Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
D3 AKUNTANSI PERPAJAKAN
PERBANAS INSTITUTE JAKARTA
Disusun oleh:
Ivan Anugrah
1401000006
Raditya Sandy Putra1401000013
Ariel Abraham
1401000014
berdasarkan
usaha
bidang
manfaat atas bangunan objek pajak. Orang Pribadi atau badan tersebut harus
memperoleh izin usaha pertambangan.
PENDATAAN
Sarana pendataan objek pajak PBB Sektor pertambangan adalah SPOP
dan LSPOP.
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah sarana bagi Wajib Pajak
(WP) untuk mendaftarkan Objek Pajak yang akan dipakai sebagai dasar
untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang.
Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP) PBB Pertambangan
yaitu formulir yang digunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk
melaporkan data rinci objek pajak PBB Pertambangan.
1.
2.
3.
LSPOP
LSPOP
LSPOP
LSPOP
PENILAIAN
Penilaian objek PBB sektor pertambangan dalam rangka penentuan
besarnya nilai bumi per meter persegi dan/atau nilai bangunan per meter
persegi adalah sebagai berikut:
1. Permukaan Bumi
Nilai bumi per meter persegi untuk permukaan bumi merupakan
hasil pembagian antara total nilai permukaan bumi dengan total
luas areal objek pajak yang dikenakan.
2. Tubuh Bumi Eksplorasi
Nilai bumi per meter persegi untuk tubuh bumi eksplorasi
menggunakan nilai bumi per meter persegi yang ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
= Tarif x NJKP
= 0,5% x (40% x (NJOP bumi +
NJOP bangunan))
Tarif PBB sebagai mana diatur dalam pasal 5 UU Nomor 12 tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan sttd UU Nomor 12 tahun 1994 (UU
PBB) sebesar 0,5%.
NJKP ditetapkan sebesar 40% dari NJOP, sebagaimana diatur
dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2002 tentang
Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Penghitungan PBB.
NJOP terdiri dari NJOP bumi dan NJOP bangunan. NJOP bumi meliputi
NJOP permukaan bumi, NJOP tubuh bumi eksplorasi, dan NJOP tubuh
bumi operasi produksi. Besarnya NJOP permukaan bumi dihitung
dari hasil perkalian antara luas areal permukaan bumi dengan NJOP
per m2. Besarnya NJOP tubuh bumi eksplorasi dihitung dari luas
Wilayah Ijin Pertambangan dikalikan dengan NJOP per m2 dan
besarnya NJOP tubuh bumi operasi produksi dihitung dari luas
Wilayah Ijin Pertambangan dikalikan dengan NJOP per m2.
NJOP per m2 merupakan hasil konversi dari nilai bumi per m2
kedalam klasifikasi NJOP bumi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 139/PMK.03/2014 tentang Klasifikasi dan
Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan PBB. Nilai
bumi diperoleh berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan secara
individual ataupun masal. Nilai bumi per m2 diperoleh dari hasil bagi
antara nilai bumi dengan luas bumi.
NJOP Bangunan dihitung dari luas keseluruhan bangunan dikalikan
dengan NJOP per m2 bangunan. Luas keseluruhan bangunan
meliputi luas bangunan umum dan bangunan khusus. NJOP per m2
bangunan diperoleh dari hasil konversi nilai keseluruhan bangunan
per M2 kedalam klasifikasi bangunan sebagai mana diatur
dalamPeraturan Menteri Keuangan Nomor: 139/PMK.03/2014
tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai
Dasar Pengenaan PBB. Nilai keseluruhan bangunan per m2
Jawaban:
Hasil Penjualan minyak bumi setahun sebagai berikut:
Triwulan pertama: 25.000 x 45 x 9.150
= Rp10.293.750.000,-
= Rp12.627.000.000,-
= Rp13.738.725.000,-
= Rp14.310.600.000,- +
= Rp50.970.075.000,-
A. NJOP Bumi:
a. Tubuh bumi eksploitasi = 9,5 x 50.970.075.000
Rp484.215.713.000,-
= Rp
= Rp
= Rp
= Rp
f. Areal Emplasemen:
1. Pabrik: 20 x 10.000 x 900
= Rp
180.000.000,-
= Rp
18.000.000,-
= Rp
10.000.000,-
= Rp
55.000.000,-
B. NJOP Bangunan:
1. Pabrik: 50.000 x 365.000
18.250.000.000,-
= Rp
= Rp
= Rp
= Rp
= Rp
NJOPTKP:
12.000.000,- NJOP untuk perhitungan PBB:
Rp517.944.000.000,-
= Rp
=
MEKANISME PEMBAYARAN
Peraturan yang mengatur mengenai kewajiban perpajakan Wajib Pajak PBB P3, di
antaranya adalah Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-43/PJ/2013 tentang Bentuk
dan Isi Surat Setoran Pajak Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam peraturan tersebut
dijelaskan beberapa hal yaitu:
a) Menteri Keuangan telah menunjuk Bank Umum/Kantor Pos sebagai Bank
Persepsi/Pos Persepsi untuk menerima pemindahbukuan hasil penerimaan
PBB dari Tempat Pembayaran dan/atau pembayaran PBB dari Wajib Pajak;
b) Pembayaran PBB dari Wajib Pajak menggunakan Surat Setoran Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan (SSP PBB) yang bentuknya sesuai dengan lampiran
peraturan tersebut;
c) Pengisian SSP PBB adalah dengan menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) yang berkesesuaian dengan lokasi Wajib Pajak. (contoh:
XX.XXX.XXX.X-809.XXX. Angka 809 menunjukkan Wajib Pajak berlokasi di
wilayah kerja KPP Pratama Maros);
d) Satu formulir SSP PBB hanya dapat digunakan untuk pembayaran PBB
terutang untuk satu Tahun Pajak dengan menggunakan satu Kode Akun
Pajak dan satu Kode Jenis Setoran;
e) Wajib Pajak dapat mengadakan sendiri formulir SSP PBB dengan bentuk
dan isi sesuai dengan formulir SSP PBB sebagaimana yang dimaksud
dalam lampiran peraturan dimaksud.
f) Formulir SSP PBB sebagaimana dimaksud dibuat dalam rangkap 4
(empat), dengan peruntukan sebagai berikut:
Lembar ke-1
: untuk Wajib Pajak;
Lembar ke-2
: untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
dilaporkan oleh Bank
/Pos Persepsi;
Lembar ke-3
: untuk Kantor Pelayanan Pajak dilaporkan oleh Wajib
Pajak;
Lembar ke-4
: untuk Bank Persepsi/Pos Persepsi.