Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW, berpedoman pada
kitab suci Al-Quran, yang diturunkan ke dunia yang merupakan wahyu Allah SWT.
Manna Khalil al-Qattan mengatakan, bahwa Al-Quran adalah risalah Allah kepada
manusia semuanya.1[1] Al-Quran sebagai petunjuk manusia dalam melakukan berbagai
aktivitas, termasuk aktivitas proses belajar mengajar, diyakini mengandung petunjuk
tentang cara mewujudkan kondisi belajar mengajar yang baik dan efektif.2[2]
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi edukatif antara peserta
didik dengan pendidik. Salah satu indikator interaksi edukatif adalah apabila interaksi
tersebut dilaksanakan secara terencana, terkendali, ada sesuatu atau bahan yang akan
disampaikan dan dapat di evaluasi dalam suatu system. Konsekuensi logisnya, ketika
interaksi dilakukan tanpa memperhatikan empat poin di atas,ia tidak memenuhi
karakteristik interaksi edukatif.
Guru sebagai pendidik dan murid sebagai peserta didik merupakan komponen
pendidikan yang sangat urgen, mengingat bahwa proses belajar mengajar akan terlaksana
dengan adanya interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik. Forrest W. Parkay
dan Everly Hardcastle Stanford mengatakan, Sebagai seorang guru, interaksi dari hari ke
hari guru dan murid akan membangun ikatan yang kuat antara mereka.3[3]
Proses interaksi guru dan murid yang buruk akan menghasilkan output yang buruk
pula, sehingga tujuan pendidikan yang diinginkan tidak tercapai. Dari pemaparan diatas
terlihat bahwa salah satu permasalahan penting dalam dunia pendidikan adalah
komponen pendidik dan murid.
Begitu pentingnya interaksi guru dan murid, Allah memberikan gambaran akan hal
tersebut bukan dalam bentuk doktrin (Larangan dan perintah secara langsung), tetapi
dalam bentuk kisah yang hidup.
Hal ini yang melatar belakangi penulis menyusun makalah tentang: Pola Hubungan
Guru dengan Murid dalam Perspektif al-Quran al-Kahfi ayat 60-70. Yang merupakan
salah satu kisah yang menggambarkan akan interaksi antara guru sebagai pendidik dan
murid sebagai peserta didik.
1
2
3
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada pembahasan ini adalah
sebagai berikut:
1.
BAB II
PEMBAHASAN
TAFSIR TENTANG AYAT-AYAT HUBUNGAN GURU DENGAN MURID
A. SURAT
AL-KAHFI
AYAT
60-82
Lihat
Surah
Al-Kahfi
ayat
60-82.
Yang artinya:
60. Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada muridnya[885]: "Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau Aku akan
berjalan sampai bertahun-tahun".
61. Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan
ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya:
"Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita Telah merasa letih Karena perjalanan
kita ini".
63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu
tadi, Maka Sesungguhnya Aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah
yang melupakan Aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil
jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali".
64. Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti
jejak mereka semula.
65. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba kami, yang
Telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang Telah kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami[886].
66. Musa Berkata kepada Khidhr: "Bolehkah Aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang Telah diajarkan
kepadamu?"
67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama
Aku.
68. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati Aku sebagai orang yang sabar, dan
Aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku
tentang sesuatu apapun, sampai Aku sendiri menerangkannya kepadamu".
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr
melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu Telah berbuat sesuatu kesalahan
yang besar.
72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah Aku Telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekalikali tidak akan sabar bersama dengan aku".
73. Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum Aku Karena kelupaanku dan janganlah
kamu membebani Aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".
74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak,
Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang
bersih, bukan Karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu Telah melakukan
suatu yang mungkar".
75. Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu
tidak akan dapat sabar bersamaku?"
76. Musa berkata: "Jika Aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka
janganlah kamu memperbolehkan Aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup
memberikan uzur padaku".
77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu
negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu
tidak mau menjamu mereka, Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding
rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau
kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara Aku dengan kamu; kelak akan
kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya.
79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan
Aku bertujuan merusakkan bahtera itu, Karena di hadapan mereka ada seorang raja yang
merampas tiap-tiap bahtera.
80. Dan adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami
khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan
kekafiran.
81. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak
lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya
(kepada ibu bapaknya).
82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di
bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang
yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan
bukanlah Aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".
Menurut ahli tafsir, murid nabi Musa a.s. itu ialah Yusya 'bin Nun.
Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini
ialah wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang
ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.
B. KOSA KATA
Kosa kata
Arti kata
Bertahun-tahun
Dengan melompat
Aku sampai
Berhenti berjalan
Makanan kita
Kita berhenti
Kamu mampu
Kamu kuasai
Penjelasan
pertemuan mereka dan kapan terjadinya. Kendati demikianlah banyak sekali pelajaran
yang dapatditarik dari ayat-ayat ini.
Kata fata pada mulanya bermakna remaja / anak muda. Digunakan dalam
arti pembantu.masyarakat
jahiliyah
menamakan
budak-budak
pria
mereka
dengan abd. Rasulullah melarang penggunaan itu dan mengajarkan agar menamai
mereka fata. Agaknya hal tersebut untuk mengisyaratkan bahwa sesorang betapa pun
keadaannya tidaklah wajar di [erbudak dan harus diperlakukan sebaik mungkin
selayaknya manusia. Dengan demikian orang yang selalu menyertai nabi Musa as. Itu
dinamai fata, yakni yang selalu membantunya dan yang boleh jadi dalam pandangan
masyarakat ia berstatus hamba sahaya.
Yang dimaksud dengan fata Musa oleh ayat ini menurut banyak ulama adalah
Yusra ibn Nun. Ada juga yang berpendapat ia adalah kemenakan nabi Musa asa, yakni
anak saudara perempuannya. Yusra adalah salah seoranmg dari dua belas orang yang di
utus mematai penduduk Kanan di daerah Halab (Aleppo syiria sekarang) serta Hebron
(di Palestina). Menurut Thahir Ibn Asyur dia lahir disekitar 1463 SM. Dan meninggal
sekitar 1353 SM dalam usia sekitar 110 tahun.
Ayat ini tidak menjelaskan di mana ( ) atau dua
laut itu. Sementara ulama berpendapat bahwa ia di Afrika (maksudnya di Turnis
sekarang). Sayyid Qhutub menguatkan pendapat yang menyatakan ia dalah laut merah
dan laut putih. Sedang tempat pertemuan itu di danau At-Timsah dan danau al-Murrah,
yang kini menjadi wilayah Mesir atau pada pertemuan teluk Aqabah atau Suez di laut
merah. Ibn Asyur menekankan bahwa tidakalah wajar menduga ada tempat lain bagi
pertemuan tersebut kecuali di Palestina. Kemungkinan besar tulisnya itu Buhairiyah yang
dinamai juga oleh orag Israil Bahr al-Jalil.
Kata huquban ada yang berpendapat bahwa kata tersebut bermakna setahun, ada
juga yang berkata tujuh puluh tahun, atau delapan pulih tahun atau sepanjang masa.
Bentuk jamaknya ahqab . apapun maknanya, yang jelas ucapan nabi Musa as dia atas
menunjukkan tekadnya yang demikian kuat untuk bertemu dan belajar pada hamba Allah
yang shaleh itu.
Pendapat ulama berbeda tentang makna (nasiya hutahuma) / mereka berdua lupa
ikan mereka. Itu lupa membawanya setelah mereka beristirahat di suatu tempat, dan Nabi
Musa as. Sendiri lupa mengingatkan pembantunya. Ada juga yang berpendapat bahwa
pembantunya lupa menceritakan ihwal ikan yang dilihatnya mencebur ke laut.[1]
2. Pengajaran langsung yang diberikan Allah kepada seseorang yang disebut Talim Ar
Rabbani. Ini di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Diberi dengan cara wahyu, yaitu ilmu al Anbiya dan ini khusus untuk para nabi
b. Diberikan dengan cara ilham yang ilmunya disebut ladunni ini diperoleh dengan cara
langsung dari Tuhan tanpa perantara.
TAFSIR SURAT AL-KAHFI AYAT 66-70
Allah SWT menceritakan tentang ucapan Musa a.s kepada orang alim, yakni Nabi
Kaidhir a.s yang secara khusus diberi ilmu oleh Allah SWT yang tidak diberikan kepada
Musa a.s, sebagaimana Dia juga telah menganugerahkan ilmu kepada Musa yang tidak
Dia berikan kepada Khaidir. Musa berkata kepada Khaidir: Bolehkah aku
mengikutimu. Yang demikian itu merupakan pertanyaan yang penuh kelembutan, bukan
dalam bentuk keharusan dan pemaksaan. [2]
Demikian itulah seharusnya seorang pelajar kepada orang berilmu. Dan ucapan
Musa, Bolehkah aku mengikutimu? yakni menemanimu. Supaya engkau mengajarkan
kepadaku iilmu-ilmu yang benar dianatra ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu? Maksudnya, sedikit ilmu yang telah diajarkan Allah Taala kepadamu agar
kamu dapat menjadikannya sebagai petunjuk dalam menangani urusanku, yaitu ilmu
yang bermanfaat dal amal shalih. Pada saat itu, Khaidhir berkata kepada Musa
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Maksudnya,
sesungguhnya engkau tidak akan mampu menemaniku, sebab engkau akan menyaksikan
berbagai tindakanku yang bertentangan dengan syariat mu , karena aku bertindak
berdasarkan ilmu yang diajarkan Allah kepadaku dan tidak Dia ajarkan kepadamu.
Engkau juga mempunyai ilmu yang diajarkan Allah kepadamu tetapi Dia tidak ajarkan
kepadaku. Dengan demikian, masing-masing kita dibebani berbagai urusan dari-Nya
yang saling berbeda, dan engkau tidak akan sanggup menemaniku. Dan bagaimana
kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang hal itu? Aku akan mengetahui bahwa kamu akan menolak apa yang kamu tidak
mengetahui alasannya. Tetapi aku telah mengetahui hikmah dan kemaslahatan yang
tersimpan didalamnya, sedang kamu tidak mengetahuinya. Musa berkata, Insya Allah
engkau akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, yakni atas apa yang aku
saksikan dari beberapa tindakanmu. Dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu
urusan pun. Maksudnya, dan aku tidak menentangmu mengenai sesuatu. Pada saat itu,
Khaidhir a.s memberikan syarat kepada Musa, Ia berkata, Jika kamu mengikutiku,
maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun. Yakni, dalam
taraf pertamanya. sampai aku sendiri yang menjelaskannya kepadamu. Yakni, sehingga
aku yang mulai memberikan penjelasan kepadamu sebelum kamu bertanya kepadaku.
TAFSIR SURAT AL- KAHFI AYAT 71-73
Allah berfirman seraya menceritakan tentang Musa dan sahabtnya, yakni khidhir,
bahwa keduanya bertolak bersama. Setelah sepakat dan saling bersahabat, Khidri sendiri
telah memberikan syarat kepada Musa untuk tidak menanyakan sesuatu hal yang ia tolak
sehingga ( Khidhir) sendiri yang mulai menjelaskannya, maka keduanya pun menaiki
kapal. Didepan telak kami kemukakan pembahasan tentang bagaimana keduanya menaik
perahu.[3]
Khidhir bangkit kemudia melubangi perahutersebut, lalu mengeluarkan papan
perahu tersebut kemudian memotongnya, sedang Musa tidak dapat menahan diri
menyaksikkan hal itu hingga dengan nada menolak, Musa berkata: mengapa kamu
melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpang?.
sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Mujahidin
mengatakan : yakni kemungkaran. Sedangkan Qatadah mengatakan : yakni, sesuatu
yang aneh.
Maka pada saat itu, Khidhir berkata kepadanya seraya mengingatkan syarat yang
pernah ia ajukan sebelumnya: Bukankah aku telah berkata: Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sabar bersama denganku. Yakni, apa yang engkau kerjakan
inimerupakan bagian dari apa yang telah kusyaratkan kepadamu, yakni kamu tidak boleh
menolak apa yang kulakukan terhadapnya, karena kau tidak menyelami pengetahuan
tentangnya. Padahal tindakan tersebut mempunyaikemaslahatan yang engkau tidak
mengetahuinya. Musa berkata : janganlah engkau menghukumku karena kelupaanku
dan janganlah engkau membebani sesuatu kesulitan dalam urusanku. maksudnya,
janganlah engkau mempersempit dan mempersulit diriku.
ditengah-tengah anak lainya. Ia adalah anak yang paling bagus, tampan, dan cerita
diantara kawan-kawannya. Lalu khidhir membunuhnya., wallaahu alam.[4]
Setelah menyaksikan peristiwa tersebut, Musapun menengkang Khidhir bahkan
lebih keras daripada penentangan yang pertama,dan dengan segera ia berkata: mengapa
engkau membunuh jiwa yang bersih. Yakni, seorang anak kecil yang belum berbuat
dosadan tidak juga ia berbuat kesalahan sehingga engkau membunuhnya, Bukan karena
ia membunuh yang lain? yakni, tanpa adanya alas an untuk membunuhnya.
Sesungguhnya engkau telah melakukan sesuatu yang munkar. yakni, kemungkaran yang
benar-benar jelas. khidhir berkata: Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku? Di sini khidhir juga
menekankan seraya mengingatkan syarat pertama. Oleh karena itu, Muka berkata
kepadanya: Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah kali ini. maksudnya,
jika aku menentangmu dalam sesuatu hal setelah ini, maka janganlah engkau
memperolehkan diriku menyertaimu, sesungguhnya engkau telah cukup memberikan
udzur kepadaku. maksudnya, engkau telah memberikan udzur berkali-kali.
TAFSIR SURAT AL-KAHFI AYAT 77-78
Alaah berfirman seraya menceritakan tentang keduanya, bahwa keduanya
Berjalan, yakni, setelah dua kali perjalanan sebelumya, Hingga ketika mereka sampai
kepada penduduk suatu negeri. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Sirin bahwa negeri
itu adalah al-Ablah. Tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian
keduanya mendapatkan di negeri itu dinding rumah yang roboh. Penggunakan
kata Iradah (hendak)
bagi
dinding
bukan
menurut
hakekatnya
tetapi
sebagai istiarah (kiasan) saja, karena dalam berbagai perbincangan, kata aliradah berarti kecenderungan. Sedangkan kata al-inqidhadh berarti roboh.
Dalam firman-Nya, Maka Khaidhir menegakkan dinding itu. Maksudnya,
Khaidhir kembali menegakkan dinding tersebut. Maka Musa berkata kepadanya, Jikalau
engkau mau, niscaya engkau dapat mengambil upah untuk itu. Maksudnya, karenanya
mereka tidak mau menjamu kita, maka layak kiranya jika engkau tidak bekerja secara
Cuma-Cuma untuk mereka. Khaidhir berkata, Inilah perpisahan antara diriku dan
dirimu. Maksudnya, karena kamu telah memberikan syarat pada waktu pembunuhan
anak kecil bahwa jika kamu bertanya kepadaku tentang sesuatu hal setelah itu, maka aku
tidak boleh memperkenankan dirimu bersamaku lagi, dan sekarang inilah perpisahan
antara diriku dan dirimu. Aku akan memberitahukan kepadamu penakwilan, yakni,
penafsiran, (Tujuan perbuatan-perbuatan) yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Artinnya: anak yang dibunuh oleh Khidhir itu telah ditetapkan pada hari penetapan
sebagai orang kafir.
Oleh karena itu, Khidhir berkata: maka kedua orang tuanya adalah orang-orang
mukmin dan kami khawatir bahwa ia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada
kesesatan dan kekafiran. Maksudnya, kecintaan kedua orang tuanya akan menjadikan
mereka mengikuti kekafiran anak tersebut. Maka hendaklah seseorang ridha terhadap
ketetapan Allah, karena sesungguhnya ketetapan Allah bagi seorang mukmin tentang
sesuatu yang tidak disukainya itu merupakan suatu hal yang lebih baik baginya daripada
ketetapan-Nya mengenai apa yang ia sukai.
Allah taala berfirman: boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu sangat
baik bagimu. ( Q.S al-baqarah ayat 216.
Ada yang mengatakan, ketika anak yang dibunuh khidjir, ibunya sedang
mengandungseorang anak laki-lakimuslim. Demikian yang dikatakan oleh ibnu Juraij.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
TAFSIR SURAT AL-KAHFI AYAT 60-82
Kelompok ayat-ayat ini menguraikan suatu kasih Nabi Musa as. Dengan salah seorang
hamba Allah yang saleh. Kisah itu tidak akan disinggung dari dekat atau jauh kecuali
dalam surah ini. Banyak juga hal yang disebut oleh kumpulan ayat-ayat ini yang tidak
secara jelas diuraikan. misalnya siapa hamba Allah yang saleh itu, dimana pertemuan
mereka dan kapan terjadinya. Kendati demikianlah banyak sekali pelajaran yang
dapatditarik dari ayat-ayat ini.
Dalam ayat 62 Allah menceritakan bahwa keduanya terus melanjutkan
perjalanannya siang dan malam. Dalam ayat 63 ini yusa menjawab secara jujur, bahwa
ikan itu telah hidup kembali dan menggelepar-gelepar, lalu masuk ke laut dengan cara
yang sangat mengherankan, ketika mereka beristirahat dan berlindung di batu tempat
bertemunya dua laut. Ayat 64 ininabi Musa menyambutnya dengan gembira seraya
berkata: itulah tempat yang kita cari. Dalam ayat 65 Allah menceritakan bahwa setelah
nabi Musa dan Yusa menyusuri kembali jalan yang mereka lalui tadi sampailah keduanya
pada batu yang pernah mereka jadikan tempat istirahat.
Allah SWT menceritakan tentang ucapan Musa a.s kepada orang alim, yakni Nabi
Kaidhir a.s yang secara khusus diberi ilmu oleh Allah SWT yang tidak diberikan kepada
Musa a.s, sebagaimana Dia juga telah menganugerahkan ilmu kepada Musa yang tidak
Dia berikan kepada Khaidir.
Allah berfirman seraya menceritakan tentang Musa dan sahabtnya, yakni khidhir, bahwa
keduanya bertolak bersama. Setelah sepakat dan saling bersahabat, Khidri sendiri telah
memberikan syarat kepada Musa untuk tidak menanyakan sesuatu hal yang ia tolak
sehingga ( Khidhir) sendiri yang mulai menjelaskannya, maka keduanya pun menaiki
kapal. Didepan telak kami kemukakan pembahasan tentang bagaimana keduanya menaik
perahu.
Maka Rabb menghendakinya agar mereka berdua sampai kepada kedewasaan.
Sampai kepada dewasa dan mengeluarkan simpanaannya itu, sebagai rahmad dari
Rabbmu. Lafad rahmatan mafullah , sedangkan amilin adalah lafad araada( dan
bukanlah aku melakukannya itu) yaitu semua hal yang telah disebutkan tadi, yakni
melubangi perahu, membunuh anak muda dan mendirikan tembok yang hamper roboh
( menurut kemampuanku sendiri) berdasarkan keinginanku sendiri, tetapi hal itu
kulakukan berdasarkan perintah dan ilham dari Allah. Demikian itu adalah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab M.Quraish. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati. 2002
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh. Tafsit Ibni Katsir Jilid 4. Jakarta: Pustaka
Imam Asy-SyafiI. 2009
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Syeikh. Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 5. Bogor: Pustaka Imam Syeikh .2003