Você está na página 1de 20

MAKALAH

TERAPI KELUARGA
Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan jiwa 2 yang diampu oleh Ibu Eny Hidayati

Disusun oleh :
Trecy Delmi Darose
Bayu Permana
Etika Putri
Zumrotul Mutmainah
Doni Setyawan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN (LINTAS JALUR)


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi keluarga adalah sesungguhya bagian dari cabang ilmu konseling yang relatif
baru. Dia muncul di sekitar tahun 1950-an, sebagai suatu reaksi/koreksi atas psikoanalisa
yang ditemukan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa dianggap sebagai sesuatu yang gagal
oleh para pionir terapi keluarga, sekalipun banyak dari mereka terlatih di bidang
psikoanalisa.Dalam psikoanalisa, klien harus dikonseling sendirian. Kehadiran orang lain
akan mengganggu proses penyembuhan.
Para pionir terapi keluarga melihat ini sebagai suatu kelemahan (terutama juga karena
pengaruh sistem berpikir, yang melihat individu sebagai bagian dari suatu sistem yang
namanya keluarga). Para pionir ini, terutama Virginia Satir, mencoba menghadirkan
anggota keluarga lain dalam proses konseling, dengan keyakinan bahwa klien yang sedang
dikonseling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota keluarga lain. Jadi dalam terapi
keluarga, yang hadir tidak hanya individu yang dianggap bermasalah, tetapi juga anggota
keluarga yang lain (yang mungkin menganggap dirinya tidak punya masalah)
Sekalipun terapi keluarga diawali dengan kesamaan pola pandang tadi, dalam
perkembangannya muncul berbagai aliran dalam terapi keluarga. Berikut ini contoh dari
beberapa model yang ada seperti Family Systems Therapy oleh Murray Bowen. Bowen
percaya bahwa keluarga mempunyai pengaruh sangat besar (lebih dari yang kita ketahui)
terhadap hidup kita. Setiap kali kita masuk dalam suatu hubungan, pola-pola lama yang
ada dalam keluarga kita mempengaruhi kita. Apalagi kalau kita mempunyai unfinished
business dalam hubungan di keluarga kita. Oleh karena itu, salah satu alat terapi Bowen
adalah peta keluarga (genogram) 3 generasi. Structural Family Therapy oleh Salvador
Minuchin. Sesuai dengan namanya, model ini melihat kepada struktur keluarga. Untuk
mengubah masalah, struktur keluarga harus diperbaiki. Model ini sangat populer di tahun
1970-an.

Menurut ahli keluarga yaitu Friedman(1998) menjelaskan bahwa keluarga dalam


memenuhi kebutuhan kehidupannya memiliki fungsi-fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar
tersebut terbagi menjadi 5 fungsi yang salah satunya adalah fungsi affektif, yaitu fungsi
keluarga untuk pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan
kepribadian orang dewasa serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya.
Apabila fungsi affektif ini tidak bisa berjalan semestinya maka akan terjadi gangguan
psikologis yang berdampak pada kejiwaan dari keseluruhan unit keluarga tersebut.
Mengenai fungsi affektif ini banyak kejadian dalam keluarga yang bisa memicu
terjadinya gangguan kejiwaan baik pada anggotanya maupun pada keseluruhan unit
keluarganya, contoh kejadian-kejadian tersebut seperti perceraian, kekerasan dalam rumah
tangga, kultural, dll. Kejadian tersebut tidak semata-mata muncul tetapi selalu ada
pemicunya, dalam konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur nilai,
struktur peran, pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga yang mendukung untuk
mencetuskan kejadian-kejadian yang memicu terjadinya gangguan kejiwaan pada keluarga
tersebut.Sehingga dalam hal ini di perlukan terapi keluarga dalam menormalisasikan
individu dalam kehidupannya baik untuk dirinya sendiri,keluarga maupun masyrakat
sekitarnya khususnya dalam hubungan sosial.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan fungsi anggota keluarga maka sistem dalam
keluarga musti dipengaruhi dengan melibatkan seluruh anggota keluarga bukan individual
atau perorangan..
Teori keluarga memiliki pandangan bahwa keluarga adalah fokus unit utama.
Keluarga inti secara tradisional dipandang sebagai sekelompok orang yang dihubungkan
oleh ikatan darah dan ikatan hukum. Fungsi keluarga adalah sebagai tempat saling
bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap
individu. Untuk menjaga struktur mereka, sistem keluarga memiliki aturan, prinsip-prinsip
yang memungkinkan mereka untuk melakukan tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa
peraturan yang dinegosiasikan secara terbuka dan terang-terangan, sedangkan yang lain

terucap dan rahasia. Keluarga sehat memiliki aturan yang konsisten, jelas, danditegakkan
dari waktu ke waktu tetapi dapat disesuaikan dengan perubahan perkembangan kebutuhan
keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peranan yang jelas terkait dengan posisi sosial
mereka.
Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluarga yang
mempunyai masalah. Khususnya, klien yang diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang
sulit diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja yang mempunyai masalah makan.
Sesegara mungkin, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau
komunikasi

keluarga

yang

salah,

untuk

mendorong

semua

anggota

keluarga

mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga
adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya pada
pemahaman tentang arti penting dari komunikasi.
Terapi keluarga mengajarkan penyelesaian tanpa paksaan, mengajarkan orang tua
untuk menetapkan kedisiplinan pada anak-anak mereka, mendorong tiap anggota keluarga
untuk berkomunikasi secara jelas satu sama lain, mendidik anggota keluarga dalam prinsip
perubahan perilaku, tidak menekankan kesalahan pada satu anggota akan tetapi membantu
anggota keluarga apakah hyarapan terhadap anggota yang lain masuk akal.
Pendekatan berpengaruh yang lain disebut strategi atau terapi keluarga terstruktur. Disini,
terapis berusaha menemukan problem utama dari masalah klien dalam konteks keluarga,
bukan sebagai masalah individual. Tujuannya adalah untuk mengurangi sikap
menyalahkan yang mengarah pada satu orang. Contohnya, terapis menyampaikan bahwa
perilaku menentang dan agresif dari remaja mungkin adalah tanda dari ketidakamanan
remaja atau alasan untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari ayahnya. Pada banyak
keluarga yang mengalami stress, pesan emosional begitu tersembunyi sehingga anggota
keluarga lebih sering berbicara tanpa berbuat. Mereka sering mengasumsikan bahwa
mereka dapat saling membaca pikiran masing-masing.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendemonstrasikan Terapi keluarga dalam
asuhan Keperawatan Keluarga
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian terapi keluarga
b. Mahasiswa dapat menjelaskan Model dalam terapi Keluarga
c. Mahasiswa dapat menjelaskan Tahap-tahap terapi keluarga
d. Mahasiswa dapat menjelaskan proses terapi keluarga
e. Mahasiswa dapat menjelaskan peran konselor dalam terapi keluarga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Family (keluarga) adalah suatu kelompok individu yang terkait oleh ikatan
perkawinan atau darah. Secara khusus mencakup seorang ayah, ibu dan anak.
Sedangkan Therapy (terapi) adalah suatu perlakuan atau pengobatan yang ditujukan
pada penyembuhan suatu kondisi patologis. ( Kartini,Kartono. 1985)
Menurut Kartini Kartono dan Gulo ( 1987) dalam kamus psikologi, family therapy
(terapi keluarga) adalah :
Suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah hubungan antara
pasien dengan anggota- anggota keluarganya. Oleh sebab itu

seluruh

anggota

keluarga dilibatkan
dalam usaha penyembuhan.
Terapi Keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi
keluarga

sehingga

bisa

membenahi

masalah-

masalah dalam keluarga. Terapi

keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi
individual mempunyai konsekuensi dan selama menjalani terapi individual, bisa
terganggu lagi setelah kembali pada

keluarganya.

Menurut

teori

awal

dari

psikopatologi, lingkungan keluarga dan interaksi orang tua dan anak adalah penyebab
dari perilaku maladaptive.
B. Tujuan Family Therapy
Tujuan terapi keluarga oleh para ahli di rumuskan secara berbeda. Bowen
menegaskan

bahwa tujuan

terapi

keluarga adalah membantu konseli (anggota

keluarga) untuk mencapai individualis, membuat dirinya menjadi hal yang berbeda dari
sistem keluarga.
Sedangkan Minuchin

mengemukakan

bahwa

tujuan

terapi keluarga

adalah

mengubah struktur dalam keluarga dengan cara menyusun kembali kesatuan dan
menyembuhkan perpecahan yang terjadi dalam suatu keluarga. Diharapkan keluarga
dapat menantang persepsi untuk

melihat

realitas,

mempertimbangkan alternatif

sedapat mungkin dan pola transaksional. Anggota keluarga dapat mengembangkan


pola hubungan yang baru dan struktur yang mendapatkan self reinforcing.
Menurut Glick dan Kessler mengemukakan tujuan umum konseling keluarga
adalah:
1. Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antara anggota keluarga.
2. Mengganti gangguan, ketidakfleksibelan peran dan kondisi.
3. Memberi pelayanan sebagai model dan pendidikan peran tertentu yang ditujukkan
kepada anggota lainnya
Jadi tujuan terapi keluarga adalah membantu

konseli untuk mengubah

struktur keluarga dengan cara menyusun kembali kerukunan dan kesatuan. Sehingga
dapat menyelesaikan perpecahan yang terjadi dalam keluarga dan juga mewadahi
atau memfasilitasi komunikasi, pikiran dan perasaan antara anggota keluarga.
C. Dinamika Keluarga
Untuk menjelaskan menganai dinamika keluarga terdapat tiga teori yang menjelaskan
dinamika keluarga yaitu: teori peran, teori perkembangan dan teori system.
1. Teori Peran
Peran pokok dalam perkawinan menurut Parsons dan Baless (1955)
menyatakan adanya dua peran pokok dalam perkawinan, yaitu eksperimental dan
ekspresif. Peran instrumental adalah melakukan segala hal yang perlu dilakukan yaitu
mencari uang dan menjaga hubungan luar yang memuaskan dengan system ekonomi
dan system sekolah. Peran ekspresif terutama memperhatikan hubungan yang
memuaskan di dalam keluarga dan ekspresi perasaan yang berhubungan dengan
hubungan yang intim. Pada keluarga modern peran-peran tersebut tidak dibagi secara
eksak antara suami dan isteri.
Dalam teori peran ada empat konsep dasar yang merupakan dasar untuk
mengerti kesehatan mental dan keluarga, yaitu:
a. Komplimentaris peran, yaitu anggota keluarga melakukan peran yang berbeda,
yang melengkapi satu sama lain dalam menyelesaikan fungsi keluarga. Dengan ini
kebutuhan keluarga dapat dipenuhi dengan cara yang efisien, misalnya ayah

mendengarkan keluhan anak-anaknya, ibunya membimbing anak-anak dan


memberi hukuman jika diperlukan.
b. Pertukaran peran Pertukaran peran mencakup anggota keluarga merespon
permintaan-permintaan baru pada keluarga dengan betukar peran, misalnya:anak
gadis harus mengasuh adiknya karena ayah ibunya harus bekerja dan akan
bermasalah ketika dia belum mampu memenuhi tuntutan tersebut.
c. Konflik peran Konflik peran terjadi ketika dua atau lebih anggota keluarga
berselisih paham tentang suatu peran. Contoh: ayah tiri mengambil tanggung jawab
pendisiplinan, sedang istrinya menganggap itu sebagai tugasnya .
d. Kebalikan peran Kebalikan peran mencakup anggota keluarga sementara
memegang peran yang berlawanan dengan peran-peran yang biasanya dilakukan.
Contoh: anak perempuan berangan apa yang sesuai untuk dilakukan ibunya apabila
anaknya perempuan melanggar aturan jam malam .
2. Teori Perkembangan
Bagaimana keluarga berperan sangat menentukan mengenai bagaimana
keluarga menghadapi krisis, dan ini akan berbeda-beda dalam tahap-tahap yang
berbeda dalam kehidupan keluarga. Suatu krisis dapat mengganggu keseimbangan
peran dan seberapa besar gangguan itu tergantung pada tahap kehidupan keluarga.
Oleh karena itu konselor dalam mengintervensi harus memperhatikan perkembangan
keluarga.
Tahap-tahap perkembangan yang biasa dilewati dalam sebuah bangunan dan
system keluarga adalah sebagai berikut:
a. Keluarga yang baru mulai (suami isteri tanpa anak)
b. Keluarga denga anak (anak tertua: 30 bulan)
c. Keluarga denga balita (anak tertua:30 bulan- 6 tahun)
d. Keluarga dengan anak sekolah (anak tertua: 6- 13 tahun)
e. Keluarga dengan anak remaja (anak tertua :13-20 tahun)
f. Keluarga sebagai pusat peluncuran (anak pertama-anak terakhir meninggalkan
rumah
g. Keluarga tahun-tahun tengah: middle years: sarang kosong sampai pensiun.
h. Keluarga tua (pensiun sampai mati dari suami isteri)

Perkembangan ini berlaku bagi keluarga nuclear. Perubahan-perubahan seperti


perceraian, orang tua tunggal, pernikahan kembali, keluarga yang campur dapat
mengganggu perkembangan keluarga yang sehat
3. Teori Sistem
Pada teori sistem terdapat beberapa asumsi-asumsi inti mengenai yang dapat
menjelaskan mengenai keluarga. Beberapa asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keluarga bukan kumpulan individu.
Perubahan atau stress yang dialami salah satu anggota keluarga akan berpengaruh
pada seluruh keluarga
b. Keluarga mempunyai pola interaksi yang mengatur tingkah laku anggotanya.
c. Simptom individu dapat mempunyai satu fungsi di dalam keluarga. Satu simtom
fisik maupun psikososial dapat dikaitkan dalam pola interaksi keluarga begitu rupa
sehingga dapat mengganggu bagi harmoni keluarga.
d. Kemampuan untuk menyesuaikan terhadap perubahan

merupakan

cirri

berfungsinya keluarga yang sehat. Dalam perubahan, fleksibilitas dan adaptibilitas


keluarga harus diberi tekanan.
e. Anggota keluarga harus berbagi tanggung jawab bersama bagi problemproblemnya.
f. Apabila beberapa tingkah laku terus timbul dan terus ada, yang sangat menekan
baik bagi individunya atau bagi orang lain yang prihatin terhadap tingkah laku
tersebut, kl tidak hati-hati tingkah laku yang lain mungkin terjadi di dalam system
interaksi, yang dapat menimbulkan dan mempertahankan tingkah laku yang
bermasalah tersebut, padahal seharusnya perlu ada usaha untuk memecahkannya.
Kerangka lain untuk mengerti dinamika keluarga adalah perbedaan-perbedaan
antara keluarga yang sehat dan keluarga yang tidal dapat berfungsi dengan baik.
D. Pola Komukasi Keluarga
Komunikasi merupakan sebuah proses saling mendengarkan antara patner atau
pasangan misalkan saja seorang istri mendengarkan suaminya bicara dan sebaliknya
seorang suami mendengarkan istrinya berpicara tatkala dalam mengeluarkan sebuah
pendapat (David H.Olson& Amy K.O:2000)

Dalam refrensi lain menyebutkan juga bahwa sebuah konsep model untuk mengukur
atau menilai dari pasangan dan keluarga. Adapun tujuan dari model penilaian dari
pasangan dan famili tercantumkan dalam lima konsep domain yang serupa yang
teridentivikasi didalam sebuah penilaian model yaitu:
1. Konsep kognitif
2. Afektif
3. Komunikasi dan hubungannya degan orang lain (interpersonal)
4. Struktur dan perkembangannya.
5. Kemudian kontrol situasi, dan hubungan perilaku

didalam

domain.

(Howard.A.L&dkk2001)
Sedangkan disebutkan lagi bahwa adapun model-model komunikasi dalam lingkungan
keluarga atau luasnya lingkungan masyarakat adalah:
1. Komunikasi pasif
Karakteristik dari komunikasi pasif ini adalah tidak adanya sebuah kebahagiaan
dan dan kejujuran dalam berbagi, yang mencakup perasaan dan sebuah keinginan.
Mungkin hal tersebut akan mengakibatkan seseorang menjadi harga dirinya lemah, dan
tipe seperti ini oarng lain akan membencinya dan membuat orang tersebut menjadi
sakit hati.
2. Komunikasi yang agresif
Adapun karakteristik komunikasi yang agresif adalah seorang individu yang yang
menyampaikan sebuah keinginannya menudian disampaikan dengan tepaat dan di ikuti
dengan kata-kata yang memaksakan diri untuk harus bisa untuk melakukannya atau
dengan kata-kata tidak pernah. Artinya bahwa dalam komunikasi agresif seseorang
berbicara dengan tepat apabila dia mau melakukan sebuah perkerjaan maka dia
langsung berkata ya, sedangkan kalau tidak pernah melakukannya langsung saja bilang
tidak.
3. Komunikasi yang assertif
Komunikasi asertif mengijinkan seseorang untuk mengungkapkan diri mereka, baik
didalam sebuah komunikasi kesehatan, baik ketidaktergantungannya dan lain-lain.
Secara langsung hal ini menjelaskan apa yang di inginkanorang lain, dan hal ini sangat
dihargai didalam sebuah komunikasi dengan orang lain. Maksud dari komunikasi

asertif ini adalah seseorang diberikan kebebasan untuk mengungkapkan perasaan atau
keinginannya di dalam bertindak atau dalam melakukan sesuatu.
E. Model Terapi dalam Keluarga
1. Experiential/Humanistic
Tujuan dari terapi ini adalah insight, kematangan psikoseksual, penguatan
fungsi ego, pengurangan gejala patologis, dan memuaskan lebih banyak relasi obyek.
Kerangka umumnya adalah sejadian saat ini yaitu data terkini dan dari
pengalamanyang diobservasi secara langsung. Aturan dari proses ketidaksadaran
adalah pilihan bebas dan kesadaran akan kemampuan diri lebih penting daripada
motivasi yang tidak disadari. Fungsi utama dari terapis adalah sebagai fasilitaor aktif
pada potensi-potensi untuk pertumbuhan dan menyediakan keluarga pada pengalaman
baru. Jenis-tenis terapi yang digunakan dalam pendekatan experiential/ humanistic
adalah sebagai berikut:
a. Terapi pengalaman (Experiential or symbolic family therapy) Menggunakan
pendekatan non-teoritis dalam terapi tetapi lebih menekankan pada proses, yaitu
sesuatu yang terjadi selama tahapan terapi keluarga dan bagaimana setiap orang
mengalami perasaan-perasaan dan perubahan pada perilakunya.
b. Gestalt family therapy Menekankan pada pengorganisasian diri secara menyeluruh.
Focus utamanya adalah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang
selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (self support).
c. Humanistik Terapis berperan dalam memperkaya pengalaman keluarga dan
memperbesar kemungkinan setiap anggota keluarga untuk menyadari keunikan dan
potensi mereka yang luar biasa.
d. Pendekatan proses/komunikasi

Terapis

dan

keluarga

bekerjasama

untuk

menstimulasi proses healting-promoting. Pendekatan yang digu akan adalah


mengklarifikasi adanya ketidaksesuaian dalam proses kemunikasi diantara anggota
keluarga.
2. Bowenian
Tujuan terapi adalah memaksimalkan diferensiasi diri pada masing-masing
anggota keluarga. Kerangka umumnya dari Bowen adalah mengutamakan masa kini

dan tetap memperhatikan latar belakang keluarga. Atauran dari ketidak sadaran adalah
konsep terkini yang menyatakan konflik yang tidak disadari meskipun saat ini tampak
pada masa interaktif. Fungsi utama dari terapis adalah langsung tapi tidak konfrontasi
dan dilihat melalui penyatuan keluarga.
Bowen mencoba menjembatani antara pendekatan yang berorientasi pada
psikodinamika yang menekankan pada perkembangan diri, isu-isu antar generasi dan
peran-peran masa laludengan pendekatan yang membatasi perhatian pada unit keluarga
dan pengaruhnya dimasa kini.
Bowen menggunakan 8 konsep dalam dalam sistem hubungan emosional
dalam keluarga yang digunakan Bowen untuk menganalisis kasus adalah sebagai
berikut:
a. Pebedaan individu
b. Triangulasi
c. Sistem emosional keluarga
d. Proses proyeksi keluarga
e. Pemutusan emosional
f. Proses penularan multigenerasi
g. Posisi saudara kandung
h. Regenerasi masyarakat
3. Psikodinamika
Tujuan dari terapi psikodinamika ini adalah pertumbuhan, pemenuhan lebih
banyak pada pola interaksi yang lebih. Psikodinamikan memandang keluarga sebagai
system dari interaksi kepribadian, duimana setiap individu mempunyai usb-sistem
yang penting dalam keluarga, sebagaimana keluarga sebagai sebuah sub-sistem dalam
sebuah komunitas. Terapis menjadi fasilitator yang menolong keluarga untuk
menentukan tujuannya sendiri dan bergerak kearah mereka sebagaimana sebuah
kelompok.
Kerangka umum adalah masa lalu, sejarah dari pengalaman terdekat yang perlu
diungkap. Aturan dari ketidaksadaran adalah konflik dari masa lalu yang tidak
terselesaikan akan Nampak pada perilaku sadar seseorang secara kontineu untuk
mrnghadapi situasi dan obyek yang ada sekarang. Fungsi utama dari terapis bersikap
netral artinya membuat intepretasi tehadap pola perilaku individu dan keluarga.
4. Behavioral

Tujuan dari terapi behavioral adalah merubah konsekuaensi perilaku anatar


pribadi yang mengarah pada penghilangan perilaku maladaptif atau problemnya.
Kerangka umum dari pendekatan behavioral adalah masa kini yang lebih
memfokuskan pada lingkungan interpersonal yang terpelihara dan muncul terus dalam
pola perilaku terkini. Fungsi utama dari terapis adalah direktif, mengarahkan,
membimbing atau model dari perilaku yang diinginkan dan negosiasi kontrak.
Jenis terapi keluarga yang biasa digunakan dalam pendekatan behavioral guna
menyususn kembali sebuah keutuhan keluarga adalah:
a. Behavioral marital therapy
b. Behavioral parent training
5. Struktural
Tujuan dari model pendekatan struktural adalah perubahan pada konteks
hubungan dalam rangka rekonstruksi organisasi keluarga dan merubah pola disfungsi
transaksional. Kerangka umum pendekatan struktural adalah masa kini dan masa lalu
yaitu struktur keluarga dipandang dari pola transaksioanal permulaan, dengan kata lain
struktur keluatga masa kini dipengaruhi oleh pola-pola transaksional sebelumnya.
Fungsi dari terapis adalah direktur panggung, yaitu memanipulasi struktur keluarga
dalam rangka mengubah setting disfungsional.
Pendekatan yang biasa digunakan dalam terapi struktural untuk memanipulasi
struktur keluarga adalah:
a. Menyusun ulang kesatuan disfungsional
b. Teknik intervensi struktural
F. Tehnik- Tehnik Family Therapy
Beberapa Tehnik yang digunakan oleh terapis keluarga meliputi :
1. Pemeragaan : yaitu dengan cara memperagakan ketika masalah itu muncul.
Misalnya, ayah dan anaknya sehingga mereka saling diam bertengkar, maka terapis
membujuk mereka untuk berbicara setelah itu terapis memberikan saran- sarannya
dan

bisa

disebut

dengan psikodrama dan komunikasi dalam keluarga paling

penting.
2. Homework: yaitu dengan cara mengumpulkan seluruh anggota keluarga agar
saling berkomunikasi diantaranya.

3. Family sculpting: cara untuk mendekatkan diri dengan anggota keluarga yang
lain dengan cara nonverbal.
4. Genograms:
adalah
mengumpulkan

dan

sebuah

mengorganisasi

cara

yang

informasi

bermanfaat
tentang

untuk

keluarga. Genogram

adalah sebuah diagram terstruktur dari sistem hubungan tiga generasi keluarga.
Diagram ini sebagai roadmap dari sistem hubungan keluarga.

5. Tehnik Modifikasi Tingkah Laku: Terdapat kesamaan antara tehnik modifikasi


perilaku

dan

pendekatan

strategic,kemudian

Gregory

Bateson

mengembangkannya. Pendekatan ini banyak dikaji oleh peneliti dan terapis.


(Katryn Geldard, 2011).
Jadi, tehnik terapi keluarga ada lima yaitu : pemeragaan, homework,
family sculpting, genograms, tehnik modifikasi tingkah laku. Tehnik-tehnik diatas
salah satunya dapat digunakan dalam proses terapi. Setiap

masalah

dapat

dikumpulkan data-data dari informasi anggota keluarga, dan mendekatkan diri


dengan anggota lainnya.
G. Peran Konselor dalam Family Therapy
Peran konselor dalam membantu

konseli

dalam

konseling keluarga dan

perkawinan dikemukakan oleh Satir. Diantaranya sebagai berikut:


1. Konselor berperan sebagai facilitative a comfortable, membantu

konseli

melihat secara jelas dan objektif dirinya dan tindakan-tindakannya sendiri.


2. Konselor menggunakan perlakuan atau treatment melalui setting peran interaksi.
3. Konselor menggunakan peran perlakuan atau treatment melalui peran setting
interaksi.
4. Berusaha menghilangkan pembelaan diri dari keluarga.
5. Mengajarkan konseli untuk berbuat secara dewasa dan untuk bertanggung
jawab dan melakukan self control.
6. Konselor menjadi penengah dari pertentangan atau kesenjangan komunikasi dan
menginterprestasi peran peran yang disampaikan konseli atau anggota keluarga.
7. Konselor menolak pembuatan penilaian dan membantu menjadi congruence dalam
respon- respon anggota keluarga.

8. Konselor tidak boleh menjadi pribadi yang trereotip terhadap urutan kelahiran. Pada
saat

yang

perkembangan

sama,

menjelajahi

kepribadian

urutan

seseorang

kelahiran

dan

pengaruhnya

pada

akan sangat memungkinkan untuk dapat

memahami orang tersebut.


9. Konselor memiliki banyak peran dalam pendekatan ini antara lain bimbingan,
coach, model dan konsultan.
Konselor pada konseling keluarga diharapkan mempunyai kemampuan
profesional untuk mengantisipasi perilaku keseluruhan anggota keluarga yang
terdiri dari berbagai kualitas emosional dan kepribadian. Konselor diharapkan
mampu mengembangkan komunikasi antara

anggota

keluarga

yang

tadinya

terhambat oleh emosi- emosi tertentu, membantu mengembangkan penghargaan


anggota keluarga terhadap potensi anggota keluarga lain sesuai dengan realitas
yang ada pada dirinya dan mempunyai wawasan serta alternatif rencana untuk
pengembangannya atas bantuan semua anggota keluarga dan mampu membantu
konseli agar dapat menurunkan tingkat hambatan emosional dan kecemasan serta
menemukan,

memahami

dan

memecahkan

masalah dan

kelemahan

yang

dialaminya dengan bantuan anggota keluarga lainnya.


Jadi, dalam Family Therapy disini salah satunya konselor diharapkan
mampu mengembangkan komunikasi antara anggota keluarga yang

tadinya

terhambat oleh emosi- emosi tertentu, dan mampu membantu konseli agar
dapat menurunkan tingkat hambatan emosional dan kecemasan serta menemukan,
memahami dan memecahkan masalah dan kelemahan yang dialaminya dengan
bantuan anggota keluarga lainnya.
H. Proses dan Tahapan Family Therapy
Terapi keluarga pada dasarnya adalah sebuah cara unik untuk melihat patologi
dalam sistem keluarga. Historisnya yaitu dimulai pada diri individu yang menekankan
pada

aspek intrapsikisnya kemudian berlanjut

keluarga

kepada individu sebagai anggota

sehingga meningkatnya hubungan interpersonal dan komunikasi diantara

mereka. Terapi

keluarga

berfokus

pada

cara

suatu

sistem

keluarga

yang

mengorganisasi patologis yang terstruktur dengan dipandang sesuatu yang salah. .


(Katryn Geldard, 2011).
Pada
mulanya
seorang

konseling

datang

dengan

konselor

untuk

mengkonsolidasikan masalahnya. Biasanya datang pertama kali ini lebih bersifat


identifikasi pasien. Tetapi untuk tahap penanganan (treatment) diperlukan kehadiran
anggota keluarga yang lain. Menurut Satir, tidak mungkin mendengarkan peran,
status, nilai dan norma keluarga atau kelompok, jika tidak ada kehadiran anggota
keluarga yang lain. Jadi dalam pandangan ini, anggota keluarga yang lain harus
datang ke konselor.
Kehadiran konseli ke konselor dapat dilangsungkan sampai tiga kali
seminggu.

Dalam

pelaksanaannya,

sekalipun

dalam

bersifat spekulatif, pelaksanaan

konseling dapat saja dilakukan secara kombinatif, setelah

konseling

individual

dilanjutkan dengan kelompok atau sebaliknya.


Menurut Sofyan S Willis (2009) Tahapan terapi keluarga secara garis besar proses
dalam konseling keluarga adalah:
1. Pengembangan Rapport, merupakan hubungan suasana konseling yang
jujur,

saling percaya,

sehingga

akrab,

menimbulkan keterbukaan dari konseli.

Upaya pengembangan rapport ini ditentukan oleh aspek aspek diri konselor
yakni kontak mata, perilaku non verbal (perilaku attanding, bersahabat/ akrab,
hangat, luwes, ramah, jujur, penuh perhatian). Dan bahasa lisan/ verbal yang baik
2. Pengembangan apresiasi emosional, dimana munculnyakemampuan untuk
menghargai perasaan masing- masing anggota keluarga, dan keinginan mereka agar
masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar.
3. Pengembangan alternatif modus perilaku.
Dalam tahap ini, baik konseling maupun anggota keluarga mengembangkan
dan melatihkan perilaku- perilaku baru yang disepakati berdasarkan hasil diskusi
dlam konseling. Pada tahap ini muncul home assignment, yaitu mencobakan/
mempraktikkan perilaku baru selama masa satu minggu (misalnya) dirumah,
kemudian akan dilaporkan pada sesi berikutnya
dilakukan tindakan selanjutnya.

untuk

dibahas,

evaluasi

dan

4. Fase membina

hubungan konseling. Adanya

positive regard, understanding, genuine, empathy.


5. Memperlancar tindakan positif.Terdiri dari

acceptance,Unconditional
eksplorasi,

perencanaan

atau

pengembangan perencanaan bagi konseli sesuai dengan tujuan untuk memecahkan


masalah,kemudian penutup untuk mengevaluasi hasil konseling sampai menutup
hubungan konseling.
Menurut

conjoint

family

therapy,

langkah/

proses

konseling yang dapat ditempuh adalah:


1. Intake interview, buildingc working alliance. Bertujuanuntuk mengeksplorasi
dinamika perkembangan konseling dengan anggota keluar lainnya ( untuk
mengungkap

kesuksesan

dan

kegagalan

kekuatan

dan

kelemahan,

polahubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian dan area masalahnya).


2. Case conceptualization and treatment planning, mengenal masalah/ memperjelas
masalah, kemudian fokus pada rencana intervensi apa yang akan dilakukan untuk
penanganan masalah.
3. Implemention, menerapkan intervensi yang disertai dengan tugas-tugas yang
dilakukan bersama antara konseli dan keluarga, contohnya: free drawing
art ask ( menggambar bebas mewakili keberadaan mereka baik secara
kognitif, emosi, dan peran yang mereka mainkan), home work.
4. Evaluation termination, melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan
konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan
tujuan konseling.
5. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki
dan meningkatkan proses konseling.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dalam keterikatan
aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga. ( friedman, 1998). Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menata
kembali masalah hubungan antar manusia (Stuart & Sudden).
Tujuan terapi keluarga : Menurunkan konflik kecemasan keluarga. Meningkatkan
kesadaran keluarga thd kebutuhan masing - masing anggota keluarga. Meningkatkan
kemampuan penanganan thd krisis. Mengembangkan hubungan peran yg sesuai.
Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dlm maupun dari luar anggota keluarga.
Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dg tingkat perkembangan anggota keluarga.
Manfaat terapi keluarga
1. Bagi klien : Mempercepat proses penyembuhan, memperbaiki hubungan interpersonal,
menurunkan angka kekambuhan.
2. Keluarga : Memperbaiki fungsi & struktur keluarga, Keluarga mampu meningkatkan
pengertian thd klien shg lebih dpt menerima, toleran & menghargai klien sbg manusia.
keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm membantu klien dlm proses rehabilitasi
B. Saran
Untuk menjaga agar sebuah keluarga tetap utuh seutuhnya dibutuhkan sikap saling
menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lain, menjaga komunikasi antar
anggota keluarga, saling mendukung antar anggota keluarga dalam hal-hal yang positif.
Dan jika semua hal yang mendukung untuk menjaga keutuhan keluarga sudah
dilaksanakan tetapi masih saja terjadi perpecahan dalam keluarga, maka sebaiknya kita
menganggap hal tersebut sebagai ujian dari Tuhan dan berdoa saja semoga masalah cepat
selesai.

DAFTAR PUSTAKA
David, H Olson, dkk, 2000 Empowering Couples; Buliding or your strengths
Hershenson, David B, Power, Paul W, Waldo Michael. 1996. Community Conseling, Boston: Allyn
and Bacon.
Howard, A.L, dkk, 2001. Family Psychology. Sciencebased intervention, APA; Woshington DC.
Kartini Kartono, 1985, Bimbingan Konseling dan Dasar-dasar Pelaksanaan Tehnik Bimbingn Praktik ,
Jakarta, CV Rajawali
Katryn G, 2011, Konseling Keluarga ,Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Latipun, 2011, Psikologi Konseling, Pers Universitas Muhammadiyah Malang
Sofyan S. Willis ,2009, Konseling Keluarga, Bandung: Alfabeta

Você também pode gostar