Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Bakrie
Universitas Bakrie
Universitas Bakrie
1.4.2 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak yang terkait. Adapun manfaat yang diharapkan yaitu:
Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan dalam penelitianpenelitian selanjutnya berkaitan dengan pengetahuan topik yang diteliti.
1.5
Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan
Bab Pendahuluan ini berisikan tentang latar belakang permasalahan yang
diambil untuk dibahas di dalam Tugas Akhir, rumusan masalah, ruang
lingkup pembahasan, tujuan dilakukannya Penelitian Tugas Akhir, manfaat
dilakukannya Penelitian Tugas Akhir, serta sistematika dalam penulisan
Tugas Akhir.
Universitas Bakrie
Universitas Bakrie
BAB 2
LANDASAN TEORI
pemeliharaan
tentu
sangat
berperan
dalam
Universitas Bakrie
yang aman serta penggunaan energi dan konsumsi material yang optimal
[5].
2.2
Pemeliharaan
pencegahan
merupakan
tindakan
Universitas Bakrie
2.3
Pengertian Keandalan
Keandalan didefinisikan sebagai probabilitas atau kemungkinan suatu
sistem akan melakukan fungsinya dalam kurun waktu dan kondisi tertentu.
Sistem yang dimaksud merupakan sistem dalam pengertian umum, sehingga
definisi keandalan juga berlaku untuk semua jenis produk, subsistem,
peralatan, komponen dan suku cadang. Dalam arti luas, keandalan dikaitkan
dengan ketergantungan, kesuksesan operasi, dan tidak adanya kerusakan
atau kegagalan [6].
Suatu produk atau sistem dikatakan gagal ketika produk atau sistem
tidak melakukan fungsinya. Ketika ada pemberhentian total fungsi dalam
suatu proses, hancurnya struktur, dan terputusnya sistem komunikasi,
menandakan bahwa sistem tersebut benar-benar gagal. Salah satu parameter
yang menentukan suatu sistem andal atau gagal adalah waktu. Menurut
Lewis [6] cara menentukan waktu dalam definisi keandalan bervariasi,
tergantung pada sifat dari sistem. Contoh, mesin HFW akan berfungsi jika
semua komponen pendukungnya juga berfungsi. Disamping itu, Dovich
menyatakan untuk dapat membahas keandalan sistem secara menyeluruh,
pemahaman yang mendasar tentang beberapa terminologi sangat diperlukan
[7]. Terminologi yang akan digunakan berkaitan dengan keandalan tersebut
adalah :
Universitas Bakrie
MTBF =
(2.1)
Jumlah kegagalan
Dimana:
(2.2)
MTTR =
(2.3)
Jumlah kegagalan
Universitas Bakrie
keandalan
didefinisakan
sebagai
probabilitas
atau
Distribusi Weibull
2.
Distribusi Eksponential
3.
Distribusi Normal
4.
Distribusi Lognormal
Langkah awal dalam perhitungan nilai keandalan adalah dengan
mengetahui distribusi mana yang digunakan dalam menghitung parameterparameter keandalan. Distribusi tersebut dapat ditentukan melalui uji
distribusi pada piranti lunak Minitab atau SPSS. Minitab dan SPSS memiliki
kesamaan fungsi dan metode untuk mengolah data-data yang berhubungan
dengan statistik. Namun, Minitab merupakan piranti lunak yang paling
banyak digunakan karena hasil yang diperoleh akurat
dan cara
10
Universitas Bakrie
( )
(2.4)
F(t) =
( )
(2.5)
R(t) = exp [ -
( )
(2.6)
( )
(2.7)
( )
(2.8)
11
Universitas Bakrie
f(t) =
( )
exp (
,t 0, > 0
(2.9)
F(t) = 1 exp (
(2.10)
Fungsi keandalan
(2.11)
Rata-rata distribusi:
= (1+ )
(2.12)
f(t) =
dimana : > 0, t 0
(2.13)
12
Universitas Bakrie
F(t) = 1 -
(2.14)
Fungsi keandalan:
R(t) =
(2.15)
(2.16)
Varian distribusi:
2 =
(2.17)
f(t) =
exp [-
(2.18)
F(t) =
(2.19)
13
Universitas Bakrie
Fungsi keandalan:
R(t) = 1 [
(2.20)
( )
( )
(2.21)
(2.22)
(
(
( )
)
)
(2.23)
(2.24)
14
Universitas Bakrie
2.5
15
Universitas Bakrie
Batas fisik suatu sistem (bagian-bagian mana saja dari sistem yang akan
dianalisis, dan bagian mana yang tidak dianalisis?)
Kondisi awal (apa status operasional dari sistem ketika potensi kejadian
utama muncul?)
Batas kondisi dari pengaruh eksternal (apa saja tipe pengaruh eksternal
yang harus dimasukkan dalam analisis? Contoh : gempa bumi,
pencahayaan, cuaca, dan lain-lain)
Universitas Bakrie
Logic Gates
OR-gate
AND-gate
Input
Events
(states)
Description
of state
Transfer
symbols
17
Universitas Bakrie
Terakhir adalah dengan mencari large cut sets dengan dependent item.
Contoh penilaian kualitatif FTA dapat dilihat pada Tabel 2.2 [8].
Rank
1
2
3
4
5
6
Basic event 1
Human error
Human error
Human error
Failure of active unit
Failure of active unit
Failure of active unit
Basic event 2
Human error
Failure of active unit
Failure of passive unit
Failure of active unit
Failure of passive unit
Failure of passive unit
Kelebihan
Universitas Bakrie
2.
Kekurangan
2.6
Universitas Bakrie
Gambar 2.1 Contoh Borang Pengisian Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
20
Universitas Bakrie
Sistem FMEA
Jenis FMEA ini biasanya digunakan pada tahap pertama kali merancang
suatu sistem. Selain itu, sistem FMEA digunakan untuk menganalisis
sistem dan subsistem yang ada pada tahap konsep dan perancangan.
Sistem FMEA memfokuskan diri pada modus kesalahan atau kegagalan
yang potensial dan fungsi-fungsi suatu sistem yang disebabkan oleh
ketidakefisiensian sistem tersebut.
2.
Perancangan FMEA
Setelah rancangan sistem telah ditentukan, perancangan FMEA akan
mengarahkan modus kesalahan kegagalan ke dalam tingkatan
komponen dan digunakan untuk menganalisis produk sebelum
digunakan proses manufaktur. Perancangan FMEA mempunyai titik
utama pada modus kegagalan yang disebabkan oleh ketidakefisian
dalam perancangan.
3.
Proses FMEA
FMEA jenis ini akan menguji modus kegagalan dari setiap tahap proses
manufaktur maupun perakitan sebuah produk. Jenis ini tidak harus
selalu menguji secara detail modus kesalahan atau kegagalan dan
peralatan yang dipergunakan untuk proses manufaktur atau perakitan,
tetapi harus memperhatikan modus kegagalan yang berpengaruh secara
langsung terhadap kualitas, kekuatan, dan produk akhir yang dihasilkan.
4.
Pelayanan FMEA
Jenis FMEA ini digunakan dalam berbagai cara. Pertama, untuk industri
jasa intensif seperti pertambangan, dimana biaya yang tinggi untuk
peralatan dan lingkungan kerja (operasi) yang keras membutuhkan
pendekatan disiplin yang keras dan tinggi untuk pelayanan. Kedua,
untuk melakukan pengujian modus kesalahan atau kegagalan dan
peralatan yang digunakan untuk proses manufaktur dan operasi
perakitan.
Hal
ini
menyediakan
suatu
program
pemeliharaan
21
Universitas Bakrie
22
Universitas Bakrie
dibuat, FMEA desain disebut DFMEA, dan FMEA proses disebut PFMEA
di beberapa literature. Sama seperti FMEA desain, FMEA proses sudah
dibuktikan efektif dalam menemukan masalah-masalah yang tidak terduga
[11].
B. Kejadian
Kejadian merupakan kemungkinan suatu penyebab yang spesifik akan
muncul. Pada tahap ini, kita harus melihat penyebab dari kegagalan dan
seberapa banyak hal tersebut muncul. Kita juga dapat melihat produk
atau proses sejenis yang telah didokumentasikan untuk dapat
melakukan FMEA. Penyebab kegagalan dilihat sebagai kelemahan dari
desain. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 2.4 [15].
23
Universitas Bakrie
Classification
10
Dangerously High
Extremely High
Very High
High
Example
Injury or death
Regulatory non-compliance
In-effective service or treatment
High performance
dissatisfaction
Moderate
Potentioal in-effectiveness
Low
Consumer complaints
Very Low
Lowered effectiveness
Minor
Very Minor
None
Classification
Very High
Example
Inevitable failure
High
Repeated failures
Moderate
Low
Remote
Occasional failures
Few failures
Failure unlikely
C. Deteksi
Deteksi merupakan sebuah penilaian terhadap kemungkinan atau
probabilitas bahwa kontrol proses saat ini akan mendeteksi potensi
kelemahan atau modus kegagalan berikutnya sebelum modus kegagalan
komponen mempengaruhi operasi manufaktur atau lokasi perakitan.
Asumsikan kegagalan telah terjadi kemudian beri penilaian untuk
kemampuan kontrol proses saat ini untuk mencegah pengiriman
24
Universitas Bakrie
Rank
Extremely Unlikely
10
Low Likelihood
Medium likelihood
High Likelihood
Extremely Likely
Criteria
No design technique available/
Controls will not detect
Unproven, unreliable design/ poor
chance for detection
Design controls have a poor chace of
detection
Design controls are likely to miss the
problem
Design controls may miss the problem
Design controls have an even chance
of working
Design controls are moderately
effective
Likely to be corrected/ high
probability of detection
Can be corrected prior to design
release/ very high probability of
detection
Can be corrected prior to prototype/
controls will almost certainly detect
25
Universitas Bakrie
(2.25)
Semakin kecil hasil RPN akan semakin bagus. RPN dapat dihitung
untuk proses keseluruhan dan/atau hanya untuk proses desain. Sekali
RPN dihitung, hal tersebut mempermudah untuk menentukan daerah
yang akan menjadi fokus. Kemudian setelah hasil RPN didapat,
penelitian lebih lanjut dapat difokuskan terhadap daerah yang menjadi
fokus utama untuk mendapatkan solusi dari modus kegagalan.
E. Prosedur FMEA
Secara umum dikenal dua macam FMEA, yaitu proses FMEA dan
perancangan FMEA. Penerapan FMEA dilakukan melalui suatu tim
yang dibentuk khusus untuk itu. Untuk proses manufaktur, biasanya
FMEA dilakukan untuk keseluruhan proses. Oleh karena itu, perlu
diadakan pembatasan tugas bagi masing-masing tim agar tidak terjadi
kegiatan yang saling tumpang tindih. Terdapat sepuluh langkah dalam
penerapan FMEA, yaitu [16]:
26
Universitas Bakrie
segala
kemungkinan
kesalahan
yang
dapat
terjadi.
27
Universitas Bakrie
Langkah ke-7 : Hitung tingkat prioritas risiko (RPN) dari masingmasing kesalahan dan dampaknya
Total nilai RPN ini dihitung untuk tiap-tiap kesalahan yang
mungkin terjadi. Jika proses tersebut terdiri dari kelompok-kelompok
tertentu, maka jumlah keseluruhan RPN pada kelompok tersebut dapat
28
Universitas Bakrie
29
Universitas Bakrie
30
Universitas Bakrie
Hubungan antara FTA dan FMEA berada pada hasil analisis dari FTA
yaitu faktor-faktor yang didapat dari FTA digunakan sebagai informasi
dasar untuk modus kegagalan pada FMEA. Informasi tersebut digunakan
untuk
mengidentifikasi
penyebab-penyebab
kegagalan.
Setelah
itu,
2.7
Diagram Pareto
Setelah mengetahui RPN untuk setiap modus kegagalan, kemudian
diagram pareto digunakan untuk mengetahui modus kegagalan utama mesin.
Diagram
pareto
dimaksudkan
untuk
menemukan/mengetahui
dan
perbandingannya
terhadap
keseluruhan.
Survei
31
Universitas Bakrie
yang sama atau dengan dampak yang sama. Aturan Pareto juga sering
disebut sebagai aturan 80/20 [17].
Diagram Pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi
data dari kiri ke kanan menurut urutan peringkat tertinggi hingga terendah.
Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk
segera diselesaikan (peringkat tertinggi) sampai dengan yang tidak harus
segera diselesaikan (peringkat terendah).
Langah-langkah pembuatan diagram pareto :
Mengumpulkan
data
yang
akan
dianalisis,
misalnya
dengan
Menghitung total untuk seluruh item, dan membuat kumulatif total dan
persentase kumulatifnya.
32
Universitas Bakrie
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah mesin High Frequency Welding pada
produksi pembuatan pipa di salah satu plant milik PT Bakrie Pipe
Industries. Plant tersebut dapat memproduksi pipa dengan ukuran diameter
8 5/8 inci 24 inci dengan ketebalan 4.8 mm 15.9 mm untuk semua
spesifikasi pipa. Produk unggulan yang sering diproduksi di plant ini adalah
pipa dengan spesifikasi API (pipa untuk keperluan minyak dan gas) yang
berdiameter 16 24 inci.
3.2
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pola kualitatif dan kuantitatif. Pola
kuantitatif dilakukan dengan mengolah data-data yang ada melalui uji
distribusi,
perhitungan parameter
keandalan
3.3
Diagram Alir
Proses penelitian dilakukan secara terstruktur seperti yang ditunjukkan pada
diagram
alir
dalam
Gambar
3.1
33
dengan
uraian
sebagai
berikut:
Universitas Bakrie
1.
2.
3.
4.
Distribusi Weibull
Distribusi Eksponential
Distribusi Normal
Distribusi Lognormal
34
Universitas Bakrie
Studi Pendahuluan
Penelitian diawali dengan melakukan studi pendahuluan. Studi ini
dilakukan untuk mengetahui masalah apa yang akan dibahas serta
perbaikan apa yang harus diberikan setelah melihat proses produksi
pipa. Setelah menemui masalah, tujuan penelitian ditentukan untuk
mengetahui arah penelitian serta mendapatkan solusi yang tepat. Studi
pendahuluan terdiri dari studi literatur, studi lapangan, dan wawancara.
a.
Studi Literatur
Suatu penelitian harus didasari dengan landasan teori yang kuat
terkait masalah yang diteliti, sehingga apa yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan. Studi literatur digunakan sebagai landasan
teori penelitian yang diperoleh dari buku referensi, jurnal, website,
penelitian terdahulu, dan lain-lain.
b.
Studi Lapangan
Studi lapangan dilakuan untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya terjadi di lapangan. Studi ini dilakukan dengan cara
mengamati kegiatan di lapangan khususnya kegiatan produksi. Dari
studi lapangan yang dilakukan dapat diketahui permasalahan apa
yang terjadi di lapangan.
c.
Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap karyawan PT Bakrie Pipe
industries
yang terkait
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan ketika melakukan studi lapangan.
Jenis data yang dikumpulkan, yaitu data primer dan data sekunder.
a.
35
Universitas Bakrie
diperoleh antara lain: data alur proses produksi, cara kerja mesin,
dan sebagainya.
b.
Uji Distribusi
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, uji distribusi dilakukan
terhadap waktu perbaikan, waktu antar perbaikan, dan frekuensi
kerusakan mesin dengan menggunakan piranti lunak Minitab. Hasil dari
uji distribusi tersebut berupa grafik yang menggambarkan keterkaitan
sampel dengan populasi data. Jika data untuk uji distribusi sudah layak,
maka pengolahan data dilakukan ke tahap berikutnya.
36
Universitas Bakrie
37
Universitas Bakrie
38
Universitas Bakrie
BAB 4
4.1
39
Universitas Bakrie
pipa yang telah melalui proses pembentukan untuk menempelkan sisi yang
satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk inner bead dan outer bead.
Mesin las ini bekerja pada pipa yang bergerak dengan kecepatan konstan.
Proses High Frequency Welding (HFW) bertujuan untuk membuat pipa dari
gulungan coil baja tanpa pembakaran metal pengisi serta berbagai
masalah/cacat yang yang terjadi pada proses ini.
Cara kerja mesin HFW dimulai dengan power supply pada mesin
tersebut difungsikan ke rectifier untuk mengubah arus AC menjadi DC.
Kemudian inverter juga difungsikan untuk mengubah arus DC menjadi AC
yang lebih besar. Kemudian ke tahap loading coil untuk proses pengeluaran
frekuensi yang lebih tinggi. Proses pengelasan pipa di plant KT 24 dimulai
setelah proses pembentukan pipa. Pipa yang sudah mulai terbentuk,
kemudian mulai masuk ketahap pengelasan dua bibir pipa agar coil yang
sudah mulai berbentuk pipa dapat membentuk pipa dengan sempurna. Dua
bibir pipa tersebut dilas menggunakan panas yang dihantarkan melalu unit
head welding menggunakan contact shoe ke contact tip. Panas yang
dihantarkan tersebut difokuskan ke arah dua bibir pipa dimulai dari jarak
apec dengan bantuan carbon ferrite yang terdapat di dalam pipa tersebut.
Kemudian bibir pipa tersebut ditekan menggunakan squeeze agar kedua
bibir pipa menyatu dan terbentuklah pipa. Gambaran bentuk mesin dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
Pada proses pengelasan ini, bentuk pipa masih belum bulat sempurna
dan bahan setelah pengelasan (inner bead dan outer bead) masih nampak.
Hasil pengelasan pun belum mulus, dan pipa masih harus diproses ke tahap
berikutnya untuk mendapatkan hasil pipa yang sempurna. Kemudian,
analisis lebih lanjut mengenai komponen mesin las yang menjadi masalah
pada mesin ini akan dibahas pada bagian Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA).
40
Universitas Bakrie
Pipa
setelah
dilas
Jarak
apec
Pipa
sebelum
dilas
Unit
welding
head
4.2
41
Universitas Bakrie
4.3
Pengolahan Data
42
Universitas Bakrie
Anderson-Darling
6.59
5.86
12.96
9.4
Mean
10.73
10.39
10.61
10.61
Sedangkan untuk hasil grafik atau plot data yang dilakukan untuk
nilai MTBF terlihat pada Gambar 4.3. Hasil grafik atau plot data
tersebut menggambarkan variasi data masing-masing distribusi (Weibul,
Lognormal, Exponential, dan Normal). Terlihat pada grafik tersebut
bahwa variasi data sampel adalah linier. Semakin variasi data sampel
mendekati linier, maka variasi data tersebut semakin kecil, sehingga
diartikan bahwa sampel dan populasi hampir sama. Semakin plot pada
gambar mendekati linier, maka nilai Anderson Darling akan semakin
kecil. Grafik tersebut membuktikan nilai Aderson Darling pada
distribusi lognormal memiliki nilai paling kecil dikarenakan pada grafik
tersebut distribusi lognormal miliki variasi data sampel yang paling
mendekati linier.
43
Universitas Bakrie
44
Universitas Bakrie
Anderson-Darling
5.15
3.28
5.4
13.48
Mean
1.07
1.01
1.07
1.07
Sedangkan untuk hasil grafik atau plot data yang diperoleh untuk
nilai MTTR dapat dilihat pada Gambar 4.4. Sama seperti yang telah
45
Universitas Bakrie
46
Universitas Bakrie
dijelaskan untuk hasil distribution ID plot MTBF, hasil grafik atau plot data
MTTR menggambarkan variasi data masing-masing distribusi (Weibul,
Lognormal, Exponential, dan Normal). Semakin plot data mendekati linier,
maka variasi data tersebut semakin kecil, sehingga diartikan bahwa sampel
dan populasi hampir sama. Semakin plot pada gambar mendekati linier,
maka nilai Anderson Darling akan semakin kecil. Grafik tersebut
membuktikan nilai Anderson Darling pada distribusi lognormal memiliki
nilai paling kecil dikarenakan pada grafik tersebut distribusi lognormal
miliki variasi data sampel yang paling mendekati linier.
TTF
17.729
29.165
5.386
12.416
29.168
11.583
15.125
43.335
11.766
5.213
13.138
8.649
202.673
TTF^2
314.309
850.597
29.005
154.163
850.743
134.174
228.766
1877.922
138.439
27.180
172.616
74.804
4852.717
TTF^2*F
2514.469
1701.194
464.079
1233.306
3402.972
805.042
915.063
3755.844
692.194
869.758
1035.695
1421.282
18810.897
47
Universitas Bakrie
Nilai merupakan nilai MTBF yang didapat dari Tabel 4.3, sehingga
nilai sebesar 10.39 jam. Sedangkan nilai dapat dihitung menggunakan
persamaan 2.23 dengan menggunakan data Time to Failure (TTF) yang
tertera pada Tabel 4.6. Kolom TTF merupakan nilai TTF untuk periode
setiap bulan, kolom TTF^2 merupakan hasil kuadrat nilai TTF setiap bulan,
kemudian untuk kolom TTF^2*F merupakan hasil perkalian dari kuadrat
TTF dengan frekuensi. Pada perhitungan nilai , n merupakan frekuensi
mesin HFW dalam periode waktu satu tahun seperti yang tertera pada Tabel
4.1.
(
(
)
)
( )
(
(
=(
( )
( )
),
Dengan demikian nilai reliabilitas mesin HFW untuk t dalam kurun waktu
satu tahun adalah:
( )
48
Universitas Bakrie
t (jam)
24
744
1416
2160
2880
3624
4344
5088
5832
6552
7296
8016
8760
Z
-0.55924
-0.29284
-0.24292
-0.21016
-0.18784
-0.17001
-0.15596
-0.14369
-0.13311
-0.12407
-0.11573
-0.10843
-0.10154
R(t)
0.71200
0.61518
0.59597
0.58323
0.57450
0.56750
0.56197
0.55713
0.55294
0.54937
0.54607
0.54317
0.54044
49
Universitas Bakrie
90.000
80.667
80.000
70.000
60.000
52.500
50.333
50.000
47.333
39.500
38.833
Jointing
Problem
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
Universitas Bakrie
51
Universitas Bakrie
Alarm PMGI mesin adalah pada saat pengujian operasi mesin, alarm
tersebut tidak memberikan indikator apapun yang menandakan mesin
tersebut bermasalah. Namun, masalah terjadi pada saat operasi aktual
berlangsung.
Alarm fuse inverter merupakan masalah yang terjadi pada fuse inverter
(pemutus sekering), sehingga alarm memberikan indikator.
HFW trip disini memiliki arti bahwa mesin HFW berhenti beroperasi
akibat terjadinya sentuhan antara contact tip dengan pipa.
52
Universitas Bakrie
Severity (keparahan)
Setelah mengetahui modus kegagalan pada mesin High Frequency
Welding, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi potensi efek
kegagalan. Berdasarkan potensi efek kegagalan ini, kemudian akan
dilakuakan penilaian keparahan untuk masing-masing potensi efek
kegagalan berdasarkan perkiraan dampak negatif yang dihasilkan dari
modus kegagalan dan diukur berdasarkan data waktu kerusakan yang
dialami oleh setiap potensi efek kegagalan. Penilaian keparahan untuk
potensi efek kegagalan dapat dilihat pada Tabel 4.9 di bawah ini.
Waktu
kegagalan (jam)
Severity
14
10
11.33
6.83
7.67
0.17
10.83
3.83
5
1
8
3
3
4
5
6
7
53
Universitas Bakrie
Skala yang digunakan dalam penilaian keparahan adalah skala 110, skala 1 merupakan nilai keparahan paling kecil, sedangkan skala 10
merupakan skala keparahan paling besar. Berdasarkan Tabel 4.9, dapat
diketahui bahwa potensi efek kegagalan tekanan air pada system
thermist block panel tidak ada memiliki nilai keparahan paling tinggi
yaitu 10 dengan waktu kegagalan 14 jam. Potensi efek kegagalan
cylinder contact press sudah kurang fleksibel memiliki nilai keparahan
8 dengan waktu kegagalan 11.3 jam. Potensi efek kegagalan
penggantian kapasitor dan resistor untuk kontaktor 4K2 & 4K3
memiliki nilai keparahan 5 dengan waktu kegagalan 6.83 jam. Potensi
efek kegagalan tip pada contact shoe lepas memiliki nilai keparahan 5
dengan waktu kegagalan 7.67 jam. Potensi efek kegagalan pipa high
low memiliki nilai keparahan 1 dengan waktu kegagalan 0.167 jam.
Potensi efek kegagalan card HMGD rusak memiliki nilai keparahan 8
dengan waktu kegagalan 10.83 jam. Potensi efek kegagalan Recorder
mati total memiliki nilai keparahan 3 dengan waktu kegagalan 3.83 jam.
b.
Occurrence (kejadian)
Penilaian kejadian dilihat melalui seberapa sering atau berapa kali
(frekuensi) penyebab kegagalan tersebut muncul. Penilaian kejadian
untuk penyebab kegagalan dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Penyebab Kegagalan
Heat exchanger kotor
Cylinder contact press bocor
Sistem pendingin tidak optimal
Selang heating station terlepas
Material coil / material chamber
Power pada unit welding head
terlalu tinggi
Life time
Frekuensi
2
3
2
4
4
Occurrence
2
3
2
4
4
54
Universitas Bakrie
c.
Detection (deteksi)
Penilaian deteksi dalam FMEA bertujuan untuk mengetahui
kemungkinan kontrol proses yang dilakukan akan mendeteksi modus
kegagalan berikutnya, sehingga penilaian dilakukan pada kemampuan
mengontrol proses untuk mencegah terjadinya mesin berhenti berfungsi
atau mesin breakdown. Dengan kata lain, pendeteksi peringkat
dilakukan berdasarkan pada pencegahan modus kegagalan. Hasil
penilaian deteksi untuk mesin High Frequency Welding terlihat pada
Tabel 4.11.
Skala yang digunakan untuk menilai deteksi adalah skala 2-10,
skala 10 menunjukkan sangat tidak efektif, skala 8 menunjukkan
tidak efektif, skala 6 menunjukkan efektif, skala 4 menunjukkan
sangat efektif, dan skala 2 menunjukkan sangat efektif sekali.
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa proses kontrol yang
memiliki penilaian sangat tidak efektif hanya terdapat pada potensi
modus kegagalan recorder problem. Proses kontrol yang memiliki
penilaian efektif adalah potensi modus kegagalan HFW trip dan HFW
55
Universitas Bakrie
No.
HFW alarm
Alarm PMGI
mesin
Alarm fuse
inverter
HFW trip
HFW alarm
PMGI modul
Recorder
problem
d.
Tingkat
Keefektifan
Detecti
on
Sangat efektif
Sangat efektif
Sangat efektif
Efektif
Efektif
Sangat tidak
efektif
10
56
Universitas Bakrie
penelitian ini. Dengan demikian nilai RPN dari setiap modus kegagalan
adalah:
1. HFW alarm: memiliki nilai keparahan 10, nilai kejadian 2, dan nilai
deteksi 4. Sehingga nilai RPN HFW alarm adalah 80.
2. Alarm PMGI mesin: memiliki nilai keparahan 8, nilai kejadian 3, dan
nilai deteksi 4. Sehingga nilai RPN alarm PMGI mesin adalah 96.
3. Alarm fuse inverter: memiliki nilai keparahan 5, nilai kejadian 2, dan
nilai deteksi 4. Sehingga nilai RPN alarm fuse inverter adalah 40.
4. HFW trip: memiliki nilai keparahan 5, nilai kejadian 4, dan nilai
deteksi 6 untuk potensi efek kegagalan tip pada contact shoe lepas.
Sehingga nilai RPN HFW trip untuk potensi efek kegagalan tip pada
contact shoe lepas adalah 120. Sedangkan untuk potensi efek
kegagalan pipa high low memiliki nilai keparahan 1, nilai kejadian 4,
dan nilai deteksi 6. Sehingga nilai RPN alarm RPN HFW trip untuk
potensi efek kegagalan pipa high low adalah 24. Nilai total RPN HFW
trip adalah 120 + 24 = 144.
5. HFW alarm PMGI modul: memiliki nilai keparahan 8, nilai kejadian
3, dan nilai deteksi 6. Sehingga nilai RPN HFW alarm PMGI adalah
144.
6. Recorder problem: memiliki nilai keparahan 3, nilai kejadian 3, dan
nilai deteksi 10. Sehingga nilai RPN recorder problem adalah 90.
Setelah menghitung nilai RPN tersebut, maka nilai FMEA secara
utuh selesai dibuat. Hasil akhir FMEA untuk faktor mekanis dirangkum
pada Tabel 4.12, sedangkan untuk faktor elektrik dirangkun pada Tabel
4.13.
57
Universitas Bakrie
Potensi
Modus
Kegagalan
Potensi Efek
Kegagalan
Penyebab
Kegagalan
HFW alarm
Heat exchanger
kotor
Alarm PMGI
mesin
Cylinder contact
press sudah kurang
fleksibel
Cylinder contact
press bocor
No.
High
Frequency
Welding
Mekanis/
Mesin
3
Alarm fuse
inverter
HFW trip
Penggantian
kapasitor dan resistor
untuk kontaktor 4K2
& 4K3
Tip pada contact
shoe lepas
Pipa high low
Sistem pendingin
tidak optimal
Selang heating
station terlepas
Material coil /
material chamber
Proses Kontrol
Pedeteksi
Kesalahan
Mengontrol
pressure gauge
(standar
tekanan)untuk
menentukan
standar tekanan air
Mengontrol
pressure gauge
pada saat mesin
berjalan
Mengontrol
pressure gauge
pada saat mesin
berjalan
Pengecekan
penjepit selang
setiap proses
jointing
RPN
10
80
96
40
120
24
144
58
Universitas Bakrie
High
Frequency
Welding
No.
Potensi Modus
Kegagalan
Potensi Efek
Kegagalan
Penyebab
Kegagalan
HFW alarm
PMGI modul
Card HMGD
rusak
Recorder
problem
Recorder mati
total
Life time
Elektrik
6
Proses Kontrol
Pedeteksi
Kesalahan
Mengukur nilai
IGBT inverter
HFW (untuk
mengetahui card
rusak atau tidak)
Tidak ada
kontrol/pendeteksi
RPN
144
10
90
59
Universitas Bakrie
4.4
Analisis Masalah
Nilai Keandalan
Nilai Keandalan suatu mesin ditentukan oleh parameter MTBF dan
MTTR. Nilai parameter keandalan untuk mesin HFW didapat melalui
uji distribusi data yang telah diolah, sehingga didapat nilai MTBF
sebesar 10.39 jam dengan hasil distribusi menggunakan distribusi
lognormal. Sedangkan nilai untuk parameter MTTR adalah 1.01 jam
dengan hasil distribusi lognormal seperti pada Tabel 4.14. Berdasarkan
uji distribusi tersebut, dapat diketahui bahwa perhitungan nilai
keandalan
menggunakan
persamaan
keandalan
pada
distribusi
TTR
Best Fit
MTBF
Best Fit
MTTR
Distribution
(Jam)
Distribution
(Jam)
Lognormal
10.39
Lognormal
1.01
High
Frequency
Welding
Universitas Bakrie
sistem seri. Jika salah satu mesin berhenti, maka mesin lainnya ikut
berhenti dan tidak dapat melaksanakan fungsinya. Berdasarkan dampak
yang ditimbulkan tersebut, maka diperlukan adanya tindakan lebih
lanjut terhadap menurunnya fungsi keandalan mesin tersebut setiap
bulannya. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah pecegahan
sebelum mesin tersebut breakdown, yaitu dengan penjadwalan
pemeliharaan pencegahan minimal satu bulan sekali.
R(t)
0.64
0.62
0.60
Probabilitas 0.58
Reliabilitas 0.56
R(t)
0.54
0.52
0.50
1
9 10 11 12
Bulan
61
Universitas Bakrie
62
Universitas Bakrie
63
Universitas Bakrie
pengolahan
data
yang
telah
dilakukan
dengan
64
Universitas Bakrie
Potensi Modus
Kegagalan
HFW trip
HFW alarm PMGI
modul
144
Cum.
RPN
144
144
RPN
24%
Cum.
Persentase
24%
288
24%
48%
Persentase
96
384
16%
65%
Recorder problem
90
474
15%
80%
HFW alarm
80
554
13%
93%
40
594
7%
100%
594
100%
ditimbulkan
keempat
dari
potensi
modus
kegagalan
ini
sangat
65
Universitas Bakrie
100% 100%
501
401
93%
RPN
80%
80%
Cum.
Persentase
301
90%
70%
65%
60%
50%
48%
40%
201
30%
24%
20%
101
10%
1
0%
HFW trip
HFW
alarm
PMGI
modul
Alarm
PMGI
mesin
Recorder
problem
HFW
alarm
Alarm fuse
inverter
66
Universitas Bakrie
penyebabnya
seperti
yang
tercantum
pada
Lampiran
7.
67
Universitas Bakrie
Potensi Modus
Kegagalan
Penyebab
Kegagalan
Selang heating
station terlepas
HFW trip
Material
coil/material
chamber
Cylinder contact
press bocor
Recorder problem
Life time
68
Universitas Bakrie
BAB 5
Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan:
69
Universitas Bakrie
5.2
Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui analisis keandalan
mesin pada plant KT 24 PT Bakrie Pipe Industries, beberapa saran yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut:
Pada modus kegagalan utama (kritis) yaitu HFW trip, HFW alarm
PMGI modul, alarm PMGI mesin, dan recorder problem perlu
diberikan perhatian lebih dengan cara melakukan kegiatan perbaikan
dan pemeliharaan pencegahan yang dijadwalkan secara rutin dengan
mengacu pada diagram alir SOP hasil penelitian ini pada Lampiran 7.
70