Você está na página 1de 5

[TACIT TO EKSPLISIT]

APA SOLUSIMU UNTUK MENURUNKAN EFOR PLN KITSBU

ABSTRAK
Durasi gangguan unit pembangkit di PLN KITSBU cukup besar sehingga nilai EFOR
(Equivalent Force Outage Rate) juga tinggi. Hal ini berimbas kepada penurunan pencapaian
target kinerja PLN KITSBU secara umum. Beberapa program dapat dilaksanakan untuk
menurunkan nilai EFOR tersebut antara lain, Peningkatan kualitas SDM, Predictive
Maintenance Secara Rutin, Kajian FMEA, RCFA & Reverse Engineering, Klasifikasi &
Ketersediaan Material Kritis, Pelaksanaan Daily Meeting dan Strategi Penetapan Status
Kondisi Pembangkit
Kata kunci : Gangguan, EFOR

LATAR BELAKANG
PLN KITSBU selaku Unit Induk PLN yang mengelola pembangkit listrik untuk kawasan
Sumatera Bagian Utara mempunyai target kinerja yang harus dicapai setiap tahunnya.
Target kinerja tersebut terdiri dari beberapa Key Performance Indicator (KPI) yang memiliki
poin/nilai yang berbeda satu sama lain. KPI yang menjadi sorotan utama adalah KPI EFOR
(Equivalent Force Outage Rate) yang artinya lamanya durasi gangguan yang terjadi pada
unit pembangkit. Nilai EFOR di PLN KITSBU berkisar di dua digit yaitu 14,38% sampai
dengan semester I 2016. Ini menunjukkan bahwa persentase dari durasi gangguan untuk
unit pembangkit di KITSBU masih tinggi dan produktivitas kelistrikan masih kurang optimal.
Sehingga dibutuhkanlah ide-ide segar dan kreatif tentang bagaimana cara kita menurunkan
nilai EFOR tersebut agar kinerja PLN KITSBU meningkat dan mampu menjadi unit yang
handal.

PT. PLN (Persero) SEKTOR KIT MEDAN | Engineering

[TACIT TO EKSPLISIT]
DAFTAR ISI

ABSTRAK

.2

LATAR BELAKANG .2
DAFTAR ISI

.3

PEMBAHASAN

.4

KESIMPULAN

.5

PT. PLN (Persero) SEKTOR KIT MEDAN | Engineering

[TACIT TO EKSPLISIT]
PEMBAHASAN
Berbicara tentang menurunkan EFOR artinya kita juga berbicara tentang

Bagaimana cara kita mengelola unit pembangkit?


Bagaimana cara kita menjaga keandalan unit tersebut?

Beberapa hal yang menjadi program yang ingin disampaikan penulis antara lain:
1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Dibutuhkan orang-orang yang kompeten dalam hal menjaga aset pembangkit
khususnya dibagian operasi dan pemeliharaan. Karena kedua bagian tersebut merupakan
garda terdepan dalam pengelolaan unit. Maka dari itu, penting untuk dilakukan pelatihan
dan sertifikasi untuk orang-orang yang bekerja dibagian tersebut. Selain itu, kompetensi
dari level manajemen juga diperlukan karena dibutuhkan keputusan yang cepat dan tepat
dalam menangani problem di unit pembangkit. Terlebih lagi perlu dilakukan secara optimal
dan konsisten untuk kegiatan knowledge sharing yang menjadi ajang untuk berbagi ilmu
baik dari pihak eksternal maupun internal KITSBU.
2. Predictive Maintenance (PdM)
Saat ini sudah banyak teknologi yang dapat digunakan untuk menjaga keandalan unit,
baik itu untuk monitoring vibrasi, thermograph, oil analisys dan lain sebagainya.
Pelaksanaan predictive maintenance secara rutin akan lebih meningkatkan keandalan unit
sehingga mampu mengurangi EFOR. Berkaitan dengan poin pertama bahwa yang
melakukan PdM ini haruslah orang yang memiliki kompetensi dan tersertifikasi.
Perlunya melengkapi peralatan PdM sesuai dengan yang kebutuhan unit sehingga
meminimalisir waktu yang digunakan untuk pemeriksaan lanjutan apabila terjadi sesuatu
yang abnormal pada unit.
3. Kajian FMEA, RCFA & Reverse Engineering
Terkait dengan pengelolaan aset pembangkit, maka penting untuk membuat semacam
kajian untuk mitigasi resiko yang mungkin timbul. Program Manajemen Aset Pembangkit
telah menyokong hal tersebut yakni dengan kajian FMEA, RCFA dan Reverse Engineering.
Ketiga kajian tersebut haruslah rutin dibuat/dilaksanakan karena dari kajian tersebut kita
mampu mengukur waktu, tenaga dan biaya yang dibutuhkan dalam menangani suatu
permasalahan unit. Dengan kajian-kajian tersebut kita mampu untuk mengurangi durasi
gangguan serta mampu mencegah terjadinya gangguan berulang.

PT. PLN (Persero) SEKTOR KIT MEDAN | Engineering

[TACIT TO EKSPLISIT]
4. Klasifikasi & Ketersediaan Material Kritis
Penting

untuk

setiap

unit

melakukan

klasifikasi

material

kritis

untuk

mencegah

ketidaktersediaan spare parts yang sering mengalami gangguan. Hal ini tentunya
terintegrasi dengan System Equipment Realibility Prioritization (SERP) yang menjadi
program pendukung manajemen aset pembangkit.
5. Pelaksanaan Daily Meeting
Daily meeting yang dilakukan secara rutin dan wajib untuk dihadiri jajaran manajemen.
Tujuannya agar apabila terdapat permasalahan/gangguan dapat segera dieksekusi
secepatnya.
6. Strategi Penetapan Status Kondisi Pembangkit
Poin ini merupakan cara terakhir kita dalam mengurangi EFOR di PLN KITSBU. Sangatlah
penting mempelajari dan mengaplikasikan Protap Deklarasi Kondisi Pembangkit. Dengan
menggunakan aturan-aturan yang berlaku di situ, maka kita dapat menggunakan status
yang tepat untuk pembangkit-pembangkit yang mengalami gangguan yang lama (Tahunan).
KESIMPULAN
Berdasarkan isi dari pembahasan dapat kita simpulkan bahwa program-program yang
diperlukan untuk menurunkan EFOR PLN KITSBU antara lain:
1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
2. Predictive Maintenance (PdM)
3. Kajian FMEA, RCFA & Reverse Engineering
4. Klasifikasi & Ketersediaan Material Kritis
5. Pelaksanaan Daily Meeting
6. Strategi Penetapan Status Kondisi Pembangkit
Adapun program penurunan EFOR Sangat Memerlukan dukungan dan konsistensi dari
pihak manajemen dalam memonitor, dan mengevaluasi eksekusi dari pelaksanaan program.
Jika semua program bisa dijalankan dan dijaga konsistensinya bukan tidak mungkin EFOR
akan turun dari dua digit menjadi satu digit dalam waktu 2-3 semester dan pencapaian
kinerja PLN KITSBU akan menjadi lebih baik.
Yudo Bhaskara 8911746Z - Junior Engineer Pengelola Sistem PLN SMDN
(yudo.bhaskara@gmail.com)
PT. PLN (Persero) SEKTOR KIT MEDAN | Engineering

Você também pode gostar