Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
S. Walsen Pangihutan L. Tobing
1414111072
Kelompok 8
Asisten Dosen
Aji Saputra
1314111002
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
NPM
: 1414111072
Program Studi
: Budidaya Perairan
Fakultas
: Pertanian
Judul Praktikum
Tempat
Waktu Praktikum
Kelompok
: 8 ( Delapan )
Aji Saputra
NPM. 1314111002
I.
PENDAHULUAN
dan sebagainya.
Alkalinitas adalah salah satu dari parameter kimia dalam perairan. Parameter ini
dapat mempengaruhi keadaan dan kualitas dari perairan itu sendiri, sehinga setiap
orang yang ingin membudidayakan ikan harus mengetahui masalah alkalinitas. Maka
dari itu praktikum alkalinitas ini dilakukan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui cara perhitungan alkalinitas air
2. Mengetahui nilai alkalinitas air sampel
II.
TINJAUAN PUSTAKA
buffer dari alkalinitas dan alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon
organic. Sehingga alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air. (Kordi, 2005)
Unsur-unsur alkalinitas (karbonat dan bikarbonat) juga dapat bertindak sebagai buffer
(penyangga) pH. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat
dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam, sehingga keadaan menjadi netral.
Sebaliknya bila kedaan terlalu asam, ion karbonat dalam air akan mengalami
hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa,
sehingga kedaan menjadi netral (Kordi, 2007).
Kesadahan karbonat (KH) atau alkalinitas merupakan kemampuan air untuk mengikat
asam atau H+. Hubungannya yaitu dengan kemampuan air mengikat kemasaman,
alkalinitas berperan sebagai agen pembufferan yang berfungsi untuk menjaga
kestabilan pH. Untuk menaikkan alkalinitas dapat dilakukan dengan menambahkan
natrium bikarbonat atau kalsium karbonat. Penambahan kalsium karbonat akan
menaikan pH (Syafilia, 1994)
2.3 Proses Pengapuran
Pemberian kapur (lime= kalsium hidroksida) ditujukan untuk meningkatkan pH.
Kapur juga berperan sebagai desinfektan. Pemberian kapur yang berlebihan atau
aliran air yang kurang baik dapat berakibat alkalinitas air tinggi dan dapat berakibat
fatal bagi ikan (Irianto, 2005).
Sebelum dilakukan pengapuran kita harus mengeringkan tambak terlebih dahulu.
Caranya yaitu tebarkan kapur secara merata di permukaan tambak dengan jumlah
yang disesuaikan dengan luas tambak dan tekstur tanah. Pengapuran dapat dilakukan
dengan cara disebar merata dipermukaan tanah dasar kolam. Setelah itu, tanah dasar
kolam dibalik dengan menggunakan cangkul sehingga kapur bisa lebih masuk ke
dalam lapisan tanah dasar, pengapuran untuk kolam semen dan terpal dilakukan
dengan cara dinding kolam dan terpal dikuas dengan kapur yang telah dicampur air
(Munajat, 2003).
Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman
(pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit. Jenis kapur yang
digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya adalah kapur
pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2 dan kapur tohor/kapur
aktif (CaO). Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur
yang bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung
digiling. Kapur pertanian ada dua yaitu kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan bakunya
lebih banyak mengandung karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan
dolomit bahan bakunya banyak mengandung kalsium karbonat dan magnesium
karbonat [CaMg(CO3)]2. Dolomit merupakan kapur karbonat yang dimanfaatkan
untuk mengapuri lahan bertanah masam. Kapur tohor adalah kapur yang
pembuatannya lewat proses pembakaran. Kapur ini dikenal dengan nama kapur sirih,
bahannya adalah batuan tohor dari gunung dan kulit kerang (Bowles, 1991).
2.4 Jenis-jenis kapur & fungsinya
Alkanitas yang rendah diperairan dapat diatas dengan pengapuran dengan doses 5
ppm. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi PH air sehingga pengaruh
pengapuran tidak membuat pH tinggi. Jenis kapur yang baik digunakan adalah Ca
(OH)2 diaplikasikan untuk menaikkan alkanitas sekaligus menaikkan PH air(Afrianto,
1999)
Jenis kapur yang dapat diaplikasikan diperairan yaitu kapur karbonat, kapur oksida
dan kapur hidrat. Kapur karbonat adalah kapur yang diperoleh denan menggiling batu
kapur tanpa pemanasan. Contohnya yaitu Kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg(CO3)2).
Kapur oksida adalah kapur yang diproduksi setelah pemanasan kapur karbonat. Kapur
hidrat (Ca(OH)2) adalah kapur yang diperoleh dengan menambahkan air pada kapur
oksida (Underwood, 1999).
Jenis kapur yang biasa digunakan pada kegiatan budidaya adalah kapur dolomite (Ca
Mg(CO3)2. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan dari kapur ini sendiri, kapur ini
memiliki pengaruh yang lebih lama, mudah diperoleh, meninggalkan residu serta
mengandung Mg. Kesesuaian jenis kapur tergantung pada beberapa faktor antara lain
kekuatan menetralisir, harga, tingkat reaksi dengan tanah, tingkat kehalusan butir, dan
kemudahan untuk digunakan/tidak beresiko(Afrianto, 1992)
III.
METODE KERJA
Disiapkan
Disaring dengan kertas saring
Diletakkan dilabu erlenmeyer
Labu Erlenmeyer +
Diamati Hasilnya
IV.
Jenis Air
Vol H2SO4
1
2
3
4
5
6
Danau Rusa
Kolam K
Danau Rusun
Air Laut
Air Polinela
Lab Terpadu
0,4
0,4
0,9
0,3
0,8
0,6
8
8
18
6
16
12
4.2 Pembahasan
Dalam perairan, alkalinitas terdapat secara alami sebagai faktor kimia. Artinya pada
setiap perairan pasti terdapat alkalinitasnya baik tinggi ataupun rendah. Menurut
Effendi (2003), alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan
jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada
perairan tawar. Kemudian menurut Kordi dan Tancung (2007), bahwa ketersediaan
ion basa bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO32-) merupakan parameter total
alkalinitas.
Alkalinitas relatif sama jumlahnya dengan kesadahan dalam suatu perairan.
Alkalinitas juga berpengaruh terhadap pH dalam suatu perairan. Dalam kondisi basa
ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang
bersifat asam sehingga keadaan pH menjadi netral.sebaliknya bila keadaan terlalu
asam, ion karbonat akan mengalami hidrolis menjadi ion bikarbonat dan melepaskan
hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral. Perairan dengan
nilai
alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena
biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang
tinggi (Achmad, 2004).
Tinggi atau rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh
parameter lain seperti pH, atau kesadahan. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka
kedua parameter tersebut akan mengikuti. konsentrasi total alkalinitas sangat erat
hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air. Umumnya total alkalinitas
mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan. Selain
bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan
kekuatan ion. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer
(penyangga) pH (McCahill, 1994). Menurut Kordi (2005), semakin tinggi konsentrasi
ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion OH- dan pH >7, maka perairan bersifat
alkalis (basa). Perairan umum dengan segala aktivitas fotosintesis
Fungsi penambahan indikator fenoftalein untuk mengetahui terjadinya suatu
titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada
larutan.Indikator PP dengan range pH 8,0 9,6 merupakan indikator yang baik untuk
larutanbasa dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari bening menjadi
merah mudaakibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasian. Pada dasarnya
penggunaan BCG-MR hampir sama fungsinya dengan indikator pp, yaitu sebagai
indikator asam-basa dan berperan dalam perubahan warna sebelum terjadinya titrasi
(Achmad, 2004)
Tinggi atau rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh
parameter lain seperti pH, atau kesadahan. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka
kedua parameter tersebut akan mengikuti. konsentrasi total alkalinitas sangat erat
hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air. Umumnya total alkalinitas
mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan. Selain
bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan
kekuatan ion. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer
(penyangga) pH (McCahill, 1994)
V.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Alkalinitas berpengaruh dengan tinggi rendahnya pH dalam perairan.
2. Alkalinitas juga mempunyai kemampuan untuk menetralkan kadar asam dalam
perairan.
3. Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO32-) merupakan
parameter total alkalinitas dalam perairan.
5.2 Saran
Sebagai praktikan saya menyarankan praktikum ini lebih khususnya praktikum
tentang alkalinitas dapat diterapkan dilapangan mengingat alkalinitas ini merupakan
salah satu parameter yang sangat menunjang bagi keberlangsungan usaha budidaya
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty, 1999. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius,
Yogyakarta
Alaerts, G, Ir. 2002. Metode Penelitian air. Surabaya : Usaha Nasional
Brady James, E. 1994. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Brotowidjoyo, 1999. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budaya Ikan. Liberty,
Yogyakarta
Effendi, I., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Irianto, A., 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kordi, K.M.G.H , 2005. Budidaya ikan laut di keramba jaring apung. PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Kordi, K.M.G.H., dan A.B. Tancung, 2007. Pengelolaan kualitas air dalam budidaya
perairan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Munajat, A., dan N.S.Budiana, 2003. Pestisida Nabati Untuk Ikan. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Putri, Ayu Maulida. 2009. Laporan Pratikum : Asidi-Alkalinitas. Banjarbaru:
Universitas Lambung Mangkurat
Soetomo, 1990. Teknik Budidaya Ikan Windu. Sinar Baru, Bandung.
Suyanto, 1995. Budidaya Udang Windu. Swadaya, Jakarta
Syafilia, Mindriany. 1994. Kimia Lingkungan I. Bandung : ITB
Underwood, JR. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN