Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Ulrich-Turner sindrom
Jenis ini paling banyak ditemukan.Pada analisa kromosom didapatkan kariotip 45
XO.Kadang-kadang juga ditemukan bentuk mosaik berupa 45/ XO-46/ XX atau
bentuk mosaik komplek 45/XO-46/XX-47/XXX.Selain ditemukan kelainan dalam
jumlah kromosom, ditemukan juga kelainan dari X-kromosom yang merupakan
penyebab dari agenesis gonad.Perubahan morfologi seperti ini dapat
menyebabkan anomali yang sangat berat.
Akibat dari tidak terbentuknya hormone estrogen, maka alat genitalia wanita tidak
terbentuk atau hipoplasis.Wanita tersebut kelihatan pendek, leher pendek dengan
batas bawah rambut pendek (pterigium kolli), torak menonjol, dan kubitus
valgus.Kadang-kadang ditemukan osteoporosis.Rambut pubis dan ketiak sangat
sedikit. Anomali lain yang dapat ditemukan adalah anak lidah yang tertarik ke
dalam, spina bifida, aortaismusstenosa, nevus pikmentosus, dan garis tangan
lurus.
Agenesis Gonad Murni (Sweyer sindrom)
Analisa kromosom ditemukan kariotip normal, yaitu 46 XX, atau 46 XY dengan
Barr body +. Penyebab tidak terbentuknya folikel hingga kini belum
diketahui.Tidak ditemukan anomali maupun gangguan pertumbuhan.Keluhan
yang muuncul lebih disebabkan karena kekurangan estrogen.Uterus dan payudara
hypoplasia.
Atipikal Turner sindrom
analisa kromosom didapatkan bentuk mosaik (XO/XY, XO/Xy).Sel-sel hilus
ovarium memproduksi androgen, sehingga tampak gambaran virilisasi.
Gambaran klinis dan diagnosis agenesis gonad
Wanita dewasa terlihat pendek, mengeluh tidak pernah haid, dan tampak beberapa
anomali pada tubuh. Pada analisa hormonal ditemukan kadar FSH dan LH serum
yang tinggi. Pada bayi wanita yang baru lahir terlihat edema pada kaki dan
lengan.Diagnosis pasti adalah dengan analisa kromosom.Anomali ekstragenital
tidak begitu khas karena anomali tersebut juga dijumpai pada Trisomi 17/18.Pada
kariotip 46 XY, kadang-kadang dapat terbentuk Seminoma dan
Gonadoblastoma.Kedua jenis tumor ini memiliki potensi menjadi ganas.
Pengobatan
Harus dilakukan substitusi hormonal jangka panjang, minimal hingga usia 45
tahun. Bila suatu hari terjadi haid, maka perlu ditambahkan progesterone.
Sindroma Kalmann
Pada tahun 1856, Maestra de San Juan adalah orang yang pertama kali
menemukan keadaan patologis berupa hipogonadisme dan gangguan sistem
olfaktori, dan pada tahun 1944 Kalmann menggambarkan kelainan tersebut
sebagai sindroma genetik. Hipogonadisme dan anosmia merupakan kelainan
kongenital dengan keadaan defisiensi GnRH akibat aplasia sel-sel yang
memproduksi GnRH dan aplasia bulbus olfaktori.Fungsi hipofisis, fungsi adrenal
serta tiroid tidak terganggu. Insidens sindroma Kallmann pada wanita 1 : 50.000
dan kelainan ini kadang-kadang ditemukan juga kelainan kongenital pada organ
yang lain seperti sumbing, agenesis renal, kelainan pada jantung, dan fungsi
platelet yang abnormal. Kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil.
Diagnosis
Umumnya wanita dating dengan keluhan gangguan pertumbuhan, tidak pernah
dating haid, dan gangguan penciuman (anosmia).Kadar hormon FSH, LH dan
estradiol sangat rendah. Kadar prolaktin juga berada di bawah kadar normal.
Kadar hormon adrenal dan tiroid pada umunya tidak terganggu. Analisa
kromososn adalah 46 XX dengan Barr Body +. Pada pandang laparaskopi
ditemukan hypoplasia genitalia interna dengan kedua tuba paten. Payudara,
rambut pubis dan rambut ketiak normal.
Pengobatan
Pemberian estrogen progesterone kombinasi.Yang paling sederhana adalah
pemberian pil kontrasepsi kombinasi.Pada wanita yang ingin hamil dapat dicoba
pemberian GnRH secara pulsatif dengan menggunakan pompa Zyklomat atau
pemberian hormon FSH saja.
2. Amenorea sekunder
Dikatakan amenorea sekunder bila seorang wanita usia reproduksi yang pernah
mengalami haid, tiba-tiba haidnya berhenti untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Penyebab tidak datangnya haid adalah organ-organ yang bertanggung jawab terhadap
proses terjadinya siklus haid dan terhadap proses pengeluaran darah haid itu sendiri.
Organ-organ tersebut adalah hipotalamus-hipofisis (amenorea sentral), ovarium
(amenorea ovarium), dan uterus (amenorea uteriner).
Amenorea akibat kelainan di hipotalamus dan hipofisis (amenorea sentral)
Penyebab amenorea karena gangguan di hipotalamus bias berupa tumor di
hipotalamus, infeksi atau kelainan bawaan berupa sindroma olfagenital. Penyebab
fungsional yang paling sering ditemukan berupa gangguan psikis.Terjadi gangguan
pengeluaran GnRH, sehingga pengeluaran hormon gonadotropin berkurang. Gangguan
fungsional seperti ini paling banyak dijumpai pada pengungsi, wanita dalam penjara, atau
wanita yang sering stres, atau hidup dalam ketakutan maupun gelisah, Wanita yang
mengalami gangguan pola makan seperti diet yang salah yaitu anoreksia nervosa dan
bulimia dapat menyebabkan gangguan psikis, dan neurotis , sehingga dapat terjadi
kerusakan organ (atrofi). Bila kerusakan tersebut mengenai hipotalamus, maka dengan
sendirinya hipotalamus tidak dapat lagi memproduksi GnRH. Pengeluaran FSH dam LH
dari hipofisis pun berhenti. Akibatnya pematangan folikel dan ovulasi di ovarium tidak
terjadi.
Obat-obat psikofarmaka tertentu seperti penotiazin dapat meningkatkan kadar
prolaktin yang dapat menekan produksi GnRH di hipotalamus. Oleh karena itu, pada
pasien-pasien dengan gangguan psikis, pemberian obat-obat psikofarmaka akan
memperberat penyakitnya. Bila ingin memberikan obat-obat psikofarmaka, maka pilihlah
obat-obat yang tidak menyebabkan peningkatan prolaktin.
Penyebab terbanyak amenorea karena gangguan di hipofisis adalah gangguan
organic seperti Sheehan sindrom dan penyakit Simmond.Sindrom Sheehan terjadi akibat
adanya trombosis vena hipofisis, sehingga timbul iskemik atau nekrosis
adenohipofisis.Kelainan ini sering dijumpai postpartum dengan perdarahan banyak.Perlu
diketahui, bahwa adenohipofisis sangat sensitive dalam kehamilan.Gejala baru muncul
bila dari adenohipofisis mengalami kerusakan. Bila hal ini terjadi, maka semua hormon
yang dihasilkan oleh adenohipofisis akan mengalami gangguan. Penyakit Simmond
terjadi akibat adanya sumbatan vena hipofisis yang disebabkan oleh sepsis atau emboli
- Amenorea galaktorea
Hampir pada 20% wanita dengan amenorea sekunder dapat dijumpai
hiperprolaktinemia, dan keadaan seperti ini dapat menyebabkan galaktorea
pada 90% wanita.
Prolaktin merupakan hormon jenis polipeptida yang terdiri dari 200 asam
amino dengan berat molekul antara 19.000 22.000 dalton. Prolaktin
diproduksi oleh sel-sel laktotrof yang terletak di bagian distal lobus anterior
hipofisis, Pengeluaran prolaktin dihambat oleh prolaktin inhibiting factor
(PIF) yang identic dengan dopamine, Bila PIF ini tidak berfungsi, atau
produksinya ditekan, maka akan terjadi hiperprolaktinemua, Hal-hal yang
dapat menyebabkan tidak berfungsinya PIF adalah:
a. Adanya gangguan di hipotalamus.
b. Obat-obat, seperti psikofarmaka, estrogen, domperidon, simetidin.
c. Kerusakan pada system vena portal di hipofisis.
d. Tumor hipofisis yang menghasilkan prolaktin (prolaktinoma),
hipertiroid dan akromegali.
Hiperprolaktinemia mengakibatkan reaksi umpan balik terhadap
hipotalamus, sehingga terbentuk dopamine dalam jumlah besar. Dopamin
ini akan menghambat pengeluaran GnRH dan dengan sendirinya pula
terjadi penurunan sekresi FSH dan LH. Selain itu hiperpolaktinemia
menyebabkan sensitivitas ovarium terhadap FSH dan LH berkuran,
dosis sangat tergantung dari kadar prolaktin dalam serum. Setiap selesai
satu bulan pengobatan, kadar prolaktin harus diperiksa. Jangan sampai
kadar prolaktin berdada di bawah nilai normal (< 2 ng/ml). Kadar
prolaktin yang rendah dapat mengganggu fungsi korpus luteum dan
diameter folikel menjadi kecil.Pada saat pertama sekali bromokriptin
digunakan untuk pengobatan hiperprolaktinemia, para ahli berpendapat,
bromokriptin tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena memiliki
efek teratogenk.Namun dari penelitian-penelitan terakhir dapat
disimpulkan bahwa bromokriptin tidak memiliki efek teratogenik.
Pada pasien-pasien dengan prolaktinoma perlu kiranya diputuskan, apakah
tumor tersebut diangkat atau dioba dulu dengan pemberian
bromokriptin.Bila ditemukan prolaktinoma tanpa menimbulkan keluhan
seperti gangguan penglihatan, nyeri kepala hebat, maka dapat diberikan
pengobatan dengan bromokriptin. Pengobatan prolaktinoma dengan
bromokriptin dilakukan dalam jangka panjang, Pada percobaan pemberian
kombinasi analog GnRH dengan bromokriptin pada pasien dengan
mikri/makroadenoma didapatkan hasil pengecilan massa tumor yang
bermakna. Pada prolaktinoma yang besar dan telah sampai menimbulkan
keluhan terhadap pasien (gangguan penglihatan), maka tindakan operasi
merupakan satu-satunya pilihan.Yang menjadi masalah adalah
menghadapai pasien-pasien dengan prolaktinoma yang belum memiliki
anak. Kadar estrogen yang tinggi di dalam kehamilan akan memicu
prolaktinoma yang sudah ada dan tumor tersebut akan bertambah besar
lagi oleh karena itu, bila pada ibu hamil tetap harus diberikan
bromokriptin. Pasien-pasien dengan prolaktinoma jangan diberikan
kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.Estrogen hanya memicu
pertumbuhan
prolaktinoma,
sedangkan
terhadap
pathogenesis
terbentuknya prolaktinoma ternyata estrogen tidak memegang peranan
apapun.
Tidak
semua
wanita
dengan
hiperprolaktinemua
ditemukan
galaktorea.Pemberian bromokriptin pada pasien dengan galaktorea tanpa
hiperprolaktinemia tidak memberikan efek apapun.
Jenis tumor hipofisis lain
Beberapa tumor hipofisis menyebabkan tekanan/deskan terhadap hipofisis atau
menyebabkan gangguan dalam produksi hormon di hipofisis sehingga mengakibatkan terjadinya
amenorea.Tumor-tumor hipofisis tersebut ada yang dapat menghasilkan hormon, seperti
adenoma eosinophil yang memprofuksi hormon somatotropin, atau adenoma basophil yang
Jenis Hormon
Bilateral
androgen
androgen
Arhenoblastoma
Granulosa
sel
tumor
Lipid sel tumor
Tumor sel hilus
Tumor sisa sel
adrenal
Disgerminoma
Gonadoblastoma
Granulosa
sel
tumor
androgen
androgen
androgen
25-35
40
11-40
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
androgen
androgen
estrogen
3-40
10-30
25
100%
100%
-
15%
35-40%
-
Jarang
10-15%
pada ovarium.Dewasa ini mulai banyak dibicarakan kerusakan pada ovarium maupun gangguan
pada hipotalamus-hipofisis akibat penggunaan obat-obat penurun berat badan, ataupun obat-obat
tradisional yang belum jelas kandungan maupun manfaatnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pemberian kemoterapi pada wanita usia
reproduksi dapat menyebabkan kerusakan pada ovarium yang irreversible berupa premature
ovarian failure (POF). Bila kemoterapi diberikan pada wanita usia 20-30 tahun, POF terjadi
sebanyak 50%, usia >30 tahun POF terjadi hampir 100%, sedangkan bila diberikan pada usia <
20 tahun, POF terjadi sebanyak 13%. Oleh karena itu, sebelum diberikan kemoterapi, pasien
diberikan obat-obat yang dapat menekan folikel tidak tumbuh, yaitu berada pada stadium
preantral.Folikel-folikel yang berada pada stadium preantral lebih resisten terhadap kemoterapi,
seperti siklofospamid dan klorambucil.Salah satu obat yang sangat efektif menekan pertumbuhan
folikel adalah analog GnRH. Analog GnRH dapat diberikan sebelum pemberian kemoterapi, atau
dapat diberikan bersamaan dengan kemoterapi. Lama pemberian analog GnRH adalah 6 bulan.
Setelah selesai pemberian kemoterapi, biasanya folikel-folikel akan tumbuh kembali, dan wanita
tersebut mendapatkan haid normal kembali.
Diagnosis
Menurunnya produksi estrogen oleh ovarium menyebabkan hilangnya mekanisme umpan
balik ke hipotalamus, sehingga terjadi peningkatan sekresi LH dan FSH.Estrogen sangat rendah
(< 30 pg/ml), LH naik 5-10 kali lipat, sedangkan FSH meningkat 10-20 kali lipat.Kadar hormon
prolaktin pada umumnya normal.Pada wanita yang dari anamnesis ditemukan riwayat atau
sedang menggunakan obat-obat penurun berat badan atau obat-obat fisikofarmaka, maka wajib
dilakukan pemeriksaan hormon prolaktin.
Hasil anamnesis hormonal pada wanita menopause prekok sama dengan wanita dengan
sindroma ovarium resisten gonadotropin, sehingga untuk membedakan diantara keduanya perlu
dilakukan biopsi ovarium. Pada menopause prekok hasil patologi anatomi dari jaringan ovarium
menunjukkan jumlah folikel primordial yang minimal atau tidak ada sama sekali, dan dijumpai
banyak jaringan ikat, sedangkan pada sindroma ovarium resisten, hasil patologi anatominya
biasanya dijumpai struktur jaringan ovarium normal dengan folikel primordial yang normal pula.
Pengobatan
Pasien diberikan sediaan estrogendan progesterone, atau yang paling sederhana adalah
pemberian pil kontrasepsi kombinasi.Pengobatan ini merupakan pengobatan jangka
panjang.Dapat juga diberikan analog GnRH berupa GnRH agonis maupun GnRH
antagonis.Analog GnRH diberikan untuk 6 bulan dahulu kemudian boleh diberikan lagi setelah
satu tahun.Tujuan pemberian estrogen-progesteron maupun analog GnRH adalah untuk menekan
sekresi FSH dan LH. Selama kadar FSH dan LH masih tinggi, maka sulit untuk memperoleh
kesembuhan. Prognosis untuk mendapatkan anak tidak begitu baik.
Akhir-akhir ini ditemukan adanya hubungan antara kejadian sindroma ovarium polikistik
dengan resistensi insulin. Peningkatan kadar insulin yang terjadi akibat adanya resistensi insulin
di jaringan perifer akan memicu produksi androgen di ovarium dan menghambat sekresi sex
hormone binding globulin (SHBG) dihati, sehingga kadar androgen bebas dalam serum
meningkat. Kadar androgen yang tinggi di dalam cairan folikel mengakibatkan atresia folikel
lebih dini. Namun, perlu diketahui bahwa sindroma ovarium polikistik bukan disebabkan oleh
kadar insulin yang tinggi.
Wanita gemuk dengan siklus haid anovulatorik dan kadar insulin tinggi berisiko terkena
penyakit jantung coroner. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan gangguan metabolisme lipid
dan peningkatan tekanan darah.Kegemukan dan siklus haid yang tidak berovulasi merupakan
resiko timbulnya hyperplasia endometrium yang dapat berubah menjadi kanker.
Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis perlu dibedakan antara wanita yang memiliki gejala
(sindrom ovarium polikistik) dan wanita yang tidak memiliki gejala (ovarium polikistik).Pada
hampir 25% populasi wanita normal ditemukan ovarium polikistik dengan mempergunakan
USG.
Pada sindrom ovarium polikistik selalu dijumpai pembesaran ovarium yang dapat dengan
mudah dideteksi dengan alat USG.Gambaran USG pada ovarium terlihat folikel folikel kecil
dengan diameter 7-10mm berjumlah 7-8 folikel dengan corak sangat khas seperti gambaran roda
pedati. Gambar 17
Baku emas untuk menegakkan diagnosis sindrom ovarium polikistik adalah laparaskopik
Analisis hormonal baik itu LH, FSH, prolaktin ataupun progesteron tergantung dari
gambaran klinis yang dimiliki seseorang wanita.Pada wanita dngan amenorea perlu diperiksa
FSH, LH, dan Prolaktin.FSH yang tinggi menunjukan adanya kegagalan pada ovarium. Kadar
LH yang tinggi menunjukan terjadinya aromatisasi estrogen menjadi androgen, sedangkan kadar
prolaktin yang tinggi perlu dicurigai adanya prolaktinoma. Bila ditemukan kadar FSH dan
prolaktin normal, maka perlu dilakukan pemeriksaan USG dan uji dengan progesteron (uji P).
Pada wanita dengan sindroma ovarium polikistik ditemukan ovarium polikistik dan uji P
biasanya positif, sedangkan pada wanita dengan amenorea hipotalamik ditemukan uji P negatif.
Pada wanita dengan sindroma ovarium polikistik yang disertai dengan hirsutisme perlu
tambahan pemeriksaan hormone testosterone dan dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) yang
bertujuan untuk mengetahui keberadaan tumor pada ovarium dan suprarenal.kdar DHEAS yang
tinggi, yaitu > 5-7 ng/ml menunjukkan adanya tumor di suprarenal sedangkan kadar DHEAS
yang normal dan kadar testosteron yang tinggi (>2,0 ng/ml) menunjukkan adanya tumor di
ovarium. Kadang-kadang perlu juga dilakukan pemeriksaan terhadap hormone 17-
hidroksiprogesteron, yang bila kadarnya yang tinggi menandakan adanya hyperplasia adrenal
kongenital (definisi enzim 21- hidroksilase)
Untuk mengetahui ada tidaknya resistensi insulin terdapat beberapa cara yang dilakukan,
antara lain:
1
2
3
4
Resistensi insulin
Hirsutisme
Obesitas
LH/FSH > 2,5
Secara USG terbukti ditemukan ovarium polikistik adalah 1 kriteria mayor berupa
anovulasi dan 2 kriteria minor berupa LH/FSH >2,5 dan terbukti adanya ovarium
polikistik secara USG.
Pengobatan
Pada wanita dengan sindroma ovarium polikistik yang belum menginginkan anak cukup
diberikan pil kontrasepsi kombinasi ini berujuan untuk menekan fungsi ovarium dan sekaligus
menekansekresi LH. Penekanan pada fungsi ovarium menyebabkan sisntetis testosterone
berkurang,. Selain itu, komponen estrogen sintetik yang terdapat di dalam pil kontrasepsi
kombinasi memicu produksi SHBG dihati, sehingga kadar SHBG yang tinggi tersebut mengikat
lebih banyak lagi testosterone dalam darah. Komponen progesterone yang terdapat dalm pil
kontrasepsi kombinasi terjadinya hiperplasi endometrium. Pada wanita dengan tanda-tanda
hirsutisme lebih dianjurkan pemberian pil konstrasepsi kombinasi yang mengandung hormone
antiandrogen seperti siproteron asetat (SPA). SPA termasuk jenis hormone progesterone
alamiah.Contoh pil konstrasepsi kombinasi yang mengandung SPA adalah Diane 35.Dibeberapa
negara maju, SPA dijual dengan merek dagang Androkur.Spironolakton (aldosteron antagonis)
juga memiliki khasiat antiandrogen, yaitu menghambat sintesis androgen di ovarium,
menghambat kerja androgen di reseptor dan menahambat pengaktifan testosteron menjadi
dihidrotestosteron.Dosis spironolakton adalah 2 x 50 mg/hari.Karena spironolakton
menyebabkan gangguan pada embrio, maka setiap wanita yang menggunakan obat ini perlu
dicegah jangan samapai hamil.Penggunaan Diane 35 dapat meningkatakan berat badan, suatu
hal yang sangat tidak disukai oleh kaum wanita. Dewasa ini telah tersedia pil kontrasepsi
kombinasi generasi baru yang mengandung komponen progesterone generasi baru, drospirenon,
dengan nama dagang Yasmin. Drospirenon memiliki khasiat antiandrogen.Selain itu,
drospirenon memilki khasiat mencegah retensi cairan sehingga dengan sendirinya tidak
menyebabkan penambahan berat badan.
Bila dengan pil kontrasepsi kombinasi tidak diperoleh hasil yang diinginkan, maka dapat
dicoba pemberian GnRH analog (agonis maupun antagonis). Cara kerjanya adalah dengan
menekan sekeresi LH dan menekan fungsi ovarium , sedangkan sekresi FSH dan prolaktin sama
sekali tidak terganggu.
Pada wanita yang gemuk pengobatan terbaik adalah dengan menurunkan berat badan.
Dengan cara sederhana ini kadang-kadang ovulasi dapat terjadi secara spontan. Sangat tida
dibenarkan menggunakan obat-obat diet/pelangsing untuk menurunkan berat badan, karena
obat-obat tersebut dapat menggangu fungsi ovarium dan memicu pengeluar prolaktin dalam
jumlah besar.Bila dengan menurunkan berat bdana tetap saja belum terjadi ovulasi dan wanita
tersbut ingin hamil, maka perlu diberikan obat-obat pemicu ovulasi seperti klomifen, sitrat,
epimestrol atau dengan FSH yang dimurnikan. Klomifen sitrat dan FSH yang dimurnikan akan
mengembalikan keseimbangan FSH LH, sedngakan epimestrol mengaktifkan sistem opiate di
otak sehingga terjadi penurunan sekeresi LH. Perlu ditekankan disini bahwa pemicuan ovulasi
pada wanita gemuk tidak memberikan hasil yang baik. Pada wanita yang gemuk diperlukan obat
pemicu ovulasi dengan dosis tinggi, sehingga akan menimbulkan berbagai macam efek
samping.
Pada wanita dengan resistensi insulin, perlu diusahakan menurunkan kadar insulin dan
memperbaiki sentvitas jaringan terhadapa insulin sehingga diharapkan dapat memperbaiki
keberhasilan dalam pengguanaan obat-obat pemicu ovulasi. Beberapa cara yang dapat dilakukan
menurunkan kadar insulin adalah diet, olahraga, dan pemberian obat-obat yang memperbaiki
sensitivitas jaringan terhadap insulin seperti methformin atau troglitazone.
Mekanisme kerja methformin terutama dengan memperbaiki sensitivitas haringan perifer
dan hati terhadap insulin, sehingga terjadi penurunan kadar glukosa dan insulin puasa.
Mekanisme kerja lainnya adalah dengan meningkatkan pengambilan glukoasa oleh usus dan
menekan oksidasi asam lemak . pemberian klomifen sitrat bersamaan dengan methformin pada
wanita obes diperoleh angka ovulasi yang tinggi. Sampai saat ini belum ada laporan mengenai
pemberian klomifen sitrat dengan methformin saja terjadi peningkatan kejadian ovulasi yang
signifikan.
Wanita hamil dengan sindroma ovarium polikistik dan resistensi insukin (RI) memiiki
dampak bahwa kemumngkinan anaknya mendapat kencing manis lebih besar. Oleh karena itu,
methformin sebaiknya tetap diberikan selama kehamilan selain itu, angka keguguran yag tinggi
sering ditemukan pada wanita dengan RI. Pemberian methformain dapat mengurangi angka
abortus.
Tindakan reseksi baji untuk pengobatan wanita denga sindrom ovarium polikistik sudah
ditinggalkan. Nila semua usaha pengubata medikamentosa tidak juga memberikan hasil, maka
dewasa ini telah dicoba suatu cara pengobatan pembedahan dengan melakukan drilling pada
ovarium
Tindakan ini dilakukan dengan cara laparaskopi yang bertujuan untuk mengeluarkan
cairan yang terdapat dalam folike-folikel kecil tersebut, cairan ini mengandung kadar
testosteron yang sangat tinggi. Jumlah tusukan lobang pada ovarium tidak boleh lebih dari 10
lobang. BiLa hanya dilakukan drilling, maka angka ovulasi 48% .namun jika dilakukan
kombinasi drilling dan klomifen sitrat, angka ovulasu menjadi 91%.
Lama pengobatan dengan antiandrogen
Dapat diberikan 1-2 tahun.Bila setelah 6-12 bulan pengobatan tetap tidak menunjukan
perbaikan, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang terhadap testosterone dan DHEAS masih
tinggi, perlu dicurigai adanya kerusakan sistem enzim di suprarenal.
Prognosis pengobatan dengan antiandrogen
Selama penyebab hirsutismebukan disebabkan oleh tumor, maka angka keberhasilan
pengobatan dengan antiandrogen mencapat 65-80 %. Wanita dengan kadar androgen yang tinggi
memiliki prognosis yang baik dengan siproteon asetat. Hirsutisme yang berlangsung lama
memilki prognosis buruk. Tidak semua tempat pertumbuhan rambut ditubuh manusia memilki
hasil yang sama. Rambut didaerah dada memilki hasi baik terhadap pemberian siprosteron
aseta, kemudian diikut rambut didaerah linea alba, muka, dan ekstremitas.kadang-kadang perlu
dilakukan tindakan kosmetik seperti mempergunakan elektroepilasi.
Hipertekosis Ovarium
Kelainan ini mirp dengan sindroma ovarium polikistik.Gambaran klinisnya adalah
oligimenorea/amenore, hirsutisme, gambaran, virilisasi, dan alopezia androgeni.Kedua ovarium
ditemukan membesar namun tidak ditemukan kista folikel, sedangakan pada wanita dengan
sindroma ovarium plokistik satu atau kedua ovarium membesar dengan banyak ditemukan kista
folikel.Gambaran patologi anatomi menunjukan stroma ovarium penuh dengan folikel atreitik
yang mengalami luteinisasi. Secara patologi anatomi, maka hipertekosis dibagi menjadi dua:
1
2
Diagnosis
Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan patologi anatomi. Pada analisis hormonal
ditemukan kadar testosterone dan progesterone serum yang tinggi, sedangkan kadar serum LH
normal.
Pengobatan
Pasien diberikan obar antiandrogen ataupun obat-obat pemicu ovulasi.Tindakan operatif seperti
reseksi baju atau drilling tidak memberikan hasil yang baik.Kadang-kadang jika terpaksa,
dilakukan oovarektomi.
Gangguan pada ovarium dengan penyebabnya ekstragonad
Beberapa gangguan ekstragonad dapat menimbulkan gangguan pada fungsi ovarium. Beberapa
gangguan ekstragonad tersebut adalah :
1
2
3
4
5
tempat kerja telah dapat menimbulkan gangguan haid.Penyebab terjadinya gangguan haid
adalah terjadinya gangguan dalam pengeluaran GnRH.
Fungsi ovarium dan kekurusan (underweight)
Wanita yang melakukan diet terlalu ketat dapat menyebabkan gangguan haid (amenorea).
Perubahan hormonal pada wanita ini lebih disebabkan oleh adanya perubahan metabolik yang
menyertai penyusutan berat bdan yang sangat mencolok . pada wanita ini ditemukan kadar FSH
dan estrogen rendah, serta adanya perubahan nisbah FSH terhadap LH. Kadang-kadang
didapatkan kadar prolaktin yang tinggi. Pengobatan terbaik adalah dengan memperbaiki
gangguan metabolic bersama dengan ahli jiwa (pendekatan psikoterapi).Dapat juga dicoba
pemberian obat-obat seperti GnRH atau klomifen sitrat untuk mengatasi gangguan haid.
Fungsi ovarium dan kegemukan (overweight)
Wanita dengan berat badan berlebihan sering mendapat gangguan pada fungsi ovarium. Pada
wanita seperti ini, aktivitas kelenjar suprarenal berlebihan sehingga terjadi peningkatan produksi
testosterone, androstendion serta perubahan nisbah estron/estradiol menjadi > 2,5
Selain itu ditemukan pula penurunan kadar SHBG serum, sehingga kadar androgen dalam darah
meningkat. Peningkatan kadar androgen ini menyebabkan atresia folikel.
Androgen merupakan hormon yang diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan estrogen.Enzim
yang diperlukan untuk mengubah androgen menjadi estrogen adalah enzim aromatase.Enzim ini
banyak ditemuak di obarium, suprarenal, payudara, tulang, kolon, otak dan jaringan
lemak.Wanita gemuk dengan jaringan lemak yang tinggi memiliki kemampuan yang tinggi pula
untuk mengaromatisasi androgen menjadi estrogen.Kadar estrogen dalam darah wanita gemuk
sangat tinggi, Estrogen memicu hipofisis untuk mengeluarkan LH, yang memicu sintesis
androgen di ovarium. Akibatnya selain dijumpai kadar estrogen yang tinggi, juga ditemukan
kadar androgen yang tinggi dalam darah. Kadar estrogen tinggi merupakan risiko terkena
kanker payudara dan kanker endometrium.
Seperti pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik, maka pada wanita gemuk sering juga
dijumpai resistensi insulin.
Pengobatan
Pengobatan terbaik adalah menurunkan berat badan.Pemberian obat-obat pemicu ovulasi kurang
bermanfaat selama berat badan belum normal. Penanganan resistensi insulin sama halnya dengan
penanganan resistensi insulin pada wanita dengan sindroma ovarium polikistik.
Amenorea karena ganguan pada uterus dan system pengeluaran darah haid
Amenorea karena atresi hymen
Pada keadaan ini sebenarnya tidak terjadi amenorea, darah haid terbentuk namun tidak dapat
keluar, Atresi hymen disebabkan oleh gangguan pembentukan system saluran Muleri. Diagnosis
baru ditegakkan setelah wanita mencapai usia pubertas. Penderita mengeluh sakit perut yang
disertai dengan mual dan muntah.Keluhan ini terjadi akibat adanya stagnasi darah haid di vagina
(henatokolpos), di uterus (hematometra), atau di tuba.
Pada pemeriksaan ditemukan hymen yang menonjol berwarna coklat.Pengobatan dilakukan
dengan melakukan insisi himen agar darah dapat keluar.Pasca tindakan diberikan antibiotika
yang adekuat untuk mencegah infeksi.
Amenorea karena gangguan pada uterus (amenorea uteriner)
Kelainan dimana tidak terbentuk uterus dan endometrium disebut sebagai amenorea uteriner
primer. Sedangkan jika uterus dan endometrium terbentuk, namun terjadi kerusakan pada
endometrium, seperti perlekatan (sindrom Asherman), atau terjadinya infeksi berat pada
endometrium (tuberkulosis), atau juga endometrium normal namun tidak bereaksi sama sekali
terhadap hormone seks steroid, disebut sebagai amenorea uteriner sekunder.
Amenorea pascapenggunaan kontrasepsi hormonal
Pada prinsipnya perlu dibedakan antara amenorea yang terjadi pasca penggunaan pil kontrasepsi
(pil KB), dan amenorea pasca penggunaan kontrasepsi suntukan/ susuk (depo
medroksiprogesteron asetat, noristerat dan norplant).
Amenorea pascasuntuk maupun susuk terjadi bukan karena adanya hambatan gestagen
(progesterone/progestin) terhadap system umpan balik di hipotalamus, melainkan terjadi karena
masih dijumpai kadar gestagen di dalam serum. Kadar gestagen yang masih tetap tinggi tersebut
berasal dari depo lemak yang relative sulit diresorbsi.Meskipun suntikan telah dihentikan, namun
depo gestagen tersebut masih terus saja mengeluarkan gestagen.Selama susuk masih berada pada
tempatnya, maka sususk tersebut terus saja mengeluarkan gestagen ke dalam darah. Bila suatu
saat nanti persediaan gestagen di dalam depo habis semuanya, maka kadarnya dalam serum akan
segera menghilang dan siklus haid pun menjadi normal kembali. Diperlukan waktu 6 bulan
sampai satu tahun agar gestagen hilang dari deponya.Tindakan pengobatan baru dilakukan bila
setelah 6 bulan pascasuntik tidak timbul haid.Selama gestagen di dalam depo masih tersedia,
pemberian pengobatan tidak bermanfaat. Hal ini berbeda dengan susuk yang ketika diangkat,
maka wanita tersebut akan segera mendapat haid. Amenoreapascapenggunaan pil kontrasepsi
terjadi akibat adanya efek penekanan estrogen dan gestagen terhadap hipotalamus-hipofisis.
Sebenarnya angka kejadian amenorea pascapenggunaan pil kontrasepsi sangat kecil, yaitu sekitar
0,8%, sedangkan kejadian amenorea pada wanita yang tidak menggunakan pil hanya sebesar
0,7%. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah amenorea jenis ini benar-benar ada atau sebelum
penggunaan pil kontrasepsi wanita tersebut memang telah mengalami gangguan haid, yang
berarti pemberian pil kontrasepsi hanya merupakan faktor pencetus terjadi amenorea.Amenorea
pascapenggunaan pil kontrasepsi yang terjadi tersebut tidak berhubungan dengan lamanya
penggunaan, melainkan berhubungan erat dengan dosis dan jenis pil kontrasepsi yang digunakan.
Setiap amenorea yang terjadi pascapenggunaan kontrasepsi hormonal harus dicari
penyebabnya dan ditangani seperti penganan kasus-kasus amenorea sekunder lainnya.Setiap
amenorea yang terjadi pascapenggunaan pil kontrasepsi terutama pil kontrasepsi kombinasi perlu
dicurigai adanya prolaktinoma. Pada hamper 25% wanita dengan amenorea pascapenggunaan pil
kontrasepsi kombinasi ditemukan galaktorea yang disebabkan oleh hiperprolaktinemia. Pada
hampir 1/3 wanita tersebut ditemukan prolaktinoma.Bila ditemukan prolaktinoma, maka
penggunaan pil kontrasepsi kombinasi harus dihentikan dan wanita tersebut tidak boleh
diberikan kontrasepsi hormonal yang mengandung komponen estrogen. Estrogen memicu
pertumbuhan prolaktinoma, sehingga prolaktinoma tersebut akan terus membesar.