Você está na página 1de 16

LAPORAN SURVEY PERMASALAHAN JALAN

PADA JALAN RADIAL PALEMBANG

Tugas ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah


Perencanaan Konstruksi Perkerasan Jalan
Jurusan Teknik Sipil DIV PJJL
Politeknik Negeri Sriwijaya

Disusun Oleh :

ANDYKA AAD ARIF AFFANDY


0612 4011 1511

Jurusan Teknik Sipil


Politeknik Negeri Sriwijaya
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Observasi
Kerusakan jalan yang terjadi di berbagai daerah saat ini merupakan permasalah
yang sangat kompleks dan kerugian yang diderita sungguh besar terutama bagi pengguna
jalan, seperti terjadinya waktu tempuh yang lama, kemacetan, kecelakaan lalu-lintas, dan
lain-lain. Kerugian secara individu tersebut akan menjadi akumulasi kerugian ekonomi
global bagi daerah tersebut.

Secara umum penyebab kerusakan jalan ada berbagai sebab yakni umur
rencana jalan yang telah dilewati, genangan air pada permukaan jalan yang tidak
dapat mengalir akibat drainase yang kurang baik, beban lalu lintas berulang yang
berebihan (overloaded) yang menyebabkan umur pakai jalan lebih pendek dari
perencanaan. Perencanaan yang tidak tepat, pengawasaan yang kurang baik dan
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan rencana yang ada. Selain itu minimnya
biaya pemeliharaan, keterlambatan pengeluaran anggaran serta prioritas
penanganan yang kurang tepat juga menjadi penyebab. Panas dan suhu udara, air
dan hujan, serta mutu awal produk jalan yang jelek juga sangat mempengaruhi.
Oleh sebab itu disamping direncanakan secara tepat jalan harus dipelihara dengan
baik agar dapat melayani pertumbuhan lalulintas selama umur rencana.
Survey kondisi jalan perlu dilakukan secara periodik baik struktural
maupun non-struktural untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan yang ada.
Pemeriksaan non-struktural (fungsional) antara lain bertujuan untuk memeriksa
kerataan (roughness), kekasaran (texture), dan kekesatan (skid resitance).
Pengukuran sifat kerataan lapis permukaan jalan akan bermanfaat dalam usaha
menentukan program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan. Di Indonesia
pengukuran dan evaluasi tingakt kerataan jalan belum banayak dilaukan salah
satunya dikarenakan keterbatasan peralatan. Karena kertaan jalan berpengaruh
pada keamanan dan kenyamanan pengguna jalan maka perlu dilakukan
pemeriksaan kertaan secara rutin sehingga dapat diketahui kerusakan yang harus
diperbaiki.

1.2

Tujuan dan Manfaat Observasi

1.2.1

Tujuan Observasi
Tujuan

observasi

adalah

untuk

Untuk

mengetahui,

mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi ruas jalan Radial kota


Palembang.
1.2.2

Manfaat Observasi
Manfaat observasi adalah kita dapat mengetahui seberapa besar
permasalahan jalan Radial kota Palembang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis dan Fungsi Perkerasan
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain
adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja.
Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah
liat.
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat
dibedakan atas :
a. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement), yaitu pekerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan lapisan
perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar.
b. Konstruksi perkerasan kaku (Rigit Pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikatnya. Pelat
beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan
atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul
oleh pelat beton.
c. Konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement), yaitu perkerasan
kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa
perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas
perkerasan lentur.

2.2 Konstruksi Perkerasan Lentur Jalan


Konstruksi perkerasan lentur (flexioble pavement) adalah perkerasan
yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan lapisan
perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar. Sifat aspal berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku
dan rapuh sehingga daya adhesinya terhadap partikel agregat akan berkurang.

Perubahan ini dapat diatasi / dikurangi jika sifat sifat aspal dikuasai dan
dilakukan langkah langkah yang baik dalam proses pelaksanaan.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan lapisan yang
diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan lapisan
tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke
lapisan yang ada di bawahnya, sehingga beban yang diterima oleh tanah dasar
lebih kecil dari beban yang diterima oleh lapisan permukaan dan lebih kecil
dari daya dukung tanah dasar.

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :


a. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan struktur perkerasan lentur terdiri atas campuran
mineral dan bahan pengikat yang di tempatkan sebagai lapisan paling atas
dan biasanya terletak di atas lapis pondasi.
Fungsi lapis permukaan antara lain :

Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda.

Sebagai lapisan tidak tembus air untuk melindungi badan jalan


dari kerusakan akibat cuaca.

Sebagai lapisan aus (wearing course).

b. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)


Lapis pondasi adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang
terletak langsung di bawah lapis permukaan. Lapis pondasi dibangun di
atas lapis pondasi bawah atau, jika tidak menggunakan lapis pondasi
bawah langsung di atas tanah dasar.
Fungsi lapis pondasi antara lain :

Sebagai bagian konstruksi perkerasan yang menahan beban roda.

Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.

c. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course)


Lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan lentur
yang terletak antara tanah dasar dan lapis pondasi. Biasanya terdiri atas
lapisan dari material berbutir (granular material) yang dipadatkan,
distabilisasi ataupun tidak.
Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :

Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung


dan menyebar beban roda.

Mencapai efisiensi penggunaan material yang relative murah


agar lapisan lapisan di atasnya dapat dikurangi ketebalannya
(penghematan biaya konstruksi).

Mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.

Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan konstruksi bejalan


lancar.

Lapis pondasi bawah diperlukan sehubungan dengan terlalu


lemahnya daya dukung tanh dasar terhadap roda roda alat berat
(terutama pada saat pelaksanaan konstruksi) atau karena kondisi lapangan
yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.

d. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)


Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
tergantung pada sifat sifat dan daya dukung tanah dasar. Persoalan tanah
dasar yang sering ditemui antara lain :

Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dan jenis tanah


tertentu sebagai akibat beban lalu lintas.

Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat


perubahan kadar air.

Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti
pada daerah dan jenis tanah yang sangat berbeda sifat dan
kedudukannya, atau akibat pelaksanaan konstruksi.

Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu


lintas untuk jenis tanah tertentu.

Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan


penurunan yang diakibatkan, yaitu pada tanah berbutir (granular
soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan
konstruksi.

2.3 Sifat Perkerasan Lentur Jalan


Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jaln berfungsi sebagai :
a. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang juat antara asapal dengan
agregat dan antara aspal itu sendiri.
b. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir butir agregat dan pori pori
yang ada dari angregat itu sendiri.
Dengan demikian, aspal haruslah memiliki daya tahab (tidak cepat
rapuh) terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan
memberikan sifat elastis yang baik.

2.4 Kerusakan pada Jalan Raya


Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan
sebelum mencapai umur rencana. Kerusakan pada perkerasan dapat dilihat
dari kegagalan fungsional dan struktural.
Kegagalan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan yang direncanakan dan menyebabkan ketidaknyamanan
bagi pengguana jalan. Sedangkan kegagalan structural terjadi ditandai dengan
adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan yang
disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan
permukaan, dan pengaruh kondisi linkungan sekitar.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007), kerusakan pada
konstruksi jalan (demikian juga dengan bahu berasapal) dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :

a.

Air, yang dapat berasal dari hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik,
atau naiknya air berdasarkan sifat kapilarisasi air bawah tanah.

b.

Iklim di Indonesia yang termasuk beriklim tropis dimana suhu dan curah
hujan yang umumnya tinggi.

c.

Lalu lintas, yang diakibatkan dari peningkatan beban (sumbu kendaraan)


yang melebihi beban rencanaz atau juga repetisi beban (volume
kendaraan) yang melebihi volume rencana sehingga umur rencana jalan
tersebut tidak tercapai.

d.

Material konstruksi perkerasan, yang dapat disebabkan baik oleh sifat /


mutu material yang digunakan ataupun dapat juga akibat cara
pelaksanaan yang tidak sesuai.

e.

Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Yang mungkin disebabkan karena
cara pemadatan tanh dasar yang kurang baik, ataupun juga memang sifat
tanah dasarnya memang jelek.

Kerusakan yang terjadi pada perkerasan lentur adalah mencakup


semua kerusakan seperti :
1.

Retak (cracks)
Berdasarkan bentuknya retak dibagi menjadi meander, garis,
blok, kulit buaya, dan parabola.

2.

Perubahan bentuk (deformation)


Dikenal

juga

dengan

istilah

Distorsion.

Kerusakan

ini

menyebabkan perubahan bentuk permukaan perkerasan dari bentuk


aslinya. Deformasi dapat dibedakan atas alur (rutting), keriting
(corrugation), sungkur (shoving), amblas (depression), dan jembul
(upheaval).
3.

Cacat permukaan (surface defect)


Kerusakan ini sering disebut dengan Disintegration. Kerusakan
ini ditimbulkan akibat pecahnya lapisan permukaan menjadi fragmen
fragmen kecil yang jika dibiarkan akan menyebabkan kehancuran total
seluruh perkerasan. Kerusakan ini dikelompokan menjadi delaminasi

(delamination), kegemukan (bleeding), pengausan (polishing), pelepasan


butir (raveling), pengelupasan lapis perkerasan (stripping), tambalan
(patches).

4.

Cacat tepi (edge defect)


Kerusakan ini terjadi pada pertemuan tepi permukaan perkerasan
dengan bahu jalan tanah (bahu tidak berasapal) atau juga pada tepi bahu
jalan berasapal dengan tanah sekitarnya. Bentuk kerusakan cacat tepi
permukaan dibedakan atas gerusan tepi (edge break) dan penurunan tepi
(edge drop).

Umumnya kerusakan kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan


oleh satu faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan dari penyebab yang
saling kait mengait.

Sedangkan menurut Highway Development and Management (2001),


kerusakan pada perkerasan jalan terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu :
1. Kerusakan permukaan jalan
Pada kategori kerusakan permukaan jalan dibagi menjadi empat bagian :
Retak (crecking), lubang (potholing), pelepasan butir (raveling), dan cacat
tepi perkerasan (edge break).
2. Kerusakan deformasi
Pada kategori kerusakan deformasi dibagi menjadi dua bagian :
Alur (rutting) dan ketidakrataan (roughness).
3. Kerusakan tekstur permukaan jalan
Pada kategori tekstur permukaan jalan dibagi menjadi dua bagian :
Kedalaman tekstur (texture depth) dan kekesatan (skid resistance).
4. Kerusakan akibat sistem drainase yang buruk

2.5 Survei Pemeliharaan Jalan


Pemeliharaan jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan,
rehabilitasi, penunjangan, dan peningkatan. Pemeliharaan rutin adalah
penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis permukaan yang sifatnya
untuk meningkatkan kualitas berkendaraan
meningkatkan

kekuatan

struktural,

dan

(Riding

dilakukan

Quality),

tanpa

sepanjang

tahun.

Pemeliharan berkala adalah pemeliharan yang dilakukan terhadap jalan pada


waktu waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya
meningkatkan kemampuan struktural. Peningkatan adalah penanganan jalan
guna memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural dan
atau geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan.

BAB III
PEMBAHASAN

Hasil survey di Jalan Radial kota Palembang. Jalan ini menggunakan


perkerasan lentur. Berikut jenis jenis kerusakan jalan Radial :
A. Kerusakan Perkerasan Jalan
1. Retak halus atau retak garis (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau
sama dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik,
tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang
stabil. Retak halus ini dapat meresapkan air ke dalam permukaan dan
dapat menimbulkan kerusakan yang lebih parah seperti retak kulit buaya
bahkan kerusakan seperti lubang dan amblas. Retak ini dapat berbentuk
melintang dan memanjang, dimana retak memanjang terjadi pada arah
sejajar dengan sumbu jalan, biasanya pada jalur roda kendaraan atau
sepanjang tepi perkerasan atau pelebaran, sedangkan untuk retak
melintang terjadi pada arah memotong sumbu jalan, dapat terjadi pada
sebagian atau seluruh lebar jalan.
Metode pemeliharaan dan penanganan :

Untuk retak halus (< 2 mm) dan jarak antara retakan renggang,
dilakukanmetode perbaikan P2 (laburan aspal setempat).

Untuk retak halus (< 2 mm) dan jarak antara retakan rapat, dilakukan
metode perbaikan P3 (penutupan retak).

Untuk lebar retakan (> 2 mm) lakukan perbaikan P4 (pengisian retak).

2. Retak pinggir (edge crack), retak memanjang jalan, dengan atau tanpa
cabang yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini
disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase
kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya settlement di
bawah daerah tersebut. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan
dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini. Di lokasi retak, air
dapat meresap yang dapat semakin merusak lapisan permukaan. Retak
dapat diperbaiki dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan
pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu diperlebar dan dipadatkan.
Jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki
dengan mempergunakan hotmix. Retak ini lama kelamaan akan bertambah
besar disertai dengan terjadinya lubang-lubang.

Kerusakan tidak hanya terjadi pada badan jalan tetapi bahu jalan pun mengalami
kerusakan, bahu jalan di sepanjang jalan ini sebagian diberi perkerasan tetapi ada
yang masih berupa tanah.

B. Kerusakan Trotoar atau Pedisteran

Pedisteran atau trotoar wajib ada pada jalan perkotaan. Jalan tidak
hanya diperuntukkan bagi kendaraan namun juga harus aman dan nyaman
bagi pejalan kaki. Namun, fakta dilapangan menunjukkan trotoar jalan
banyak yang tak layak dan yang lebih memperhatinkan trotoar yang
seharusnya untuk pejalan kaki namun beralih fungsi menjadi tempat
penjual kaki lima.

C. Kerusakan Drainase

Drainase samping sangat penting bagi jalan yang berguna untuk


mengalirkan air yang ada dipermukaan jalan secepatnya. Namun yang
kami temui dilapangan ternyata banyak kerusakan bahkan tidak adanya
drainase samping. Hal itu mengakibatkan ketika hujan turun jalan inipun
akan tergenang air cukup lama yang mengakibatkan kerusakan pada
perkerasannya.

Dari hasil pengamatan kami dapat menilai jalan ini berdasarkan permasalahannya.
Berikut tabel penilaian permasalahan jalan Radial kota Palembang.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Perkerasan jalan pada jalan Radial cukup bagus , hanya terlihat kerusakan
dibeberapa tempat saja.
2. Fasilitas pejalan kaki sangatlah buruk. Banyak ruas jalan yang tidak
difasilitasi dengan tempat pejalan kaki.
3. Drainase jalan Radial sangat memprihatinkan. Sebagian ruas jalan tidak
memiliki drainase. Drainase yang adapun banyak yang tersumbat dan
terjadi kerusakan dinding drainase.

4.2 Saran
1. Perlu adanya perawatan jalan secara berkala untuk menjaga umur jalan.
2. Perlu dibangun trotoar yang berguna untuk pejalan kaki.
3. Dinas Pekerjaan Umum hendaknya bekerjasama dengan pihak terkait
untuk membersihkan dan mengatasi saluran drainase yang bermasalah.

DAFTAR PUSTAKA
_______________ (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Direktorat Bina
Jalan Kota, Dirjen Bina Marga, Republik Indonesia.

Haryono Sukarto, 1997, Drainase Perkotaan, PT. Mediatama Saptakarya Yayasan


Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Marjono Notodiharjo dkk , 1998, Drainase Perkotaan, Universitas Tarumanagara
UPT Penerbitan.
SNI 03-3434, 1994, Tata cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Dewan
Standarisasi Nasional

Você também pode gostar