Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. LATAR BELAKANG
Setiap bangunan gedung, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh,
dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan
kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan
fungsi
bangunan
gedung, lokasi,
keawetan,
dan
hingga
dengan
kondisi
pembebanan
maksimum
dalam
mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk
daerah/zona tertentu kemampuan untuk mendukung beban muatan yang
timbul akibat perilaku alam. Besarnya beban muatan dihitung berdasarkan
fungsi bangunan gedung pada kondisi pembebanan maksimum dan variasi
pembebanan agar bila terjadi keruntuhan pengguna bangunan gedung masih
dapat menyelamatkan diri.
Perencanaan pembebanan standar untuk gedung diantaranya portal
gedung tersebut dianalisis dengan pembeban maksimum, baik beban hidup
maupun beban mati, begitu juga dengan beban gempa atau angin yang
bekerja pada struktur bangunan tersebut. Sedang realisasinya di lapangan
tidak demikian atau tidak sesuai dengan asumsi pembebanan standar
tersebut, kecuali bangunan sudah selesai dibangun.
Kolom struktur bangunan yang dibangun secara bertahap, mulai dari
lantai dasar, lantau satu, lantai dua dan seterusnya, tentu akan mengalami
beban aksial yang lebih kecil dibandingkan dengan beban aksial yang bekerja
pada kolom pada saat bangun telah selesai dilaksanakan keseluruhan
1
tingkatnya.
Seiring
dengan
itu
pembanguan
secara
bertahap
akan
tentu
menyebabkan
struktur
kolom
lebih
aman
dibandingkan
oleh
beban
aksial
maupun
oleh
beban
momen
akibat
beban
sentris
berarti
tidak
mengalami
momen
lentur.
Kenyataannya hampir tidak ada kolom yang dibebani secara aksial sempurna
karena disebabkan oleh hal-hal tidak terduga, seperti tidak tepatnya
pembuatan acuan beton dan sebagainya.
Berdasarkan fakta tersebut, karena perencanaan gedung bertingkat
harus dipikirkan dengan matang karena menyangkut investasi dana yang
jumlahnya tidak sedikit. Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa
kriteria, yaitu 3S: strength, stiffness, dan serviceability. Maka, perlu diadakan
suatu analisis tentang pengaruh eksentrisitas kolom struktur gedung akibat
pelaksanaannya di lapangan dengan berbagai kondisi dan tahapan terhadap
perencanaan pembebanan standar.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas
dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain sebagai berikut ini.
1. Sampai seberapa jauh pengaruh eksentrisitas beban yang bekerja pada
kolom antara perencanaan beban standar dengan kekuatan kolom
pelaksanaan dengan berbagai kondisi?
2. Berapakah rasio kekuatan kolom hasil perbandingan antara perencanaan
beban standar dengan kekuatan kolom pelaksanaan dengan berbagai
kondisi ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya eksentrisitas beban
aksial kolom?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut ini.
kriteria
kekuatan
(strenght),
kenyamanan
(serviceability),
dasar melalui pondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial
tekan serta momen lentur (akibat kontinuitas konstruksi). Oleh karena itu
dapat didefinisikan, kolom ialah suatu struktur yang mendukung beban aksial
dengan atau tanpa momen lentur. Balok dapat didefinisikan sebagai salah
satu dari elemen struktur portal dengan bentang arah horizontal, sedangkan
portal merupakan kerangka utama dari struktur bangunan, khususnya
bangunan gedung (Asroni, 2010).
F.2 Pengertian Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang
memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas
ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui
pondasi. Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan pada
satu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan collapse
(runtuhnya) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (ultimate total
collapse) seluruh strukturnya. (Nawy, 1990).
Pemahaman mengenai eksentrisitas sangat dibutuhkan di kala
perencanaan suatu struktur kolom. Menurut Schodek pada tahun 1991, kolom
dapat dikategorikan berdasarkan panjangnya. Kolom pendek adalah jenis
kolom yang kegagalannya berupa kegagalan material (ditentukan oleh
kekuatan material). Keruntuhan kolom dapat terjadi apabila tulangan bajanya
leleh karena tarik, atau terjadinya kehancuran pada beton yang tertekan.
Selain itu dapat pula kolom mengalami keruntuhan apabila terjadi kehilangan
stabilitas lateral, yaitu terjadi tekuk. Apabila kolom runtuh karena kegagalan
materialnya (yaitu lelehnya baja atau hancurnya beton), kolom diklasifikasikan
sebagai kolom pendek (short column). Apabila panjang kolom bertambah,
kemungkinan kolom runtuh karena tekuk semakin besar. Dengan demikian
ada suatu transisi dari kolom pendek (runtuh karena material) ke kolom
panjang (runtuh karena tekuk) yang terdefinisi dengan perbandingan panjang
efektif klu dengan jari-jari girasi r. Tinggi lu adalah panjang tak tertumpu
(unsupported length) kolom, dan k adalah faktor yang bergantung pada
kondisi ujung kolom, dan kondisi adakah penahan deformasi lateral atau
tidak. (Nawy, 1990)
akan mulai terjadi pada satu sisi kolom dan baja tulangan pada sisi
tersebut akan menerima gaya tarik yang lebih kecil dari tegangan leleh.
Pada sisi yang lain tulangan akan mendapat gaya tekan. Keruntuhan akan
terjadi karena hancurnya beton pada sisi yang tertekan.
(d) Kondisi beban berimbang. Saat eksentrisitas terus ditambah, akan
tercapai suatu kondisi dimana tulangan pada sisi tarik akan mencapai
leleh dan pada saat bersamaan beton pada sisi lainnya akan mencapai
tekan maksimum 0,85 fc. Situasi ini disebut kondisi pada beban
berimbang.
(e) Momen besar, beban aksial relatif kecil. Jika eksentrisitas terus ditambah,
keruntuhan terjadi akibat tulangan meleleh sebelum hancurnya beton.
(f) Momen lentur besar. Pada kondisi ini, keruntuhan terjadi seperti halnya
pada sebuah balok.
Apabila beban bekerja eksentris (yaitu tidak bekerja di pusat berat
penampang melintang), maka distribusi tegangan yang timbul tidak akan
merata. Efek beban eksentris menimbulkan momen lentur pada elemen yang
berinteraksi dengan tegangan tekan langsung. Bahkan, apabila beban itu
mempunyai eksentrisitas yang relatif besar, maka di seluruh bagian
penampang yang bersangkutan dapat terjadi tegangan tarik. (Schodek, 1991)
terdiri dari 4 lantai yang mana disain awal gedung ini terkesan tidak ekonimis.
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode studi pustaka, yang membahas kerangka konseptual permasalahan,
penentuan tinjauan, kategori penulisan, metode dan prinsip-prinsip desain
dan analisis, penyesuaian tipe perencanaan dengan fungsi struktur serta
keoptimalan dan keekonomisan hasil desain yang dilakukan peneliti dengan
mengacu pada peraturan pemerintah yaitu Standar Nasional Indonesia yakni
SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002. Hasil dari penelitian ini adalah
penentuan dimensi balok tergantung pada jenis tumpuannya dan jarak antar
tumpuan atau bentang portal bangunan, dimana penetuan dimensi balok
yang digunakan asumsi awal yaitu untuk tinggi dimensi struktur balok 1/12
bentang dan untuk lebar struktur balok menggunakan asumsi awal yaitu 2/3
tinggi balok disamping itu, penentuan besar dimensi balok harus memenuhi
syarat perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang dari 0,3 dan
lebarnya tidak boleh kurang dari 250 mm, adapun hasil dari perencanaan
struktur balok dengan asumsi awal yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
untuk nilai momen rencana 1,12 kali lebih besar dari Momen Ultimate untuk
nilai gaya geser rencana 1,60 kali lebih besar dari gaya geser ultimate,
Penentuan dimensi kolom didasarkan pada asumsi kolom tengah yang
memikul beban tersebar akibat beban balok dan pelat yang telah didistribusi
ke kolom, Dalam perencanaan dan perhitungan struktur atas bangunan, dari
analisa struktur dengan program SAP2000 diperoleh bahwa gaya-gaya dalam
yang terjadi pada kolom (gaya aksial) yang bekerja pada kolom struktur,
semakin ke bawah semakin besar nilainya.
Ricky Cristiyanto, (2010) meneliti tentang Perencanaan Struktur
Gedung Rusunawa Unimus. Penelitian ini bertujuan melakukan perencanaan
kembali gedung rusunawa unimus dimana perencanaan awal gedung ini
hanya memiliki 4 lantai kemudian dilakukan penyesuaian terhadap kebutuhan
jumlah lantai menjadi 6 lantai. Metode penelitian yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah melakukan survey lokasi proyek yang akan dilakukan
pembangunan,
melakukan
studi
pustaka
yang
membahas
kerangka
struktur.
Sedangkan
penelitian
yang
dilakukan
peneliti,
melakukan evaluasi asumsi awal dimensi struktur atas (struktur balok dan
stuktur kolom). Melakukan evaluasi kemampuan struktur balok dan struktur
kolom. Melakukan review disain struktur atas (struktur balok dan struktur
kolom) yang tidak memenuhi syarat dan ketentuan sesuai SNI 03-2847-2002.
Asdam Tambusay, penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu yaitu
melakukan review disain terhadap bangunan gedung universitas patria artha
yang dianggap tidak ekonomis, peneliti melakukan review disain terhadap
struktur pelat lantai, struktur balok, dan struktur kolom dimana struktur
bangunan gedung terdiri dari 4 lantai. Adapun perbedaan penelitian yang
dilakukan saat ini yaitu peneliti melakukan evaluasi terhadap dimensi struktur
balok, melakukan evaluasi terhadap kemampuan struktur balok dan struktur
kolom berdasarkan SNI 03-2847-2002 dan melukan review disain struktur
balok dan struktur kolom yang tidak memenuhi persyaratan minimum.
10
Menentukan Parameter
Struktur
Input Data:
Tidak Bertahap 11
(Pembebanan Aksial
Standar)
Variasi Permbebanan
Kondisi I
Struktur
hanya
dipengaruhi
Berat Sendiri
Struktur (BS)
Kondisi II
Struktur
dipengaruhi
Berat Sendiri
Struktur (BS)
dan Beban
Mati (DL)
Kondisi III
Struktur
dipengaruhi
Berat Sendiri
Struktur (BS),
Beban Mati (DL),
dan Beban
(LL)
Analisis Pengaruh Beban AksialHidup
(P) terhadap
Kondisi IV
Struktur
dipengaruhi
Berat Sendiri
Struktur (BS),
Beban Mati (DL),
dan Beban
Gempa (E)
Permodelan II
1. Variasi portal:
4x1, 4x2, 4x3,
dan 4x4
2. Bentang = 6 m
3. Pengaruh P
terhadap
e
hanya
pada
kondisi II.
Permodelan III
1. Variasi
bentang: 6-12 m
2. Potal (4x4)
3. Pengaruh P
terhadap e hanya
pada kondisi II.
Permodelan IV
1. Bentang = 6 m
2. Potal (4x1)
3. Pengaruh P
terhadap e hanya
pada kondisi IV.
Selesai
12
13
a. Permodelan I
Permodelan I untuk melihat pengaruh Beban Aksial (P) terhadap
eksentrisitas (e) pada kondisi I, II, dan III dengan parameter struktur:
- Portal (4x1)
- Bentang = 6 m
c. Permodelan III
15
16