Você está na página 1de 11

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit

Khusus

ANALISA
BUTIRBUTIR SA 240
TANGGUNG JAWAB
AUDITOR TERKAIT
DENGAN KECURANGAN
DALAM SUATU AUDIT
ATAS LAPORAN
KEUANGAN
PERA YULIANINGSIH
120620150027

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................2
Skeptisisme Profesional (Par. 12-14)..........................................3
Pembahasan Diantara Tim Perikatan (Par. 15)............................3
Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait...........................4
Manajemen dan Pihak Lain dalam Entitas (Par 17-19)........................4
Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola (Par 20-21)..............5
Hubungan Tidak Biasa atau Tidak Terduga yang Teridentifikasi (Par
22).................................................................................................5
Informasi Lain (Par 23)....................................................................6
Pengevaluasian terhadap Faktor Risiko Kecurangan (Par 24).............6

Identifikasi Penilaian Risiko Kesalahan penyajian Material yang


Diakibatkan oleh Kecurangan (Par 25-27)...................................7
Respons terhadap Hasil Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian
Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan (Par 28-33)..............7
Prosedur Audit yang Responsif terhadap Penilaian Risiko Kesalahan
Penyajian Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan pada Tingkat
Asersi (Par 30)................................................................................8
Prosedur Audit yang Responsif terhadap Risiko yang Terkait dengan
Pengabaian Pengendalian oleh Manajemen (Par 31-33).....................8

Pengevaluasian terhadap Bukti Audit (Par 34-37).......................9


Ketidakmampuan Auditor untuk Melanjutkan Perikatan (Par 38)..9
Representasi Tertulis (Par 39)..................................................10
Komunikasi kepada Manajemen dan Pihak yang Bertanggung
Jawab atas Tata Kelola (Par 40-42)...........................................10
Komunikasi kepada Badan Pengatur dan Penegak Hukum (Par 43)
.............................................................................................. 11
Dokumentasi (Par 44-47).........................................................11

Skeptisisme Profesional (Par. 12-14)


Analisa:
Sikap skeptisisme professional sangat penting dimiliki oleh seorang
auditor. Karena dengan adanya sikap ini, auditor diharapkan dapat
menemukan kecurangan dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Meskipun auditor tidak bisa dipastikan akan menghiraukan pengalaman
sebelumnya tentang integritas dan kejujuran klien dan pihak yang
bertanggung jawab, skeptisisme professional tetap dibutuhkan terutama
dalam mempertimbangkan risiko salah saji yang material akibat fraud.
Contoh di KAP:
1. Konfirmasi jumlah piutang kepada debitur.
2. Menggunakan tenaga ahli untuk menilai keaslian sertifikat
kepemilikan harta (asset misappropriation)
3. Konfirmasi kepada pihak lain mengenai respons manajemen atas
permintaan informasi/keterangan mengenai risiko fraud.
4.

Pembahasan Diantara Tim Perikatan (Par. 15)


Analisa:
Dalam

suatu

tim

perikatan

harus

ada

pembahasan

mengenai

kemungkinan adanya salah saji material yg diakibatkan oleh fraud dalam


laporan keuangan entitas. Pembahasan tersebut bisa meliputi diskusi
tentang anggota tim yang memiliki lebih banyak pengalaman untuk
berbagi wawasan. Khususnya tentang bagaimana dan di area mana
laporan keuangan mungkin rentan terjadi salah saji material karena fraud.
Membahas bagaimana respons yang tepat terhadap kemungkinan salah
saji tsb dan bagaimana merespon fraud itu sendiri.
Contoh di KAP:
1. Dalam

anggota

tim

perikatan

melakukan

diskusi

mengenai

pertimbangan atas keterlibatan manajemen dalam mengawasi


karyawan yang memiliki akses ke kas atau aset lainnya yang rentan
untuk disalahgunakan.

2. Anggota tim perikatan membahas mengenai kondisi adanya indikasi


earning management oleh manajemen yang dapat mengarah ke
pelaporan keuangan yang mengandung fraud
3. Anggota tim perikatan membahas tentang bagaimana prosedur
audit yg dipilih untuk merespons adanya salah saji material akibat
fraud laporan keuangan perusahaan dan apakah prosedur audit
tertentu lebih efektif dari prosedur audit yang lain.

Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait


Manajemen dan Pihak Lain dalam Entitas (Par 17-19)
Analisa:
Auditor harus mewawancarai manajemen terkait penilaian risiko fraud dan
pengendalian yang dilakukan untuk mencegah dan mendeteksi fraud
tersebut. Pada perusahaan yang lebih kecil, fokus penilaian terletak pada
risiko fraud yang dilakukan oleh karyawan atau penyalahgunaan aset.
Apabila perusahaan memiliki berbagai lokasi, penilaian risiko memiliki
tingkat pemantauan yang berbeda-beda sesuai dengan lokasi operasi
atau

segmen

bisnis.

Saat

meminta

keterangan/informasi

kepada

manajemen mengenai kemungkinan salah saji material dalam laporan


keuangan karena fraud kemudian pihak manajemen tidak berkenan/sulit
memberikan informasi tsb, auditor dapat meminta kepada internal auditor
atau pihak-pihak lain dalam perusahaan. Dalam meminta informasi
tersebut harus selalu diingat sikap skeptisisme professional.
Contoh:
1. Saat auditor mengetahui (dari wawancara misalnya) bahwa pihak
manajemen belum melakukan penillaian risiko fraud menunjukkan
bahwa pihak manajemen mengganggap pengendalian internal tidak
penting.
2. Ketika auditor meminta informasi kepada pihak manajemen dan
mereka tidak berkenan/mempersulit untuk memberikan informasi
tersebut, auditor bertanya kepada bagian AR (Account Receivable)
sebagai personal operasi yang tidak terlibat secara langsung dlm
proses pelaporan keuangan.
4

3. Selain personal operasi, auditor meminta informasi kepada pihak


lain misalnya karyawan dengan tingkat wewenang yang bebeda
penasihat hukum internal perusahaan, atau pihak-pihak yang
bertanggung jawab dalam menghadapi dugaan fraud.
4. Auditor bertanya kepada internal audit; Adakah prosedur yang telah
dilakukan oleh internal audit untuk mendeteksi fraud? Jika ada,
seperti apa? Bagaimana respon manajemen apabila ada temuantemuan dari prosedur tersebut?

Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola (Par 20-21)


Analisa:
Pada beberapa perusahan, tata kelola telah dikembangkan dengan baik
dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola berperan aktif dalam
mengawasi penilaian risiko kecurangan dan pengendalian internal yang
relevan oleh perusahaan. Penting untuk auditor untuk memahami
tanggung jawab mereka untuk memungkinkan auditor memperoleh
pemahaman atas pengawasan yang dilakukan oleh individu yang tepat.
Contoh:
1. Auditor menghadiri rapat yang membahas fraud. Sehingga
mengetahui pemahaman atas pengawasan yang telah dilakukan.
2. Apabila tidak diperkenankan untuk menghadiri, auditor dapat
membaca ringkasan hasil rapat yang bersangkutan.
3. Auditor mewawancarai pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola.

Hubungan Tidak Biasa atau Tidak Terduga yang Teridentifikasi (Par


22)
Analisa:
Evaluasi hubungan tidak biasa atau tidak terduga sangat penting untuk
dilakukan ketika melaksanakan prosedu analitis.
Contoh:
1. Auditor mengevalulasi apakah ada hubungan yang tidak biasa atau
tidak terduga pada akun pendapatan?

Informasi Lain (Par 23)


Analisa:
Informasi lain yang diperoleh mengenai perusahaan dan lingkungannya
dapat membantu untuk mengidentifikasi risiko-risiko salah saji material
yang diakibatkan oleh fraud. Dapat diperoleh dengan diskusi sesame
anggota tim ataupun dari pihak lain.
Contoh:
1. Auditor mencari informasi yang diperoleh dari proses penerimaan
dan keberlanjutan hubungan dengan klien, serta pengalaman yang
diperoleh dari perikatan lainnya dengan perusahaan tersebut.
2. Informasi tersebut misalnya adalah contoh perikatan untuk
mereview informasi keuangan interim. Hal itu bisa menjadi informasi
relevan dalam identifikasi risiko-risiko salah saji material akibat
fraud.

Pengevaluasian terhadap Faktor Risiko Kecurangan (Par 24)


Analisa:
Auditor dapat mengidentifikasi peristiwa atau kondis-kondisi yang dapat
menunjukkan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan
atau kondisi yang memberikan peluang untuk melakukan fraud.
Contoh:
1. Adanya kebutuhan untuk memenuhi harapan stakeholder utuk
mendapatkan tambahan ekutas dapat menimbulkan tekanan untuk
melakukan fraud.
2. Adanya pemberian bonus signifikan jika target laba terpenuhi akan
medorong terjadinya fraud.
3. Tidak adanya lingkungan pengendalian yang efektif sehingga
menciptakan peluang untuk fraud.

Identifikasi Penilaian Risiko Kesalahan penyajian


Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan (Par 25-27)
Analisa:
Kesalahan

penyajian

material

yang

diakibatkan

oleh

kecurangan

pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan


sering kali merupakan hasil dari penggelembungan pendapatan. Risiko
tersebut kemungkinan lebih besar dalam beberapa perusahaan dibanding
dengan perusahaan lainnya. Misalnya akibat insentif manajer untuk target
laba sehingga ada earning management.
Contoh:
1. Auditor menyimpulkan bahwa tidak ada risiko salah saji yang
material berkaitan dengan pengakuan pendapatan dlm kasus yg
didalamnya hanya ada satu model transaksi pendapatan yang
sederhana.
2. Transaksi pendapata yang sederhana tersebut misalnya adalah
pendapatan sewa dari satu unit property yang disewakan.

Respons terhadap Hasil Penilaian Risiko Kesalahan


Penyajian Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan
(Par 28-33)
Analisa:
Respons ini mencakup pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan
keseluruhan

audit

dapat

mencerminkan

peningkatan

skeptisisme

professional. Hal tersebut bisa dilakukan misalnya dengan peningkatan


kepekaan dalam memilih sifat dan luas dokumentasi yang diperiksa dalam
mendukung transaksi-transaksi yang material.
Contoh:
1. Menghitung uang atau efek pada atau mendekati akhir tahun.
2. Menganalisis pemulihan akun aset yang telah dihapus.

3. Menganalisis berkurangnya persediaan menurut lokasi atau tipe


produk.
4. Menelaah dokumentasi pendukung atas berkurangnya persediaan
dalam catatan akuntansi persediaan.

Prosedur Audit yang Responsif terhadap Penilaian Risiko Kesalahan


Penyajian Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan pada Tingkat
Asersi (Par 30)
Analisa:
Respon auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi
mencakup perubahan sifat, waktu, dan luas prosedur audit. Sifat prosedur
audit

yang

dilakukan

mungkin

membutuhkan

perubahan

dalam

memperoleh bukti audit yang lebih dapat diandalkan dan relevan atau
untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat menguatkan.
Contoh:
1. Observasi fisik atau inspeksi terhadap aset tertentu.
2. Menggunakan audit software untuk mengumpulkan lebih banyak
bukti tentang data yang terkandung dalam akun-akun signifikan dan
arsip transaksi elektronik.

Prosedur Audit yang Responsif terhadap Risiko yang Terkait dengan


Pengabaian Pengendalian oleh Manajemen (Par 31-33)
Analisa:
Salah saji material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh fraud
sering

melibatkan

manipulasi

proses

pelaporan

keuangan

dengan

mencatat entri jurnal yang tidak tepat atau yang tidak diotorisasi. Hal ini
sangat

penting,

sebab

proses

dan

pengendalian

otomatis

dapat

mengurangi risiko kekeliruan yang tidak disengaja, tetapi tidak dapat


mengatasi risiko bahwa individu dapat mengabaikan proses otomatis
tersebut dengan tidak semestinya. Indikator yang dapat menunjukkan
adanya transaksi signifikan di luar kegiatan bisnis normal entitas, atau
yang tampaknya tidak biasa, yang mungkin telah dilakukan dengan tujuan

untuk melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan


untuk menyembunyikan penyalahgunaan aset.
Contoh:
1. Melalui perubahan jumlah yang otomatis dibukukan ke buku besar
atau ke sistem pelaporan keuanga. Ketika IT digunakan untuk
transfer informasi secara otomatis, terdapat kemungkinan yang
kecil atau tidak terdapat bukti yang kasat mata atas intervensi
terhadap sistem informasi.
2. Indikator yang dapat menunjukkan adanya transaksi signifikan di
luar kegiatan bisnis normal entitas, atau yang tampaknya tidak
biasa,

yang

mungkin

telah

dilakukan

dengan

tujuan

untuk

melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan


untuk menyembunyikan penyalahgunaan aset, mencakup:
a. Bentuk transaksi yang terlihat terlalu kompleks.
b. Manajemen beum mendiskusikan sifat dan perlakuan akutansi
untuk transaksi tersebut dengan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola perusahaan dan tidak ada dokumentasi yang
memadai.

Pengevaluasian terhadap Bukti Audit (Par 34-37)


Analisa:
Pengevaluaian ini dapat memberikan wawasan lebih lanjut terhadap risiko
salah saji material yang diakibatkan oleh fraud dan apakah diperlukan
untuk melakukan prosedur audit tambahan atau prosedur audit yang
berbeda. Penentuan kecenderungan tertentu dan keterkaitannya dapat
mengindikasikan risiko salah saji material yang diakibatkan oleh fraud
membutuhkan pertimbangan professional.
Contoh:
1. Penghasilan dalam jumlah yang besar yang tidak biasa yang
dilaporkan dalam beberapa minggu terakhir periode pelaporan.
2. Transaksi tidak biasa atau pendapatan yang tidak konsisten dengan
kecenderungan arus kas operasi.

Ketidakmampuan Auditor untuk Melanjutkan Perikatan


(Par 38)
Analisa:
Auditor harus menentukan tanggung jawab professional dan hukum yang
dapat berlaku dalam kondisi tidak mampu melanjutkan perikatan. Lalu
mempertimbangkan

apakah

sudah

tepat

untuk

menarik

diri

dari

perikatan, jika penarikan diri dimungkinkan oleh UU yg berlaku.


Contoh:
1. Perusahaan tidak melakukan tindakan yang tepat atas kecurangan
yang dipandang perlu oleh auditor dalam kondisi tsb.
2. Pertimbangan auditor atas risiko salah saji material

yang

diakibatkan oleh fraud dan hasil pengujian audit mengindikasikan


risiko signifikan atas fraud yang bersifat material dan berdampak
luas.
3. Auditor

memiliki

kepedulian

signifikan

atas

kompetensi

atau

integritas manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata


kelola.

Representasi Tertulis (Par 39)


Analisa:
Penting bagi auditor untuk mendapatkan representasi tertulis dari
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola, yang menyatakan bahwa mereka telah mengungkapkan kepada
auditor hasil penilaian manajemen tentang risiko bahwa terdapat salah
saji material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh fraud dan
pengetahuan mereka tentang fraud yang telah dilakukan, diduga, atau
dicurigai yang mempengaruhi perusahaan.
Contoh:
1. Pihak manajemen memberikan auditor representasi tertulis atas
adanya salah saji material diduga akibat karyawan yang melakukan
fraud.

10

Komunikasi

kepada

Manajemen

dan

Pihak

yang

Bertanggung Jawab atas Tata Kelola (Par 40-42)


Analisa:
Penting untuk menyampaikan informasi bahwa auditor telah memperoleh
bukti adanya fraud atau kemungkinan fraud kepada tingkatan manajemen
sesegera mungkin. Bahkan jika hal yang ingin disampaikan tersebut tidak
berdampak besar pada perusahaan.
Contoh:
1. Auditor memperoleh bukti bahwa seorang karyawan tingkat rendah
dalam suatu perusahaan melakukan pencurian kecil. Hal tersebut
harus tetap disampaikan kepada level manajemen.
2. Auditor telah mendapatkan hasil evaluasi atas

lingkungan

pengedalian entitas, termasuk pertanyaan mengenai kompetensi


dan integritas manajemen. Hasil evaluasi tersebut disampaikan juga
kepada manajemen.

Komunikasi kepada Badan Pengatur dan Penegak


Hukum (Par 43)
Kewajiban professional auditor untuk menjaga kerahasiaan informasi klien
dapat menghalangi pelaporan kecurangan kepada pihak diluar entitas
klien. Namun, tanggung jawab hukum auditor dapat bervariasi menurut
yuridiksi dan, dalam kondisi tertentu, tugas penjagaan kerahasiaan
tersebut dapat diabaikan oleh peraturan UU.

Dokumentasi (Par 44-47)


Auditor harus mencantumkan alasan-alasan atas dugaan adanya salah
saji material akibat fraud pada dokumentasi audit.

11

Você também pode gostar