Você está na página 1de 7

TUGAS GIGI

1. Bagaimana proses terjadinya karies pada gigi?

Karies gigi adalah merupakan penyakit multifaktor yang merupakan hasil


kombinasi dari 4 faktor utama yaitu inang dan gigi, mikroorganisme di dalam plak,
substrat, dan waktu.
Terjadinya proses karies gigi itu dimulai karena adanya plak di permukaan gigi,
sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
sehingga akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi.
Biasanya karies terlihat berwarna cokelat kehitaman atau noda-noda putih yang
bila diraba dengan sonde, email belum tersangkut. Secara perlahan-lahan demineralisasi
interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi
(pembentukan lubang). Kavitasi akan timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut.
Lama-kelamaan bagian karies ini akan terasa kasar serta diikuti dengan tertahannya
sonde. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga
permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis
dapat dilihat. Karies yang berwarna cokelat kehitaman lebih lama menimbulkan lubang
pada gigi sedangkan noda yang berwarna putih lebih cepat menimbulkan lubang.

2. Apa yang dimaksud dengan karies D1-D6?


Klasifikasi karies berdasarkan kedalamannya (menurut ICDAS) :
D1 : Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan gigi.
D2 : Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi.
D3 : Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.
D4 : Lesi email lebih dalam. Tampak bayangan gelap dentin atau lesi sudah mencapai
bagian dentino enamel junction.

D5 : Lesi telah mencapai dentin.


D6 : Lesi telah mencapai pulpa.

3. Apa itu white spot?


White spot adalah proses awal terjadinya lubang gigi yang timbul akibat pelepasan ion
kalsium dan fosfat dari emai gigi yang disebut dengan demineralisasi.

4. Apa itu karies dentine?


Karies dentine merupakan pembusukan yang menembus ke dalam lapisan kedua gigi
yaitu dentine.

5. Apa itu iritasi pulpa?


Iritasi pulpa dapat diklasifikasikan sebagai jangka pendek, jangka panjang atau
karena trauma. Setiap jenis iritasi atau cedera akan memiliki efek yang berbeda pada
pulpa efek pada umumnya berupa inflamasi akut, inflamasi kronis atau nekrosis.
Iritasi jangka pendek biasanya akan menyebabkan inflamasi akut yang kemudian
akan diikuti dengan resolusi inflamasi dan memperbaiki jaringan selama iritasi tidak
bertahan atau tidak lagi muncul. Contoh umum iritasi jangka pendek adalah
mengeringkan gigi berlubang saat persiapan dan cedera traumatis yang tidak kehilangan
gigi sehingga pasokan darah apikal belum terganggu.
Sebaliknya, iritasi jangka panjang yang tipikal adalah karies gigi, kerusakan
restorasi, retak, erosi dan zat kimia yang semuanya mengakibatkan struktur gigi hilang.
Jika dibiarkan cukup lama, iritasi jangka panjang akan menyebabkan inflamasi kronis
pada pulpa dan pulpa nekrosis yang kemudian akan diikuti oleh infeksi ruang pulpa
karena bakteri akan memiliki jalur yang bisa masuk ke gigi. Dalam situasi ini, struktur

gigi yang telah hilang akan menjadi jalur masuk bagi bakteri. Trauma yang menyebabkan
perpindahan (luksasi atau avulsi) pada gigi akan mengakibatkan pemutusan pembuluh
darah apikal. Pembuluh darah tersebut seringkali tidak dapat menyembuhkan dan
mevaskularisasikan pulpa kembali pada gigi dengan akar yang sepenuhnya berkembang.
Oleh karena itu, dalam kasus ini respon pulpa terhadap luka adalah nekrosis
langsung. Kemudian, pulpa nekrotik bisa terinfeksi tapi hal ini membutuhkan suatu jalur
untuk masuknya bakteri seperti melalui retak atau fraktur. Retak atau fraktur mungkin
terbuat dalam insiden traumatis yang sama dan menyebabkan hilang gigi sehingga infeksi
tidak lazim dalam kasus ini. Tidak peduli apa penyebabnya, setelah pulpa mengalami
nekrosis dan menjadi terinfeksi, dalam semua kasus seperti bakteri dalam sistem kanal
akar akan mencerna dan membuang pulpa nekrotik sehingga kemudian gigi menjadi
tanpa pulpa.

6. Apa itu hiperemia?


Hiperemia adalah peningkatan jumlah darah di gigi.

7. Apa itu necrosa pulpa?


Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya, tergantung
pada apakah sebagian atau seluruh pulpa yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu
inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatik yang pulpanya rusak sebelum terjadi
reaksi inflamasi. Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuefaksi (pengentalan dan
pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau
dirubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang
jaringannya berubah menjadi masa seperti keju, yang terdiri atas protein yang mengental,
lemak dan air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan
menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau debris amorfus.

Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh jejas yang membahayakan pulpa seperti
bakteri, trauma dan iritasi kimiawi. Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik
tidak menyebabkan gejala rasa sakit. Sering adanya perubahan warna pada gigi keabuabuan/kecoklat-coklatan adalah indikasi pertama bahwa pulpa mati.
Pada pemeriksaan histopatologis tampak debris seluler dan mikroorganisme mungkin
terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal atau menunjukkan
sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligamen periodontal.

8. Apa itu pulpitis reversible dan irreversible?


Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang
yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan tidak
teinflamasi setelah stimuli ditiadakan.
Sedangkan pulpitis irreversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten dapat simtomatik maupun asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimuli
noksius. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam dan tetap ada
setelah stimuli dihilangkan.

9. Apa itu periodentitis?


Periodontitis adalah gingivitis yang tidak diobati dan berkembang lebih lanjut
sehingga plak menyebar dan tumbuh di bawah garis gusi. Racun yang dihasilkan oleh
bakteri dalam plak mengiritasi gusi, merangsang respon inflamasi kronis dan merusak
jaringan dan pendukung gigi. Gusi menjadi terpisah dari gigi, membentuk kantong (ruang
antara gigi dan gusi) yang terinfeksi. Dengan berlanjutnya penyakit, kantong akan meluas
dan jaringan gusi dan tulang hancur. Seringkali, proses destruktif ini memiliki gejala yang
sangat ringan. Akhirnya, gigi dapat menjadi longgar dan mungkin harus dicabut.

10. Jelaskan perjalanan saraf pada gigi?


Serabut saraf yang terapat pada gigi baik rahang atas dan rahang bawah juga pada mata
terhubung melalui saraf trigeminus ( nervus V/ganglion gasseri).
N.V1 Cabang Opthalmicus
N.V2 Cabang Maxillaris
N.V3 Cabang Mandibula
Cabang maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan
gingiva.
Cabang mandibularis memberikan persarafan sensorik ke gigi mandibularis, lidah, dan
gingiva. Variasi nervus yang memberikan persarafan ke gigi diteruskan ke alveolaris, ke
soket di mana gigi tersebut berasal.
Nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang maxillaris nervus
trigeminus.
Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang mandibularis
nervus trigeminus.
CABANG MAXILLARIS MEMPERSARAFI :
PALATUM
Membentuk atap mulut dan lantai cavum nasi
Terdiri dari :
Palatum durum (langit keras)
Palatum mole (langit lunak)
PALATUM DURUM
Tdpt tiga foramen:
foramen incisivum pada bidang median ke arah anterior
foramina palatina major di bagian posterior dan
foramina palatina minor ke arah posterior

Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),


mempersarafi gigi anterior rahang atas
Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina mayor),
mempersarafi gigi premolar dan molar rahang atas.
PALATUM MOLAE
N. Palatinus Minus (keluardari foramen palatina minus), mempersarafi seluruh palatina
mole.
PERSARAFAN DENTIS DAN GINGIVA RAHANG ATAS
Permukaan labia dan buccal :
N. alveolaris superior posterior, medius dan anterior
o Nervus alveolaris superior anterior, mempersarfi gingiva dan gigi anterior
o Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar I
bagian mesial
o Nervus alveolaris superior posterior, mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian
distal, molar II dan molar III
Permukaan palatal : N. palatinus major dan nasopalatinus
o Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),
mempersarafi gingiva dan gigi anterior rahang atas
o Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina mayor),
mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar rahang atas.
CABANG MANDIBULARIS :
PERSARAFAN DENTIS
Dipersyarafi oleh Nervus Alveolaris Inferior, mempersarafi gigi anterior dan posterior
gigi rahang bawah
PERSARAFAN GINGIVA

Permukaan labia dan buccal :


N. Buccalis, mempersarafi bagian buccal gigi posterior rahang bawah
N. Mentalis, merupakan N.Alveolaris Inferior yang keluar dari foramen Mentale
Permukaan lingual :
N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi anterior dan posterior
rahang bawah

Você também pode gostar