Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
(Sapta, 2013)
Akurasi (kecermatan)
Kecermatan ditentukan dengan metode penambahan baku (standar addition method).
Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi
tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan
kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat
ditemukan. Kadar analit dalam metode penambahan baku dapat dihitung sebagai berikut:
Keterangan :
C = kadar analit dalam sampel
S = kadar analit yang ditambahkan pada sampel
R1 = respon yang diberikan sampel
R2 = respon yang diberikan campuran sampel dengan tambahan analit
1.3.2
Presisi (keseksamaan)
Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien
analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Uji presisi
dilakukan pada hari yang berbeda selama 3 hari.
Keseksamaan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
1. Hasil analisis adalah x1 , x2 , x3 , x4, .....................xn maka simpangan bakunya adalah :
1.3.3
Selektivitas (spesifisitas)
Untuk uji selektifitas maka zat yang akan diuji harus ditentukan terlebih dahulu
panjang gelombang maksimum. Selanjutnya dibuat larutan baku, larutan uji dan larutan
blanko. Hasil kromatogram standar dan sampel harus menunjukkan waktu retensi yang sama
dan pada daerah sekitar waktu retensi standar tersebut tidak boleh ada gangguan yang dapat
dilihat dari kromatogram larutam blanko.
1.3.4
pembuatan kurva baku. Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien
korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bX. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai
b = 0 dan r = +1 atau 1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan
kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan. Parameter lain yang harus dihitung
adalah simpangan baku residual (Sy). Simpangan baku residual dapat dihitung dengan :
Sebanyak 20 l standar pada pada panjang gelombang maksimum dan kecepatan alir
1,0 ml/menit. Hubungan linear antara konsentrasi (ppm) dan area sampel dalam pelarut air
pada tingkat konsentrasi akan memberikan persamaan y = ax + b
1.3.5
Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon
blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan formula di bawah
ini dapat digunakan untuk perhitungan :
Keterangan :
Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi)
K = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi
Sb = simpangan baku respon analitik dari blangko
Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap konsentrasi
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier
dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y
= a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x.).
a. Batas deteksi (Q)
Karena k = 3 atau 10 Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka :
1.3.6
homogen dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda menggunakan kondisi operasi
yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi menggunakan prosedur dan parameter uji
yang sama. Derajat ketertiruan hasil uji kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel
penentuan. Ketertiruan dapat dibandingkan terhadap keseksamaan penentuan di bawah
kondisi normal untuk mendapatkan ukuran ketangguhan metode. Perhitungannya dilakukan
secara statistik menggunakan ANOVA pada kajian kolaboratif yang disusun oleh Youden dan
Stainer.
1.4 Evaluasi Sediaan Edible Film
Evaluasi edible film meliputi pemeriksaaan organoleptis, kerapuhan, susut pengeringan,
pemeriksaan pH, ketebalan edible film, pemeriksaan flavonoid, dan uji kesukaan panelis.
Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi pengamatan bentuk, warna, bau dan rasa dari edible film
yang dihasilkan. Pemeriksaan dilakukan pada suhu kamar (15-30C) setiap minggu selama 8
minggu (Fifi , 2014).
Pemeriksaan Kerapuhan Edible Film
Kerapuhan edible film dilakukan sesuai dengan uji kerapuhan tablet (8) menggunakan alat
Roche Friabilator. 20 lembar edible film bebas dari debu ditimbang bersama (W1), kemudian
dimasukkan kedalam Roche Friabilator, jalankan alat selama 4 menit dengan kecepatan
putaran 25 rpm. Bersihkan 20 lembar edible film tersebut dari debu dan timbang kembali
(W2). Kerapuhan edible film dapat dihitung dengan rumus:
W2 x 100%
Kerapuhan = 1 -
W1
x 100%
BA
(Fifi , 2014).
Pemeriksaan pH
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter inolab alat ini dikalibrasi
terlebih dahulu menggunakan dapar pH 4 dan pH 7. Elektroda dibilas dengan air suling dan
dikeringkan. Pengukuran pH edible film ekstrak daun kemangi dilakukan dengan cara 1g
edible film dilarutkan dengan air suling hingga 10 ml. Elektroda dicelupkan dalam wadah
tersebut, angka menunjukkan pada pH meter merupakan nilai pH edible film ekstrak daun
kemangi. Pemeriksaan pH dilakukan setiap minggu selama 8 minggu (Fifi , 2014).
Pemeriksaan Ketebalan Edible Film
Pemeriksaan ketebalan edible film dilakukan dengan mikrometer yang diukur pada 5 tempat
yang berbeda. Lalu dijumlahkan dan dicari ketebalan rataratanya (Fifi , 2014).
Uji Kesukaan Panelis
Pengujian kepada panelis dibagi menjadi beberapa poin yaitu :
a. Pengamatan terhadap bau dan rasa edible film
b. Warna dan bentuk edible film
Data penilaian pengujian diperoleh dengan cara membandingkan sampel dan formulir
penilaian kepada panelis. Penilaian berupa skor berdasarkan warna dan bentuk , bau dan rasa.
Panelis yang digunakan sebanyak 10 orang. Kriteria penilaian yang diterapkan adalah:
a. Warna dan bentuk
1. Sangat menarik
( skor
2. Menarik
5)
( skor
3. Cukup menarik
4)
( skor
4. Kurang menarik
3)
( skor
5. Tidak menarik
2)
( skor
1)
( skor
5)
2. Enak
( skor
3. Cukup enak
4)
( skor
4. Kurang enak
3)
( skor
5. Tidak enak
2)
( skor
1)
(Fifi , 2014).
Daftar Pustaka
Fifi, H, Chris D, dan Wenna SY. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible Film Ekstrak
Daun Kemangi (Ocimum americanum) sebagai Penyegar Mulut. Jurnal Sains Farmasi Klinis
Vol. 1 No.1
Fivi, MD. 2012. Omega 3. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 6 No.2
Sapta R, dan Dwi C. 2013. Isolasi Dan Identifikasi Monoasilgliserol Omega-3 (Monoester
Omega-3). E-Journal Agroindustri Indonesia Vol.2 No.1