Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dalam suatu kegiatan penambangan, hal yang lazim dilakukan sebelum proses tersebut adalah
kegiatan eksplorasi endapan mineral ataupun batubara. Hasil akhir dari suatu kegiatan eksplorasi
adalah estimasi sumberdaya yang menjadi dasar untuk melakukan perhitungan cadangan,
sehingga menjadi tolok ukur apakah suatu endapan dikategorikan layak tambang atau tidak.
Metode-metode yang sering digunakan dalam proses estimasi sumberdaya adalah Nearest
Neighborhood Point (NNP), Inverse Distance Weight (IDW), dan Ordinary Kriging (OK).
Dalam metode OK, salah satu hal yang harus dilakukan adalah melakukan konstruksi dan fitting
model variogram dari suatu variabel sebagai salah satu parameter estimasi. Pada dasarnya,
variogram digunakan untuk menghitung tingkat kemiripan suatu titik data terhadap data lainnya
dalam suatu rentang jarak tertentu. Sehingga hasil konstruksi variogram dapat berbeda untuk
arah-arah yang berbeda, sehingga suatu variabel disebut memiliki sifat anisotropi. Sebaliknya
jika variogram hampir sama untuk arah-arah yang berbeda maka variabel bersifat isotrop.
Kondisi anisotropi dari hasil konstruksi variogram dibagi dua yaitu anisotropi geometrik atau
ellipsoid jika variogram memiliki range yang berbeda untuk arah-arah yang berbeda namun nilai
sill varians-nya cenderung sama, dan anisotropi zonal jika range maupun sill varians-nya
berbeda untuk arah-arah yang berbeda. Daerah pengaruh yang dihasilkan oleh range variogram
pada kondisi anisotropi geometri pada umumnya membentuk suatu ellipsoid dengan sumbu
panjang ke arah azimuth tertentu yang menunjukkan arah kontinuitas dari suatu variabel. Pada
umumnya penentuan aniostropi dilakukan dengan melakukan konstruksi variogram pada 4 arah
azimuth utama yaitu: N-E (N0oE), E-W (N90oE), NE-SW (N45oE), dan NW-SE (N135oE). Fitting
model ellipsoid yang dihasilkan dari range variogram pada masing-masing arah pada umumnya
dilakukan secara manual untuk mendapatkan panjang dan arah dari sumbu panjang (mayor) dan
sumbu pendek (minor), sehingga kemungkinan hasil fitting kurang optimum karena belum
sepenuhnya mewakili arah dan rentang kontinuitas dari data.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap teknik fitting ellipsoid dari hasil
pemodelan variogram secara otomatis menggunakan metode direct least square, sehingga
diharapkan memberikan hasil fitting yang optimal. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan
hasil fitting ellipsoid secara manual dengan hasil fitting ellipsoid dengan metode direct least
square terhadap hasil estimasi sumberdaya batubara yang melibatkan beberapa variabel antara
lain: CV, ash, total sulfur, dan ketebalan seam. Hasil fitting ellipsoid dengan metode direct least
square juga akan dibandingkan dengan fitting manual pada arah azimuth yang lebih banyak (8
arah) dengan harapan lebih mewakili kontinuitas spasial dari suatu variabel. Hasil fitting
ellipsoid digunakan sebagai parameter searching pada saat melakukan estimasi dengan metode
OK.
KONSEP METODE DIRECT LEAST SQUARE
Penelitian ini secara umum merupakan aplikasi terhadap penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya mengenai metode fitting dengan direct least-squares (Courtney & dePaor, 2004;
Fitzgibbon dkk., 1999). Metode tersebut digunakan untuk melakukan fitting terhadap pola
ellipsoid guna mengukur daerah pengaruh dari sebaran kualitas batubara. Persamaan yang
digunakan merupakan turunan dari sebuah kurva polynomial pangkat dua berikut ini:
(1)
d ( a )= f (a , x i)
2
(2)
i =1
Dalam suatu penelitian, Bookstein (1979) memperkenalkan sebuah ide dalam melakukan fitting
suatu bidang ke dalam data yang bersifat acak. Caranya adalah dengan mengurangi masalah
dalam meminimalkan fungsi di atas untuk menyelesaikan nilai yang kurang baik dengan
generalized eigensystem untuk parameter-parameter karakteristik persamaan bidang ellips
dengan konstrain persamaan kuadrat berikut ini:
4 a0 a2a21=1
(3)
Dalam pengerjaan fitting sebuah ellipsoid, pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data
T
dengan membentuk design matrix D, dimana D=[ x 1 x 2 x N ] , sehingga:
(4)
d ( a )=a D Da=a Sa
dimana S merupakan matriks yang bersifat definit positif sehingga nantinya akan memberikan
hasil yang unik dan memberikan hasil fitting yang terbaik. Kemudian berdasarkan persamaan
(5)
dimana,
a1= ( a0 a1 a2 )T
dan,
menjadi:
S 11 + S12 a2= C 11 a1
S 21 a 1+ S 22 a2=0
(6)
Dikarenakan nilai S definit positif, dapat disimpulkan bahwa S22 merupakan non-singular dan
definit positif juga. Selain itu matriks S yang bersifat simetri mengakibatkan nilai S21 = S12.
Kemudian, nilai a1 dapat disederhanakan menjadi:
[ IE ] a1=0
(7)
dimana, I merupakan matriks identitas 3 3, dan E akan memenuhi persamaan berikut ini:
1 T
E=C1
11 [ S 11S12 S 22 S12 ]
(8)
Hal ini menunjukkan bahwa, nilai merupakan nilai eigen dari matriks E. hal ini dapat terlihat
pula dengan persamaan yang original dimana persamaan ini sebelumnya dikalikan dengan
matriks aT sebagai berikut:
aT Sa= aT Ca
(9)
Bagian kiri dari persamaan di atas akan bernilai positif dikarenakan nilai S bersifat definit positif
T
dan bagian kanannya akan sama dengan nilai dikarenakan nilai a Ca=1 . Sehingga, nilai
yang akan diperoleh pada perhitungan ini bernilai lebih besar dari nol ( > 0). Dapat dilihat
bahwa matriks E hanya memiliki satu nilai eigen yang positif dan termasuk bilangan real serta
dua nilai eigen yang real dan bernilai negatif. Hal ini jelas bahwa nilai a1 sangat bergantung
kepada nilai eigen yang bernilai positif. Untuk menemukan satu-satunya nilai eigen yang bernilai
positif, harus ditentukan suatu polinomial karakteristik dari matriks E. Misalkan kita
mendefinisikan vektor eigen yang akan diperoleh sebagai v. Ketika v merupakan suatu vektor
eigen, kemudian kv merupakan vektor eigen yang dapat menyelesaikan persamaan di atas jika
nilai k bernilai konstan. Maka dari itu untuk mengetahui nilai a1 maka harus ditentukan faktor
skala tersebut sebagai berikut:
(10)
k=
1
v C 11 v
T
PENGOLAHAN DATA
Dataset berupa kualitas dan kuantitas endapan batubara berbentuk dua dimensi, sehingga pada
proses pengerjaannya tidak diperlukan proses komposit data. Data yang terdapat pada endapan
batubara ini terdiri dari kandungan abu, nilai kalori (CV), kandungan sulfur, dan ketebalan seam
untuk setiap titik bornya. Jumlah titik bor pada data endapan batubara ini sebanyak 71 titik
seperto yang ditunjukkan peta sebarannya pada Gambar 1.
Model
Variogram
Sferikal
Nugget
(C0)
0.06
Sill-1
(C1)
0.18
Total
Sill
0.24
Nugget
Ratio (%)
24.49
Sferikal
Sferikal
Sferikal
9,000
0.001
0.03
7,000
0.004
0.06
16,000
0.005
0.09
56.25
20.00
33.33
Berdasarkan parameter tersebut, diperoleh nilai-nilai range untuk setiap 4 arah utama pemodelan
variogram. Kemudian dilakukan pemodelan atau fitting anisotropi ellipsoid secara manual
dengan mengikuti nilai range yang paling besar sebagai arah sumbu utama serta arah tegak
lurusnya sebagai arah sumbu minor seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Nilai range dan
arah utama tersebut digunakan sebagai parameter untuk proses estimasi dengan metode Ordinary
Kriging (OK).
Sebagai perbandingan pemodelan atau fitting anisotropi ellipsoid secara manual pada 4 arah
utama maka dilakukan fitting menggunakan metode Direct Least Square (Gambar 3) dan
manual pada 8 arah (Gambar 4). Fitting secara manual pada 8 arah terdiri atas 4 arah utama
yang telah dilakukan sebelumnya ditambah dengan 4 arah diantara 4 arah utama yaitu N22.5oE,
N67.5oE, N112.5oE, dan N157.5oE.
Gambar 2. Pemodelan ellipsoid parameter kualitas dan kuantitas batubara secara manual pada 4
arah utama
f
g
i
j
l
m
p
q ANALISIS DATA
r
s Pemodelan atau fitting anisotropi ellipsoid berdasarkan 3 pendekatan di atas
menghasilkan nilai range pada sumbu panjang (mayor) berikut arah azimuthnya
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
t Tabel 2. Parameter hasil pemodelan ellipsoid untuk kualitas dan kuantitas batubara
u
Parameter
v
y
M
z
A
ac
M
ae
M
ad
A
af
A
al
2
ak Kandungan
abu (% adb)
ar
Nilai kalori
(kkal/kg
adb)
as
2
az
2
ay Total sulfur
(% adb)
bg
3
bf Ketebalan
seam (m)
e
a
s
t
e
a
s
t
ab S
q
u
a
r
e
am 2
2
7
at 2
1
5
ba 2
1
5
bh 3
6
5
aq
0
an
2
ao
0
ah S
q
u
a
r
e
ap 2
5
au
3
av
4
aw 4
5
ax
1
bb
2
bc
2
be
2
bi
3
bj
3
bd 2
9
7
bk 3
5
4
bl
3
bm
bn Berdasarkan rekapitulasi nilai dan azimuth range tersebut di atas, diperoleh
kesimpulan bahwa hasil pemodelan ellipsoid berdasarkan 3 pendekatan yang berbeda
secara umum menunjukkan hasil berbeda kecuali untuk ketebalan seam, dimana hal
ini kemungkinan disebabkan oleh adanya variasi lokal dari ketiga parameter kualitas
batubara tersebut yang tidak dapat dideteksi oleh fitting pada 4 arah utama.
bo
bp Tabel 3. Perhitungan Rasio Anisotropy untuk Setiap Parameter
bq
P
bv
Le
br Range
Maksimum
(m)
bw
bx
M
M
bs Range
Minimum (m)
bt Rasio
Anisotropy
by
Le
bz
M
ca
M
cb
L
cc
M
cd
M
ce
K
cf
22
cg
2
ch
2
ci
13
cj
1
ck
1
cl
5
cm
7
cn
7
co
C
cp
21
cq
2
cr
3
cs
14
ct
1
cu
1
cv
6
cw
7
cx
3
cy
T
cz
21
da
2
db
2
dc
18
dd
2
de
2
df
8
dg
8
dh
8
di
T
dj
36
dk
3
dl
3
dm
23
dn
1
do
1
dp
6
dq
5
dr
5
ds
dt Parameter anisotropi ellipsoid khususnya dari hasil fitting berdasarkan 4 arah utama
dan metode direct least square digunakan untuk menentukan searching ellipsoid pada
saat proses estimasi kualitas dan kuantitas batubara menggunakan metode OK. Secara
umum estimasi OK menunjukkan hasil yang hampir sama untuk kedua searching
ellipsoid. Perbedaan untuk nilai rata-rata hasil estimasi berkisar antara 0.01% untuk
kandungan abu, 2 kkal/kg untuk nilai kalori, 0.0005% untuk total sulfur, dan 0.002 m
untuk ketebalan seam. Selain itu hasil estimasi secara umum menunjukkan jumlah
blok estimasi yang lebih sedikit berdasarkan searching ellipsoid dari fitting dengan
metode direct least square dibandingkan fitting dengan metode manual 4 arah utama,
kecuali untuk blok estimasi ketebalan seam yang menunjukkan hasil sebaliknya. Hal
ini menunjukkan bahwa luasan searching ellipsoid dari hasil fitting dengan metode
direct least square cenderung lebih kecil dibandingkan dengan fitting manual untuk 4
arah utama.
du
dv Berdasarkan analisis menggunakan metode F-Test Two Samples For Variances
diperoleh hasil bahwa untuk hasil estimasi untuk kandungan abu, nilai kalori, dan
ketebalan seam berdasarkan 2 searching ellipsoid yang berbeda memberikan hasil
analisis nilai F percobaan lebih besar daripada nilai F tabel. Berdasarkan hal tersebut
maka hipotesis bahwa tidak adanya pengaruh fitting ellipsoid terhadap hasil estimasi
dapat ditolak. Sedangkan pada hasil estimasi total sulfur memberikan nilai F
percobaan yang lebih kecil dengan nilai F tabel, sehingga hipotesis bahwa tidak
adanya pengaruh fitting ellipsoid terhadap hasil estimasi dapat diterima. Dengan
demikian secara umum hasil fitting ellipsoid pada penentuan searching ellipsoid
dengan metode direct least square memberikan pengaruh pada hasil estimasi terhadap
parameter kualitas dan kuantitas endapan batubara.
dw
dx Kemudian berdasarkan analisis terhadap relative error dari hasil estimasi dengan
metode OK menunjukkan bahwa rata-rata relative error dari metode fitting model
anisotropi dengan metode direct least square cenderung lebih besar dibandingkan
dengan metode manual 4 arah utama, kecuali untuk relative error pada estimasi total
sulfur yang menunjukkan rata-rata lebih kecil. Selisih rata-rata relative error secara
umum berkisar antara 0.001% - 2%, dengan demikian penggunaan metode direct
least square untuk fitting model anisotropi ellipsoid tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil estimasi relative error jika dibandingkan dengan metode
manual 4 arah utama.
dy
dz Analisis selanjutnya dilakukan melalui penerapan pembagian sektor (sebanyak 4
sektor) pada searching ellipsoid berdasarkan 2 metode fitting untuk melihat pengaruh
clustering data pada proses estimasi. Penerapan pembagian sektor pada 2 jenis
searching ellipsoid menunjukkan hasil yang hampir sama, sehingga metode direct
least square tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil estimasi yang menggunakan
penerapan pembagian sektor. Perbedaan pada nilai rata-rata hasil estimasi berkisar
antara 0.002% untuk kandungan abu, 2 kkal/kg untuk nilai kalori, 0.0006% untuk
total sulfur, dan 0.002 m untuk ketebalan seam. Selain itu jumlah blok estimasi dari
searching ellipsoid dengan metode direct least square secara umum lebih sedikit
dibandingkan dengan metode manual 4 arah utama, kecuali pada blok estimasi
ketebalan seam yang menunjukkan hasil yang sebaliknya.
ea
eb Analisis terhadap relative error dari hasil estimasi dengan metode OK untuk
penerapan pembagian sektor pada searching ellipsoid menunjukkan bahwa rata-rata
relative error dari metode fitting model anisotropi dengan metode direct least square
cenderung lebih besar dibandingkan dengan metode manual 4 arah utama, kecuali
untuk relative error pada estimasi ketebalan seam yang menunjukkan rata-rata lebih
kecil. Selisih rata-rata relative error secara umum berkisar antara 0.001% - 2%,
dengan demikian penggunaan metode direct least square untuk fitting model
anisotropi ellipsoid tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
estimasi relative error jika dibandingkan dengan metode manual 4 arah utama setelah
memperhitungkan penerapan pembagian sektor pada searching ellipsoid.
ec
ed Hasil estimasi sumberdaya batubara dianalisis menggunakan 3 nilai Cut-off Grade
(CoG) dari total sulfur untuk melihat pengaruh CoG tersebut pada kedua pendekatan
fitting searching ellipsoid seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Secara umum
terlihat bahwa searching ellipsoid dari metode direct least square cenderung
memberikan hasil estimasi sumberdaya (tonase) batubara yang lebih kecil
dibandingkan dengan metode manual 4 arah utama. Dengan demikian penggunaan
metode direct least square untuk fitting searching ellopsoid cenderung menghasilkan
estimasi yang under-estimate dibandingkan dengan metode manual 4 arah.
ee
ef
eg
eh Tabel 4. Sumberdaya batubara menggunakan cut-off grade total sulfur
ei
ej
Metode
Fitting
Searchin
g
Ellipsoid
eq Direct
Least
ek C
o
G
T
ot
al
el S
ul
fu
r
(
%
ad
b)
er 0.
72
em
Rat
en
Tot
es
0.7
eo Sumb
erday
a
ep Batub
ara
(juta
ton)
et
3.93
Square
fc
Manual 4
Arah
Utama
ev 0.
76
ew
0.7
ex 2.63
ez 0.
80
fa
0.8
fb 0.26
fd 0.
72
fe
0.7
ff
4.22
fh 0.
76
fi
0.7
fj
2.87
fl
fm
0.8
fn 0.30
0.
80
fo
fp
fq
3
4
5
fr KESIMPULAN
fs
ft Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
fu
Fitting terhadap pola anisotropi ellipsoid berdasarkan metode direct least square dan manual 4
arah utama menunjukkan hasil range dan azimuth pada sumbu panjang (utama) yang berbeda
terutama pada kualitas batubara (kandungan abu, nilai kalori, dan total sulfur), sementara
untuk ketebalan seam hasilnya hampir sama. Perbedaan nilai range berkisar antara 4.94 40.2
m, sedangkan perbedaan pada arah azimuth berkisar antara 4o 67.5o.
Estimasi sumberdaya batubara dengan metode Ordinary Kriging (OK) menunjukkan hasil
yang hampir sama untuk parameter kualitas dan kuantitas batubara menggunakan 2 searching
ellipsoid berdasarkan metode direct least square dan manual 4 arah utama. Secara umum
searching ellipsoid dari metode direct least square memiliki luasan yang lebih kecil sehingga
jumlah blok estimasi lebih sedikit.
Perbandingan terhadap nilai rata-rata relative error hasil estimasi dengan metode OK
menunjukkan bahwa kedua metode fitting menunjukkan perbedaan relative error yang tidak
signifikan.
Penerapan pembagian sektor (4 sektor) pada searching ellipsoid tidak terlalu berpengaruh
terhadap perbedaan hasil estimasi dari hasil fitting kedua metode.
Penggunaan Cut-off Grade pada total sulfur menunjukkan bahwa hasil estimasi sumberdaya
batubara menggunakan searching ellipsoid berdasarkan metode direct least square
menghasilkan tonase yang lebih kecil atau cenderung under-estimate jika dibandingkan
dengan metode manual 4 arah utama.
fv
fw DAFTAR PUSTAKA
fx
fy
fz
ga
gb
Bookstein, F.L., 1979. Fitting Conic Sections to Scattered Data. Computer Graphics and
Image Processing, no. 9, pp. 56-71.
Coutney, J., dePaor, A., 2004. Direct Least-Squares Ellipse Fitting. Dublin Insitute of
Technology, Conference Paper.
Fitzgibbon, A., Pilu, M., Fisher, R., 1999. Direct Least Square Fitting of Ellipses. IEEE
Transactions Pattern Analysis and Machine Intelligence, Vol. 21, No. 5.