,85
3,85
3,97
3,88
3,67
3,55
3,51
Urutan
Kinerja
3
7 (1)
8 (1)
1
4
2
7 (2)
5
10
8 (3)
14
6
9 (1)
8 (2)
13
7 (3)
9 (2)
11
12
Nilai rata-rata tingkat kinerja untuk setiap atribut yang didapat dari
responden kelas menengah dapat dilihat pada Tabel 40. Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa atribut yang memiliki tingkat kinerja terendah adalah daya tahan
beras untuk disimpan, sedangkan atribut yang memiliki tingkat kinerja tertinggi
adalah kemudahan memperoleh beras. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata
tingkat kinerja terendah (2,48) yang dimiliki oleh atribut daya tahan beras untuk
disimpan dan nilai rata-rata tingkat kinerja tertinggi (4,06) yang dimiliki oleh
atribut kemudahan memperoleh beras.
Daya tahan beras untuk disimpan dianggap sangat tidak memuaskan bagi
konsumen kelas menengah. Konsumen pada kelas ini menginginkan membeli
beras dalam jumlah yang banyak untuk jangka waktu yang cukup lama. Ini
dikarenakan alasan kepraktisan dan hemat biaya transportasi. Namun beras yang
mereka beli akan berwarna kekuningan dan muncul serangga jika disimpan lebih
dari satu bulan. Ini membuat daya tahan menjadi atribut yang kinerjanya dinilai
paling buruk bagi konsumen kelas menengah. Kemudahan memperoleh beras
menjadi atribut yang dianggap sangat memuaskan karena beras yang dikonsumsi
oleh konsumen kelas menengah selalu tersedia di warung atau pasar tradisional.
Tabel 40 Tingkat Kinerja Atribut Beras Responden Kelas Menengah
No
Atribut-atribut Beras
X
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
7.2.3
Kepulenan nasi
Aroma nasi
Warna beras
Kebersihan beras
Keutuhan butir beras (broken)
Keseragaman butir beras (tidak tercampur)
Varietas beras
Daya tahan beras
Kemasan beras
Merek
Iklan Beras
Harga beras
Lokasi penjual beras
Keragaman varietas di tempat pembelian beras
Keragaman harga di tempat pembelian beras
Kenyamanan tempat pembelian
Informasi oleh pedagang
Pelayanan di tempat pembelian beras
Kemudahan memperoleh beras
3,73
3,55
3,76
3,88
3,33
2,88
3,51
2,48
3,45
3,42
2,73
3,48
3,55
3,39
3,12
2,88
3,69
3,03
4,06
Urutan
Kinerja
4
6 (1)
3
2
12
15 (1)
7
17
9
10
16
8
6 (2)
11
13
15 (2)
5
14
1
Nilai rata-rata tingkat kinerja untuk setiap atribut yang didapat dari
responden kelas bawah dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel tersebut
memperlihatkan bahwa atribut yang memiliki tingkat kinerja terendah adalah
harga beras, sedangkan atribut yang memiliki tingkat kinerja tertinggi adalah
kemudahan memperoleh beras. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata tingkat
kinerja terendah (2,45) yang dimiliki oleh atribut harga beras dan nilai rata-rata
tingkat kinerja tertinggi (4,82) yang dimiliki oleh atribut kemudahan memperoleh
beras.
Tabel 41 Tingkat Kinerja Atribut Beras Responden Kelas Bawah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Atribut-atribut Beras
Kepulenan nasi
Aroma nasi
Warna beras
Kebersihan beras
Keutuhan butir beras (broken)
Keseragaman butir beras (tidak tercampur)
Varietas beras
Daya tahan beras
Kemasan beras
Merek
Iklan Beras
Harga beras
Lokasi penjual beras
Keragaman varietas di tempat pembelian beras
Keragaman harga di tempat pembelian beras
Kenyamanan tempat pembelian
Informasi oleh pedagang
Pelayanan di tempat pembelian beras
Kemudahan memperoleh beras
X
3,88
3,15
3,58
2,76
3,27
3,24
3,15
3,58
3,15
3,09
3,85
2,45
4,15
3,42
3,48
3,30
3,42
3,24
4,18
Urutan
Kinerja
3
11(1)
5 (1)
14
12
10 (1)
11 (2)
5 (2)
11 (3)
13
4
15
2
9 (2)
6
8
9 (1)
10 (2)
1
mempunyai nilai rata-rata yang lebih rendah dibandingkan kelas bawah (4,18). Ini
dikarenakan beras yang dikonsumsi oleh kelas bawah lebih mudah didapatkan
daripada beras yang dikonsumsi kelas menengah. Kelas bawah tidak terlalu
mementingkan kualitas beras dibandingkan harga. Sedangkan bagi kelas
menengah, ada pertimbangan-pertimbangan lain yang harus dipenuhi oleh beras
yang dikonsumsi. Bagi kelas atas, beras yang dikonsumsi hanya ada di tempattempat tertentu dan terkadang tidak tersedia secara kontinyu.
Kebersihan beras pada kelas atas menjadi atribut yang paling memuaskan
dengan nilai rata-rata kinerja sebesar 4,42. Pada kelas bawah, atribut ini
menempati urutan ke-14 dan mempunyai nilai rata-rata sebesar 2,76. Sedangkan
pada kelas menengah atribut ini menempati urutan kedua dengan nilai rata-rata
sebesar 3,88. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi kelas sosial, beras yang
dikonsumsi akan semakin bersih. Ini terkait dengan tingkat pendapatan konsumen.
Semakin tinggi kelas sosial, besar kemungkinan beras yang dikonsumsi akan
semakin mahal sehingga kebersihan beras tersebut semakin terjamin.
Atribut yang dianggap paling buruk kinerjanya bagi kelas bawah adalah
harga beras. Ini dikarenakan pandapatan yang diperoleh kelas bawah sebagian
besar dihabiskan untuk membeli beras sehingga mereka merasa harga beras masih
terlalu mahal. Kinerja harga beras dianggap lebih baik pada kelas menengah
dibandingkan kelas atas. Ini dikarenakan perbedaan harga beras yang dikonsumsi
dan perbedaan tempat pembelian beras. Beras yang dikonsumsi kelas atas relatif
lebih mahal dibandingkan beras yang dikonsumsi kelas menengah. Selain itu,
tempat pembelian beras sebagian besar konsumen kelas atas memungkinkan harga
beras yang semakin mahal.
Y.
Sumbu X (sumbu mendatar) akan diisi skor tingkat kinerja (performance), dan
sumbu Y (sumbu tegak) akan diisi skor untuk tingkat kepentingan (important).
dianggap
berprestasi
oleh
konsumen
sehingga
kinerjanya
perlu
dipertahankan dan bila mampu ditingkatkan karena tingkat kinerja aktual pada
umumnya telah sesuai dengan harapan pelanggan.
Atribut-atribut yang terletak pada kuadran III merupakan atribut yang
kurang penting atau rendah pengaruhnya bagi konsumen, dan tingkat kinerja
atribut-atribut tersebut juga masih rendah. Walaupun atribut-atribut pada kuadran
ini juga perlu ditingkatkan kinerjanya, namun peningkatan kinerja tersebut
tidaklah menjadi prioritas utama, karena apabila kinerja atribut-atribut pada
kuadran III ditingkatkan, tidak akan meningkatkan kepuasan total konsumen
secara signifikan. Oleh karena itu, atribut-atribut yang paling penting untuk
ditingkatkan kinerjanya adalah atribut-atribut yang berada pada kuadran I, karena
dianggap penting oleh konsumen.
Atribut yang berada pada kuadran IV merupakan atribut yang
mempunyai tingkat kinerja yang sangat baik walaupun memiliki tingkat
kepentingan yang rendah. Kinerja atribut-atribut ini perlu dipertimbangkan
kembali karena dirasakan terlalu berlebihan dalam pelaksanaannya. Maka yang
Tingkat kepentingan
4.0
R
I
NM G
3.868
3.5
J
3.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
Tingkat kinerja
Berdasarkan Gambar 9, hasil diagram kartesius untuk responden kelas atas dapat
diringkas sebagai berikut.
Kuadran II
1. Kepulenen (A)
2. Aroma (B)
3. Warna (C)
4. Kebersihan (D)
5. Broken (E)
6. Kesaragaman butir beras
(F)
7. Daya tahan beras (H)
8. Kenyamanan tempat
pembelian (P)
Kuadran III
Kuadran IV
1. Kemasan (I)
1. Varietas beras
2. Merek (M)
(G)
3. Iklan (K)
2. Keragaman
4. Informasi penjual
varietas (N)
(Q)
3. Keragaman
harga di tempat
5. Harga (L)
pembelian (O)
4. Lokasi penjual
beras (J)
Nilai rata-rata dari skor tingkat kepentingan dan skor tingkat kinerja
responden kelas menengah yang diplotkan pada diagram kartesius untuk
responden kelas bawah dengan X adalah 3,37dan Y adalah 3,50 menghasilkan
diagram sebagai berikut.
Impor tant and P er fermance Analy sis
3. 365
4. 5
4. 0
A
C
Kua dra n I
Prio rit a s U t a m a
F
3. 5
Ku a dra n II
P e rta h a n k a n P re s ta s i
3. 504
I
G
3. 0
Ku a dra n III
P ri o ri ta s R e n da h
Ku a dra n IV
B e rl e bi h a n
2. 5
J
K
2. 0
2. 50
2. 75
3. 00
3. 25
3. 50
3. 75
4. 00
4. 25
Berdasarkan Gambar 10, hasil diagram kartesius untuk kelas menengah dapat
diringkas sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kuadran II
Kepulenen (A)
Aroma (B)
Warna (C)
Kebersihan (D)
Harga beras (L)
Lokasi penjual (M)
Informasi penjual (Q)
Kemudahan mendapatkan
beras (S)
Kuadran III
1. Iklan (K)
2. Keragaman harga
di tempat
pembelian (O)
3. Kenyamanan di
tempat pembelian
(P)
4. Pelayanan penjual
(R)
Kuadran IV
1. Varietas beras
(G)
2. Kemasan (I)
3. Merek (J)
4. Keragaman
varietas di
tempat
pembelian (N)
Nilai rata-rata dari skor tingkat kepentingan dan skor tingkat kinerja
responden kelas bawah yang diplotkan pada diagram kartesius untuk responden
kelas bawah dengan X adalah 3,39 dan Y adalah 3,12 menghasilkan diagram
sebagai berikut.
Important and Performance Analysis
4. 5
3. 388
L
4. 0
3. 5
Kuadran I
Prioritas Utama
Kuadran II
Pertahank an Pres tas i
B
E
3. 0
Q
O
3. 120
H
Kuadran IV
B erlebihan
R P
2. 5
Kuadran III
Prioritas Rendah
2. 0
I
2. 50
2. 75
3. 00
3. 25
3. 50
3. 75
4. 00
4. 25
Berdasarkan Gambar 11, hasil diagram kartesius untuk responden kelas bawah
dapat diringkas sebagai berikut.
Kuadran II
1. Kepulenan (A)
2. Warna (C)
3. Lokasi Penjual
(M)
4. Informasi Penjual
(Q)
5. Kemudahan
mendapatkan
beras (S)
Kuadran III
1. Keseragaman butir (F)
2. Varietas beras (G)
3. Merek (J)
4. Kemasan (I)
5. Kenyamanan di tempat
pembelian (P)
6. Pelayanan di tempat
pembelian (R)
Kuadran IV
1. Daya tahan (H)
2. Iklan (K)
3. Keragaman harga
di tempat
pembelian (O)
4. Keragaman
varietas di tempat
pembelian (N)
Kuadran IV
1. Varietas beras
mendapatkan
beras (S)
2. Pelayanan
penjual (R)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kuadran I
1 Broken (E)
2 Keseragaman
butir (F)
3 Daya tahan (H)
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
2.
3.
4.
Kuadran I
Aroma (B)
Kebersihan (D)
Broken (E)
Harga (L)
1
2
3
4
5
Aroma (B)
2. Lokasi penjual
Warna (C)
beras (M)
Kebersihan (D)
3. Iklan (K)
Broken (E)
4. Informasi penjual
Kesaragaman butir
(Q)
beras (F)
5. Harga (L)
Daya tahan beras (H)
Kenyamanan tempat
pembelian (P)
Hasil IPA Kelas Menengah
Kuadran II
Kuadran III
Kepulenen (A)
1. Iklan (K)
Aroma (B)
2. Keragaman harga
Warna (C)
di tempat
Kebersihan (D)
pembelian (O)
Harga beras (L)
3. Kenyamanan di
Lokasi penjual (M)
tempat pembelian
Informasi
penjual
(P)
(Q)
4. Pelayanan penjual
Kemudahan
(R)
mendapatkan beras
(S)
Hasil IPA Kelas Bawah
Kuadran II
Kuadran III
Kepulenan (A)
1 Keseragaman butir
Warna (C)
(F)
Lokasi Penjual (M)
2 Varietas beras (G)
Informasi Penjual
3 Merek (J)
(Q)
4 Kemasan (I)
Kemudahan
5 Kenyamanan di
mendapatkan beras
tempat pembelian
(S)
(P)
6 Pelayanan di
tampat pembelian
(R)
(G)
2. Keragaman
varietas di
tempat
pembelian (N)
3. Keragaman harga
di tempat
pembelian (O)
4. Merek (J)
Kuadran IV
beras
1. Varietas
(G)
2. Kemasan (I)
3. Merek (J)
4. Keragaman
varietas di tempat
pembelian (N)
Kuadran IV
1 Daya tahan (H)
2 Iklan (K)
3 Keragaman harga
di tempat
pembelian (O)
4 Keragaman
varietas di tempat
pembelian (N)
A. Kepulenan Nasi
aromanya (wangi dan segar) dibandingkan aroma nasi dari beras yang selama ini
dikonsumsi. Beras yang dikonsumsi responden kelas bawah adalah beras curah
yang kurang diperhatikan penyimpanannya oleh pemasok dan penjual. Selain itu,
beras yang dikonsumsi responden kelas bawah adalah beras yang tidak diberi
Warna beras bagi semua kelas sosial masuk dalam kuadran II, yaitu
atribut yang tingkat kepentingan dan tingkat kinerjanya tinggi. Warna sejak awal
telah menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih beras sehingga atribut
warna dari beras yang dikonsumsi responden dinilai kinerjanya baik. Warna yang
putih dianggap penting karena lebih meningkatkan selera makan.
D. Kebersihan Beras
Bagi kelas bawah, butir patah atau broken pada beras dianggap penting
sedangkan kinerjanya kurang memuaskan (kuadran I). Beras yang selama ini
dikonsumsi konsumen kelas bawah rata-rata kinerjanya dinilai buruk karena
masih ada konsumen yang mengkonsumsi beras dengan broken antara 15-25
persen. Keutuhan butir berhubungan dengan volume nasi saat ditanak. Beras yang
tidak banyak brokennya akan menjadi lebih banyak saat ditanak.
Bagi kelas menengah, keutuhan butir beras juga masuk pada kuadran I.
Kelas menengah merasa kinerja keutuhan butir beras masih kurang memuaskan
pada beras yang mereka konsumsi. Atribut ini penting karena keutuhan butir
menjadi suatu hal yang mempengaruhi penampakan nasi yang telah dimasak.
Keutuhan butir beras bagi kelas atas masuk dalam kuadran II, yaitu
atribut yang tingkat kepentingan dan tingkat kinerjanya tinggi. Ini dikarenakan
keutuhan butir sejak awal telah menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih
beras sehingga beras yang terpilih adalah beras yang kinerjanya baik. Keutuhan
butir dianggap penting karena berpengaruh pada penampakan beras yang telah
dimasak.
Keseragaman butir beras pada kelas bawah masuk pada kuadran III, yaitu
atribut yang tingkat kepentingan dan kinerjanya dinilai rendah. Beras yang
dikonsumsi konsumen kelas bawah adalah beras curah sehingga sering tercampur
dengan beras yang varietas atau bentuk butir atau ukuran butirnya berbeda. Ini
membuat kinerja keseragaman butir beras dinilai tidak baik oleh konsumen.
Bagi kelas menengah, keseragaman butir beras juga masuk pada kuadran
I. Kelas menengah merasa kinerja keseragaman butir beras masih kurang
memuaskan pada beras yang mereka konsumsi. Atribut ini penting karena
keseragaman butir menjadi suatu hal yang mempengaruhi penampakan nasi yang
telah dimasak. Selain itu, beras yang tercampur akan berubah rasanya.
Keseragaman butir beras bagi kelas atas masuk dalam kuadran II, yaitu
atribut yang tingkat kepentingan dan tingkat kinerjanya tinggi. Ini dikarenakan
keseragaman butir sejak awal telah menjadi pertimbangan konsumen dalam
memilih beras sehingga beras yang terpilih adalah beras yang kinerjanya baik.
Keseragaman butir dianggap penting karena berpengaruh pada penampakan dan
rasa beras yang telah dimasak.
G. Nama Varietas Beras
Varietas beras pada konsumen kelas bawah masuk pada kuadran III, yaitu
tingkat kepentingn dan kinerja yang rendah. Varietas beras dianggap tidak begitu
penting karena mereka tidak mempermasalahkan beras varietas apa yang mereka
konsumsi. Buktinya adalah kebanyakan responden kelas bawah tidak dapat
menyebutkan dengan pasti nama varietas beras yang selama ini mereka konsumsi.
Ini dikarenakan beras yang mereka beli adalah beras curah tanpa kemasan
sehingga mereka tidak mengetahui beras varietas apa yang mereka konsumsi.
Walaupun dianggap tidak penting, varietas beras dikenal konsumen kelas
menengah (kuadran IV). Konsumen kelas menengah tidak menyadari bahwa
varietas beras berhubungan dengan rasa beras yang mereka konsumsi. Varietas
Bagi kelas bawah, atribut ini termasuk kuadran IV yaitu berlebihan. Daya
tahan beras dianggap tidak penting bagi konsumen kelas bawah karena konsumen
kelas bawah membeli beras dalam jumlah kecil dengan frekuensi yang tinggi.
Kinerja daya tahan beras dinilai baik karena ketika beras yang dibeli akan
dikonsumsi, beras tersebut masih dalam keadaan baik (seperti ketika beras
tersebut dibeli).
Berbeda dengan kelas bawah, kelas menengah memasukkan atribut ini
pada kuadran I. Daya tahan beras dianggap penting bagi konsumen kelas
menengah karena mereka biasa membeli beras dalam jumlah yang banyak
sehingga mengharapkan beras tersebut dapat bertahan dalam keadaan baik hingga
konsumsi terakhir. Konsumen yang membeli beras untuk keperluan konsumsi satu
bulan menyatakan bahwa beras yang mereka konsumsi keadaannya menjadi buruk
di hari-hari terakhir bulan pembelian. Terdapat serangga, warna kekuningkuningan, serta bila dimasak aromanya tidak seenak waktu pembelian pertama
kali. Ini menyebabkan kinerja daya tahan beras dinilai kurang baik dan perlu
ditingkatkan lagi.
Atribut ini dimasukkan ke kuadran II oleh responden kelas atas. Daya
tahan beras dianggap penting karena konsumen kelas atas memilih membeli beras
dengan jumlah banyak dengan alasan kepraktisan. Namun konsumen kelas atas
memiliki alat penyimpan beras yang dapat membuat beras lebih tahan lama
sehingga kinerja daya tahan beras dianggap baik.
I. Kemasan Beras
Bagi kelas bawah dan kelas atas, kemasan beras dimasukkan kuadran III,
yaitu atribut yang tingkat kepentingan dan tingkat kinerjanya rendah. Kemasan
beras dianggap tidak penting karena konsumen kelas bawah sering membeli beras
curah tanpa kemasan. Kinerja kemasan beras dinilai kurang memuaskan karena
beras yang mereka konsumsi ditempatkan dalam plastik belum tentu terjaga
kebersihannya. Bagi kelas atas, kemasan beras yang dikonsumsi dinilai tidak
memuaskan karena kemasannya tidak menarik dan informasi yang dibutuhkan
mengenai beras tidak tercantum dengan lengkap pada kemasan. Kemasan yang
menarik belum tentu rasanya sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen.
Bagi kelas menengah, walaupun kemasan dinilai layak dan menarik
karena dilengkapi gambar dan keterangan lain mengenai beras, kemasan yang
diikutsertakan sewaktu pembelian dianggap tidak penting oleh konsumen karena
kemasan hanyalah pembungkus untuk membawa beras tersebut. Hal itu membuat
Merek yang terkenal belum tentu rasanya sesuai dengan apa yang diharapkan
konsumen. Kinerja merek dinilai memuaskan karena merek yang mereka
konsumsi terkenal. Mereka mengetahui merek tersebut dari kemasan beras yang
mereka beli.
K. Iklan Beras
menengah dan kelas atas. Informasi dari iklan dianggap tidak penting karena
dianggap tidak sesuai dengan informasi yang dibutuhkan konsumen kelas bawah.
Bagi kelas menengah dan kelas atas, iklan dimasukkan pada kuadran III.
Iklan beras dinilai tidak penting karena tidak mampengaruhi keputusan konsumsi
beras oleh konsumen. Selain itu, kinerja iklan beras juga dianggap buruk, karena
iklan dinilai tidak menarik karena informasi dari iklan beras sangat terbatas dan
tidak intensif sehingga konsumen lebih memilih informasi dari penjual beras.
L. Harga Beras
Harga beras bagi kelas bawah dianggap sangat penting dan kinerjanya
selama ini tidak memuaskan (kuadran I). Harga beras yang selama ini dikonsumsi
konsumen kelas bawah dianggap masih terlalu mahal karena pendapatan yang
diperoleh rata-rata responden kelas bawah masih rendah dan persentase terbesar
dari pengeluaran kelas bawah adalah untuk beras.
Bagi kelas menengah, harga beras dinilai penting dan konsumen merasa
harga yang selama ini ada sudah relatif terjangkau dan sesuai dengan beras yang
mereka beli (kuadran II). Harga tersebut perlu dipertahankan dan kalau
memungkinkan diturunkan dengan tidak menurunkan kualitas beras sehingga
konsumen merasa semakin puas.
Bagi kelas atas, harga beras dimasukkan kuadran III, dimana harga
tersebut dianggap tidak penting namun memiliki kinerja tidak memuaskan.
Pendapatan kelas atas relatif lebih tinggi dibandingkan pendapatan kelas sosial
lainnya. Hal ini menyebabakan kelas atas tidak begitu peduli apabila harga beras
yang harus dibayar lebih tinggi asalkan kualitas beras ditingkatkan sesuai harapan
mereka.
Bagi kelas bawah, lokasi penjual beras dimasukkan pada kuadran II.
Lokasi sangat penting karena pendapatan mereka yang kecil dan frekuensi
pembelian mereka tinggi karena setiap kali membeli dengan ukuran kecil (kiloan),
sehingga lokasi penjual beras haruslah dekat dan strategis agar mereka mudah
membeli beras tanpa mengeluarkan biaya. Lokasi penjual beras dinilai cukup
dekat dengan rumah sehingga dapat dengan mudah dijangkau tanpa mengeluarkan
biaya.
Kelas menengah memasukkan lokasi penjual beras pada kuadran II.
Lokasi penjual beras dianggap penting bagi konsumen kelas menengah karena
mereka mencari lokasi yang mudah dijangkau karena dekat, ataupun lancar
taransportasinya, baik untuk kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Kinerja
atribut ini dinilai memuaskan karena perumahan tempat mengambil sampel dekat
dengan pasar. Walaupun ada yang membeli beras agak jauh dengan tempat tinggal
mereka, namun mereka menganggap jarak tersebut cukup dekat karena adanya
sarana transportasi pribadi.
Konsumen kelas atas memasukkan atribut ini pada kuadran III. Lokasi
penjual beras dianggap tidak penting bagi konsumen kelas atas karena mereka
mempunyai alat transportasi pribadi yang dapat mengantar mereka walaupun
tempat pembelian beras tersebut jauh. Lokasi yang dikunjungi konsumen kelas
atas untuk membeli beras dinilai jauh karena ketersediaan beras yang mereka
inginkan tidak ada di sembarang tempat pembelian.
N. Keragaman Varietas Beras Di Tempat Pembelian
Keragaman harga di tempat pembelian pada kelas bawah dan kelas atas
dinilai sangat berlebihan (kuadran IV). Bagi kelas bawah, keragaman harga beras
di tempat pembelian dianggap tidak penting. Walaupun di tempat pembelian
tersebut tersedia berbagai harga beras, namun range harga yang terjangkau bagi
mereka sangat kecil. Sedangkan bagi kelas atas, keragaman harga bukanlah
sesuatu yang penting karena mereka mempunyai pendapatan yang relatif tinggi
sehingga beras yang mereka konsumsi tidak dinilai berdasarkan harga namun
berdasarkan kualitas.
Bagi kelas menengah, keragaman harga termasuk kuadran III.
Keragaman harga di tempat pembelian tidak penting karena harga beras yang
ingin mereka beli berada pada range yang sempit. Menurut mereka, harga
merupakan jaminan kualitas. Harga yang terlalu rendah akan mencerminkan
kualitas beras yang tidak baik, sedangkan harga yang terlalu tinggi, tidak sesuai
dengan pendapatan mereka. Walaupun kinerja atribut ini buruk, namun itu tidak
menjadi masalah bagi mereka.
P. Kenyamanan Tempat Pembelian
Atribut ini dimasukkan ke kuadran III oleh konsumen kelas bawah dan
kelas menengah. Konsumen kelas bawah menyatakan tidak butuh tempat yang
nyaman karena transaksi yang dilakukan hanya sebentar. Kinerja atribut ini
dianggap buruk oleh konsumen karena memang keadaan tempat membeli beras
yang sering mereka kunjungi kurang rapi dan bersih. Kenyamanan tempat
pembelian tidak penting bagi konsumen kelas menengah. Ini dikarenakan
interaksi dalam pembelian beras berlangsung cepat. Walaupun tempat pembelian
beras mereka tidak nyaman, itu tidak menjadi masalah berarti untuk mereka.
Kelas atas memasukkan atribut ini pada kuadran II. Sebagian besar
responden membeli beras di mall atau supermarket untuk sekalian berbelanja
keperluan lainnya sehingga kenyamanan tempat pembelian beras menjadi atribut
yang penting. Kenyamanan tempat pembelian dianggap baik oleh responden
sehingga perlu dipertahankan kinerjanya, bahkan ditingkatkan.
mendapat informasi yang benar dan dapat dipercaya. Bagi kelas menengah,
informasi yang diberikan oleh penjual beras dianggap penting bagi konsumen
karena informasi mengenai beras sangat sulit dijumpai dalam sumber informasi
lain seperti iklan. Informasi tersebut dinilai baik kinerjanya karena sebagian besar
informasi dianggap lengkap dan benar. Kedua kelas ini memberi nilai memuaskan
pada atribut informasi penjual karena berkesempatan berhadapan langsung
sehingga bisa langsung berkomunikasi.
Bagi kelas atas, informasi dari penjual beras dimasukkan pada kuadran
III. Atribut ini dinilai tidak penting karena mereka biasa mendapatkan informasi
dari sumber lain, seperti kemasan. Kinerja atribut ini dinilai buruk karena karena
membeli beras di supermarket yang penjualnya terkadang pengetahuannya
terbatas.
R. Pelayanan Di Tempat Pembelian Beras
tersebut menyebabkan atribut ini dianggap tidak penting oleh kelas bawah
maupun kelas menengah.
Bagi kelas atas, atribut ini dimasukkan pada kuadran I. Pelayanan penjual
dinggap penting oleh konsumen kelas atas karena mereka membeli beras dalam
jumlah yang besar. Pelayanan penjual dinilai kurang memuaskan karena pembeli
yang meminta berasnya diantar kerumah terkadang terlambat datang dari waktu
yang ditentukan. Selain itu, keramahan penjual juga dinilai kurang.
S. Kemudahan Memperoleh Beras
harga beras sebaiknya ditingkatkan kinerjanya untuk kelas bawah. Untuk kelas
menengah dan kelas atas, kinerjanya sebaiknya dipertahankan.
Bagi konsumen kelas atas dan kelas menengah, penampakan fisik beras
(warna, kebersihan, broken, dan keseragaman butir) merupakan atribut yang
menempati peringkat pertama dalam evaluasi alternatif sebagai atribut yang
dipertimbangkan sebelum membeli beras. Sedangkan pada penilaian IPA, yang
paling penting bagi kedua kelas tersebut adalah kebersihan beras. Atribut ini
termasuk pada kuadran II yang berarti kebersihan beras sangat penting bagi
konsumen dan kinerjanya dianggap telah memuaskan. Kelas bawah menempatkan
penampakan fisik beras pada urutan ketiga setelah harga dan kepulenan dalam
pertimbangan sebelum membeli beras. Pada diagram kartesius IPA kelas bawah,
kebersihan termasuk pada kuadran I yang berarti kebersihan beras sangat penting
dan kinerjanya dianggap belum memuaskan. Berdasarkan hasil dari proses
keputusan pembelian dan Important and Performance Analysis, kebarsihan beras
sangat mempengaruhi preferensi dan kepuasan konsumen. Untuk itu, kebersihan
beras sebaiknya dipertahankan kinerjanya untuk kelas atas dan kelas menengah.
Sedangkan bagi kelas bawah, kebersihan beras sebaiknya ditingkatkan.
belum sesuai dengan harapan konsumen bisa terpenuhi. Peningkatan harga ini
tentu harus sesuai dengan mutu beras yang dijual dan harga harus
mempertimbangkan pesaing.
Promosi bagi kelas bawah akan lebih efektif dengan pendekatan dari sisi
penjual karena hubungan penjual dengan konsumen kelas bawah sangat dekat.
Spanduk di tempat-tempat pembelian beras (salah satunya pasar tradisional) bisa
digunakan untuk konsumen kelas menengah karena mereka biasa membeli sendiri
beras yang akan dikonsumsi sehingga spanduk tersebut dapat langsung terbaca
oleh konsumen.
Bagi kelas atas, promosi dengan iklan lebih baik lewat katalog harga
yang dikeluarkan supermarket karena konsumen kelas atas biasa mendapat
informasi mengenai produk-produk pangan lain dari katalog tersebut saat sedang
berbelanja. Promosi juga dapat dilakukan dengan menggunakan media kemasan.
Spanduk di tempat-tempat pembelian beras bisa digunakan untuk konsumen kelas
menengah karena konsumen kelas menengah. Promosi juga dapat dilakukan
dengan menggunakan media kemasan.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
di tempat penjualan beras penting bagi kelas atas. Bagi kelas bawah, sangat
penting untuk menyediakan beras yang terjangkau. Promosi sebaiknya
dilakukan melalui penjual beras, spanduk, dan katalog harga supermarket.
8.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, R. 2007. Penawaran Beras Dunia dan Permintaan Impor Beras Indonesia
serta Kebijakan Perberasan di Indonesia. Skripsi. Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Amang, S. dan M. H. Sawit. 1999. Kebijakan Beras dan Pangan Nasional. Bogor
: IPB Press.
Ambarinanti, M. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi
Produksi dan Ekspor Beras Indonesia. Skripsi. Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Ariani, M. 2004. Dinamika Konsumsi Beras Rumah Tangga dan Kaitannya
dengan Diversifikasi Konsumsi Pangan, Ekonomi Padi dan Beras Indonesia.
Jakarta : Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian, 2004, hal. 541-558.
Badan Pusat Statistik. 2005. Kinerja Produksi Padi Tahun 1970-2005. Jakarta :
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2005. Data Konsumsi Beras di Indonesia. Jakarta : Badan
Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2005. Rata-rata Produksi Per Hektar Padi (Padi Sawah dan
Padi Ladang) menurut Propinsi. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2005. Volume Impor Beras Menurut Negara Asal Utama
Tahun 2001-2005. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2006. Average Daily per Capita Consumption of Energy by
Commodity Group 2006. http://www.bps.go.id/sector/consumpexp/table45.shtml (6 April 2008)
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2008. Seminar Nasional Padi.
http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=vie
w&id=118&Itemid=46&limit=1&limitstart=2 (8 April 2008)
Bustaman, A. D. 2003. Analisis Integrasi Pasar Beras di Indonesia. Skripsi.
Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Thahir, R. dkk. 1999. Teknik Penyosohan Beras dengan Pengabut Air. Buletin
Warna. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Widaningsih, D. M. 2004. Analisis Persepsi Konsumen atas Harga, Merek dan
Kualitas Minyak Goreng Tropical di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wikipedia
Indonesia.
2008.
Kandungan
http://id.wikipedia.org/wiki/Beras#Kandungan_beras (6 April 08)
Beras.
1998
1999
2000
Filipina
2.185
1000
900
Nigeria
900
950
1.200
Indonesia
5.765
3.729
1.300
Saudi
775
750
992
Arabia
844
1.313
1.100
Iran
2.520
1.220
639
Total
12.289
8.962
6.130
Dunia
27.670
24.925
22.872
Sumber : USDA (2008) dalam Adriana (2007)
2004
1.100
1.369
650
1.500
650
801
6.070
27.184
2005
1.890
1.777
500
1.357
500
785
6.809
29.009
2006
1.800
1.600
550
1.200
550
600
6.300
28.451
145
1970-1979
1980-1989
1990-1999
2000-2005
8.433.180
0,94
2,16
9.677.411
1,78
2,11
11.133.183
1,28
2,28
11.676.525
- 0,17
1,73
2,87
0,16
7,96
3,86
3,53
2,46
4,34
0,00
1,72
4,47
1,22
0,60
24.199.909
1,10
7,93
37.468.896
5,32
2,45
48.325.540
1,29
2,68
52.251.176
1,04
1,35
146
Lampiran 3 Volume Impor Beras Menurut Negara Asal Utama Tahun 2001-2005.
Negara Asal
Taiwan
China
Thailand
Myanmar
Vietnam
India
Pakistan
Amerika Serikat
Lainnya
Jumlah Total
2001
(000 kg)
0
24.728
189.656
25.441
142.512
2.047
26.110
177.889
56.350
644.733
2002
(000 kg)
3.542
126.768
418.698
111.687
561.729
405.032
32.281
13.393
132.250
1.805.380
2003
(000 kg)
9.601
54.440
492.114
41.399
506.013
108.797
49.071
107.608
59.463
1.428.506
2004
(000 kg)
10.600
111
129.421
2.500
58.810
923
0
16.676
17.735
236.867
2005
(000 kg)
1
126.409
44.773
327
2.184
15.923
189.617
147
1998
1999
2000
China
139.100
138.936
131.536
India
86.000
89.700
84.871
Indonesia
31.583
33.445
32.000
Bangladesh
19.524
20.551
23.875
Vietnam
20.108
20.962
20.473
Thailand
15.589
16.500
16.830
AS
5.798
6.502
5.941
Total
311.904
320.058
309.585
Dunia
394.082
408.392
396.894
Sumber : USDA (2008) dalam Adriana (2007)
2004
112.462
88.530
35.024
26.152
22.082
18.011
6.420
302.261
391.626
2005
125.363
83.130
34.830
25.600
22.716
17.360
7.462
308.999
400.707
2006
126.414
91.790
34.959
28.758
22.772
18.200
7.113
322.893
418.002
148
1993
18,1
0,9
22,8
4,1
13,7
3,9
18,2
8,2
10,1
Kota
1996
1999
17,7
21,1
0,9
0,9
22,8
19,3
3,4
3,8
14,7
13,0
3,8
4,3
19,2
20,2
7,1
7,9
10,4
9,5
31.908
49,8
48.278
48,0
101.394
56,2
2002
16,4
0,9
21,6
3,3
13,0
3,4
21,2
10,7
9,5
1993
29,0
1,9
17,0
3,8
13,4
4,9
10,0
9,1
10,9
desa
1996
1999
27,6
31,5
1,5
1,5
17,4
15,3
3,5
3,6
13,7
13,3
4,7
5,3
12,2
10,6
8,8
8,9
10,6
10,0
144.352
52,8
21.228
63,6
33.345
63,3
76.854
70,2
2002
27,0
1,4
16,8
3,6
12,8
4,3
11,4
12,7
10,0
101.692
66,6
149
Pemecahan Kulit
Pengayakan
Penyosohan
Beras Giling
Pemecahan Kulit I
Pengayakan Beras
Pecah Kulit I
Pemecah Kulit II
Pengayakan Beras
Pecah Kulit II
Beras Pecah Kulit
Penyosohan
Beras Giling
Pemecahan Kulit
(2 kali)
Pengayakan Beras
(2 kali)
Beras Pecah Kulit
Penyosohan (2 kali)
Beras Giling
Pemolesan
Beras Kristal
Cere Kadang
Berbulu
Nama Padi
PB 42
Cisadane
Dodokan
Ciliwung
Danau atas
Batur
IR-66
Walanai
Way Seputih
Sentani
Memberamo
Cibodas
Digul
Cirata
Indragiri
Pungkur
Ciherang
Margasari
Konawe
Singkil
Cimelati
PB-36
Kr. Aceh
Semeru
Sei Lilin
Cisanggarung
IR-74
Lariang
Cisokan
IR-64
IR-65
IR-70
IR-72
C-22
Lusi
Laut Tawar
Barumun
Atomita 4
Bengawan Solo
Kalimutu
Maros
Gajah Mungkur
Cilosari
Batang Anai
Lalan
Banyu Asin
Cere Indica
Jati luhur
Way Warem
Cilamaya muncul
Celebes-1 (Aromatik)
Sintanur (Aromatik)
Sumber : PT. Sang Hyang Sri (2003)
Kadar
Amilosa (%)
27
20
23
22
29
29
28
25
22
20
19
24
27
24
23,5
23
23
27
23
23
19
Tekstur Nasi
Bentuk Nasi
Pera
Pulen
Pulen
Pulen
Pera
Pera
Pera
Sedang
Pulen
Pulen
Pulen
Sedang
Pera
Sedang
Pulen
Sedang
Pulen
Sedang
Pulen
Pulen
Pulen
Ramping
Gemuk
Ramping
Ramping Sedang
Bulat Sedang
Bulat Gemuk
Gemuk
Bulat
Sedang
Ramping
Ramping
Sedang
Ramping Panjang
Bulat Sedang
Sedang
Sedang
Ramping Panjang
Ramping
Ramping Panjang
Ramping Panjang
Ramping
25
24
28
27
24
29
25
27
24,1
0
28
31
27
6
28
25-27
21,33
25
23,5
23
23,2
23
27
27
22
27,6
27
21
20
18
Sedang
Sedang
Pera
Pera
Sedang
Pera
Sedang
Pera
Sedang
Ketan
Pera
Pera
Pera
Ketan
Pera
Pera
Pulen
Sedang
Sedang
Pulen
Sedang
Pulen
Pera
Pera
Pulen
Pera
Pera
Pulen
Pulen
Pulen
Ramping Panjang
Gemuk
Ramping
Ramping
Agak Gemuk
Ramping
Sedang
Ramping Sedang
Ramping Panjang
Ramping Panjang
Ramping
Ramping
Ramping
Bulat
Ramping
Sedang
Gemuk
Sedang
Sedang
Ramping
Sedang
Bulat Besar
Ramping
Ramping Panjang
Sedang
Bulat Besar
Bulat Besar
Bulat Besar
Ramping Panjang
Ramping Panjang
testa dan
aleuron.
2. Derajat sosoh adalah tingkat terlepasnya lapisan bekatul dan lembaga dari
butir beras.
3. Derajat sosoh 100% adalah tingkat terlepasnya seluruh lapisan bekatul dan
lembaga.
4. Derajat sosoh 95% adalah tingkat terlepasnya sebagian besar lapisan bekatul
dan lembaga dari butir beras sehingga sisa yang belum terlepas sebesar 5 %.
5. Derajat sosoh 85% adalah tingkat terlepasnya sebagian besar lapisan bekatul
daft lembaga dari butir beras sehingga sisa yang belum terlepas sebesar 15%.
6. Kadar air adalah jumlah kandungan air di dalam butir beras yang dinyatakan
lebih besar atau sama dengan 0,60 bagian dari panjang rata-rata butir beras
utuh.
8. Butir utuh adalah butir-butir beras baik sehat maupun cacat, yang utuh tidak
ukuran lebih kecil dari 0,60 bagian tetapi lebih kecil dari 0,25 bagian panjang
rata-rata butir beras utuh.
10. Menir adalah butir beras patah, baik sehat maupun cacat yang mempunyai
ukuran lebih kecil atau sama dengan 0,25 bagian butir beras utuh.
11. Butir merah adalah butir beras utuh, beras kepala patah, maupun menir yang
putih seperti kapur (chalky) dan bertekstur lunak disebabkan oleh faktor
fisiologis.
14. Butir rusak adalah butir beras utuh, kepala, patah dan menir benwarna
tanah, pasir, ketikil, jerami, malai, biji-bijian lain dan bangkai serangga.
16. Butir gabah adalah butir beras yang sekamnya belum terkelupas atau hanya
terkelupas sebagian.
17. Campuran varietas lain adalah butir beras dari varietas lain yang tercampur
No.
1.
TAHAPAN
KELUARGA
BERENCANA
Keluarga
Pra Sejahtara
Keluarga
Sejahtera
Tahap I (KS I)
INDIKATOR
Apabila tidak bisa memenuhi salah satu indikator atau lebih dari
lima indicator KS-I
2.
Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing
anggota keluarga.
Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari
atau lebih.
Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk
dipakai di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian.
Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
Bila anak sakit dan atau PUS ingin ber-KB dibawa ke sarana
kesehatan.
3.
Keluarga
Anggota keluarga menjalankan ibadah agama secara teratur.
Sejahtera
Paling kurang sekali seminggu, keluarga makan daging, ikan,
Tahap II (KS II)
atau telur.
Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru pertahun.
Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni
rumah.
Seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir dalam
keadaan sehat.
Paling kurang satu anggota keluarga usia 15 tahun ke atas
berpenghasilan tetap.
Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca
tulisan latin.
Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah.
Bila anak dua atau lebih keluarga yang masih PUS memakai
kontrasepsi.
4.
Keluarga
Mempunyai upaya meningkatkan pengetahuan agama.
Sejahtera
Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuyk tabungan
Tahap III
keluarga.
(KS III)
Makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu
dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota
keluarga.
Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya.
Rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.
Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah.
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi
sesuai kondisi daerah.
5.
Keluarga
Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela
Sejahtera
memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam
Tahap III Plus
bentuk materiil.
Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif dalam
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat
Sumber : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Tingkat Kepentingan
n
Xi
Y
139
135
144
150
136
141
124
142
121
102
78
123
126
126
121
130
118
132
137
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
4.212121
4.090909
4.363636
4.545455
4.121212
4.272727
3.757576
4.303030
3.666667
3.090909
2.363636
3.727273
3.818182
3.818182
3.666667
3.939394
3.575758
4.000000
4.151515
Yi
Tingkat Kinerja
n
137
128
127
146
135
138
128
134
120
121
93
105
127
127
131
128
121
117
116
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
4.151515
3.878788
3.848485
4.424242
4.090909
4.181818
3.878788
4.060606
3.636364
3.666667
2.818182
3.181818
3.848485
3.848485
3.969697
3.878788
3.666667
3.545455
3.515152
Jumlah
Jumlah Atribut
73.48485
19
Jumlah
Jumlah Atribut
72.09091
19
3.867624
3.794258
Tingkat Kepentingan
n
Xi
Y
140
128
134
147
126
116
96
136
102
73
66
117
124
105
113
110
117
113
134
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
4.242424
3.878788
4.060606
4.454545
3.818182
3.515152
2.909091
4.121212
3.090909
2.212121
2.000000
3.545455
3.757576
3.181818
3.424242
3.333333
3.545455
3.424242
4.060606
Yi
Tingkat Kinerja
n
123
117
124
128
110
95
116
82
114
113
90
115
117
112
103
95
122
100
134
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
3.727273
3.545455
3.757576
3.878788
3.333333
2.878788
3.515152
2.484848
3.454545
3.424242
2.727273
3.484848
3.545455
3.393939
3.121212
2.878788
3.696970
3.030303
4.060606
Jumlah
Jumlah Atribut
66.57576
19
Jumlah
Jumlah Atribut
63.93939
19
3.503987
3.365231
Tingkat Kepentingan
n
Xi
Y
140
115
124
139
107
99
76
94
60
70
77
142
126
79
97
88
108
89
126
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
4.242424
3.484848
3.757576
4.212121
3.242424
3.000000
2.30303
2.848485
1.818182
2.121212
2.333333
4.303030
3.818182
2.393939
2.939394
2.666667
3.272727
2.69697
3.818182
Yi
Tingkat Kinerja
n
128
104
118
91
108
107
104
118
104
102
127
81
137
113
115
109
113
107
138
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
3.878788
3.151515
3.575758
2.757576
3.272727
3.242424
3.151515
3.575758
3.151515
3.090909
3.848485
2.454545
4.151515
3.424242
3.484848
3.30303
3.424242
3.242424
4.181818
Jumlah
Jumlah Atribut
59.27273
19
Jumlah
Jumlah Atribut
64.36364
19
3.119617
3.38756
No Responden :
Responden yang terhormat,
Saya, Endang Pudji Astuti adalah Mahasiswa Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) yang
sedang melakukan penelitian tentang Preferensi Konsumen Terhadap Beras Di Kota Surabaya. Penelitian ini
merupakan bagian dari skripsi yang saya kerjakan. Demi tercapainya hasil yang diinginkan, mohon kesediaan Anda
untuk ikut berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dari kuesioner ini
bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Identitas Responden
Beri tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih.
Nama
:
Alamat
:
No. Telp
:
Usia
: ......................... tahun
Suku bangsa :
Jenis kelamin
:
(
) Laki-laki
(
) Perempuan
Status pernikahan
:
(
) Sudah Menikah
(
) Belum Menikah
Jumlah anggota keluarga (seluruh keluarga yang tinggal dalam satu rumah, termasuk pembantu) : ...............
orang
Pendidikan terakhir :
(
) Tidak Bersekolah
(
) SD
(
) SLTP
( ) SMU
(
) Diploma
(
) Sarjana
(
) Pasca Sarjana
Pekerjaan :
(
) Ibu Rumah Tangga
(
) Pegawai Negeri (PNS)
(
) Pegawai Swasta
(
) Wiraswasta
(
) Mahasiswa/ Pelajar
(
) Lainnya, ................
Pekerjaan pasangan :
(
) Ibu Rumah Tangga
(
) Pegawai Negeri (PNS)
(
)Pegawai Swasta
(
) Wiraswasta
(
) Mahasiswa/ Pelajar
(
) Lainnya, ................
Rata-rata pendapatan keluarga per bulan (Rp) :
(
) < 500.000
(
) 500.000-999.999
(
) 1.000.000-1.499.999
(
) 1.500.000-2.000.000
(
) 2.000.000-2.499.999
(
) 2.500.000-2.999.999
(
) 3.000.000-3.499.999
(
) 3.500.000-3.999.999
(
) >4.000.000
Berapa pengeluaran untuk beras perbulan : Rp.......................................
Proses Keputusan Pembelian
Beri tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih.
I.
1.
Pengenalan Kebutuhan
Beras yang Anda Konsumsi :
a. Beras dalam negeri, alasannya...........................................................................................................
...........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
2.
3.
4.
Atribut
(1)
Sangat Tidak
Pulen
Tidak
Pulen
Sangat Pulen
Kepulenan nasi
Atribut
(2)
Aroma nasi
Atribut
(3)
Warna alami
beras
Atribut
(4)
Sangat Tidak
Bersih
Wangi
Sangat Wangi
Putih
Sangat Putih
Sangat Bersih
Bersih dari
benda selain
beras
Atribut
(5)
Sangat Tidak
Baik
(Broken > 35%)
Baik
(Broken
5%-14%)
Sangat Baik
(Broken
0%-4%)
Keutuhan
butir beras
(broken)
Atribut
(6)
Sangat Tidak
Seragam
Sangat
Seragam
Keseragaman
butir beras (tidak
tercampur)
Atribut
(7)
Sangat Tidak
Diketahui/dikenal
Sangat
Diketahui/
dikenal
Jenis/varietas
beras
Atribut
(8)
Sangat Tidak
Lama
Lama
Sangat Lama
Sangat Tidak
Menarik
Sangat Menarik
Kemasan beras
Atribut
(10)
Sangat Tidak
Terkenal
Sangat
Terkenal
Merek
Atribut
(11)
Iklan beras
Menarik
Sangat Menarik
Atribut
(12)
Harga Beras
Sangat Mahal
Atribut
(13)
Lokasi penjual
beras
Sangat Jauh
Atribut
(14)
Sangat Tidak
Beragam
Mahal
Jauh
Murah
Sangat Murah
Sangat Dekat
Sangat
Beragam
Keragaman
jenis/varietas
beras di tempat
pembelian
Atribut
(15)
Sangat Tidak
Beragam
Sangat
Beragam
Keragaman
harga beras di
tempat
pembelian
Atribut
(16)
Sangat Tidak
Nyaman
Sangat
Nyaman
Kenyamanan
tempat
pembelian
Atribut
(17)
Sangat Tidak
Lengkap&benar
Sangat
Lengkap&benar
Pemberian
informasi oleh
pedagang
Atribut
(18)
Sangat Tidak
Memuaskan
Sangat
Memuaskan
Pelayanan di
tempat pembelian
beras
Atribut
(19)
Kemudahan
memperoleh beras
Sangat Susah
Susah
Sangat Mudah
II
III
IV