Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Observasi
Kerusakan jalan yang terjadi di berbagai daerah saat ini merupakan permasalah
yang sangat kompleks dan kerugian yang diderita sungguh besar terutama bagi pengguna
jalan, seperti terjadinya waktu tempuh yang lama, kemacetan, kecelakaan lalu-lintas, dan
lain-lain. Kerugian secara individu tersebut akan menjadi akumulasi kerugian ekonomi
global bagi daerah tersebut.
Secara umum penyebab kerusakan jalan ada berbagai sebab yakni umur
rencana jalan yang telah dilewati, genangan air pada permukaan jalan yang tidak
dapat mengalir akibat drainase yang kurang baik, beban lalu lintas berulang yang
berebihan (overloaded) yang menyebabkan umur pakai jalan lebih pendek dari
perencanaan. Perencanaan yang tidak tepat, pengawasaan yang kurang baik dan
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan rencana yang ada. Selain itu minimnya
biaya pemeliharaan, keterlambatan pengeluaran anggaran serta prioritas
penanganan yang kurang tepat juga menjadi penyebab. Panas dan suhu udara, air
dan hujan, serta mutu awal produk jalan yang jelek juga sangat mempengaruhi.
Oleh sebab itu disamping direncanakan secara tepat jalan harus dipelihara dengan
baik agar dapat melayani pertumbuhan lalulintas selama umur rencana.
Survey kondisi jalan perlu dilakukan secara periodik baik struktural
maupun non-struktural untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan yang ada.
Pemeriksaan non-struktural (fungsional) antara lain bertujuan untuk memeriksa
kerataan (roughness), kekasaran (texture), dan kekesatan (skid resitance).
Pengukuran sifat kerataan lapis permukaan jalan akan bermanfaat dalam usaha
menentukan program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan. Di Indonesia
pengukuran dan evaluasi tingakt kerataan jalan belum banayak dilaukan salah
satunya dikarenakan keterbatasan peralatan. Karena kertaan jalan berpengaruh
pada keamanan dan kenyamanan pengguna jalan maka perlu dilakukan
pemeriksaan kertaan secara rutin sehingga dapat diketahui kerusakan yang harus
diperbaiki.
1.2
1.2.1
Tujuan Observasi
Tujuan
observasi
adalah
untuk
Untuk
mengetahui,
Manfaat Observasi
Manfaat observasi adalah kita dapat mengetahui seberapa besar
permasalahan jalan Radial kota Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis dan Fungsi Perkerasan
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain
adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja.
Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah
liat.
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat
dibedakan atas :
a. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement), yaitu pekerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan lapisan
perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar.
b. Konstruksi perkerasan kaku (Rigit Pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikatnya. Pelat
beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan
atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul
oleh pelat beton.
c. Konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement), yaitu perkerasan
kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa
perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas
perkerasan lentur.
Perubahan ini dapat diatasi / dikurangi jika sifat sifat aspal dikuasai dan
dilakukan langkah langkah yang baik dalam proses pelaksanaan.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan lapisan yang
diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan lapisan
tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke
lapisan yang ada di bawahnya, sehingga beban yang diterima oleh tanah dasar
lebih kecil dari beban yang diterima oleh lapisan permukaan dan lebih kecil
dari daya dukung tanah dasar.
Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti
pada daerah dan jenis tanah yang sangat berbeda sifat dan
kedudukannya, atau akibat pelaksanaan konstruksi.
a.
Air, yang dapat berasal dari hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik,
atau naiknya air berdasarkan sifat kapilarisasi air bawah tanah.
b.
Iklim di Indonesia yang termasuk beriklim tropis dimana suhu dan curah
hujan yang umumnya tinggi.
c.
d.
e.
Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Yang mungkin disebabkan karena
cara pemadatan tanh dasar yang kurang baik, ataupun juga memang sifat
tanah dasarnya memang jelek.
Retak (cracks)
Berdasarkan bentuknya retak dibagi menjadi meander, garis,
blok, kulit buaya, dan parabola.
2.
juga
dengan
istilah
Distorsion.
Kerusakan
ini
4.
kekuatan
struktural,
dan
(Riding
dilakukan
Quality),
tanpa
sepanjang
tahun.
BAB III
PEMBAHASAN
Untuk retak halus (< 2 mm) dan jarak antara retakan renggang,
dilakukanmetode perbaikan P2 (laburan aspal setempat).
Untuk retak halus (< 2 mm) dan jarak antara retakan rapat, dilakukan
metode perbaikan P3 (penutupan retak).
2. Retak pinggir (edge crack), retak memanjang jalan, dengan atau tanpa
cabang yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini
disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase
kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya settlement di
bawah daerah tersebut. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan
dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini. Di lokasi retak, air
dapat meresap yang dapat semakin merusak lapisan permukaan. Retak
dapat diperbaiki dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan
pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu diperlebar dan dipadatkan.
Jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki
dengan mempergunakan hotmix. Retak ini lama kelamaan akan bertambah
besar disertai dengan terjadinya lubang-lubang.
Kerusakan tidak hanya terjadi pada badan jalan tetapi bahu jalan pun mengalami
kerusakan, bahu jalan di sepanjang jalan ini sebagian diberi perkerasan tetapi ada
yang masih berupa tanah.
Pedisteran atau trotoar wajib ada pada jalan perkotaan. Jalan tidak
hanya diperuntukkan bagi kendaraan namun juga harus aman dan nyaman
bagi pejalan kaki. Namun, fakta dilapangan menunjukkan trotoar jalan
banyak yang tak layak dan yang lebih memperhatinkan trotoar yang
seharusnya untuk pejalan kaki namun beralih fungsi menjadi tempat
penjual kaki lima.
C. Kerusakan Drainase
Dari hasil pengamatan kami dapat menilai jalan ini berdasarkan permasalahannya.
Berikut tabel penilaian permasalahan jalan Radial kota Palembang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Perkerasan jalan pada jalan Radial cukup bagus , hanya terlihat kerusakan
dibeberapa tempat saja.
2. Fasilitas pejalan kaki sangatlah buruk. Banyak ruas jalan yang tidak
difasilitasi dengan tempat pejalan kaki.
3. Drainase jalan Radial sangat memprihatinkan. Sebagian ruas jalan tidak
memiliki drainase. Drainase yang adapun banyak yang tersumbat dan
terjadi kerusakan dinding drainase.
4.2 Saran
1. Perlu adanya perawatan jalan secara berkala untuk menjaga umur jalan.
2. Perlu dibangun trotoar yang berguna untuk pejalan kaki.
3. Dinas Pekerjaan Umum hendaknya bekerjasama dengan pihak terkait
untuk membersihkan dan mengatasi saluran drainase yang bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA
_______________ (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Direktorat Bina
Jalan Kota, Dirjen Bina Marga, Republik Indonesia.