Você está na página 1de 1

Analisis Kestabilan Lereng Berdasarkan Kondisi Lereng, Batuan Penyusun dan

Tanah untuk Memprediksi Potensi Tanah Longsor sebagai Awal Upaya


Mitigasi Bencana di Desa Sidoharjo Kecamatan Samigaluh
Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta
1*

MGS.Dwiki Nugraha, 2 Nurul Dzakiya, 1 Vernando Pratama Harefa, *Melda Tri Mauliana
1
Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi GAIA
2
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
*
Email: mgsdwiki@gmail.com

Abstrak. Telah dilakukan penelitian untuk memprediksi potensi tanah longsor sebagai upaya awal mitigasi
bencana di Desa Sidoharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta
dengan menganilisis kestabilan lereng berdasarkan kondisi lereng, batuan penyusun dan tanah. Tujuan dari
penelitian ini memberikan informasi agar masyarakat tanggap dan cerdas menghadapi bencana. Metode yang
digunakan ada tiga. Pertama, studi pustaka kondisi geologi regional dari literatur dan website. Kedua,
pengambilan data lapangan dengan pemetaan geologi permukaan secara langsung dengan melakukan
pengambilan data di 40 lokasi lintasan pengamatan. Ketiga, tahap pengolahan data lapangan untuk
menganalisis kondisi lereng, batuan dan tanah dengan cara deskriptif dan uji kuat tekan. Hasil penelitian
didapatkan kondisi lereng berada di zona tidak normal atau keadaan lereng pada lokasi penelitian memiliki
kemiringan yang curam hingga terjal dengan rata-rata lebih dari 30. Litologi yang dominan di daerah
penelitian adalah lava andesit. Hasil uji kuat tekan pada sampel batuan memiliki nilai kurang dari 800 kg/cm2
serta daya serap air lebih dari 5%, sehingga dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai bahan bangunan.
Karakteristik tanah yang berada pada lokasi penelitian memiliki material yang dominan halus, serta laju
pelapukannya kuat. Hal ini dikarenakan pada tebing terdapat vegetasi yang rimbun, sehingga sistem
perakarannya menjadi salah satu faktor penyebab resapan air masuk ke dalam rekahan dan pori-pori batuan.
Tanah dengan warna coklat tua mencirikan daerah tersebut tidak resisten (kemiringan lereng lebih dari 30 o)
serta mengalami proses pelapukan sangat intens. Hasil analisis kondisi lereng, batuan, tanah, vegetasi dan data
sekunder curah hujan, terdapat 30 lintasan pengamatan tergolong pada zona kerentanan longsor sangat tinggi
(Tipe A) dan 10 lintasan pengukuran tergolong zona kerentanan longsor tinggi (Tipe B).
Kata kunci : kestabilan lereng, batuan, tanah, longsor, mitigasi bencana

Você também pode gostar