Você está na página 1de 8

PBB SEKTOR PERTAMBANGAN

D3 AKUNTANSI PERPAJAKAN
PERBANAS INSTITUTE JAKARTA
Disusun oleh:

Ivan Anugrah
1401000006
Raditya Sandy Putra1401000013
Ariel Abraham
1401000014

PBB SEKTOR PERTAMBANGAN


Usaha bidang pertambangan dapat diklasifikasikan
kepada hasil tambang dan lokasi penambangannya.

berdasarkan

Berdasarkan hasil tambang terbagi atas 2 (dua) jenis yaitu:


1. Pertambangan minyak, gas dan panas bumi,
2. Pertambangan bukan minyak, gas dan panas bumi yang
mengeksploitasi bahan tambang logam (seperti bijih besi) dan
bukan logam (seperti batubara, pasir).
Berdasarkan
lokasi
penambangan,
pertambangan terdiri dari
1. Pertambangan lepas pantai (off shore)
2. Pertambangan daratan (on shore).

usaha

bidang

Dasar: Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pertambangan.


Berdasarkan undang-undang tersebut, yang dimaksud dengan bahan
galian adalah unsur-unsur kimia mineral-mineral, bijih-bijih dan segala
macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapanendapan alam. Bahan-bahan galian ini terbagi atas 3 jenis yaitu:
1. Bahan galian strategis dalam arti strategis bagi pertahanan
dan keamanan serta perekonomian negara, antara lain seperti
minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat,
aspal, batubara, uranium dan bahan radio aktif lainnya, nikel,
timah.
2. Bahan galian vital dalam arti dapat menjamin hajat hidup orang
banyak, antara lain seperti besi, mangaan, wolfram, tembaga,
emas, perak, platina, yodium, belerang.
3. Bahan galian yang tidak termasuk jenis a atau b dalam arti
karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat
internasional, antara lain seperti nitrat-nitrat, garam batu, asbes,

batu permata, pasir kwarsa, batu apung, batu kapur, granit,


andesit.

Sektor pertambangan adalah objek Pajak Bumi dan Bangunan yang


meliputi areal usaha penambangan bahan-bahan galian dari semua jenis
golongan yaitu bahan galian strategis, bahan galian vital dan bahan galian
lainnya. Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu:
1. Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba)
2. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Migas)
3. Pertambangan Energi Panas Bumi

OBJEK DAN SUBJEK PAJAK


Objek pajak untuk Pertambangan Mineral dan Batu Bara meliputi
bumi dan/atau bangunan.
Bumi terdiri dari permukaan bumi dan tubuh bumi yang berada
dibawahnya yaitu:
1. Permukaan Bumi
a. Tanah dan/atau perairan darat (onshore) meliputi:
Areal belum produktif
Aareal tidak produktif
Aareal emplasemen
Aareal pengaman
Areal produktif dan areal lainnya
b. Perairan lepas pantai (offshore) meliputi:
Areal objek pajak offshore dan areal lainnya
2. Tubuh bumi yang berada dibawahnya dapat berupa tubuh bumi
eksplorasi dan operasi produksi.
Bangunan sebagai objek PBBP3 sektor pertambangan mineral dan
batubara dapat berupa bangunan umum dan bangunan khusus yaitu:
a. Bangunan umum meliputi: bangunan pabrik, gudang,
perumahan, perkantoran dan sejenisnya.
b. Bangunan khusus meliputi: jalan yang diperkeras (jalan
komplek), dermaga/pelabuhan, landasan pesawat, cerobong,
konveyor, pipa, silo, tangki, kilang, dan yang sejenis.
Subjek Pajak PBBP3 sektor pertambangan mineral dan batubara adalah orang
pribadi atau badan yang memilki suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh
manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh

manfaat atas bangunan objek pajak. Orang Pribadi atau badan tersebut harus
memperoleh izin usaha pertambangan.

PENDATAAN
Sarana pendataan objek pajak PBB Sektor pertambangan adalah SPOP
dan LSPOP.
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah sarana bagi Wajib Pajak
(WP) untuk mendaftarkan Objek Pajak yang akan dipakai sebagai dasar
untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang.
Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP) PBB Pertambangan
yaitu formulir yang digunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk
melaporkan data rinci objek pajak PBB Pertambangan.

1.
2.
3.

LSPOP
LSPOP
LSPOP
LSPOP

sebagaimana dimaksud pada huruf terdiri dari:


untuk objek pajak permukaan bumi;
untuk objek pajak bangunan;
untuk objek pajak tubuh bumi.

a) KPP Pratama menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak


atau Wajib Pajak paling lambat tanggal 31 Januari tahun pajak.
b) SPOP dan LSPOP yang telah diisi dengan dengan jelas, benar, lengkap,
serta ditandatangani oleh subjek pajak atau Wajib Pajak harus
disampaikan ke KPP Pratama paling lambat 30 (tiga puluh hari) setelah
tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP oleh subjek pajak atau Wajib
Pajak.
c) KPP Pratama menatausahakan SPOP dan LSPOP dan merekam ke
dalam basis data PBB sektor pertambangan.

PENILAIAN
Penilaian objek PBB sektor pertambangan dalam rangka penentuan
besarnya nilai bumi per meter persegi dan/atau nilai bangunan per meter
persegi adalah sebagai berikut:
1. Permukaan Bumi
Nilai bumi per meter persegi untuk permukaan bumi merupakan
hasil pembagian antara total nilai permukaan bumi dengan total
luas areal objek pajak yang dikenakan.
2. Tubuh Bumi Eksplorasi
Nilai bumi per meter persegi untuk tubuh bumi eksplorasi
menggunakan nilai bumi per meter persegi yang ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

3. Tubuh Bumi Operasi Produksi


Nilai bumi per meter persegi untuk tubuh bumi operasi produksi
merupakan hasil pembagian antara nilai bumi untuk tubuh bumi
operasi produksi dengan luas wilayah izin pertambangan.
Nilai bumi untuk tubuh bumi operasi produksi ditentukan sebesar
hasil bersih produksi galian tambang dalam satu tahun sebelum
tahun pajak dikalikan dengan Angka Kapitalisasi.

TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK TERUTANG


Besarnya PBBP3 terutang sektor pertambangan mineral dan batubara
dihitung dengan cara mengalikan tarif PBB dengan NJKP.
PBB Terutang

= Tarif x NJKP
= 0,5% x (40% x (NJOP bumi +

NJOP bangunan))

Tarif PBB sebagai mana diatur dalam pasal 5 UU Nomor 12 tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan sttd UU Nomor 12 tahun 1994 (UU
PBB) sebesar 0,5%.
NJKP ditetapkan sebesar 40% dari NJOP, sebagaimana diatur
dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2002 tentang
Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Penghitungan PBB.
NJOP terdiri dari NJOP bumi dan NJOP bangunan. NJOP bumi meliputi
NJOP permukaan bumi, NJOP tubuh bumi eksplorasi, dan NJOP tubuh
bumi operasi produksi. Besarnya NJOP permukaan bumi dihitung
dari hasil perkalian antara luas areal permukaan bumi dengan NJOP
per m2. Besarnya NJOP tubuh bumi eksplorasi dihitung dari luas
Wilayah Ijin Pertambangan dikalikan dengan NJOP per m2 dan
besarnya NJOP tubuh bumi operasi produksi dihitung dari luas
Wilayah Ijin Pertambangan dikalikan dengan NJOP per m2.
NJOP per m2 merupakan hasil konversi dari nilai bumi per m2
kedalam klasifikasi NJOP bumi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 139/PMK.03/2014 tentang Klasifikasi dan
Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan PBB. Nilai
bumi diperoleh berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan secara
individual ataupun masal. Nilai bumi per m2 diperoleh dari hasil bagi
antara nilai bumi dengan luas bumi.
NJOP Bangunan dihitung dari luas keseluruhan bangunan dikalikan
dengan NJOP per m2 bangunan. Luas keseluruhan bangunan
meliputi luas bangunan umum dan bangunan khusus. NJOP per m2
bangunan diperoleh dari hasil konversi nilai keseluruhan bangunan
per M2 kedalam klasifikasi bangunan sebagai mana diatur
dalamPeraturan Menteri Keuangan Nomor: 139/PMK.03/2014
tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai
Dasar Pengenaan PBB. Nilai keseluruhan bangunan per m2

diperoleh dengan membagi nilai keseluruhan bangunan dengan luas


keseluruhan bangunan. Nilai bangunan diperoleh dari hasil penilaian
terhadap masing-masing unit bangunan.

Contoh perhitungan PBB sektor Pertambangan Migas


PT. Mutiara Hitam, sebuah usaha tambang minyak bumi yang beroperasi di
pedalaman Kalimantan menguasai/memperoleh manfaat dari bumi dan
bangunan dengan rincian sbb:
A. Bumi (Tanah)
a. Areal Produktif: 200 Ha; Nilai = Rp300,-/M2
b. Areal Belum Produktif: 300 Ha; Nilai = Rp200,-/M2
c. Areal tidak produktif: 100 Ha; Nilai = Rp150,-/M2
d. Areal Pengaman: 1 Ha; Nilai = Rp150,-/M2
e. Areal Emplasemen:
1. Pabrik: 20 Ha; Nilai = Rp900,-/M2
2. Gudang: 2 Ha; Nilai = Rp900,-/M2
3. Kantor: 1 Ha; Nilai = Rp1.000,-/M2
4. Perumahan: 5 Ha; Nilai = Rp1.100,-/M2
B Bangunan:
1. Pabrik : 50.000 M2; Nilai = Rp365.000,-/M2
2. Gudang : 5.000 M2; Nilai = Rp429.000,-/M2
3. Kantor : 2.000 M2; Nilai = Rp505.000,-/M2
4. Perumahan : 10.000 M2; Nilai = Rp595.000,-/M2
C.Hasil penjualan minyak bumi setahun sbb:
1. Triwulan pertama produksi sebesar: 25.000 barrel dengan harga US $45
per barrel
2. Triwulan kedua produksi sebesar: 30.000 barrel dengan harga US $46 per
barrel
3. Triwulan ketiga produksi sebesar 33.000 barrel dengan harga US $45,5 per
barrel

4. Triwulan keempat produksi sebesar 34.000 barrel dengan harga US $46


per barrel.
Angka Kapitalisasi = 9,5
Kurs yang berlaku: 1 US $ = Rp9.150,00
Hitung PBB yang menjadi kewajiban PT.Mutiara Hitam tersebut apabila NJOPTKP
ditentukan sebesar Rp12.000.000

Jawaban:
Hasil Penjualan minyak bumi setahun sebagai berikut:
Triwulan pertama: 25.000 x 45 x 9.150

= Rp10.293.750.000,-

Triwulan kedua: 30.000 x 46 x 9.150

= Rp12.627.000.000,-

Triwulan ketiga: 33.000 x 45,5 x 9.150

= Rp13.738.725.000,-

Triwulan keempat: 34.000 x 46 x 9.150

= Rp14.310.600.000,- +

Total hasil penjualan setahun

= Rp50.970.075.000,-

A. NJOP Bumi:
a. Tubuh bumi eksploitasi = 9,5 x 50.970.075.000
Rp484.215.713.000,-

b. Areal Produktif = 200 x 10.000 x 300,600.000.000,-

= Rp

c. Areal Belum Produktif = 300 x 10.000 x 200


600.000.000,-

= Rp

d. Areal Tidak Produktif: 100 x 10.000 x 150


150.000.000,e. Areal Pengaman = 1 x 10.000 x 150
1.500.000,-

= Rp
= Rp

f. Areal Emplasemen:
1. Pabrik: 20 x 10.000 x 900

= Rp

180.000.000,-

2. Gudang: 2 x 10.000 x 900

= Rp

18.000.000,-

3. Kantor: 10.000 x 1.000

= Rp

10.000.000,-

4. Perumahan: 5 x 10.000 x 1.100


+
Jumlah Nilai Bumi:
Rp485.830.213.000,-

= Rp

55.000.000,-

Nilai Bumi/M2 = 485.830.213.000/6.290.000 = Rp77.238,51


Hasil konversi: Klas 105 = Rp78.000,-/M2
NJOP Bumi seluruhnya = 6.290.000 x Rp78.000 = Rp490.620.000.000,-

B. NJOP Bangunan:
1. Pabrik: 50.000 x 365.000
18.250.000.000,-

= Rp

2. Gudang: 5.000 x 429.000


2.145.000.000,-

= Rp

3. Kantor: 2.000 x 505.000


1.010.000.000,-

= Rp

4. Perumahan: 10.000 x 595.000


5.950.000.000,- +

= Rp

Jumlah Nilai Bangunan:


27.355.000.000,-

= Rp

Nilai Bangunan/M2 = 27.355.000.000/67.000 = Rp408.283,58


Hasil konversi: Klas 082 = Rp408.000,-/M2
NJOP Bangunan seluruhnya = 67.000 x Rp408.000,- =
Rp27.336.000.000,-

Jumlah total NJOP Bumi dan Bangunan:


Rp517.956.000.000,-

NJOPTKP:
12.000.000,- NJOP untuk perhitungan PBB:
Rp517.944.000.000,-

= Rp
=

PBB= 0,5% x 40% x 517.944.000.000 = Rp1.035.888.000,-

MEKANISME PEMBAYARAN
Peraturan yang mengatur mengenai kewajiban perpajakan Wajib Pajak PBB P3, di
antaranya adalah Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-43/PJ/2013 tentang Bentuk
dan Isi Surat Setoran Pajak Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam peraturan tersebut
dijelaskan beberapa hal yaitu:
a) Menteri Keuangan telah menunjuk Bank Umum/Kantor Pos sebagai Bank
Persepsi/Pos Persepsi untuk menerima pemindahbukuan hasil penerimaan
PBB dari Tempat Pembayaran dan/atau pembayaran PBB dari Wajib Pajak;
b) Pembayaran PBB dari Wajib Pajak menggunakan Surat Setoran Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan (SSP PBB) yang bentuknya sesuai dengan lampiran
peraturan tersebut;
c) Pengisian SSP PBB adalah dengan menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) yang berkesesuaian dengan lokasi Wajib Pajak. (contoh:
XX.XXX.XXX.X-809.XXX. Angka 809 menunjukkan Wajib Pajak berlokasi di
wilayah kerja KPP Pratama Maros);
d) Satu formulir SSP PBB hanya dapat digunakan untuk pembayaran PBB
terutang untuk satu Tahun Pajak dengan menggunakan satu Kode Akun
Pajak dan satu Kode Jenis Setoran;
e) Wajib Pajak dapat mengadakan sendiri formulir SSP PBB dengan bentuk
dan isi sesuai dengan formulir SSP PBB sebagaimana yang dimaksud
dalam lampiran peraturan dimaksud.
f) Formulir SSP PBB sebagaimana dimaksud dibuat dalam rangkap 4
(empat), dengan peruntukan sebagai berikut:
Lembar ke-1
: untuk Wajib Pajak;
Lembar ke-2
: untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
dilaporkan oleh Bank
/Pos Persepsi;
Lembar ke-3
: untuk Kantor Pelayanan Pajak dilaporkan oleh Wajib
Pajak;
Lembar ke-4
: untuk Bank Persepsi/Pos Persepsi.

Você também pode gostar