Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama
Ny. D
Umur
35 tahun
Paritas
G2P1A0H1
No MR
11.47.31
Pekerjaan
Agama
Islam
Status
Menikah
Alamat
Tanggal masuk
B. Anamnesis
Os merupakan rujukan Puskesmas Sungai Salak. Os hamil anak kedua (2). Riwayat keluar air
air sejak jam 15.30 ( 5 jam SMRS). Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari dijumpai. Keluar
lendir darah tidak dijumpai. Os mengeluhkan sakit kepala dan kedua kaki os bengkak. Mual
dan muntah tidak dijumpai. BAK dan BAB (+) N. Riwayat tekanan darah tinggi hamil
sebelumnya disangkal.
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat pengobatan
:Riwayat menstruasi
: Pasien menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun, siklus 28 hari
teratur. Banyaknya haid 2-3 pembalut/hari dan nyeri dirasakan 2-3 hari pertama menstruasi.
HPHT
: 11 /12/ 2015
TTP
: 18 /9/ 2016
Riwayat persalinan
1. . Umur 3 thn. Lahir secara Spontan Pervaginam, di tolong bidan. Aterm. 2900gr
2. Hamil ini
Riwayat ANC
: Bidan 3x.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Sens
: CM
Anemis
: (-)
TD
: 191/120 mmHg
Ikterik
: (-)
HR
: 123 x/i
Sianosis
: (-)
RR
: 22 x/i
Dispnea
: (-)
Temp
: 37,2 0 C
Oedema
: (+) pretibial
Status Generalisata
Mata
Thorak
: SN Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-, Bunyi Jantung I-II Reguler, Murmur
Status Obstetrikus :
Leopold I
Leopold II
2x10/10
2
Leopold III
Leopold IV
VT
: Teraba Kepala
: Belum masuk Pintu Atas Panggul
: 2 cm ,portio tebal, ketuban + kepala floating.
D. Pemeriksaan penunjang
Hb
: 12,7 gr / dl
HT
: 34 %
Leukosit
: 18.500 / mm3
Trombosit
: 268.000 / mm3
Protein
: (+) 2
E. Diagnosis
G2P1A0H1 + Gravid 38 minggu + JHTIU + Inpartu + KPD + PEB
F. Penatalaksanaan
-
Kateter
Adalat oros 1 x 30 mg
SC Cito
Status Neonatus
Kelahiran
: Tunggal
Tanggal lahir
: 29 Agustus 2013
Keadaan lahir
: Hidup
Nilai APGAR
:6/9
Bantuan nafas
: (-)
3
Jenis kelamin
: Perempuan
Berat badan
: 3200 gr
Panjang badan
: 44,5 cm
Kelainan bawaan
: (-)
Trauma
: (-)
Anus
: (+)
KALA IV
Jam
06.30
07.00
07.30
08.00
08.30
HR
72
78
78
80
80
TD
150/100
160/100
170/100
170/110
170/100
RR
16
16
18
18
18
Kontraksi
Perdarahan
5 cc
5 cc
5 cc
5 cc
5 cc
: 10,8 gr / dl
HT
: 30,9 %
Leukosit
: 22.800 / mm3
Trombosit
: 256.000 / mm3
Anemis
: (-)
TD
: 170/100 mmHg
Ikterik
: (-)
HR
: 84 x/i
Dyspnoe
: (-)
RR
: 22 x/i
Sianosis
: (-)
: 36,2C
Oedema
: (+), pretibial
Proteinuria
: (+) 2
/V
- Nifedipine 10 mg/30 menit jika tekanan darah 180/110 mmHg, maks 120 mg/24 jam
Anemis
: (-)
TD
Ikterik
: (-)
Pols : 92 x/i
Dyspnoe
: (-)
RR
: 20 x/i
Sianosis
: (-)
: 37,1C
Oedema
: (-)
Proteinuria
: (-)
: 150/100 mmHg
/V
- IVFD RL 20 gtt / i
- Inj. Vicillin SX 1,5 gr / 8 Jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 Jam
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
6
- Nifedipine tab 4 x 10 mg
- Inj. Dexametason 10-10-5-5 /12 jam
Anemis
: (-)
TD
Ikterik
: (-)
Pols : 80 x/i
Dyspnoe
: (-)
RR
: 20 x/i
Sianosis
: (-)
: 36,6 C
Oedema
: (-)
Proteinuria
: (-)
: 150/90 mmHg
/V
- Nifedipine tab 4 x 10 mg
Anemis
: (-)
TD
Ikterik
: (-)
Pols : 90 x/i
Dyspnoe
: (-)
RR
: 22 x/i
Sianosis
: (-)
: 36,0 C
Oedema
: (-)
Proteinuria
: (-)
: 140/90 mmHg
/V
: (-)
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Viccilin SX 1,5 gr/8 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
- Nifedipine ab 4x10 mg
Anemis
: (-)
TD
Ikterik
: (-)
Pols : 90 x/i
Dyspnoe
: (-)
RR
: 20 x/i
Sianosis
: (-)
: 37,2 C
Oedema
: (-)
Proteinuria
: (-)
: 120/80 mmHg
/V
: (-)
Rencana
Analisa Kasus
Teori
Kasus
Faktor resiko terjadinya pre-eklamsi antara lain Pada pasien ini, didapati faktor resiko yang
primigravida/nulliparitas, riwayat pre-eklamsi
berat
merupakan
kehamilan
yaitu
180/110
mmHg,
kehamilan 20 minggu atau segera setelah proteinuria +4, edema pretibial dijumpai,
persalinan.
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau
lebih, dan Proteinuria 5 gr atau lebih per
Pencegahan
kejang
11
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pre-eklamsia
2.1.1 Definisi
Pre-eklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah tanda penting pre-eklamsia.
Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam
atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick) secara menetap pada sampel acak urin. (1)
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Hipertensi biasanya timbul
dahulu daripada tanda-tanda yang lain. (2)
Pre-eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuria, dan edema. Ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya. Pre-eklamsia juga
didefinisikan sebagai berkembangnya hipertensi dengan proteinuria atau edema atau keduanya
yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan yang sekarang. Biasanya
keadaan ini timbul setelah kehamilan 20 minggu, tetapi dapat pula berkembang sebelum saat
tersebut pada penyakit trofoblastik. Pre-eklamsia merupakan gangguan yang terutama terjadi
pada primigravida. (3,4)
Pre-eklamsia diketahui dengan timbulnya hipertensi, proeinuria, dan oedema pada
seorang gravida yang tadinya normal. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20 dan paling
sering terjadi pada primigravida yang muda. (5)
2.1.2 Epidemiologi
12
Ada yang melaporkan angka kejadian sebanyak 6% dari seluruh kehamilan dan 12% pada
kehamilan primigravida. Menurut beberapa penulis lain frekuensi dilaporkan 3-10%. Lebih
banyak dijumpai pada primigravida dari pada multigravida, terutama primigravida usia muda.
Faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsi adalah molahidatidosa, diabetes mellitus,
kehamilan ganda, hidrops fetalis, obesitas, dan umur yang lebih dari 35 tahun. (1, 2, 3, 5,8)
2.1.3 Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum
diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit tersebut, akan
tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus
dapat menerangkan hal-hal berikut : 1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida,
kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa; 2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan
makin tuanya kehamilan; 3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus; 4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya; 5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma. Teori yang
dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklampsia adalah iskemia plasenta. Naeye
dan Friedman (1979) menyimpulkan bahwa 70 persen peningkatan kematian janin pada wanita
disebabkan oleh infark besar pada plasenta, ukuran plasenta yang terlalu kecil, dan solusio
plasenta. (1,2,3)
Faktor risiko :
Faktor yang meningkatkan risiko preeklampsia-eklampsia:
-
Primigravida atau nullipara, terutama pada umur reproduksi ekstrem, yaitu remaja
dan umur 35 tahun ke atas.
13
Kasus dengan kadar asam urat yang tinggi, defisiensi kalsium, defisiensi asam lemak
tidak jenuh.
2.1.4
Klasifikasi
a. Preeklamsi ringan
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang atau
kenaikan sistolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
perminggu.
3.
Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter
midstream. (1,2,3)
b. Preeklamsi berat
Preeklamsi berat merupakan timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan bila disertai keadaan sebagai berikut:
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
14
Ringan
< 100 mmHg
Samar sampai +1
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Minimal
Tidak ada
Tidak ada
Berat
110 mmHg atau lebih
+ 2 persisten atau lebih
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada (eklamsia)
Meningkat
Ada
Nyata
Jelas
Ada
Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala, scotoma, dan pandangan
kabur
Trombositopenia (<100.000/mm3)
Sindroma HELLP
2.2.2 Klasifikasi
Pembagian PE berat :
1. PE berat tanpa impending eklampsia
2. PE berat dengan impending eklampsia, dengan gejala-gejala :
a. nyeri kepala
b. mata kabur
c. mual dan muntah
d. nyeri epigastrium
e. nyeri kuadran kanan atas abdomen
(1, 2, 3, 4, 5)
2.2.3 Patofisiologi
Perubahan pokok yang didapatkan pada pre-eklamsia adalah adanya spasme
pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Bila dianggap bahwa spasmus
arteriolar juga ditemukan di seluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah
yang meningkat nampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar
oksigenasi jaringan dapat tercukupi. Peningkatan berat badan dan edema yang disebabkan
penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial belum diketahui sebabnya.
Telah diketahui bahwa pada pre-eklamsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan
16
kadar prolaktin yang tinggi daripada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada preeklamsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. (1,2,3)
Pada pre-eklamsia yang berat dan eklamsia dijumpai perburukan patologis fungsi
sejumlah organ dan system, mungkin akibat vasospasme dan iskemia. Pada pre-eklampsi
terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya aliran darah ke
plasenta. Perubahan plasenta normal sebagai akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya
sinsitium, menebalnya dinding pembuluh darah dalam villi karena fibrosis, dan konversi
mesoderm menjadi jaringan fibrotik, dipercepat prosesnya pada pre-eklampsia dan
hipertensi. Pada pre-eklampsia yang jelas adalah atrofi sinsitium, sedangkan pada
hipertensi menahun terdapat terutama perubahan pada pembuluh darah dan stroma.
Arteria spiralis mengalami konstriksi dan penyempitan, akibat aterosis akut disertai
necrotizing arteriopathy. Perubahan pokok yang didapatkan pada pre-eklampsia adalah
spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Perubahan pada plasenta
dan uterus yaitu menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin akan terganggu. Pada
hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat-janin sampai kematiannya karena
kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan
sering didapatkan pada pre-eklampsia dan eklampsia, sehingga mudah terjadi partus
prematurus. (1,2)
A. Perubahan-perubahan pada organ : (1,2,3,6)
-
Otak : Pada pre-eklamsi, aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas
normal. Pada eklamsia, resistensi pembuluh darah meningkat, ini terjadi pula pada
pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan
serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
Plasenta dan rahim : Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan
plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dank arena kekurangan oksigen
17
maka terjadi gawat janin. Pada pre-eklamsia dan eklamsia sering terjadi peningkatan
tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.
-
Ginjal : Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah
retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga
pada keadaan lanjut dapat terjadi oligouria dan anuria.
Paru-paru : Kematian ibu pada pre-eklamsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pneumonia atau
abses paru.
Mata : Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat
hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre-eklamsia berat. Skotoma, diplopia
dan ambliopia disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.
Keseimbangan air dan elektrolit : Pada pre-eklamsia berat dan eklamsia, kadar gula darah
naik sementara, asam laktat dan asam organic lainnya naik, sehingga cadangan alkali
akan turun.
B. Perubahan Kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskular yang parah sering terjadi pada pre-eklamsia dan
eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh
berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau secara iatrogenic
ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai
ekstravasasi ke dalam ruang ekstraselular, terutama paru. (1)
Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal adalah karena vasodilatasi perifer
yang diakibatkan turunnya tonus otot polos artriol, mungkin akibat meningkatnya kadar
progesterone di sirkulasi, dan atau menurunnya kadar vasokonstrikstor seperti
angiotensin II dan adrenalin serta noradrenalin atau menurunnya respon terhadap zat-zat
vasokonstriktor tersebut akan meningkatkan produksi vasodilator atau prostanoid seperti
18
PGE2 atau PGI2. Pada trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang
normal ke tekanan darah sebelum hamil. (1,2)
C. Regulasi Volume Darah
Pengendalian garam dan homeostasis juga meningkat pada pre-eklamsia.
Kemampuan untuk mengeluarkan natrium juga terganggu, tapi pada derajat mana hal ini
terjadi adalah sangat bervariasi dan pada keadaan berat mungkin tidak dijumpai adanya
edema. Bahkan jika dijumpai edeme interstitial, volume plasma adalah lebih rendah
dibandingkan pada wanita hamil normal dan akan terjadi hemokonsentrasi. Terlebig lagi
suatu penurunan atau suatu peninggkatan ringan volume plasma dapat menjadi tanda
awal hipertensi.
Rata-rata volume plasma menurun 500 ml pada pre-eklamsia dibandingkan hamil
normal, penurunan ini lebih erat hubungannya dengan wanita yang melahirkan. (1,2)
Faktor yang memicu sindrom pre-eklamsi tidak diketahui. Tetapi gambaran pokok
yang mendasari semua kasus adalah kurangnya aliran darah ibu ke plasenta akibat arteri
spiralis jaringan uteroplasenta kurang berkembang. Pada trimester ketiga kehamilan
normal, dinding muskuloelastik arteri spiralis diganti oleh bahan fibrinosa sehingga
pembuluh ini dapat melebar menjadi sinusoid vascular. Pada pre-eklamsi dan eklamsi,
dinding muskuloelastik dipertahankan dan saluran ini tetap sempit. Penyebab kelainan
vascular ini masih belum diketahui, tetapi sejumlah akibatnya telah dikenali : (8)
- Hipoperfusi plasenta yang memudahkan timbulnya infark
- Berkurangnya pembentukan vasodilator oleh trofoblas : prostasiklin, prostaglandin E2,
dan nitrat oksida, yang pada kehamilan normal berfungsi melawan efek renin-angiotensin
sehingga mencegah pre-eklamsi dan eklamsi.
- Terjadinya iskemia plasenta akibat zat tromboplastik, misalnya faktor jaringan dan
tromboksan, yang mungkin berperan menimbulkan KID. (8)
2.2.4 Manifestasi Klinik
19
(1, 2, 3, 4, 5)
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, klinis dan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis dini harus diutamakan bila diingin kan angka morbiditas dan
mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadinya preeklamsia sukar dicegah
namun, preeklamsia berat dan eklamsia biasanya dapat dihindarkan dengan mengenal
secara dini penyakit itu dan dengan penanganan secara sempurna. Pada umunya diagnosis
preeklamsia didasarkan atas 3 trias dari tanda utama yaitu
proteinuria. (1, 2, 3, 4, 5)
Disebut Pada preeklamsia berat bila ditemukan gejala sebagai berikut: tekanan
darah sisitolik 160 mmHg atau diastolic 110 mmHg, proteinuria + 5 g/ 24 jam atau
3 pada tetes celup, oliguria < 400ml dalam 24 jam, sakit kepala hebat atau gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium, edema paru atau sianosis, dan pertumbuhan janin
terhambat. Bila terdapat gejala preeklamsia berat disertai salah satu atau beberapa gejala
dari nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah muntah, nyeri epigastrium, dan
20
Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan
timbul proteinuria. Gejala subjektif berupa sakit kepala di daerah frontal, nyeri
epigastrium; gangguan visus seperti penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual, muntah.
Gangguan serebral lainnya : oyong, reflex meningkat, dan tidak tenang. (3)
Urinalisis : Proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan pre-eklamsia.
Jika urin yang diambil secara acak mengandung +3 atau +4 atau urin 24 jam mengandung
5 gram protein atau lebih, pre-eklamsia dikatakan berat. (4)
c. Riwayat penyakit keluarga : ditanyakan riwayat kehamilan dan penyulitnya pada ibu
dan saudara perempuannya.
d. Riwayat gaya hidup : keadaan lingkungan social, apakah merokok dan minum
alkohol. (7)
Pemeriksaan fisik
a. Kardiovaskuler : evaluasi desakan darah, suara jantung, pulsasi perifer
b. Paru : auskultasi paru untuk mendiagnosis edema paru
c. Abdomen : palpasi untuk menentukan adanya nyeri pada hepar
Evaluasi keadaan rahim dan janin
d. Reflex : adanya klonus
e. Funduskopi : untuk menentukan adanya retinopati grade I-III (7)
Pemeriksaan penunjang
Proteinuria
Proteinuria adalah adanya protein 300 mg dari 24 jam jumlah urine (diukur dengan
metode Esbach). Ini setara dengan kadar proteinuria 30 mg/dl (= 1+ dipstick) dari urine
midstream yang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi saluran kencing, diambil minimal
2 kali dengan jarak waktu 6 jam. (7)
Pengukuran proteinuria dengan disptik:
1+ = 0,3-0,45 g/L
2+ = 0,45-1 g/L
3+ = 1-3 g/L
4+ = >3 g/L
Pemeriksaan Laboratorium
22
Pemeriksaan laboratorium awal pada wanita yang memiliki tekanan darah tinggi setelah
20 minggu kehamilan meliputi : (1,2,3,4,5,6)
1. Hemoglobin dan hematokrit
Hemokonsentrasi mendukung diagnosis preeklampsia dan juga merupakan indikator
beratnya penyakit. Tetapi harus diingat bahwa hemoglobin mungkin menurun pada
hemolisis.
2. Hitung trombosit
Trombosit yang rendah menunjukkan preeklampsia yang berat.
3. Sekresi protein urin
Hipertensi
yang
berkaitan
dengan
preeklampsia
dengan
proteinuria
harus
2.2.7 Penatalaksanaan
Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda dan gejalagejala pre-eklamsia berat, segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah
timbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat diatasi dapat
difikirkan cara yang terbaik untuk mengehentikan kehamilan. Tindakan ini perlu untuk
mencegah seterusnya bahaya eklamsia. (2)
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang, dapat diberikan : (2)
1. Larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan
intramuskuler sebagai dosis permulaan. Dan dapat diulang 4 gram tiap 6
jam menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesikus hanya diberikan bila
dieresis baik, reflex patella positif, dan kecepatan pernapasan lebih dari 16
x per menit.
24
2. Klorpromazin 50 mg intramuskuler.
3. Diazepam 20 mg intramuskuler.
Obat antihipertensi yang dapat digunakan pada pre-eklamsia : (2)
1. Penghambat adrenergic (adrenolitik)
-
Berikan suntikan sulfas magenesikus dengan dosis 8 gram im; kemuadian disusul dengan
injeksi tambahan 4 gram im setiap 4 jam.
Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi
selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan.
Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin di monitor, serta berat badan
ditimbang seperti pada pre-eklamsia ringan sambil mengawasi timbulnya lagi gejala.
Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan
induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan.
25
2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu.
Syarat pemberian MgSO4 adalah : refleks patella positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam
terakhir, respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium
glukonas 10 % dalam ampul 10 cc.
2. Berikan obat antihipertensi
3. Diuretik tidak diberikan, kecuali terdapat edema paru atau kegagalan jantung
kongestif.
4. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan
atau amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (sintosinon) 10 satuan dalam infus
tetes.
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps, jadi ibu dilarang
mengedan.
6. Jangan berikan mentergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
7. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan
dengan dosis 4 gram setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum.
8. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan seksio sesarea.
26
Awasi kesadaran, tensi, nadi, nafas, setiap 30 menit. Periksa produksi urin tiap 2
jam, dan denyut jantung janin tiap 30 menit. (1,2,3,7)
Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas
10% = 1 gr (10% dalam 10 cc) diberikan IV 3 menit.
Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu: keadaan klinik dan laboratorik
memburuk.
Janin
-
Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
-
Evaluasi
tentang :
Maternal
distress
Fetal distress
IUGRD berat
inpartu
UMUR
HAMIL
<28 Mgg
Korselin
g
matern
Unit foto
maternal
intensive
Terminasi
kehamilan
dengan
persiapan yang
UMUR
HAMIL
UMUR
HAMIL
<26-32 Mgg
33-34 Mgg
Kortikosteroi
d evaluasi
setiap hari
Hindari
timbulnya
RDS
FETAL
Amniosinte
sis
Immature
fluid
Mature
fluid
Pematangan
steroid dengan
selama 48
Terapi
gagal
jam
Terminasi di unit
neonatal dan maternal
intensive
30
2.2.8 Komplikasi
Tergantung derajat preeklamsia atau eklampsianya. Yang termaksud komplikasi
antara lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver
enzymes, low platelet count), ablasi retina, KID (koagulasi intravascular, diseminata),
gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian.
(4)
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut dan atau kronisnya isufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas. (4)
2.2.9 Pencegahan
1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali
tanda-
31
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
32
33